Nabi Elisa
oleh: Pdt. Budi Asali MDiv.
1) Sekolah nabi-nabi dalam ay 1 ini
sudah dibicarakan dalam 2Raja 2:5,19. Jadi pada jaman itu sudah ada sekolah
theologia! Ini perlu direnungkan oleh orang / golongan yang anti sekolah
theologia, dan menganggap orang yang sekolah theologia sebagai orang yang
belajar dari manusia, dilatih untuk menjadi ahli Taurat dan sebagainya.
2) Rombongan nabi berkata kepada
Elisa: ‘Cobalah lihat, tempat tinggal
kami di dekatmu ini adalah terlalu sesak bagi kami’ (ay 1).
a) ‘tempat
tinggal kami di dekatmu ini’.
KJV: ‘the place where we dwell with thee’ (= tempat dimana kami tinggal
denganmu).
RSV: ‘the place where we dwell under your charge’ (= tempat dimana kami
tinggal di bawah pimpinanmu).
NIV: ‘the place where we meet with you’ (= tempat dimana kami bertemu
denganmu).
NASB: ‘the place before you where we are living’ (= tempat di depanmu
dimana kami tinggal).
Lit: ‘the place where we sit before thee’ (= tempat dimana kami duduk di
depanmu).
Jadi mungkin yang dimaksud adalah
tempat dimana mereka berkumpul untuk mendengar ajaran Elisa (semacam kelas atau
aula).
b) ‘adalah
terlalu sesak bagi kami’.
Rupanya ada pertambahan jumlah
nabi-nabi, sehingga tempat berkumpul menjadi terlalu sesak. Jadi, di
tengah-tengah kebejatan Israel pada saat itu, ternyata sekolah nabi-nabi
mengalami kemajuan di bawah pelayanan Elisa.
3) Mereka berkata: ‘Baiklah kami pergi ke sungai Yordan dan masing-masing
mengambil satu balok dari sana, supaya kami membuat tempat tinggal untuk kami’ (ay 2).
a) Ini menunjukkan bahwa mereka tidak
memutuskan sendiri, tetapi minta ijin kepada Elisa.
Penerapan:
Ini harus ditiru dalam gereja. Tidak
boleh setiap orang melakukan segala sesuatu semaunya sendiri. Harus ada
keputusan rapat / bersama.
b) Ini juga menunjukkan bahwa mereka
mau bekerja sendiri, dan hal ini menunjukkan bahwa:
·
mereka
tidak mempunyai terlalu banyak uang. Kalau uang ada / banyak, mungkin lebih
baik kalau mereka mengupah orang lain untuk mengerjakannya, sehingga mereka
sendiri bisa menggunakan waktu untuk belajar atau melakukan hal-hal yang memang
menjadi tugas nabi!
Contoh yang salah: sekolah theologia
yang punya uang cukup menyuruh mahasiswanya giliran jaga malam. Saya
berpendapat sekolah itu seharusnya menggaji Satpam / tentara, supaya para
mahasiswanya bisa melakukan tugas belajarnya dengan lebih baik.
·
mereka
cukup mempunyai kerajinan, dan juga kerendahan hati sehingga tidak merasa diri
terlalu tinggi untuk melakukan pekerjaan seperti itu.
Matthew Poole: “Hence
it may be gathered, that although the sons of the prophets principally devoted
themselves to religious exercises, such as prayer, and praising of God, and the
studying of God’s word, and instructing of others, and waiting for Divine
revelations; yet they did sometimes employ themselves about manual arts; which
now they might be forced to, through the iniquity of the times” (= Karena itu
bisa disimpulkan, bahwa sekalipun anak-anak nabi-nabi ini terutama membaktikan
diri mereka sendiri pada hal-hal agamawi, seperti doa, memuji Allah, belajar
Firman Allah, mengajar orang-orang lain, dan menunggu wahyu / penyataan ilahi;
tetapi kadang-kadang mereka mempekerjakan diri mereka sendiri dalam
pekerjaan-pekerjaan kasar; yang sekarang terpaksa mereka lakukan,
disebabkan oleh kejahatan masa itu) - hal 727.
·
mereka
juga mempunyai kesatuan hati dalam mengerjakan pekerjaan tersebut.
Pulpit Commentary: “They
had the two conditions of successful work - unity of spirit, and individual
willingness. They were to work together for a common end, and each man was to do
his separate part. The individual wood-cutter could accomplish little.
Unitedly, they could easily make a place for their common accommodation” (= Mereka
mempunyai 2 persyaratan dari pekerjaan yang sukses - kesatuan roh / hati, dan
kemauan / kerelaan individu. Mereka harus bekerja bersama-sama untuk satu
tujuan yang sama, dan setiap orang harus melakukan bagiannya. Seorang penebang
kayu / pohon hanya bisa mencapai sedikit. Dengan bersatu, mereka dengan mudah
bisa membuat suatu tempat untuk akomodasi / penginapan mereka bersama) - hal 143.
Penerapan:
Kesatuan hati merupakan hal yang sangat
penting dalam pelayanan.
4) Elisa mengijinkan mereka melakukan
hal itu, dan seorang dari para nabi itu meminta Elisa untuk ikut dengan mereka,
mungkin untuk memimpin / memberkati apa yang mereka lakukan, dan Elisa
menyetujui hal itu (ay 3).
Mungkin pada saat itu Elisa memang
sedang agak menganggur sehingga ia mau ikut. Hal ini tidak bisa diterapkan secara
umum, seakan-akan hamba Tuhan harus selalu mau menyertai jemaatnya
dalam pelayanan yang bisa dikerjakan jemaat itu sendiri, seperti menghias
gereja untuk Natal, mengurus tempat Camp dan sebagainya. Mengapa? Karena kalau
ia melakukan hal itu, maka ia tidak akan bisa menyelesaikan tugasnya sendiri,
yang lebih penting dan yang tidak bisa dikerjakan orang lain dalam gerejanya.
Bandingkan dengan Kis 6:1-4 - “Pada masa itu, ketika jumlah murid makin
bertambah, timbullah sungut-sungut di antara orang-orang Yahudi yang berbahasa
Yunani terhadap orang-orang Ibrani, karena pembagian kepada janda-janda mereka
diabaikan dalam pelayanan sehari-hari. Berhubung dengan itu kedua belas rasul
itu memanggil semua murid berkumpul dan berkata: ‘Kami tidak merasa puas,
karena kami melalaikan Firman Allah untuk melayani meja. Karena itu, saudara-saudara,
pilihlah tujuh orang dari antaramu, yang terkenal baik, dan yang penuh Roh dan
hikmat, supaya kami mengangkat mereka untuk tugas itu, dan supaya kami sendiri
dapat memusatkan pikiran dalam doa dan pelayanan Firman.’”.
1) Pada waktu mereka sedang menebang
pohon, mata kapak yang digunakan seorang dari mereka terlepas dan jatuh ke
dalam air (ay 5a).
Ay 5a: ‘mata kapak’. Lit: ‘the iron’ (=
besinya).
·
Bangsa
Israel sudah bisa membuat mata kapak dari besi sejak jaman Musa (bdk.
Ul 19:5), mungkin mereka belajar dari bangsa Mesir.
·
Dari
Ul 19:5 itu kelihatannya lepasnya mata kapak pada saat seseorang sedang
mengapak, merupakan sesuatu yang umum / cukup sering terjadi.
2) Rupanya airnya dalam dan keruh
sehingga tak memungkinkan orang itu mengambil kembali mata kapaknya, sehingga
ia berteriak (kepada Elisa): ‘Wahai
tuanku! Itu barang pinjaman!’ (ay 5b).
a) Ay 5b: ‘barang pinjaman’. Ini = KJV/RSV/NIV/NASB.
Tetapi Clarke mengatakan: ‘it has been sought’ (= itu telah dicari).
Keil & Delitzsch: “lUxwA does
not mean borrowed, but begged” [= lUxwA (SHAUL) tidak berarti dipinjam tetapi dingemis / diminta dengan
sangat] - hal 324.
Jadi maksudnya ia berhasil meminjam
kapak itu dengan ‘mengemis’ / memohon dengan sangat.
b) Ini bahayanya meminjam sesuatu dari
orang lain.
Pulpit Commentary: “It
is well that neighbours should be ready to lend; but the incident also shows
the danger of borrowing. We should seek to be as independent of others as we
can; then, if misfortune does befall us, what we lose is at least only our own” (= Adalah baik
bahwa tetangga siap untuk meminjamkan; tetapi kejadian ini juga menunjukkan
bahaya dari tindakan meminjam. Kita harus berusaha sedapat mungkin supaya tak
tergantung orang lain; maka, jika kemalangan / kesialan menimpa kita, apa yang
kita hilangkan setidaknya hanyalah milik kita sendiri) - hal 143.
c) Teriakan orang itu menunjukkan
kekuatiran / kebingungan / kesedihannya.
·
Ini
menunjukkan bahwa ia adalah seorang peminjam yang bertanggung jawab. Orang lain
/ peminjam yang brengsek mungkin akan berkata: peduli amat, toh bukan punya
saya!
Pulpit Commentary: “It
is a spirit of conscientiousness which speaks in the man’s lament. He held the
axe as a trust, and desired earnestly to return it. It is good to see men
‘faithful in that which is least’ (Luke 16:10)” [= Merupakan
suatu roh kesungguhan yang berbicara dalam ratapan orang ini. Ia memegang kapak
sebagai suatu kepercayaan, dan dengan sungguh-sungguh ingin mengembalikannya.
Adalah baik untuk melihat orang ‘setia dalam perkara-perkara kecil’ (Luk
16:10)] - hal 143.
·
Ini
menunjukkan bahwa ia adalah orang miskin dan tidak bisa mengganti kapak itu.
Pulpit Commentary: “He
could not replace the loss. Had he been able to do so, he would not have
required to borrow. The ‘sons of the prophets’ were good men, but poor men.
An axe-head was a small thing, but it meant much to the user, and perhaps not
less to the original owner” (= Ia tidak bisa mengganti kehilangan itu. Andaikata ia
mempunyai kemampuan untuk menggantinya, ia tidak akan perlu meminjam. Anak-anak
nabi-nabi adalah orang-orang yang baik / saleh, tetapi mereka miskin.
Sebuah mata kapak merupakan hal kecil, tetapi itu besar artinya bagi
penggunanya, dan mungkin juga demikian bagi pemiliknya) - hal 143.
·
Mungkin
hal lain yang menyedihkan orang ini adalah bahwa ia tidak lagi bisa ikut
bekerja. Ia sekarang tinggal mempunyai gagang kapak, dan tanpa mata kapak, maka
gagang itu tak berguna.
Penerapan:
Apakah saudara sedih kalau tidak bisa
ikut ambil bagian dalam pekerjaan Tuhan? Atau malah senang?
3) Elisa melakukan mujijat dengan
melemparkan sepotong kayu ke tempat jatuhnya kapak, dan mata kapak itu lalu
mengapung sehingga bisa diambil kembali oleh peminjam kapak tersebut (ay 6).
a) Ay 6: ‘maka timbullah mata kapak itu’.
KJV: ‘and the iron did swim’ (= dan besi itu berenang / mengapung).
RSV/NIV/NASB: ‘and made the iron float’ (= dan membuat besi itu mengapung).
b) Orang-orang yang tidak percaya
mujijat berusaha memberilkan penjelasan yang rasionil tentang hal ini sebagai
berikut:
·
Kemungkinan
pertama, Elisa meletakkan kayu itu di bawah mata kapak itu, sehingga mata kapak
itu lalu mengapung.
·
Kemungkinan
kedua, Elisa memasukkan kayu itu ke lubang pada mata kapak itu dan menarik mata
kapak ke atas.
Pulpit Commentary: “But
both explanations do violence to the text; and we may be sure that, had either
been true, the occurrence would not have been recorded. The sacred writers are
not concerned to put on record mere acts of manual dexterity” [= Tetapi
kedua penjelasan menyimpangkan arti dari text; dan kita bisa yakin bahwa
andaikata salah satu pandangan itu benar, maka peristiwa ini tidak akan dicatat
(dalam Kitab Suci). Para penulis
yang kudus tidak berminat untuk mencatat semata-mata suatu tindakan ketrampilan
tangan / kasaran] -
hal 120.
Disamping itu, kalau Elisa bisa
mengambil mata kapak itu dengan cara biasa (tanpa mujijat), maka pasti peminjam
kapak itu atau nabi-nabi yang lain juga bisa. Lalu mengapa harus Elisa yang
melakukannya?
c) Kapan boleh mengharapkan
pertolongan yang bersifat supranatural.
Pulpit Commentary: “Elisha
here, by raising the axe and making the iron swim, overcame a law of nature -
the law of gravitation. Up to this point in this enterprise there does not seem
to have been any supernatural interposition. They prosecuted their journeying,
they cut down the timber, they carried their beams, all by their own natural
skill and force. They did not require supernatural aid. But now one of them
did, and it came. We must not expect any special power from heaven to do that
which we have the natural force to accomplish ourselves” (= Elisa di
sini, dengan menaikkan mata kapak dan membuat besi mengapung, mengatasi hukum
alam - hukum gravitasi. Sampai saat ini dalam usaha ini di sana tidak terlihat
adanya campur tangan yang bersifat supranatural / gaib. Mereka meneruskan
perjalanan mereka, mereka menebang pohon, mereka membawa / mengangkat
balok-balok, semua dengan keahlian dan kekuatan alamiah mereka. Mereka tidak
membutuhkan pertolongan yang bersifat supranatural / gaib. Tetapi sekarang
seorang di antara mereka membutuhkannya, dan hal itu datang. Kita tidak boleh
mengharapkan suatu kekuatan khusus dari surga untuk melakukan sesuatu yang bisa
kita lakukan dengan kekuatan kita sendiri) - hal 136.
Penerapan:
Dalam belajar, bekerja / mencari
nafkah, menyembuhkan penyakit, dan sebagainya, selama saudara masih bisa
berbuat sesuatu, jangan mengharapkan mujijat. Kalau memang sudah tidak ada
apapun yang bisa saudara lakukan, barulah boleh berharap adanya mujijat, tetapi
inipun tidak dijamin bahwa Allah mau melakukan mujijat. Ia bisa menolong dengan
memberi kekuatan, atau menggunakan cara-cara yang ‘biasa’.
d) Allah mau menolong kita, dalam hal
yang besar maupun kecil.
Pulpit Commentary: “Nature
is but an instrument in the hand of God, and can be bent by him to his own
purposes. The lesson of the incident is to trust God for help even in what we
might be tempted to call the small things of life. The loss of an axe-head may
seem a trivial circumstance to call for an interference with the laws of the
universe. But with God there is no great and little. We can make known all our
wants to him, with assurance of being helped” (= Alam
hanyalah suatu alat dalam tangan Allah, dan bisa Ia bengkokkan kepada tujuanNya
sendiri. Pelajaran dari kejadian ini adalah untuk percaya pada pertolongan
Allah, bahkan dalam apa yang kita sebut hal-hal kecil dari kehidupan.
Kehilangan mata kapak mungkin kelihatannya merupakan suatu keadaan yang remeh
untuk meminta ikut campurnya hukum alam semesta. Tetapi dengan Allah tidak ada
besar atau kecil. Kita bisa memberitahukan semua kebutuhan kita kepadaNya,
dengan keyakinan bahwa kita akan ditolong) - hal 143.
Serahkanlah segala problem saudara, besar atau kecil, kepada
Tuhan. Ia bisa dan mau menolong saudara.
-AMIN-
email us at : gkri_exodus@lycos.com