Nabi Elisa
oleh: Pdt. Budi Asali MDiv.
1) Naaman
dan kustanya.
Naaman mempunyai banyak keunggulan yang
diceritakan dalam ay 1: ia adalah seorang panglima raja Aram, ia orang
yang terpandang (NIV: ‘a great man’ /
orang yang besar / agung) di hadapan tuannya, karena oleh dia Tuhan memberikan kemenangan kepada orang
Aram. Lalu pada akhir ay 1 dikatakan bahwa ia adalah ‘seorang pahlawan
tentara’. Tetapi, ia sakit kusta!
Pulpit Commentary: “The value
of physical health. ... Health - this precious blessing - is so lavishly given,
that men seldom appreciate it till it is lost” (= Nilai dari
kesehatan jasmani. ... Kesehatan - berkat yang sangat berharga ini - diberikan
dengan begitu royal / berlebihan, sehingga manusia jarang menghargainya, sampai
kesehatan itu hilang)
- hal 110.
Penerapan:
Saudara yang sehat, pernahkah /
seringkah / selalukah saudara mengucap syukur kepada Allah atas kesehatan yang
Ia berikan kepada saudara?
Adam Clarke: “God
often, in the course of his providence, permits great defects to be associated
with great eminence, that he might hide pride from man; and cause him to think
soberly of himself and his acquirements” (= dalam perjalanan providensiaNya, Allah
sering mengijinkan cacat-cacat yang besar untuk dicampurkan dengan keunggulan
yang besar, supaya manusia tidak menjadi sombong; dan menyebabkan manusia itu
berpikir secara waras / bijaksana tentang dirinya sendiri dan kecakapan /
kepandaiannya) - hal
495.
Ini memang pada umumnya benar. Orangnya
cantik tetapi bodoh. Kalau cantik dan pinter, tetapi melarat. Atau cantik,
pinter, kaya, tetapi kafir.
Pulpit Commentary: “‘But
he was a leper.’ That little word ‘but,’ how significant it is! We should all
be happy, but for something. Our plans would all be successful, but for
something. We should all be very good, but for some inconsistency, some
failing, some besetting sin. Here is a very good man, but he has such a bad
temper. There is a very kind woman, but she has such a bitter tongue. Here is a
very good men, but he is so stingy and so selfish. Here is a man who would be
very useful in the Church of Christ, but he is so worldly minded. Here is a
good preacher, but he doesn’t just practise what he preaches. These little
‘buts’ have their uses. They keep us, or they ought to keep us, humble. We
ought not to be very proud of ourselves, we ought not to be very hard on
others, when we think of that ugly sin of our own. But most of all, these
‘buts’ ought to be the means of driving us, as Naaman’s leprosy was the means
of driving him, nearer to God” (= ‘Tetapi ia sakit kusta’. Kata
‘tetapi’ yang kecil itu, alangkah pentingnya artinya! Kita semuanya seharusnya
gembira, tetapi / kecuali karena sesuatu. Rencana kita semuanya akan sukses,
tetapi / kecuali karena sesuatu. Kita semua seharusnya sangat baik, tetapi /
kecuali karena suatu ketidakkonsistenan, kegagalan, dosa-dosa yang mengepung
kita. Di sini ada seorang yang baik, tetapi ia sangat pemarah. Di sini ada
seorang yang sangat berguna dalam gereja Kristus, tetapi ia begitu duniawi. Di
sini ada seorang pengkhotbah yang baik, tetapi ia tidak mempraktekkan apa yang
dikhotbahkannya. ‘Tetapi-tetapi’ yang kecil ini ada gunanya. Mereka menahan
kita, atau mereka seharusnya menahan kita, supaya rendah hati. Kita tidak
seharusnya sombong tentang diri kita sendiri, kita tidak seharusnya bersikap
keras terhadap orang lain, pada waktu kita memikirkan dosa kita sendiri yang
buruk itu. Tetapi lebih dari semua, ‘tetapi-tetapi’ ini seharusnya merupakan
cara untuk mendorong kita, seperti kustanya Naaman merupakan cara untuk
mendorongnya, lebih dekat kepada Allah) - hal 104.
Penerapan:
Dalam hidup saudara pasti ada
‘tetapi-tetapi’ seperti yang dikatakan penafsir di atas ini. Sesuatu yang
sangat mengganggu saudara. Dan andaikata saja hal itu bisa dibuang, alangkah
enaknya. Bentuknya bisa bermacam-macam, seperti:
·
penyakit.
·
problem
tidur.
·
belum
punya pacar / pasangan hidup.
·
tidak
punya anak.
·
suami /
istri yang cerewet atau yang belum bertobat.
·
tidak
punya pekerjaan.
·
boss yang
menjengkelkan.
·
dosa-dosa
/ kelemahan-kelemahan saudara.
·
hasil /
buah pelayanan yang hanya sedikit atau bahkan tidak ada.
Sekarang pikirkan, apakah hal-hal itu
membuat saudara menjadi lebih rendah hati? Dan apakah hal itu mendorong saudara
untuk lebih dekat kepada Tuhan atau lebih bersandar kepada Tuhan?
Pulpit Commentary: “Yet
‘he was a leper.’ This spoiled all. It was the cross in his lot; the drop of
gall in his cup; the worm at the root of his prosperity. It made him such that,
as has been said, the humblest soldier in his ranks would not have exchanged
places with him. Few lives, even those which seem most enviable, are without
their cross. ... Because it is so, we should seek our happiness in things that
are enduring. ‘He builds too low who builds beneath the skies.’” (= Tetapi ‘ia
sakit kusta’. Ini merusak segala-galanya. Itu adalah salib dalam nasibnya;
tetesan empedu dalam cawannya; cacing pada akar dari kemakmurannya. Itu
membuatnya sedemikian rupa, sehingga tentara yang pangkatnya terendahpun tidak
akan mau bertukar tempat dengan dia. Hanya sedikit kehidupan, bahkan
kehidupan-kehidupan yang paling menjadi obyek iri hati, yang tidak mempunyai
salib. ... Karena itu, kita harus mencari kebahagiaan kita dalam hal-hal yang
abadi. ‘Ia yang membangun di bawah langit, membangun terlalu rendah’) - hal 113.
Penerapan:
Dalam hidup ini kita tidak bisa tidak
menderita. Kalau kita mengikuti setan, kita dihantam oleh Tuhan. Sebaliknya
kalau kita mengikuti Tuhan, kita diserang oleh setan. Karena itu janganlah
menekankan kehidupan yang sekarang ini. Arahkanlah pandangan dan hidup saudara
kepada hidup yang akan datang. Janganlah mengumpulkan harta di bumi, tetapi
kumpulkanlah bagimu harta di surga (Mat 6:19-20)
Sebetulnya Naaman mempunyai problem
yang lebih besar dari pada kustanya, yaitu problem yang bersifat rohani, dan
problem ini tidak ia sadari. Problem itu adalah bahwa ia tidak mengenal Allah
yang benar! Apapun problem saudara, dan bagaimanapun besarnya problem itu, itu
tidak lebih besar dari pada kalau saudara tidak mengenal Allah / Kristus. Kusta
paling-paling menyebabkan penderitaan, pengucilan dan kematian, tetapi
ketidak-kenalan kita terhadap Kristus akan membawa kita me neraka!
Penerapan:
Apakah ini juga merupakan keadaan saudara?
Apa yang saudara anggap sebagai problem terbesar, mungkin sebetulnya kalah
besar dibandingkan dengan problem rohani saudara, dimana saudara belum percaya
kepada Kristus, atau dimana saudara terjerat dosa, kesuaman, kemalasan, dan
sebagainya.
2) Anak
gadis Israel.
Rupanya orang Aram secara bergerombol
sering menyerang wilayah Israel, dan lalu menjarah atau bahkan menawan orang,
dan lalu dibawa pulang. Hasilnya adalah gadis Israel ini, yang lalu menjadi
pelayan istri Naaman (ay 2). Bayangkan betapa menderitanya dan sedihnya gadis
kecil ini, maupun orang tuanya.
Adam Clarke: “A
little maid. Who, it appears, had pious parents, who brought her up in the
knowledge of the true God. Behold the goodness and the severity
of the Divine providence! Affectionate parents are deprived of their promising
daughter by a set of lawless freebooters, without the smallest prospect that
she should have any lot in life but that of misery, infamy, and wo” (= Seorang
gadis kecil. Yang, kelihatannya, mempunyai orang tua yang saleh, yang telah
membesarkannya dalam pengenalan terhadap Allah yang benar. Perhatikan kebaikan
dan kekerasan dari providensia ilahi! Orang tua yang penuh kasih sayang
kehilangan anak perempuannya yang menjanjikan karena sekelompok perampok yang
tidak mempedulikan hukum, tanpa prospek sedikitpun bahwa ia akan mendapatkan
bagian dalam hidup kecuali kesengsaraan, keburukan, dan kesedihan) - hal 495.
Bahwa anak gadis ini berani bicara
tentang agamanya dan nabinya (ay 3), menunjukkan bahwa ia tetap beribadah
/ menyembah Yahweh, bukan dewa orang Aram. Padahal andaikata ia menyembah dewa
orang Aram, itu pasti akan lebih menyenangkan bagi majikannya.
Juga ay 3 ini menunjukkan bahwa ia
tidak mendendam kepada tentara Aram / Naaman yang sudah menawannya dan
menjadikannya budak / pelayan. Ia tidak membalas kejahatan dengan kejahatan. Ia
tidak bersukacita atas penyakit kusta yang menimpa Naaman. Sebaliknya, ia
membalas Naaman dengan kebaikan, dengan menceritakan tentang Elisa, yang ia
anggap bisa menyembuhkan Naaman.
Tertawannya anak gadis itu, dan lalu
menjadi pelayan di rumah Naaman (ay 2), jelas merupakan hasil pekerjaan
Allah dalam melakukan rencanaNya untuk menyelamatkan Naaman.
1) Naaman berangkat dengan membawa
surat dari raja Aram dan banyak persembahan (ay 5).
Pulpit Commentary: “These
enormous sums were, no doubt, thought certain to purchase the cure.
Another heathenish idea, akin to the modern notion that anything can be bought
with money. Elisha taught him differently when the cure was accomplished (ver.
16). ... There are blessings which are beyond the reach of money, and yet can
be had ‘without money and without price’ (Isa. 55:1)” [= Jumlah yang
sangat besar ini, tak diragukan lagi, dimaksudkan untuk membeli kesembuhan.
Sebuah gagasan kafir yang lain, dekat dengan pikiran modern yang mengatakan
bahwa apapun bisa dibeli dengan uang. Elisa mengajarnya secara berbeda pada
waktu kesembuhan itu sudah terjadi (ay 16). ... Ada berkat-berkat yang ada
di luar jangkauan uang, tetapi sekalipun demikian bisa dimiliki ‘tanpa uang dan
tanpa harga’ (Yes 55:1)]
- hal 115.
Bdk. Ro 3:23-24 - “Karena semua
orang telah berbuat dosa dan telah kehilangan kemuliaan Allah, dan oleh kasih
karunia Allah telah dibenarkan dengan cuma-cuma karena penebusan dalam
Kristus Yesus”.
2) Kebodohan
/ kecerobohan dan salah paham (ay 6-7).
Raja Aram membuat suatu kecerobohan.
Berita dari anak gadis itu mengatakan bahwa yang bisa menyembuhkan Naaman
adalah nabi di Samaria (ay 3), tetapi raja Aram mengirim surat kepada raja
Israel, dan memintanya untuk menyembuhkan Naaman dari kustanya. Memang
mungkin sekali maksudnya adalah supaya raja Israel minta nabinya yang
menyembuhkan Naaman. Tetapi raja Israel tidak mengerti / salah paham. Ia hanya
tahu bahwa kusta tidak bisa disembuhkan, sehingga pada waktu raja Aram
memintanya menyembuhkan Naaman, ia menganggap bahwa raja Aram memang mau
mencari gara-gara dengan dia. Sering terjadi perang / gegeran hanya karena
kecerobohan dan salah paham seperti ini.
3) Elisa mengirim pesan kepada raja
Israel, untuk menyuruh Naaman datang kepadanya (ay 8). Dan Naaman datang kepada
Elisa (ay 9).
4) Elisa menyuruh seorang suruhan
untuk keluar dan mengatakan kepada Naaman untuk mandi 7 x di Sungai Yordan
(ay 10).
Seorang hamba Tuhan jaman sekarang
mungkin akan cepat-cepat keluar dan menyambut, menghormati panglima ini. Tetapi
tidak demikian dengan Elisa. Ia hanya menyuruh pelayannya keluar dan
menyampaikan pesannya. Mengapa?
Pulpit Commentary: “Elisha
asserted the dignity of his office. Naaman was ‘a great man’ (ver. 1), with a
high sense of his own importance, and regarded the prophet as very much
inferior to himself. He expected to be waited on, courted, to receive every
possible attention. Elisha no doubt intended very pointedly to rebuke him by
remaining in his house, and communicating with the great man by a messenger.
... He had to impress upon the Syrian noble the nothingness of wealth and
earthly grandeur, and the dignity of the prophetic office” [= Elisa
menyatakan kewibawaan dari jabatannya. Naaman adalah ‘orang terpandang’ (ay 1),
yang sangat menyadari pentingnya dirinya, dan menganggap sang nabi sebagai jauh
lebih rendah dari dirinya sendiri. Ia mengharapkan untuk dilayani, dihormati /
dijilat, untuk menerima perhatian yang sebesar-besarnya. Tidak diragukan lagi
bahwa Elisa bermaksud menegurnya dengan sangat tajam dengan tetap tinggal dalam
rumahnya, dan berbicara dengan orang gede itu melalui utusannya. ... Ia harus
memberikan kesan kepada bangsawan Aram itu kenihilan dari kekayaan dan
kemegahan duniawi, dan kewibawaan dari jabatan nabi] - hal 94.
5) Naaman
pergi dengan marah (ay 11-12).
Mengapa?
a) Ay 11: ‘Aku sangka ...’.
Tadinya Naaman memperkirakan sendiri
apa yang akan dilakukan oleh Elisa untuk menyembuhkannya, dan pada waktu apa
yang dilakukan Elisa sama sekali berbeda dengan perkiraannya, ia menjadi marah.
Dalam persoalan keselamatan, kebanyakan
orang mempunyai anggapan / perkiraan bahwa Allah akan menolongnya /
menyelamatkannya, kalau ia banyak berbuat baik dan menahan diri dari dosa. Pada
saat mereka diberitahu bahwa Allah menyelamatkan manusia bukan melalui
perbuatan baiknya (karena perbuatan baik mereka seperti kain kotor di hadapan
Allah - Yes 64:6) tetapi melalui penebusan Kristus yang harus diterima
dengan iman (Ef 2:8-9), mereka menjadi marah, karena semua ini tidak
sesuai dengan perkiraan mereka.
Bdk. Yes 55:8-9 - “Sebab
rancanganKu bukanlah rancanganmu, dan jalanmu bukanlah jalanKu, demikianlah
firman TUHAN. Seperti tingginya langit dari bumi, demikianlah tingginya jalanKu
dari jalanmu dan rancanganKu dari rancanganmu”.
b) Karena sungai-sungai di Damsyik
lebih baik dari pada sungai Yordan (ay 12).
Pulpit Commentary: “The
‘rivers of Damascus’ are streams of great freshness and beauty. ... We can well
understand that Naaman would esteem the streams of his own city as infinitely
superior to the turbid, often sluggish, sometimes ‘clay-coloured’ Jordan” (=
Sungai-sungai Damsyik adalah sungai-sungai yang sangat segar dan indah. ...
Kita bisa mengerti bahwa Naaman menilai sungai-sungai kotanya sendiri sebagai
jauh lebih baik dari pada sungai Yordan yang keruh, yang seringkali mengalir
secara pelan, dan kadang-kadang berwarna seperti tanah liat) - hal 94,95.
Pada waktu disuruh mandi di Sungai
Yordan, ia berpikir bahwa ada banyak sungai yang lebih baik di negerinya.
Dengan kata lain, ia berpendapat bahwa ada jalan yang lebih masuk akal atau
yang kurang menggelikan dibandingkan dengan jalan yang diberikan oleh Elisa.
Hal yang sama terjadi dengan banyak
orang pada jaman ini pada waktu mendengar Injil, dan diberitahu tentang Allah
yang menjadi manusia dan mati disalib untuk menebus dosa manusia, dan bahwa
kita diselamatkan hanya dengan percaya kepada Kristus sebagai
Juruselamat kita. Mereka menganggap ada jalan lain yang lebih masuk akal, yaitu
melalui agama / perbuatan baik / usaha mereka sendiri. Tetapi Kitab Suci
mengatakan bahwa Yesus adalah satu-satunya jalan keselamatan / ke surga
(Yoh 14:6 Kis 4:12 1Yoh 5:11-12)! Allah akan
menyelamatkan siapapun yang percaya pada pemberitaan Injil yang kelihatannya
bodoh ini.
1Kor 1:21b - “Allah berkenan
menyelamatkan mereka yang percaya oleh kebodohan pemberitaan Injil”.
Sebaliknya, siapapun yang tidak mau
percaya kepada Kristus, akan dihukum selama-lamanya di dalam neraka (Yoh
8:24 Wah 21:8).
6) Nasehat
pegawai Naaman (ay 13).
Kata-kata pegawai Naaman ini sangat
masuk akal. Andaikata Elisa menyuruhnya melakukan sesuatu yang sukar, seperti
bertapa dan berpuasa selama 2 minggu, maka mungkin sekali ia mau melakukannya.
Tetapi waktu disuruh mandi 7 x di sungai Yordan, ia menolak.
Dalam hal keselamatan, terjadi hal yang
sama. Orang selalu lebih mau mencoba cara yang sukar dari pada cara yang
sederhana, yang diberikan oleh Kitab Suci. Kalau diberi tahu bahwa hanya dengan
percaya kepada Yesus orang bisa selamat / masuk surga, dan kalau diberi tahu
bahwa ia harus melakukan ini atau itu, tidak boleh melakukan ini atau itu,
harus berpuasa, dsb, maka ia akan memilih pilihan yang kedua, yang lebih sukar.
Betapa sering dalam melakukan penginjilan, kita mendapat tanggapan: ‘Ah, kok
gampang sekali untuk selamat? Hanya percaya kepada Yesus? Tidak masuk akal!’.
Pulpit Commentary: “Observe
the simplicity of the cure. ‘Go and wash in Jordan seven times, and thy flesh
shall come again to thee, and thou shalt be clean.’ It was the very simplicity
of the cure that was the stumbling-block to Naaman. So it is with the sinner
still. The simplicity of the gospel offer prevents many a one from acceptance
it. The servants of Naaman expressed this weakness of the human heart when they
said, ‘My father, if the prophet had bid thee do some great thing, wouldest
thou not have done it?’ The simple thing, strange though it may seem, is often
the hardest thing to do. The great thing, the thing which costs most labour, in
which there is most room for our own effort, is the thing which many find it
easiest to do. This is one of the reasons why the heathen religions, and the Roman
Catholic religion, have so strong a hold upon the human heart. Their religion
is justification by works” (= Perhatikan kesederhanaan penyembuhan itu. ‘Pergilah
mandi 7 x dalam sungai Yordan, maka tubuhmu akan pulih kembali, sehingga engkau
menjadi tahir’. Justru kesederhanaan dari penyembuhan itu yang menjadi batu
sandungan bagi Naaman. Demikian juga dengan orang-orang berdosa sampai saat
ini. Kesederhanaan dari penawaran Injil menghalangi banyak orang untuk
menerimanya. Pegawai Naaman menyatakan kelemahan hati manusia ini ketika ia
berkata: ‘Bapak, seandainya nabi itu menyuruh perkara yang sukar kepadamu,
bukankah bapak akan melakukannya?’ Biarpun kelihatannya aneh, tetapi hal
yang sederhana seringkali merupakan hal yang tersukar untuk dilakukan. Hal
yang besar / sukar, hal yang membutuhkan kerja keras, dalam mana ada banyak
tempat untuk usaha kita sendiri, adalah hal yang paling mudah untuk dilakukan.
Ini merupakan salah satu alasan mengapa agama-agama kafir, dan agama Roma
Katolik, mempunyai pegangan yang begitu kuat pada hati manusia. Agama mereka
adalah pembenaran karena perbuatan baik / usaha manusia) -
hal 105.
7) Naaman lalu menuruti nasehat
pegawainya, dan ternyata ia betul-betul menjadi sembuh (ay 14).
Karena itu jangan selalu mengabaikan
nasehat orang yang ada di bawah saudara, apakah itu pegawai, pembantu, anak,
dan sebagainya. Lebih-lebih, jangan pernah menolak perintah / jalan yang
diberikan oleh Tuhan.
1) Pertobatan
Naaman.
Ternyata Naaman bukan hanya disembuhkan
dari penyakit jasmaninya atau kustanya. Kesembuhannya dari penyakit kustanya
ternyata membawanya ke dalam pertobatan dan kepada pengenalan akan Allah yang
benar. Ini terlihat dari:
a) Naaman kembali kepada Elisa untuk
menyatakan syukurnya melalui pemberiannya (ay 16).
Ia tidak bersikap seperti 9 orang kusta
yang tidak berterima kasih kepada Yesus sekalipun telah disembuhkan dari
kustanya; ia bersikap seperti penderita kusta yang ke 10 (bdk. Luk 17:11-19).
b) Naaman menyatakan bahwa sejak saat
itu ia mau berbakti kepada Tuhan.
Ini ditunjukkannya dengan meminta tanah
sebanyak muatan sepasang bagal (ay 17a).
Apa gunanya tanah ini? Dari alasan
Naaman dalam ay 17b, jelas bahwa tanah itu dimaksudkan untuk penyembahan
kepada Tuhan. Ada yang mengatakan
bahwa ia akan membuat mezbah di atas mana ia akan mempersembahkan korban (bdk.
Kel 20:24 dimana dibicarakan tentang mezbah dari tanah). Ada juga yang
mengatakan bahwa ia akan menyebarkan tanah itu di atas sebidang tanah di Syria,
dan dengan cara itu menguduskan tanah itu untuk keperluan penyembahan terhadap Tuhan.
Pulpit Commentary: “The
Jews themselves are known to have acted similarly, transferring earth from
Jerusalem to Babylonia, to build a temple on it; and the idea is not an
unnatural one. It does not necessarily imply the ‘polytheistic superstition’
that every god has his own land, where alone he can be properly worshipped. It
rests simply on the notion of there being such a thing as ‘holy ground’ (Exod.
3:5) - ground more suited for the worship of God than ordinary common soil,
which therefore it is worthwhile to transfer from place to place for a
religious purpose” [= Orang-orang Yahudi sendiri diketahui melakukan hal
yang mirip, memindahkan tanah dari Yerusalem ke Babilonia, untuk membangun
sebuah kuil / tempat ibadah di atasnya; dan gagasan ini adalah sesuatu yang
biasa. Itu tidak harus menunjuk pada ‘tahyul orang yang mempunyai banyak dewa’
dimana setiap dewa mempunyai daerahnya sendiri, dimana hanya di atas tanah itu
saja ia bisa disembah dengan benar. Itu hanya didasarkan pada pemikiran bahwa
ada ‘tanah kudus’ (Kel 3:5) - tanah yang lebih cocok untuk penyembahan Allah
dari pada tanah biasa, dan karena itu adalah bermanfaat untuk memindahkannya
dari satu tempat ke tempat lain untuk suatu tujuan agamawi] - hal 96.
Catatan: ingat bahwa ini terjadi dalam
Perjanjian Lama dimana agama memang bersifat sangat lahiriah. Dalam jaman
Perjanjian Baru dimana penekanannya adalah rohaniah, maka jelas bahwa hal seperti
ini tidak perlu dan bahkan tidak boleh dilakukan (bdk. Yoh 4:20-24).
c) Lebih dari itu, Namaan tidak mau
menjadi seorang syncretist (orang yang menggabungkan 2 agama atau lebih); ia hanya
mau berbakti kepada Tuhan.
Ini terlihat dari kata-katanya pada ay 17b:
“hambamu
ini tidak lagi akan mempersembahkan korban bakaran atau korban sembelihan
kepada allah lain kecuali kepada Tuhan”.
Pulpit Commentary: “It
was a noble resolve. It might offend his sovereign, it might hamper his
promotion, it might deprive him of court favour. Still, he did not hesitate; he
made the resolution, and he proclaimed it. ... There may be weakness in the
compromise with conscience which he proposes in ver. 18; but it is a pardonable
weakness in one bred up a heathen. At any rate, he does right, and sets us a
good example, in his resolute turning to Jehovah, as the true Source of the
blessing which he has received, and as therefore deserving henceforth of all
his worship and all his gratitude” (= Ini merupakan keputusan hati yang mulia.
Itu bisa menyinggung rajanya, itu bisa menghambat kenaikan pangkatnya, itu bisa
menyebabkan ia tidak disenangi di istana. Tetapi ia tetap tidak ragu-ragu; ia
membuat keputusan itu, dan memberitakannya. ... Memang ada kelemahan dalam
kompromi dengan hati nurani yang ia kemukakan dalam ay 18; tetapi itu adalah
kelemahan yang bisa diampuni dalam diri seseorang yang dibesarkan sebagai orang
kafir. Bagaimanapun juga, ia melakukan hal yang benar, dan memberi kita teladan
yang baik, dalam keputusannya untuk berpaling kepada Yehovah, sebagai Sumber
yang benar dari berkat yang telah ia terima, dan yang karena itu mulai sekarang
layak mendapatkan seluruh penyembahannya dan rasa syukurnya) - hal 101.
2) Hal
/ pelayanan kecil yang mengakibatkan hal yang besar.
Pertobatan Naaman betul-betul merupakan
suatu pertobatan yang luar biasa, dan semua itu terjadi melalui kata-kata
sederhana dari seorang anak gadis Israel (ay 4).
Pulpit Commentary: “The
dependence of the great upon the small. The recovery of this warrior resulted
from the word of this captive maid. Some persons admit the hand of God in what
they call great events! But what are the great events? ‘Great’ and ‘small’ are
but relative terms. And even what we call ‘small’ often sways and shapes the
‘great.’ One spark of fire may burn down all London” (=
Ketergantungan hal yang besar pada hal yang kecil. Kesembuhan dari pejuang ini
dihasilkan / diakibatkan dari kata-kata dari pelayan tawanan ini. Sebagian
orang mengakui tangan Allah dalam apa yang mereka sebut peristiwa besar! Tetapi
apakah peristiwa besar itu? ‘Besar’ dan ‘kecil’ hanyalah istilah yang relatif.
Dan bahkan apa yang kita sebut ‘kecil’ sering mempengaruhi dan membentuk yang
‘besar’. Sebuah letikan api bisa membakar seluruh kota London) - hal 110.
Penerapan:
·
kata-kata
ini perlu diperhatikan oleh orang yang tidak mau mengakui penentuan dan
pengaturan Allah dalam hal-hal yang kecil / remeh.
·
jangan
meremehkan hal-hal kecil yang bisa saudara lakukan bagi Tuhan, sekalipun
kelihatannya tidak ada gunanya! Tetaplah mau melakukannya, dan tekunlah dalam
melakukannya. Bdk. 1Kor 15:58 - “Karena itu, saudara-saudaraku yang kekasih, berdirilah
teguh, jangan goyah, dan giatlah selalu dalam pekerjaan Tuhan! Sebab kamu tahu,
bahwa dalam persekutuan dengan Tuhan jerih payahmu tidak sia-sia”.
3) Penyingkapan
misteri penderitaan.
Dengan terjadinya pertobatan Naaman
ini, sekarang terlihat apa sebabnya Tuhan
memberikan penyakit kusta kepada Naaman, dan apa sebabnya Tuhan mengijinkan anak gadis Israel itu
diambil dari keluarganya padahal itu adalah keluarga yang menyembah Tuhan. Semua ini bertujuan untuk
menyelamatkan orang pilihanNya yang ada di Aram, yaitu Naaman (dan mungkin juga
keluarganya dan orang-orang di sekitar Naaman yang nantinya bertobat karena
pengaruh Naaman).
Adam Clarke: “Here
the mystery of the Divine providence begins to develop itself. By the captivity
of this little maid, one Syrian family at least, and that one of the most
considerable in the Syrian empire, is brought to the knowledge of the true God” (= Di sini
misteri dari Providensia ilahi / pelaksanaan rencana Allah mulai menyingkapkan
dirinya sendiri. Oleh penawanan anak gadis ini, sedikitnya satu keluarga Aram,
dan itu adalah keluarga yang paling penting / terpandang dalam kerajaan Aram,
dibawa pada pengenalan terhadap Allah yang benar) - hal 496.
Pulpit Commentary: “It
was God’s design to show mercy to Naaman, for his own glory, as well as for a
testimony that the Gentiles were not outside the scope of his grace” (= Ini merupakan
rencana Allah untuk menunjukkan belas kasihan kepada Naaman, untuk kemuliaanNya
sendiri, dan juga sebagai suatu kesaksian bahwa orang non Yahudi tidaklah
berada di luar ruang lingkup kasih karuniaNya) - hal 114.
Pulpit Commentary: “The
cross a mercy in disguise. As it proved, this grief of Naaman’s became his
salvation. ... How often are seeming crosses and trials thus overruled for
good!” (= Salib, suatu belas kasihan dalam penyamaran. Seperti
dibuktikan, kesedihan Naaman ini menyebabkan keselamatannya. ... Betapa sering
hal-hal yang terlihat sebagai salib-salib dan pencobaan-pencobaan diatur
sedemikian rupa sehingga menghasilkan kebaikan) - hal 113,114. Ini tentu hanya berlaku
untuk orang pilihan / anak Allah.
Semua ini memang membawa keuntungan
bagi Naaman, tetapi bagaimana dengan bagi anak gadis Israel itu, dan
lebih-lebih keluarganya? Anak gadis Israel itu sedikitnya pasti bersukacita
karena pertobatan dari majikannya dan keluarganya. Dan sukar dibayangkan bahwa
Naaman dan keluarganya tetap akan memperbudaknya, setelah ‘penginjilan’ yang ia
lakukan bagi Naaman (ay 4). Mungkin sekali sejak saat itu ia akan diperlakukan
secara istimewa, dan tidak tertutup kemungkinan bahwa ia akan dikembalikan
kepada orang tuanya, disertai banyak pemberian dari Naaman.
Adam Clarke: “What
was severe to the parents of the little maid was most kind to Naaman and his
family; and the parents lost their child only a little time, that they might
again receive her with honour and glory for ever. How true are the words of the
poet! - ‘Behind a frowning providence he hides a smiling face.’” (= Apa yang
keras bagi orang tua dari anak gadis itu adalah paling baik bagi Naaman dan
keluarganya; dan orang tua itu kehilangan anak mereka hanya untuk sementara
waktu, supaya mereka bisa menerimanya kembali dengan kehormatan dan kemuliaan
selama-lamanya. Alangkah benarnya kata-kata dari sang penyair: ‘Di belakang
providensia yang merengut, Ia menyembunyikan wajah yang tersenyum’) - hal 500.
1) Kompromi
Naaman (ay 18).
Dalam ay 18 Naaman berkata kepada
Elisa: “Dan
kiranya Tuhan mengampuni hambamu
ini dalam perkara yang berikut: Apabila tuanku masuk ke kuil Rimon untuk sujud
menyembah di sana, dan aku menjadi pengapitnya, sehingga aku harus ikut sujud
menyembah dalam kuil Rimon itu, kiranya Tuhan
mengampuni hambamu ini dalam hal itu”.
Kalau hal ini ditanyakan kepada Pdt. Pipi Agus Dhali dari GKI, yang
beberapa waktu yang lalu (di radio Merdeka) menyerang ‘orang-orang yang sok kenceng dengan alasan bahwa Allah itu bukan Allah
yang maha kenceng’, maka saya yakin ia akan menyetujui tindakan kompromi
yang bengkok dari Naaman ini.
Tetapi dari sudut Naaman sendiri, jelas
bahwa hati nurani Naaman merasakan bahwa tindakan itu adalah tindakan yang
salah / berdosa. Ini terlihat dari kata-kata ‘kiranya Tuhan
mengampuni hambamu ini’
yang diulang sampai 2 x. Tetapi pada saat ini (entah kalau belakangan ia
bertobat), ia bertekad untuk tetap melakukan hal yang ia rasakan sebagai hal
yang salah itu, dan ia berharap bahwa Tuhan mengampuni tindakan komprominya
itu.
Perlu saudara ketahui bahwa dari semua
buku tafsiran yang saya pakai, tidak seorangpun menyetujui tindakan kompromi
Naaman ini. Semua menganggap bahwa itu adalah hal yang salah.
Pulpit Commentary: “Naaman
is not prepared to be a martyr for his religion. On returning to Damascus, it
will be among his civil duties to accompany his master to the national temples,
and to prostrate himself before the images of the national deities. If he
declines, if (like an early Christian) he will not enter ‘the house of the
devils,’ much less bow down before the graven image of a false god, it may cost
him his life; it will certainly cost him his court favour. For such a sacrifice
he is not prepared. Yet his conscience tells him that he will be acting
wrongly” [= Naaman tidak siap untuk menjadi martir bagi agamanya.
Sekembalinya ke Damsyik, merupakan salah satu kewajiban pemerintah untuk
menyertai tuannya ke kuil nasional, dan meniarapkan dirinya sendiri di depan
patung dari dewa-dewa nasional. Jika ia menolak, jika (seperti orang kristen
mula-mula) ia tidak mau masuk ‘rumah setan’, apalagi membungkuk di depan patung
dari allah palsu, ia bisa kehilangan nyawanya; yang jelas, ia akan tidak
disenangi di istana. Untuk pengorbanan sebesar itu ia tidak siap. Tetapi hati
nuraninya mengatakan kepadanya bahwa ia bertindak salah] - hal 96.
Penerapan:
·
kalau
hari raya Cing Bing, apakah saudara ikut pergi ke kuburan dan sembahyang di
sana, demi menyenangkan orang tua? Sekalipun saudara hanya melakukannya secara
lahiriah itu tetap adalah dosa!
·
pergaulan,
dan khususnya boss, bisa sangat mempengaruhi kerohanian seseorang, dan
menyebabkan seseorang ‘terpaksa’ berbuat dosa. Dalam kasus Naaman, ia
‘terpaksa’ masuk ke dalam kuil berhala dan ikut sujud kepada patung berhala
tersebut, tetapi dalam kasus saudara, mungkin akan ‘terpaksa’ menyebabkan
saudara tidak ke gereja, tidak melayani, berdusta (baik melalui kata-kata
ataupun tulisan), melakukan pembukuan ganda untuk menggelapkan pajak, menemani boss
ke tempat-tempat maksiat, dan sebagainya. Karena itu Yesus mengatakan:
*
Mat 10:37-39
- “Barangsiapa
mengasihi bapa atau ibunya lebih dari padaKu, ia tidak layak bagiKu; dan
barangsiapa mengasihi anaknya laki-laki atau perempuan lebih dari padaKu, ia
tidak layak bagiKu. Barangsiapa tidak memikul salibnya dan mengikut Aku, ia
tidak layak bagiKu. Barangsiapa mempertahankan nyawanya, ia akan kehilangan
nyawanya, dan barangsiapa kehilangan nyawanya karena Aku, ia akan memperolehnya”.
*
Luk 14:26
- “Jikalau
seorang datang kepadaKu dan ia tidak membenci bapanya, ibunya, isterinya,
anak-anaknya, saudara-saudaranya laki-laki atau perempuan, bahkan nyawanya
sendiri, ia tidak dapat menjadi muridKu”.
Catatan: ‘membenci’ dalam ayat ini harus
diartikan ‘kurang mengasihi’ (dibandingkan dengan kasih kepada Kristus).
Bdk. juga dengan Kis 5:29 - “Kita harus
lebih taat kepada Allah dari pada kepada manusia”.
2) Jawaban
/ kata-kata Elisa (ay 19).
Elisa menjawab / berkata: ‘Pergilah
dengan selamat / damai (SHALOM)’.
Apa arti kata-kata Elisa ini?
a) Ada yang menafsirkan bahwa Elisa
mengijinkan Naaman untuk menyertai tuannya untuk masuk ke kuil Rimon dan ikut
menyembah berhala (asal hatinya tidak sungguh-sungguh menyembah berhala
tersebut).
Kalau kata-kata Elisa ini memang
dimaksudkan untuk mengijinkan Naaman melakukan hal itu, maka mungkin alasannya
untuk menyetujui kompromi itu adalah:
·
Naaman
adalah orang yang baru bertobat, sehingga tidak bisa dituntut untuk melakukan
hal yang terlalu berat.
·
Sepanjang
hidupnya Naaman adalah orang kafir, sehingga tidak mempunyai pengertian Firman
Tuhan sama sekali.
Lagi-lagi kalau hal seperti ini
ditanyakan kepada Pdt. Pipi Agus Dhali
dari GKI, yang memang ‘tidak senang
bersikap sok kenceng’, maka saya yakin ia akan menyetujui persetujuan Elisa
ini.
Saya sendiri berpendapat berbeda. Kalau
kata-kata Elisa ini memang berarti bahwa ia memberikan persetujuannya, maka
haruslah saya katakan bahwa Elisa salah!
b) Ada yang menafsirkan bahwa Elisa bukannya
menyetujui kompromi Naaman itu; kata-katanya dalam ay 19 tidak menjawab
kata-kata Naaman dalam ay 18 itu.
Seorang penafsir dari Pulpit Commentary
mengatakan bahwa Elisa tidak menjawab karena Naaman memang tidak bertanya,
tetapi hanya menyatakan apa yang akan ia lakukan (perhatikan kata-kata Naaman
dalam ay 18 sekali lagi).
Pulpit Commentary: “Some
have thought that Elisha’s answer, ‘Go in peace,’ gave permission to Naaman to
go through this outward form of idolatry. But the prophet did not mean this at
all. His words were but the Eastern form of saying ‘good-bye.’ He neither
condemned nor approved Naaman’s action. He left it as a matter for his own
conscience. And so it must be in many things. We cannot lay down hard-and-fast
lines for others. Beginners in the Christian life, especially, should be
tenderly dealt with. But while we make every allowance for Naaman, who had
spent all his life in heathenism, let us not imitate him in his want of
decision” (= Sebagian orang mengira bahwa jawaban Elisa ‘Pergilah
dengan selamat / damai’ memberi ijin kepada Naaman untuk melewati bentuk
lahiriah penyembahan berhala ini. Tetapi sang nabi sama sekali tidak
memaksudkan hal itu. Kata-katanya hanyalah merupakan cara orang Timur
mengatakan ‘selamat tinggal’. Ia tidak mengecam atau menyetujui tindakan
Naaman. Ia membiarkannya sebagai suatu persoalan bagi hati nurani Naaman
sendiri. Dan demikianlah seharusnya dalam banyak hal. Kita tidak bisa
memberikan garis / batasan yang keras dan kaku untuk orang lain. Khususnya orang-orang
baru dalam kehidupan kristen harus diperlakukan dengan lembut. Tetapi sekalipun
kita memberikan setiap ijin bagi Naaman, yang telah menghabiskan seluruh
hidupnya dalam kekafiran, baiklah kita tidak menirunya dalam kekurangan dari
keputusannya) - hal 106.
Kalaupun ay 19 artinya bukanlah
‘mengijinkan’, tetapi sekedar ‘tidak menjawab’, saya tetap tidak setuju dengan
sikap Elisa. Saya berpendapat bahwa ia harus menjawab / memberi penjelasan, dan
menyatakan bahwa keputusan Naaman itu merupakan suatu kompromi yang salah.
Catatan: Perlu saudara ketahui bahwa nabi atau
rasul bukanlah orang yang kata-katanya / tindakannya tidak bisa salah. Mereka
hanya dijaga dari kesalahan pada saat mereka menulis Kitab Suci, tetapi
tidak dalam hal-hal yang lain!
1) Pada waktu Naaman mau memberi
persembahan kepada Elisa sebagai tanda terima kasihnya, Elisa ternyata menolak
(ay 16).
Pulpit Commentary: “Contests
of politeness are common in the East, where the one party offers to give and even
insists on giving, while the other makes a pretence of declining; but here both
parties were in earnest, and the gift was absolutely declined” (= Kontes
kesopanan merupakan sesuatu yang umum di Timur, dimana pihak yang satu
menawarkan untuk memberi dan bahkan berkeras untuk memberi, sedangkan pihak
yang lain berpura-pura menolak; tetapi di sini kedua pihak sungguh-sungguh, dan
pemberian itu ditolak secara mutlak) - hal 96.
Pulpit Commentary: “Pious
Israelites commonly brought gifts to the prophets whom they have consulted
(1Sam 9:7,8; 1Kings 14:3). But, in the case of a foreigner, ignorant hitherto
of true religion, whom it was important to impress favourably, and, if
possible, win over to the faith, Elisha deemed it advisable to take no reward.
Naaman was thus taught that Jehovah was his true Healer, the prophet the mere
instrument, and that it was to Jehovah that his gratitude, his thanks, and his
offerings were due” [= Orang Israel yang saleh biasa membawa pemberian
kepada nabi-nabi kepada siapa mereka bertanya (1Sam 9:7,8; 1Raja 14:3). Tetapi
dalam kasus seorang asing, yang sampai saat ini sama sekali tidak tahu apa-apa
tentang agama yang benar, dan sangat penting untuk diberi kesan yang baik, dan
jika mungkin, dimenangkan kepada iman yang benar, Elisa menganggap bahwa lebih
baik ia tidak menerima upah / hadiah. Dengan demikian Naaman diajar bahwa
Yehovah adalah penyembuhnya yang sebenarnya, sang nabi hanyalah alat
semata-mata, dan bahwa kepada Yehovahlah rasa terima kasihnya, ucapan
syukurnya, dan persembahannya harus diberikan] - hal 96.
Pulpit Commentary: “Prophets
were entitled to accept gifts of those who consulted them (1Sam. 9:7,8), and
Elisha himself took without hesitation the twenty loaves from the man of Baal-shalisha.
But when Naaman made his offer, Elisha felt that it was ‘a time to lose.’ He
had to show that ‘the gift of God could not be purchased with money;’ he had to
impress it on an ignorant but intelligent heathen, that Jehovah was a God not
like other gods, and that his prophets were men not like other men. He had to
teach the doctrine of free grace. His example should be a lesson to ministers,
that not every gift, even though it be offered by a willing heart, ought to be
accepted” [= Nabi-nabi berhak untuk menerima pemberian-pemberian
dari mereka yang berkonsultasi dengan mereka (1Sam 9:7,8), dan Elisa sendiri
menerima tanpa ragu-ragu 20 roti dari seseorang dari Baal-Salisa. Tetapi ketika
Naaman memberikan penawarannya, Elisa merasa bahwa itu adalah ‘saat untuk
kehilangan’. Ia harus menunjukkan bahwa ‘karunia Allah tidak bisa dibeli dengan
uang’; ia harus memberi kesan kepada orang kafir ini, yang sekalipun tidak tahu
apa-apa tetapi adalah orang yang cerdas, bahwa Yehovah adalah Allah yang tidak
seperti allah-allah lain, dan bahwa nabi-nabiNya adalah orang-orang yang
berbeda dengan orang-orang lain. Ia harus mengajar doktrin tentang kasih
karunia yang cuma-cuma. Teladannya harus menjadi pelajaran bagi para pendeta,
bahwa tidak setiap pemberian, sekalipun itu ditawarkan oleh hati yang rela,
harus diterima] - hal
101.
Catatan: kata-kata ‘a time to lose’ (= ‘saat untuk kehilangan’) diambil dari
Pkh 3:6 (KJV): ‘A time to get, and a
time to lose’ (= ada saat untuk mendapat, ada saat untuk kehilangan).
2) Gehazi menganggap Elisa bodoh, dan
setelah Naaman pergi, Gehazi menyusulnya dan meminta sesuatu, dengan
menceritakan suatu dusta. Dan Naaman dengan senang hati memberikan lebih banyak
dari yang diminta Gehazi (ay 19b-24).
a) ‘Demi Tuhan
yang hidup’ (ay 20).
Pulpit Commentary: “’As
the Lord liveth’ seems a strange phrase in the mouth of one who is bent on
lying and on stealing. But experience teaches us that religious formulæ do drop
from the lips of persons engaged in equally indefensible proceedings. This is
partly because formulæ by frequent use become mere forms, to which the utterer
attaches no meaning; partly because men blind themselves to the wrongfulness of
their actions, and find some excuses or other for any course of conduct by
which they hope to profit” (= ‘Demi Tuhan
yang hidup’ kelihatannya merupakan suatu ungkapan yang aneh dalam mulut
seseorang yang mengambil keputusan untuk berdusta dan mencuri. Tetapi
pengalaman mengajar kita bahwa formula agama sering keluar dari bibir orang
yang terlibat dalam tindakan yang sama salahnya. Ini sebagian disebabkan karena
formula itu telah menjadi sekedar suatu formula karena terlalu sering
digunakan, sehingga orang yang mengucapkannya tidak memaksudkan artinya;
sebagian lagi karena manusia membutakan diri mereka sendiri terhadap kesalahan
tindakannya, dan menemukan dalih / alasan untuk tindakan mereka oleh mana
mereka berharap mendapatkan keuntungan) - hal 97.
Penerapan:
Kalau jaman sekarang, mungkin formula
agama yang sering disalah-gunakan adalah ucapan ‘Puji Tuhan’ dan ‘Haleluyah’.
b) Naaman turun dari keretanya
mendapatkan Gehazi (ay 21).
Pulpit Commentary: “As
Bähr notes, ‘Descent from a vehicle is, in the East, a sign of respect from the
inferior to the superior;’ and Naaman, in lighting down from his chariot, must
intended to ‘honour the prophet in his servant’” (= Seperti
dicatat oleh Bähr: ‘Di Timur, turun dari kendaraan merupakan tanda penghormatan
dari yang lebih rendah kepada yang lebih tinggi’; dan Naaman, dengan turun dari
keretanya, pasti bermaksud untuk ‘menghormati sang nabi dalam pelayannya’) - hal 97.
c) Ay 21 akhir: ‘Selamat’. Ini sebetulnya merupakan pertanyaan.
KJV/RSV/NASB: ‘Is all well?’ (= Apakah semua baik-baik?).
NIV: ‘Is everything all right?’ (= Apakah segala sesuatu baik-baik?).
d) Ay 20-22:
Pulpit Commentary: “The
honour of his God, the honour of his religion, the honour of his country, the
good of Naaman - none of these things ever cost him a thought. In his mind self
is the one all-absorbing, overmastering consideration. Even his master’s honour
is of little value in his eyes. Elisha had refused to take Naaman’s gift, yet
Gehazi runs after him, and says that his master has sent him to ask for money
and clothes, just as if he was so fickle as not to know his own mind, and so mean
as now to send and beg that which but a little time before he had so sturdily
declined. Gehazi’s greed for money had blunted all the finer feelings of his
nature. No wonder that our Saviour said, ‘Take heed and beware of
covetousness.’ No wonder that Paul said, ‘The love of money is a root of all
evil.’” (= Kehormatan dari Allahnya, kehormatan dari agamanya,
kehormatan dari negaranya, kebaikan Naaman - tidak ada dari hal-hal ini yang
dipikirkannya sedikitpun. Dalam pikirannya, diri sendiri adalah satu pertimbangan
yang menyerap / menghisap dan menundukkan segala sesuatu. Bahkan kehormatan
tuannya bernilai rendah di matanya. Elisa telah menolak untuk menerima
pemberian Naaman, tetapi Gehazi mengejarnya, dan berkata bahwa tuannya telah
mengutusnya untuk meminta uang dan pakaian, seakan-akan Elisa begitu plin-plan
sehingga tidak mengetahui pikirannya sendiri, dan begitu rendah / tak berwibawa
sehingga sekarang mengutus dan meminta apa yang baru saja telah ditolaknya
dengan begitu keras. Ketamakan Gehazi terhadap uang telah menumpulkan semua
perasaan yang halus dari dirinya. Tidak heran bahwa Juruselamat kita berkata:
‘Berjaga-jagalah dan waspadalah terhadap segala ketamakan’. Tidak heran bahwa
Paulus berkata: ‘Cinta uang adalah akar segala kejahatan’) - hal 107-108. Bdk.
Luk 12:15 1Tim 6:10.
Pulpit Commentary: “How
often men grow rich, but do not grow better! Sometimes increasing wealth has
the strange effect of decreasing liberality. Sometimes increasing wealth brings
with it increase of pride. Sometimes increasing wealth has made men more
worldly. Instead of seeking to serve Christ more with their increased
opportunities and increased influence, they serve him less” (= Alangkah
seringnya orang bertambah kaya, tetapi tidak bertambah baik! Kadang-kadang
pertambahan kekayaan mempunyai akibat yang aneh yaitu penurunan kemurahan hati.
Kadang-kadang pertambahan kekayaan membawa dengannya pertambahan kesombongan.
Kadang-kadang pertambahan kekayaan telah membuat manusia menjadi lebih duniawi.
Bukannya berusaha untuk lebih melayani Kristus dengan kesempatan mereka dan
pengaruh mereka yang bertambah besar, mereka justru melayaniNya lebih sedikit) - hal 108.
e) Ay 22-23: Gehazi hanya minta 1
talenta perak, tetapi Naaman mau memberi 2 talenta. Kata-kata ‘Naaman
mendesak dia’ dalam
ay 23b menunjukkan bahwa Gehazi pura-pura tidak mau diberi 2 talenta, dan
‘baru mau’ setelah didesak. Betul-betul orang yang munafik!
3) Hukuman Gehazi (ay 25-27).
a) Gehazi berdusta kepada Elisa (ay
25).
Pulpit Commentary: “One lie
necessitates another. Once enter on the devious path, and you cannot say
whither it will conduct you. To deceive and plunder a foreigner of a hostile
nation probably seemed to Gehazi a trifle, either no sin at all, or a very
venial sin. But now he finds himself led on to telling a direct lie to his
master, which even he could not have justified to himself” (= Satu dusta
mengharuskan dusta yang lain. Sekali masuk dalam jalan tipu daya yang
berliku-liku, dan engkau tidak bisa mengatakan kemana itu akan memimpinmu.
Menipu dan menjarah seorang asing dari bangsa yang bermusuhan (yaitu Naaman)
mungkin terlihat bagi Gehazi sebagai sesuatu yang sepele, atau sama sekali
bukan dosa, atau dosa yang sangat kecil / remeh. Tetapi sekarang ia menjumpai
dirinya sendiri dibimbing untuk menceritakan suatu dusta langsung kepada
tuannya, yang bahkan dia tidak bisa membenarkan dirinya sendiri) - hal 98.
Catatan: bagian terakhir yang saya garis
bawahi itu artinya: bahkan orang yang pintar membenarkan diri seperti Gehazi,
tetap tidak bisa membenarkan dusta yang ia lakukan terhadap Elisa.
Penerapan:
Karena itu hati-hati kalau setan
membujuk saudara untuk berbuat dosa ‘satu kali saja’. Dosa yang satu kali itu
akan memaksa saudara untuk melakukan dosa-dosa lain.
Pulpit Commentary: “The
only security against a moral decline as grievous as Gehazi’s is not to enter
upon it, not to take the first step” (= Satu-satunya pengamanan terhadap
penurunan moral yang menyedihkan seperti penurunan moral Gehazi adalah tidak
memasukinya, tidak mengambil langkah pertama) - hal 102.
b) Kata-kata Elisa (ay 26-27).
·
Ay 26a: ‘hatiku ikut pergi’.
Artinya: Elisa hadir dalam roh, atau
dengan kata lain, Elisa tahu apa yang dilakukan oleh Gehazi, tentu saja karena
Tuhan memberitahunya. Jadi tidak ada gunanya Gehazi mendustainya. Sebaliknya
dusta itu memperberat hukuman Gehazi.
·
Ay 26b-27:
Gehazi dibiarkan menikmati kekayaannya, tetapi penyakit kusta Naaman diberikan
kepadanya dan keturunannya.
Pulpit Commentary: “The
lessons should be taken to heart, and should be a warning to us, both against
lying and against covetousness” (= Pelajaran ini harus disimpan / dicamkan
dalam hati, dan harus merupakan peringatan bagi kita, baik terhadap dusta
maupun terhadap ketamakan)
- hal 99.
-AMIN-
email us at : gkri_exodus@lycos.com