Nabi Elisa
oleh: Pdt. Budi Asali MDiv.
Catatan:
Boleh dikatakan semua penafsir beranggapan bahwa pasal 7 seharusnya dimulai
pada 6:24, karena cerita dalam 6:24-7:20 merupakan suatu kesatuan. Tetapi saya
tetap memutus kontex sampai akhir pasal 6, karena kalau dibahas terus sampai
7:20, khotbah akan menjadi terlalu panjang.
1) Saat
terjadinya penyerangan dan pengepungan.
Ay 24: ‘Sesudah itu ...’.
Beberapa penafsir mengatakan bahwa ini
terjadi setelah jangka waktu yang cukup lama setelah ay 23, pada waktu Benhadad
sudah melupakan kebaikan yang dilakukan oleh Elisa / Yoram terhadap pasukannya.
Penerapan:
Hati-hati supaya tak melupakan kebaikan
orang terhadap saudara seperti yang dilakukan oleh Benhadad di sini. Ini bisa
menyebabkan saudara ‘membalas air susu dengan air tuba’.
2) Ay
24: ini penyerangan besar-besaran dan total, bukan seperti dalam 6:8.
3) Matthew Poole menghubungkan
serangan dalam ay 24 ini dengan peristiwa dimana Ahab membebaskan
Benhadad, yang sebetulnya Tuhan inginkan untuk ditumpas (1Raja 20:32-34).
Ini menyebabkan seorang nabi memberitakan hukuman Tuhan dalam 1Raja 20:42,
dan Poole berpendapat bahwa sekarang hukuman / nubuat itu tergenapi.
1) Mahalnya
harga makanan.
a) Kepala keledai harganya 80 syikal
perak.
Pulpit Commentary: “The
ass, being an unclean animal (Lev. 11:4), would not be eaten at all except in
the last extremity, and the head was the worst and so the cheapest part; yet it
(was) sold for ‘eighty pieces’ (rather, shekels) of silver, or about £ 5 of our
money” [= Keledai, yang merupakan binatang haram
(Im 11:4), sama sekali tidak akan dimakan kecuali dalam kebutuhan yang
amat sangat, dan kepala adalah bagian yang paling jelek dan karena itu paling
murah; tetapi itu dijual dengan harga ‘80 keping’ (lebih tepat, syikal) perak,
atau sekitar £ 5 dalam uang kita] - hal 123.
Im 11:3-5 - “setiap binatang yang berkuku belah, yaitu yang kukunya bersela panjang,
dan yang memamah biak boleh kamu makan. Tetapi inilah yang tidak boleh kamu
makan dari yang memamah biak atau dari yang berkuku belah: unta, karena memang
memamah biak, tetapi tidak berkuku belah; haram itu bagimu. Juga pelanduk,
karena memang memamah biak, tetapi tidak berkuku belah; haram itu bagimu”.
Catatan: Sama seperti
kuda, keledai tidak berkuku belah, dan karena itu haram untuk dimakan.
Kalau keledai
yang haram, harga kepalanya (bagian terjelek dan termurah) mencapai 80 syikal
perak, bisa dibayangkan berapa harganya bagian tubuh lain dari keledai, seperti
pahanya, dan sebagainya. Lebih-lebih berapa harga daging sapi atau domba, yang
memang merupakan makanan yang halal.
b) ¼ kab tahi merpati harganya 5
syikal perak.
1. Ukuran
‘kab’ (Inggris: ‘cab’).
Barnes’ Notes: “This
measure is not mentioned elsewhere in Scripture. According to the Rabbinical
writers it was the smallest of all the dry measures in use among the Jews,
being the sixth part of a seah, which was the third part of an ephah. It was
about equal to two of our quarts, the ‘fourth part of a cab’ would be about a
pint” (= Ukuran ini tidak disebutkan di tempat lain dalam
Kitab Suci. Menulis penulis-penulis Yahudi itu merupakan ukuran kering yang
terkecil yang digunakan di kalangan orang Yahudi, yang sama dengan 1/6 bagian
dari 1 sukat, yang sama dengan 1/3 bagian dari 1 efa. Itu kira-kira sama dengan
2 quart, sehingga 1/4 cab kira-kira
sama dengan 1 pint) - hal 242. ‘seah’ = ‘sukat’ (7:1).
Catatan:
·
1 quart = ¼ gallon = 0,945 liter; sedangkan 1 pint = ½ quart = 0,4725
liter.
·
Footnote
NIV mengatakan bahwa ¼ cab itu sama dengan sekitar ½ pint atau 0,3 liter.
·
Adam
Clarke: “The ‘cab’ was about a quart or three pints” (= Satu ‘kab’
kira-kira sama dengan 1 quart atau 3 pint) - hal 502.
Kesimpulan: tidak ada keseragaman ataupun
kepastian tentang ukuran ‘kab’ ini.
2. ‘Tahi merpati’.
Ada bermacam-macam penafsiran tentang
istilah ‘tahi merpati’ ini dan kegunaannya:
·
Ada yang
mengartikan istilah ‘tahi merpati’ sebagai nama suatu tanaman.
·
Ada juga
yang menganggapnya sebagai nama dari sejenis kacang polong.
Adam Clarke: “it
is probably a sort of pease are meant, which the Arabs to this day call by this
name” (= yang dimaksudkan mungkin adalah sejenis kacang
polong, yang sampai hari ini disebut dengan nama ini oleh orang Arab) - hal 502.
·
Clarke
menambahkan bahwa tahi merpati (dalam arti hurufiah) digunakan untuk
menumbuhkan mentimun, melon, dan sebagainya. Jadi bukan untuk dimakan.
·
Pulpit
dan Barnes menafsirkan istilah ‘tahi merpati’ ini secara hurufiah, dan
mengatakan bahwa ini dijual sebagai makanan, dalam keadaan kelaparan.
Pulpit Commentary mengutip kata-kata
Josephus yang mengatakan:
“Both animal and human excrement have been eaten in
sieges, when a city was in the last extremity” (= Baik
kotoran binatang maupun manusia dimakan dalam pengepungan, pada waktu suatu
kota ada dalam kebutuhan yang amat sangat) - hal 123.
Bdk. 2Raja 18:27 - “Tetapi juru minuman agung berkata kepada mereka:
‘Adakah tuanku mengutus aku untuk mengucapkan perkataan-perkataan ini hanya
kepada tuanmu dan kepadamu saja? Bukankah juga kepada orang-orang yang duduk di
atas tembok, yang memakan tahinya dan meminum air kencingnya
bersama-sama dengan kamu?’”. (Bdk. juga dengan ayat paralelnya dalam Yes 36:12 yang
bunyinya kurang lebih sama).
Saya berpendapat bahwa menafsirkan ini
secara hurufiah agak aneh, karena kalau masih ada merpati, bukankah lebih baik
merpatinya yang dimakan? Disamping itu merpati itu makan apa kok masih bisa
hidup? Atau mungkin, selama pengepungan tahi merpati itu sudah dikumpulkan
sebagai persediaan makanan, dan setelah merpatinya dimakan, barulah tahi
merpati itu terpaksa dimakan.
·
Keil
& Delitzsch: “The expression may be taken literally, since dung has
been known to be collected for eating in times of terrible famine (vid. Joseph.
Bell. Jud. verse 13,7); but it may also be figuratively employed to signify a
very miserable kind of food, as the Arabs call the ‘herba Alcali’ ..., i.e.
‘sparrow’s dung’” [= Ungkapan ini bisa diartikan secara hurufiah, karena
diketahui bahwa kotoran / tahi dikumpulkan sebagai makanan pada masa kelaparan
yang hebat (lihat Joseph. Bell. Jud. ayat 13,7); tetapi itu juga bisa digunakan
secara kiasan untuk menunjuk pada makanan yang sangat buruk / menyedihkan,
seperti orang Arab menyebutnya ‘HERBA ALCALI’ ... yaitu ‘tahi burung pipit’] -
hal 328.
2) Ibu
yang membunuh dan memakan anaknya sendiri (ay 26-29).
a) Seorang ibu datang menghadap raja
dan meminta tolong (ay 26).
b) Yoram, yang mengira bahwa ibu itu
minta tolong dalam persoalan makanan, lalu menjawab dalam ay 27: “Jika TUHAN tidak
menolong engkau, dengan apakah aku dapat menolong engkau? Dengan hasil
pengirikankah atau hasil pemerasan anggur?”.
·
Kalimat
pertama berarti bahwa hanya Tuhan yang bisa menolong, dia sendiri, sekalipun
seorang raja, tidak bisa menolong.
·
Kata-kata
‘Dengan hasil pengirikankah atau hasil
pemerasan anggur?’
artinya: ‘apakah kamu kira aku masih punya bahan makanan atau minuman? Aku
tidak punya apa-apa dan karena itu tidak bisa menolongmu’.
Bdk. Hos 9:1-2 - “Janganlah bersukacita, hai Israel! Janganlah
bersorak-sorak seperti bangsa-bangsa! Sebab engkau telah berzinah dengan
meninggalkan Allahmu, engkau telah mencintai upah sundal di segala tempat
pengirikan gandum. Tempat pengirikan gandum dan tempat pemerasan anggur
tidak akan memberi mereka makan, dan anggur akan mengecewakan mereka”.
c) Ibu itu lalu menceritakan
persoalannya kepada raja (ay 28-29).
1. Apa
yang dilakukan oleh kedua ibu di sini terhadap anak mereka?
·
Adam
Clarke mengatakan bahwa di sini tidak terjadi pembunuhan terhadap anak.
Anak-anak itu sudah mati kelaparan, lalu dimakan oleh ibunya. Saya tidak setuju
dengan penafsiran Clarke ini. Saya berpendapat bahwa anak itu dibunuh untuk
dimakan.
·
Apa
sebabnya ibu pertama itu menyembunyikan anaknya?
*
Ada yang
mengatakan bahwa wanita pertama itu menyembunyikan anaknya untuk memakannya
sendirian.
*
Tetapi
Pulpit Commentary (hal 124) mengatakan bahwa ia menyembunyikannya untuk
menyelamatkannya. Ada juga yang menambahkan bahwa setelah ia memakan anak dari
ibu yang kedua itu, sehingga rasa laparnya dipuaskan, maka ia tidak tega untuk
membunuh anaknya sendiri dan lalu menyembunyikan anaknya itu.
Sekalipun saya condong untuk
berpendapat bahwa ibu itu menyembunyikan anaknya karena ia mau menyelamatkannya,
tetapi penafsiran yang pertama bukanlah sesuatu yang mustahil, khususnya kalau
kita membandingkan dengan Ul 28:54-55, yang berbunyi: “Dan orang laki-laki yang paling
lemah dan paling manja di antaramu akan kesal terhadap saudaranya atau terhadap
isterinya sendiri atau terhadap anak-anaknya yang masih tinggal padanya, sehingga
kepada salah seorang dari mereka itu ia tidak mau memberikan sedikitpun dari
daging anak-anaknya yang dimakannya, karena tidak ada lagi sesuatu yang
ditinggalkan baginya, dalam keadaan susah dan sulit yang ditimbulkan musuhmu
kepadamu di segala tempatmu”.
2. Persoalan
memakan anak sendiri.
a. Ini sudah diancamkan oleh Tuhan,
kalau Israel tidak taat kepada Tuhan.
·
Ul 28:53-57
- “Dan engkau akan memakan buah kandunganmu, yakni
daging anak-anakmu lelaki dan anak-anakmu perempuan yang diberikan kepadamu
oleh TUHAN, Allahmu, - dalam keadaan susah dan sulit yang ditimbulkan musuhmu
kepadamu. Dan orang laki-laki yang paling lemah dan paling manja di antaramu
akan kesal terhadap saudaranya atau terhadap isterinya sendiri atau terhadap
anak-anaknya yang masih tinggal padanya, sehingga kepada salah seorang dari
mereka itu ia tidak mau memberikan sedikitpun dari daging anak-anaknya yang
dimakannya, karena tidak ada lagi sesuatu yang ditinggalkan baginya, dalam
keadaan susah dan sulit yang ditimbulkan musuhmu kepadamu di segala tempatmu.
Perempuan yang lemah dan manja di antaramu, yang tidak pernah mencoba
menjejakkan telapak kakinya ke tanah karena sifatnya yang manja dan lemah itu,
akan kesal terhadap suaminya sendiri atau terhadap anaknya laki-laki atau
anaknya perempuan, karena uri yang keluar dari kandungannya ataupun karena
anak-anak yang dilahirkannya; sebab karena kekurangan segala-galanya ia akan
memakannya dengan sembunyi-sembunyi, dalam keadaan susah dan sulit yang
ditimbulkan musuhmu kepadamu di dalam tempatmu”.
·
Im 26:29 - “dan kamu akan
memakan daging anak-anakmu lelaki dan anak-anakmu perempuan”.
Catatan: kedua text ini
ini ada dalam kontext ‘kutuk yang diberikan oleh Tuhan kalau Israel tidak
taat’. Karena itu terjadinya hal itu pada saat ini menunjukkan bahwa Israel
sedang dihukum / dikutuk oleh Tuhan karena ketidak-taatannya.
b. Kalau ada orang meragukan apakah
manusia sampai bisa melakukan hal yang begitu mengerikan, maka jawabnya adalah
bahwa sejarah menunjukkan bahwa hal seperti itu terjadi berulang-ulang!
Pulpit Commentary: “One
asks - Could human nature, in its direst extremity, ever descend to such
revolting deeds? Alas! the instances in history are not few. We have reason to
thank God for his goodness in preserving us from such extremity and such
temptation” (= Seseorang bertanya: ‘Bisakah manusia, dalam keadaan
kebutuhan yang amat sangat, turun / merendahkan diri pada suatu tindakan yang
menakutkan / menjijikkan seperti itu?’ Contoh-contoh dalam sejarah tidaklah
sedikit. Kita punya alasan untuk bersyukur kepada Allah untuk kebaikanNya dalam
memelihara kita dari kebutuhan amat sangat seperti itu dan dari pencobaan
seperti itu) - hal
146.
Pulpit (hal 124) mengatakan bahwa
sejarah menunjukkan bahwa nubuat ini digenapi 3 x, yaitu:
·
dalam
pengepungan terhadap Samarian di sini.
·
dalam
pengepungan terhadap Yerusalem oleh Nebukadnezar. Bandingkan dengan:
*
Rat 4:10
- “Dengan tangan sendiri wanita yang lemah lembut
memasak kanak-kanak mereka, untuk makanan mereka tatkala runtuh puteri
bangsaku”.
*
Yeh 5:10
- “Sebab itu di tengah-tengahmu ayah-ayah akan
memakan anak-anaknya dan anak-anak memakan ayahnya dan Aku akan menjatuhkan hukuman
kepadamu, sedang semua yang masih tinggal lagi dari padamu akan Kuhamburkan ke
semua penjuru angin”.
·
dalam
pengepungan terhadap Yerusalem oleh Titus. Ini diceritakan oleh Josephus.
c. Dalam keadaan kelaparan seperti ini
barulah kata-kata dalam doa Bapa kami ‘give
us this day our daily bread’ (= berikan kepada kami hari ini roti harian
kami) terasa penting (Pulpit, hal 146). Pernahkah / seringkah / selalukah
saudara berdoa demikian?
1) Mendengar cerita yang mengerikan
dari ibu tersebut, Yoram menjadi begitu sedih sehingga mengoyakkan pakaiannya
(ay 30a).
Pengoyakan pakaian ini menyebabkan kain
kabung, yang tadinya ia pakai secara tersembunyi di bawah pakaiannya, menjadi
terlihat (ay 30b).
Ada komentar-komentar yang bertentangan
tentang hal ini.
a) Ada yang menilai hal ini secara
negatif.
Pulpit Commentary: “We
are scarcely entitled to deny him any true penitential feeling, though no
doubt he was far from possessing a chastened or humble spirit. Poor weak
humanity has at one and the same time good and evil impulses, praiseworthy and
culpable feelings, thoughts which come from the Holy Spirit of God, and
thoughts which are inspired by the evil one” (= Kita tidak berhak untuk menganggapnya
tidak mempunyai perasaan bertobat yang sungguh-sungguh, sekalipun tidak
diragukan bahwa ia tidak mempunyai ketundukan atau kerendahan hati. Manusia
yang lemah dan buruk pada saat yang sama mempunyai dorongan hati yang baik dan
jahat, perasaan-perasaan yang patut dipuji dan patut dicela, pikiran-pikiran
yang datang dari Roh Kudus Allah dan pikiran-pikiran yang diilhamkan oleh si
jahat) - hal 124.
b) Tetapi ada yang menganggap bahwa
pemakaian kain kabung secara tersembunyi, tidak dipamerkan, ini merupakan
sesuatu yang baik.
Pulpit Commentary: “We
can at least make Jehoram an example in the unostentatiousness of his exercises
of penitence (Matt. 6:16-18)” [= Setidaknya kita bisa menjadikan Yoram
suatu teladan dalam tindakan pertobatan yang tidak dipamerkan (Mat 6:16-18)] - hal 146.
Saya berpendapat bahwa baik tidaknya
tindakan menyembunyikan kain kabung itu, tergantung pada motivasi tindakan
tersebut, dan kita tidak tahu apa motivasi Yoram melakukan hal tersebut.
2) Yoram
bersumpah untuk membunuh Elisa (ay 31).
a) Kata-kata ‘Beginilah
kiranya Allah menghukum aku, bahkan lebih dari pada itu’ jelas
menunjukkan suatu sumpah.
Bandingkan dengan sumpah Izebel (ibu
Yoram) untuk membunuh Elia dalam 1Raja 19:2 - “maka
Izebel menyuruh seorang suruhan mengatakan kepada Elia: ‘Beginilah kiranya para
allah menghukum aku, bahkan lebih lagi dari pada itu, jika besok kira-kira
pada waktu ini aku tidak membuat nyawamu sama seperti nyawa salah seorang dari
mereka itu.’”.
Catatan: baik kata ‘Allah’ dalam sumpahnya Yoram, maupun kata-kata ‘para allah’ dalam sumpahnya Izebel, dalam bahasa Ibraninya
menggunakan kata ELOHIM.
Apa yang bisa
kita pelajari dari perbandingan kedua sumpah ini?
·
sumpah serapah orang tua akan ditiru oleh anaknya.
Demikian pula caci maki, kata-kata kotor dan sebagainya.
·
ancaman Yoram ini lebih buruk dari pada ancaman Izebel,
karena alasannya sama sekali tidak ada.
Pulpit Commentary: “Even
Jezebel’s threat had apparently more reason for it than Jehoram’s. Elijah had
undoubtedly slain the prophets of Baal. But in this case Elisha was innocent of
any charge” (= Bahkan ancaman Izebel jelas mempunyai lebih banyak
alasan untuk itu dari pada ancaman Yoram. Elia jelas membunuh nabi-nabi Baal.
Tetapi dalam kasus ini Elisa tidak bersalah terhadap tuduhan apapun) - hal 135.
·
Baik
Izebel maupun Yoram gagal menepati sumpahnya untuk membunuh Elia / Elisa.
b) Tidak terlalu jelas mengapa Yoram
marah kepada Elisa / menyalahkan Elisa, dan ingin membunuhnya.
·
Karena ia
beranggapan bahwa Elisa bisa melakukan mujijat, tetapi tetap diam saja melihat
hal itu.
·
Karena
tadinya Elisa menyuruh dia untuk berharap kepada Tuhan.
Bdk. ay 33b - ‘Mengapakah aku
berharap kepada Tuhan lagi?’.
NIV: ‘Why should I wait for the Lord
any longer?’ (= Mengapa aku harus menunggu Tuhan lebih lama lagi?).
Jadi rupanya Yoram sudah melakukan
nasehat Elisa itu, tetapi tidak ada hasilnya dan keadaan bahkan makin memburuk.
·
Karena ia
marah kepada Allah, dan ia lalu mau melampiaskan kemarahan tersebut kepada
hamba Allah.
·
Ia
beranggapan bahwa andaikata Elisa tidak melarangnya membunuh tentara Aram yang
tertawan dalam 6:22-23, maka orang Aram tidak akan mempunyai cukup tentara
untuk mengepung mereka seperti sekarang ini.
c) Elisa tahu akan hal itu, dan tetap
tenang (ay 32).
·
Ay 32:
‘si pembunuh’.
KJV: ‘this son of a murderer’ (= anak pembunuh ini).
Pulpit mengatakan bahwa Elisa menyebut
Yoram seperti itu karena Ahab dan Izebel (orang tua Yoram) memang pembunuh.
·
Sekalipun
tenang / tidak takut, tetapi Elisa tetap melakukan apa yang perlu dilakukan
untuk menghindari pembunuhan tersebut (ay 32b - ‘Awas-awaslah,
apabila suruhan itu datang, segeralah tutup pintu dan tahanlah dia supaya orang
itu jangan masuk. Bukankah sudah kedengaran bunyi langkah tuannya di
belakangnya?’).
3) Yoram
menyatakan keputusasaannya / ketidakpercayaannya (ay 33b).
Keil & Delitzsch: “the
words of a despairing man, in whose soul, however, there was a spark of faith
still glimmering. The very utterance of his feelings to the prophet shows that
he had still a weak glimmer of hope in the Lord, and wished to be strengthened
and sustained by the prophet; and this strengthening he received” (= kata-kata
dari orang yang putus asa, tetapi dalam jiwa siapa masih ada percikan dari iman
yang tetap berkelap-kelip / memberikan cahaya redup. Ungkapan perasaannya kepada
sang nabi menunjukkan bahwa ia tetap mempunyai cahaya pengharapan yang lemah
kepada Tuhan, dan menginginkan untuk dikuatkan dan ditopang oleh sang nabi; dan
ia menerima penguatan ini)
- hal 330.
Saya sendiri tidak terlalu yakin akan
kebenaran kata-kata Keil & Delitzsch ini, bahwa Yoram masih mempunyai
sedikit iman.
Pulpit Commentary: “his
words show his radical misconception of religion. To wait on the Lord was not a
duty to be done from regard to its own rightness and propriety. It was, he
thought, a means to an end. If benefits were to be gained from it, it was to be
done; if not, it was to be set aside. Service of God which springs from this
principle is not true service. It is disguised self-interest. It has no real
spring of love, devotion, or worship. The spirit is kindred with that of the
fetish-worshipper, who prays to his gods for rain, and beats them if he does
not get it. But why blame Jehoram, as if he were specially impious? Does not
the same spirit show itself in multitudes among ourselves? While the sun shines
on them they are willing enough to be religious. If adversity comes, there is
unbelief, murmuring, impatience, rebellion at the Divine ordering. ‘Shall we
receive good at the hand of God, and shall we not receive evil?’ (Job 2:10). It
is not enough to acknowledge that evil is from the Lord, we must humble
ourselves under his hand, submit to him, own the justice of his dealings, and
seek to profit by his chastisements. We must not faint, or grow unbelieving,
but be assured that, in protracting the hour of deliverance, God is but waiting
to make the deliverance more signal and glorious (Heb. 12:5-11)” [=
kata-katanya menunjukkan kesalah-mengertian yang radikal / mendasar tentang
agama. Melayani Tuhan bukanlah suatu kewajiban yang harus dilakukan dengan
melihat pada kebenaran dan kepatutan hal itu. Ia beranggapan bahwa itu adalah
suatu cara untuk mencapai suatu tujuan. Jika manfaat didapatkan dari hal itu,
maka itu harus dilakukan; jika tidak, maka itu harus disingkirkan. Pelayanan
kepada Allah yang timbul dari prinsip ini bukanlah pelayanan yang benar. Itu
adalah pementingan diri sendiri yang disamarkan. Itu tidak mempunyai sumber
kasih, pembaktian atau penyembahan. Ini adalah roh / semangat yang sama dengan
penyembah jimat, yang berdoa kepada allah-allahnya untuk hujan, dan memukuli
mereka jika ia tidak mendapatkannya. Tetapi mengapa kita menyalahkan Yoram,
seakan-akan ia adalah orang jahat yang khusus / spesial? Bukankah roh /
semangat yang sama ada dalam jumlah yang banyak dalam diri kita sendiri? Pada
saat matahari bersinar pada mereka mereka mau untuk menjadi religius. Jika
kesengsaraan / kemalangan datang, di sana ada ketidak-percayaan, sungut-sungut,
ketidak-sabaran, pemberontakan terhadap pengaturan Ilahi. ‘Apakah kita mau
menerima yang baik dari Allah, tetapi tidak mau menerima yang buruk?’
(Ayub 2:10). Tidak cukup untuk mengakui bahwa bencana datang dari Tuhan,
kita harus merendahkan diri kita sendiri di bawah tanganNya, tunduk kepadaNya,
mengakui keadilan tindakanNya, dan berusaha untuk mendapatkan manfaat dari
hajaranNya. Kita tidak boleh lemah, atau menjadi tidak percaya, tetapi harus
yakin bahwa dalam menunda saat pembebasan, Allah sedang menunggu untuk membuat
pembebasan itu lebih gemilang dan mulia (Ibr 12:5-11)] - hal 147.
Ibr 12:5-11
- “Dan sudah lupakah kamu akan nasihat yang berbicara
kepada kamu seperti kepada anak-anak: ‘Hai anakku, janganlah anggap enteng
didikan Tuhan, dan janganlah putus asa apabila engkau diperingatkanNya; karena
Tuhan menghajar orang yang dikasihiNya, dan Ia menyesah orang yang diakuiNya
sebagai anak.’ Jika kamu harus menanggung ganjaran; Allah memperlakukan kamu
seperti anak. Di manakah terdapat anak yang tidak dihajar oleh ayahnya? Tetapi,
jikalau kamu bebas dari ganjaran, yang harus diderita setiap orang, maka kamu
bukanlah anak, tetapi anak-anak gampang. Selanjutnya: dari ayah kita yang
sebenarnya kita beroleh ganjaran, dan mereka kita hormati; kalau demikian
bukankah kita harus lebih taat kepada Bapa segala roh, supaya kita boleh hidup?
Sebab mereka mendidik kita dalam waktu yang pendek sesuai dengan apa yang
mereka anggap baik, tetapi Dia menghajar kita untuk kebaikan kita, supaya kita
beroleh bagian dalam kekudusanNya. Memang tiap-tiap ganjaran pada waktu ia
diberikan tidak mendatangkan sukacita, tetapi dukacita. Tetapi kemudian ia
menghasilkan buah kebenaran yang memberikan damai kepada mereka yang dilatih
olehnya”.
Apakah saudara sedang mengalami penderitaan yang hebat dan
berlarut-larut? Dan apakah saudara sudah putus asa, kecewa, marah kepada Tuhan,
mundur dari Tuhan dsb dalam keadaan tersebut? Tetaplah percaya dan berharap
kepada Tuhan, bukan hanya bahwa Ia akan menolong saudara pada waktunya, tetapi
juga bahwa semua ini diberikan olehNya bagi kebaikan saudara!
-AMIN-
email us at : gkri_exodus@lycos.com