Eksposisi Injil Lukas
oleh : Pdt. Budi Asali M.Div.
Para penafsir memperdebatkan apakah bagian ini merupakan
suatu perumpamaan atau cerita yang betul-betul terjadi.
Calvin: “Some look upon it as a
simple parable; but, as the name Lazarus occurs in it, I rather consider it to
be the narrative of an actual fact” (= Sebagian orang memandangnya sebagai suatu
perumpamaan; tetapi karena nama Lazarus ada di dalamnya, saya menganggapnya sebagai
suatu cerita dari fakta yang sungguh-sungguh terjadi) - hal 184.
Bagian yang kelihatan adalah kehidupan dari 2 orang dalam
cerita ini (Lazarus dan orang kaya) sampai mereka mati dan dikuburkan.
Sekarang mari kita mempelajari beberapa hal dari bagian
ini.
1) Kedua
orang itu sama-sama adalah orang Yahudi.
a) Untuk
Lazarus itu terlihat dari namanya.
Nama Lazarus berasal dari kata Ibrani EL AZAR yang
berarti ‘God has helped’ (= Allah telah menolong).
b) Untuk
orang kaya ini terlihat dari:
·
ia menyebut Abraham dengan
sebutan ‘bapa’ (ay 24,27,30), dan Abraham menyebutnya dengan
sebutan ‘anak’ (ay 25). Sebutan ‘bapa’ maupun ‘anak’ di sini tidak
mungkin diartikan dalam arti rohani (seperti misalnya dalam Luk 19:9),
karena orang kaya ini jelas bukan orang beriman. Jadi sebutan ‘bapa’ maupun
‘anak’ harus diartikan secara jasmani, dan ini menunjukkan bahwa orang kaya ini
adalah keturunan Abraham.
·
orang kaya ini mempunyai 5
saudara, dan Abraham mengatakan bahwa kelima saudaranya itu mempunyai ‘kesaksian Musa dan para
nabi’ (ay 29), yang jelas menunjuk
pada Perjanjian Lama. Bahwa mereka mempunyai Perjanjian Lama, jelas menunjukkan
bahwa mereka adalah orang Yahudi (bdk. Ro 3:1-2). Kalau mereka adalah
orang Yahudi, maka jelas bahwa orang kaya itu juga adalah orang Yahudi.
Catatan: para penafsir biasanya menyebut orang
kaya ini dengan sebutan ‘Dives’, yang
sebetulnya bukan merupakan suatu nama tetapi merupakan suatu kata bahasa
Latin untuk ‘kaya’ (Barclay, hal 213).
2) Kedua
orang ini mempunyai 2 kehidupan yang sangat kontras (ay 19-21).
a) Yang
satu sangat kaya, yang lain sangat miskin.
Dalam terjemahan Kitab Suci Indonesia dikatakan bahwa
Lazarus adalah seorang ‘pengemis’ (ay 20).
Demikian juga KJV dan NIV menterjemahkan ‘beggar’ (= pengemis). Tetapi
sebetulnya kata Yunani yang dipakai hanyalah berarti ‘orang miskin’. Karena itu
RSV/NASB yang menterjemahkan ‘a poor man’ (= seorang miskin), merupakan
terjemahan yang lebih benar.
Selanjutnya perlu diketahui bahwa
untuk kata ‘orang miskin’ ini digunakan kata Yunani PTOCHOS. Dalam bahasa
Yunani ada beberapa kata yang bisa diartikan ‘orang miskin’, yaitu PTOCHOS,
PENES, dan PENICHROS, tetapi artinya sebetulnya agak berbeda. Kata PENES dan
PENICHROS juga berarti ‘orang miskin’ tetapi ini menunjuk kepada orang miskin
yang masih mempunyai sedikit uang. Tetapi kata PTOCHOS menunjuk kepada orang
miskin yang sama sekali tidak mempunyai apa-apa.
Pulpit Commentary mengomentari kata PTOCHOS dalam
Mat 5:3 sebagai berikut:
·
“PTOCHOS, in classical and philosophical usage, implies a lower
degree of poverty than PENES (2Cor 9:9)” [= PTOCHOS, dalam
penggunaan klasik dan filosofis, menunjukkan tingkat kemiskinan yang lebih
rendah dari PENES (2Kor 9:9)] - hal 147.
·
“The PENES may be so poor that he earns his bread by daily
labour; but the PTOCHOS is so poor that he only obtains his living by begging
... The PENES has nothing superfluous, the PTOCHOS nothing at all” (= Orang yang PENES adalah orang yang begitu
miskin sehingga ia mendapatkan roti / makanannya melalui kerja keras setiap
hari; tetapi orang yang PTOCHOS adalah orang yang begitu miskin sehingga ia
hanya mendapatkan penghidupannya melalui pengemisan ... Orang yang PENES tidak
mempunyai apapun secara berlebihan, orang yang PTOCHOS sama sekali tidak
mempunyai apapun) - hal 147.
Perbedaan ini ditunjukkan secara menyolok dalam cerita
tentang seorang janda miskin yang memberikan seluruh uangnya kepada Tuhan dalam
Luk 21:1-4. Dalam Luk 21:2 ada kata ‘miskin’ dan demikian juga dalam
Luk 21:3, tetapi dalam Luk 21:2 digunakan kata Yunani PENICHROS dan
dalam Luk 21:3 digunakan kata Yunani PTOCHOS. Mengapa berbeda? Karena
dalam Luk 21:2 sekalipun janda itu miskin, tetapi ia masih mempunyai uang
sedikit (2 peser), dan karenanya digunakan kata PENICHROS. Tetapi setelah
uangnya dipersembahkan semua, ia tidak mempunyai apa-apa lagi, sehingga dalam
Luk 21:3 digunakan kata PTOCHOS.
b) Yang
satu ‘setiap
hari bersukaria dalam kemewahan’ /
berpesta (ay 19); yang lain ‘ingin menghilangkan laparnya dengan apa yang jatuh dari meja
orang kaya itu’ (ay 21).
William Barclay: “In
that time there were no knives, forks or napkins. Food was eaten with hands
and, in every wealthy houses, the hands were cleansed by wiping them on hunks
of bread, which were then thrown away. That was what Lazarus was waiting for” (=
Pada jaman itu tidak digunakan pisau, garpu atau serbet. Makanan dimakan dengan
tangan dan dalam setiap rumah orang kaya, tangan dibersihkan dengan
mengusapkannya pada potongan roti, yang lalu dibuang. Itulah yang ditunggu oleh
Lazarus) - hal
213-214.
c) Yang
satu mempunyai rumah; yang lain berbaring dekat pintu rumah orang kaya itu (ay
20).
d) Yang
satu berpakaian ‘jubah ungu dan kain halus’
(ay 19a); yang lain bahkan tidak bisa membeli perban untuk membalut
luka-lukanya sehingga anjing-anjing menjilati luka-lukanya (ay 21b).
3) Kedua
orang ini sama-sama mati (ay 22a,23a)!
Ditinjau dari satu sudut, orang miskin lebih sukar mati
dari orang kaya. Mengapa? Karena orang kaya bisa membeli segala makanan yang
enak-enak, sehingga menjadi gemuk, kolesterolnya naik, dan mudah terkena
serangan jantung. Sedangkan orang miskin makanannya sederhana sehingga relatif
bebas dari bahaya itu.
Tetapi, ditinjau dari sudut yang lain, orang miskin lebih
mudah mati dibandingkan dengan orang kaya. Mengapa? Karena kalau orang kaya
sakit, ia dengan mudah membeli obat, pergi ke dokter, bahkan kalau perlu
berobat ke luar negeri, untuk menyembuhkan penyakitnya. Tetapi kalau orang
miskin sakit, apalagi dalam masa krismon seperti sekarang, ia tidak bisa
membeli obat atau pergi ke dokter, sehingga cepat mati.
Tetapi apakah seseorang itu kaya atau miskin, tua atau
muda, sehat atau sakit-sakitan, tetap saja semua orang akan mati (bdk. Ibr 9:27
- “manusia
ditetapkan untuk mati hanya satu kali saja, dan sesudah itu dihakimi”).
Celakanya, kita tidak tahu kapan kematian itu akan
‘menjemput’ kita. Kalau itu terjadi pada hari ini, siapkah saudara?
4) Kedua
orang ini sama-sama dikubur.
Memang untuk orang kaya disebutkan penguburannya
(ay 23a), sedangkan untuk Lazarus tidak. Tetapi rasanya tidak mungkin
Lazarus tidak dikubur, karena bau mayatnya pasti akan mengganggu banyak orang.
Orang kaya diceritakan penguburannya sedangkan Lazarus tidak, karena Lazarus
dikubur secara sederhana, sedangkan orang kaya dikubur dengan upacara yang
hebat, peti mati yang mahal, kuburan yang indah dsb.
Biasanya manusia menyoroti kehidupan hanya sampai di
sini. Kematian dan penguburan dianggap sebagai akhir segala-galanya. Andaikata
cerita ini hanya berhenti sampai sini, maka jelas bahwa semua orang
menginginkan kehidupan orang kaya itu, bukan kehidupan Lazarus. Karena itu
manusia berusaha mati-matian untuk kehidupan yang sekarang ini! Tetapi dalam
cerita ini, Yesus melanjutkan dengan menunjukkan bagian yang tidak kelihatan,
yang seringkali diabaikan orang.
Bagian yang tidak kelihatan ini diceritakan dalam
ay 22b,23b-31. Jadi penceritaannya jauh lebih panjang dari bagian yang
kelihatan tadi. Ini menunjukkan bahwa dalam hidup kita, kita harus lebih
menekankan bagian yang tidak kelihatan ini. Bandingkan dengan 1Kor 15:19 - “Jikalau kita hanya
dalam hidup ini saja menaruh pengharapan pada Kristus, maka kita adalah
orang-orang yang paling malang dari segala manusia”.
Memang Kristus juga berguna untuk hidup yang sekarang
ini, tetapi yang terutama Ia berguna untuk hidup setelah kematian. Jadi kalau
selama ini saudara mempercayaiNya hanya sebagai penyembuh, pemberi berkat
jasmani, penolong dari kesukaran, dsb, maka renungkan apa yang dikatakan oleh
Paulus di sini! Percayalah kepada Kristus sebagai Juruselamat dosa, demi
kehidupan saudara setelah kematian!
Dalam bagian yang tidak kelihatan ini diceritakan bahwa
Lazarus ada di pangkuan Abraham (ay 22,23). Terjemahan ‘pangkuan’ sebetulnya adalah salah. NASB yang menterjemahkan secara
hurufiah menggunakan kata ‘bosom’ (= dada). Jadi gambaran yang diberikan
oleh cerita ini bukanlah bahwa Lazarus ini dipangku oleh Abraham seakan-akan ia
adalah anak kecil. Gambarannya adalah bahwa ia ada dalam pelukan Abraham. Ini
menunjukkan ia ada di surga.
Sementara itu orang kaya digambarkan masuk ke ‘alam maut’ (ay 23). Kata ‘alam maut’ ini menterjemahkan kata
bahasa Yunani HADES, dan di sini jelas artinya adalah ‘neraka’ [KJV/NIV: ‘hell’ (= neraka)], karena orang kaya
itu dikatakan ‘menderita
sengsara’ (ay 23a), ‘sangat kesakitan dalam
nyala api’ (ay 24b) dan ‘sangat menderita’ (ay 25b). Orang kaya ini adalah orang Yahudi,
tetapi ia masuk ke neraka.
Apa yang bisa kita pelajari dari semua ini?
1) Semua
ini menunjukkan adanya kehidupan setelah kematian.
Dan Kitab Suci jelas menunjukkan bahwa kehidupan yang
sekarang ini singkat (Maz 90:10
Yak 4:14), sebaliknya hidup setelah kematian itu kekal. Karena itu
bodohlah orang yang menekankan kehidupan yang sekarang ini dan mengabaikan
kehidupan yang akan datang.
2) Dalam
kehidupan setelah kematian itu hanya ada 2 tempat yaitu surga dan neraka. Kalau
saudara tidak masuk ke surga, maka tidak ada tempat lain yang tersisa selain
neraka! Karena itu pastikan bahwa saudara sedang menuju ke surga!
3) Setelah
kematian, kita akan langsung pergi ke surga atau ke neraka.
Ini bertentangan dengan:
a) Pandangan
yang menyatakan adanya api pencucian (Roma Katolik).
Doktrin omong kosong ini memang tidak pernah mempunyai
dasar Kitab Suci kecuali yang diputarbalikkan semaunya sendiri.
b) Kepercayaan
tentang adanya tempat penantian.
Orang yang percaya akan adanya tempat penantian
mengatakan bahwa antara kematian sampai kedatangan Yesus yang keduakalinya kita
ditaruh di tempat penantian itu. Tetapi perhatikan cerita ini. Orang kaya itu
masih mempunyai 5 saudara yang masih hidup (ay 28), dan itu menunjukkan
bahwa Yesus belum datang keduakalinya. Tetapi ia sudah ada di neraka dan
Lazarus sudah ada di surga. Jadi jelas bahwa tidak ada tempat penantian.
Memang sebelum kedatangan Yesus yang keduakalinya, yang
masuk surga / neraka hanya jiwa / rohnya. Nanti pada saat Yesus datang
keduakalinya, akan ada kebangkitan daging / orang mati dan barulah jiwa / roh
dipersatukan kembali dengan tubuh dan orang itu masuk surga / neraka secara
utuh (tubuh + jiwa / roh). Bdk. Mat 10:28.
c) Pandangan
yang berkata bahwa pada saat mati, jiwa kita terus tertidur di kuburan sampai
Yesus datang keduakalinya. Perhatikan bahwa baik Lazarus maupun orang kaya
bukannya tertidur / tidak sadar, tetapi sebaliknya sangat sadar!
4) Sekarang
keadaan terbalik; dan kontrasnya menjadi lebih menyolok dari pada ketika mereka
berdua masih hidup di dunia (ay 23-24).
5) Keadaan
itu bersifat permanen / tidak bisa berubah (ay 25-26).
Orang kaya itu minta air (sekarang ia yang mengemis kepada
Lazarus!), tetapi Abraham menolak permintaan itu (ay 25), dan mengatakan
bahwa ada jurang yang tak terseberangi di antara surga dan neraka, sehingga
tidak ada yang bisa menyeberang, baik dari surga ke neraka maupun dari neraka
ke surga (ay 26). Ini menunjukkan bahwa sekali masuk surga akan
selama-lamanya di surga dan sekali masuk neraka akan selama-lamanya di neraka!
Louis Berkhof: “Scripture
represents the state of the unbelievers after death as a fixed state. The most
important passage that comes into consideration here is Luke 16:19-31.” (=
Kitab Suci menggambarkan keadaan orang-orang yang tidak percaya setelah
kematian sebagai suatu keadaan yang tetap. Text yang paling penting untuk
dipertimbangkan dalam persoalan ini adalah Luk 16:19-31) - ‘Systematic Theology’,
hal 693.
Kepermanenan di surga / neraka ini bertentangan dengan:
a) Ajaran
yang mengatakan adanya ‘second chance’ (= kesempatan kedua), yang
mengatakan bahwa kalau seseorang sampai mati tidak percaya Yesus, maka nanti
akan diberi kesempatan kedua, dimana mereka akan diinjili di tempat penantian.
Juga ajaran Andereas Samudera, yang mengatakan bahwa setelah seseorang
mati, rohnya bisa gentayangan dan merasuk orang yang masih hidup, dan roh ini
bisa diinjili dan bisa bertobat dan diselamatkan. Ini semua adalah ajaran
sesat, dan jelas bertentangan dengan cerita ini, karena dalam cerita ini orang
kaya itu langsung masuk ke neraka, dan sekalipun di sana ia jelas sekali
menyesal / bertobat, tetapi ia tidak bisa diselamatkan / diampuni!
b) Ajaran
yang mengatakan bahwa hukuman di neraka itu hanya bersifat sementara.
Saya ingin memberikan beberapa
kutipan kata-kata Spurgeon dari khotbahnya tentang Luk 16:26 yang diberi
judul ‘The Bridgeless Gulf’ (= Jurang pemisah yang tidak mempunyai jembatan).
Charles Haddon Spurgeon: “Human
ingenuity has done very much to bridge great gulfs. Scarcely has the world
afforded a river so wide that its floods could not be overleaped; or a torrent
so furious that it could not be made to pass under the yoke. High above the
foam of Columbia’s glorious cataract, man has hung aloft his slender but
substantial road of iron, and the shriek of the locomotive is heard above the
roar of Niagara. This very week I saw the first chains which span the deep rift
through which the Bristol Avon finds its way at Clifton; man has thrown his
suspension bridge across the chasm, and men will soon travel where only that
which hath wings could a little while ago have found a way. There is, however,
one gulf which no human skill or engineering ever shall be able to bridge;
there is one chasm which no wing shall ever be able to cross; it is the gulf
which divide the world of joy in which the righteous triumph, from that land of
sorrow in which the wicked feel the smart of Jehovah’s sword. ... there is a
great gulf fixed, so that there can be no passage from the one world to the
other” (= Kepandaian manusia telah menjembatani banyak jurang
besar. Hampir tidak ada sungai yang begitu lebar yang tidak bisa diseberangi;
atau aliran air yang deras yang tidak bisa dilalui. Di atas air terjun
Kolumbia, manusia telah menggantung jalan dari besi, dan bunyi lokomotif
terdengar di atas gemuruh Niagara. Minggu yang baru lalu ini saya melihat
rantai pertama membentang antara Bristol Avon dan Clifton; manusia telah
membuat jembatan menyeberangi jurang itu, sehingga manusia segera bisa
menyeberangi jurang yang dulunya hanya bisa diseberangi oleh burung yang
bersayap. Tetapi ada satu jurang yang tidak pernah bisa diseberangi oleh
kepandaian dan teknologi man/; ada satu jurang yang tidak pernah bisa
diseberangi oleh sayap manapun; itu adalah jurang yang memisahkan dunia
sukacita dalam mana orang-orang benar menang; dari tanah kesedihan dalam mana
orang-orang jahat merasakan tajamnya pedang Yehovah. ... disana terbentang
suatu jurang yang besar sehingga tidak bisa ada jalan dari satu dunia ke dunia
yang lain) - ‘A
Treasury of Spurgeon on the Life and Work of Our Lord’, Vol III, ‘The
Parables of Our Lord’, hal 414.
Charles Haddon Spurgeon: “The
lost spirits in hell are shut in for ever” (=
Roh-roh yang terhilang dalam neraka dikurung untuk selama-lamanya) - ‘A Treasury of Spurgeon on
the Life and Work of Our Lord’, Vol III, ‘The Parables of Our Lord’,
hal 418.
Charles Haddon Spurgeon: “You
do not like the house of God; you shall be shut out of it. You do not love the
Sabbath; you are shut out from the eternal Sabbath” (=
Engkau tidak menyukai rumah Allah; engkau akan dihalangi untuk memasukinya.
Engkau tidak mencintai Sabat; engkau dihalangi untuk memasuki Sabat yang kekal) - ‘A Treasury of Spurgeon on
the Life and Work of Our Lord’, Vol III, ‘The Parables of Our Lord’,
hal 419-420.
Catatan: kata-kata ini berhubungan dengan Ibr 4:1-11.
Charles Haddon Spurgeon: “As
nothing can come from hell to heaven, so nothing heavenly can ever come to
hell. ... Nay, Lazarus is not permitted to dip the tip of his finger in water
to administer the cooling drop to the fire-tormented tongue. Not a drop of
heavenly water can ever cross that chasm. See then, sinner, heaven is rest,
perfect rest - but there is no rest in hell; it is labour in the fire, but no
ease, no peace, no sleep, no calm, no quiet; everlasting storm; eternal
hurricane; unceasing tempest. In the worst disease, there are some respites:
spasms of agony, but then pauses of repose. There is no pause in hell’s
torments” (= Sebagaimana tidak ada apapun yang bisa
datang dari neraka ke surga, demikian juga tidak ada apapun yang bisa datang
dari surga ke neraka. ... Tidak, Lazarus tidak diijinkan untuk mencelupkan
ujung jarinya dalam air untuk memberikan tetesan penyejuk kepada lidah yang
disiksa oleh api. Tidak setetes air surgawipun bisa menyeberangi jurang itu.
Maka, lihatlah orang berdosa, surga adalah istirahat, istirahat yang sempurna -
tetapi tidak ada istirahat di neraka; itu merupakan pekerjaan berat dalam api,
tetapi tidak ada kesenangan, tidak ada damai, tidak ada tidur, tidak ada
ketenangan; yang ada adalah angin topan selama-lamanya, badai yang kekal, angin
ribut yang tidak henti-hentinya. Dalam penyakit yang terburuk, ada istirahat,
kekejangan dari penderitaan, tetapi lalu istirahat yang tenang. Tetapi tidak
ada istirahat dalam siksaan neraka) - ‘A Treasury of Spurgeon on the Life and Work of
Our Lord’, Vol III, ‘The Parables of Our Lord’, hal 421.
Charles Haddon Spurgeon: “Heaven
is the place of sweet communion with God ... There is no communion with God in
hell. There are prayers, but they are unheard; there are tears, but they are
unaccepted; there are cries for pity, but they are all an abomination unto the
Lord” (= Surga adalah tempat persekutuan yang manis dengan
Allah ... Tidak ada persekutuan dengan Allah dalam neraka. Di sana ada doa-doa,
tetapi mereka tidak dijawab; ada air mata, tetapi tidak diterima; ada jeritan
untuk belas kasihan, tetapi semuanya merupakan sesuatu yang menjijikkan bagi
Tuhan) - ‘A
Treasury of Spurgeon on the Life and Work of Our Lord’, Vol III, ‘The
Parables of Our Lord’, hal 421.
Charles Haddon Spurgeon: “heaven’s
blessings cannot cross from the celestial regions to the infernal prison-house.
No, it is sorrow without relief, misery without hope, and here is the pang of
it - it is death without end” (= berkat-berkat surgawi tidak bisa
menyeberang dari daerah surgawi ke rumah penjara neraka. Tidak, itu adalah
kesedihan tanpa keringanan, kesengsaraan tanpa pengharapan, dan inilah
kepedihannya - itu adalah kematian tanpa akhir) - ‘A Treasury of Spurgeon on
the Life and Work of Our Lord’, Vol III, ‘The Parables of Our Lord’,
hal 422.
Charles Haddon Spurgeon: “There
is only one thing that I know of in which heaven is like hell - it is eternal.
‘The wrath to come, the wrath to come, the wrath to come,’ for ever and for
ever spending itself, and yet never being spent” (=
Hanya ada satu hal yang saya ketahui dimana surga itu seperti neraka, yaitu
bahwa itu bersifat kekal. ‘Murka yang akan datang, murka yang akan datang,
murka yang akan datang’ untuk selama-lamanya dan selama-lamanya menghabiskan
dirinya sendiri, tetapi tidak pernah habis) - ‘A Treasury of Spurgeon on the Life and Work of
Our Lord’, Vol III, ‘The Parables of Our Lord’, hal 422.
Kalau ada saudara yang belum
sungguh-sungguh percaya kepada Kristus, renungkanlah kata-kata Spurgeon yang
mengerikan ini, dan cepatlah datang kepada Kristus sebelum terlambat!
6) Penyesalan
tidak ada gunanya dalam kehidupan setelah kematian (ay 27-31).
Kalau orang kaya itu begitu ingin bahwa
saudara-saudaranya diinjili dan diselamatkan, maka pasti ia sendiri juga sangat
ingin untuk diselamatkan. Mungkin ia berpikir: ‘Andaikata aku dulu mau
mempedulikan Injil yang diberitakan oleh pendeta / orang kristen itu kepadaku
...’. Tetapi semua ‘andaikata’ ini sia-sia! Kalau mau bertobat dan percaya kepada
Yesus, lakukanlah sekarang! Dalam kehidupan setelah kematian, penyesalan tidak
berguna!
Louis Berkhof: “It (Scripture)
also invariably represents the coming final judgment as determined by the
things that were done in the flesh, and never speaks of this as dependent in
any way on what occurred in the intermediate state” [=
Itu (Kitab Suci) juga selalu menggambarkan bahwa penghakiman terakhir nanti
ditentukan oleh hal-hal yang dilakukan dalam daging, dan tidak pernah berbicara
bahwa hal ini tergantung dengan cara apapun pada apa yang terjadi pada saat
antara kematian seseorang dan kedatangan Yesus yang keduakalinya)] - ‘Systematic Theology’,
hal 693.
2Kor 5:10 - “Sebab
kita semua harus menghadap takhta pengadilan Kristus, supaya setiap orang
memperoleh apa yang patut diterimanya, sesuai dengan yang dilakukannya dalam
hidupnya ini, baik ataupun jahat”.
Perhatikan kata-kata yang saya
garis bawahi itu, yang diterjemahkan secara berbeda oleh Kitab Suci bahasa
Inggris.
KJV: ‘in his body’ (= dalam
tubuhnya).
RSV/NIV/NASB: ‘in the body’
(= dalam tubuh).
Dalam bahasa Yunani memang
digunakan kata SOMA, yang artinya adalah ‘tubuh’.
Ini ayat
yang sangat jelas dan kuat dalam persoalan ini. Penghakiman Kristus pada akhir
jaman nanti hanya tergantung pada apa yang dilakukan seseorang dalam
hidupnya / dalam tubuhnya, bukan pada apa yang dilakukannya setelah ia mati
/ ada di luar tubuhnya.
Jadi, seandainya
penginjilan terhadap orang mati itu memungkinkan untuk dilakukan, dan seandainya
orang mati itu bisa bertobat dan percaya kepada Yesus, itu tetap tidak akan diperhitungkan
dalam penghakiman akhir jaman. Yang diperhitungkan hanyalah
tindakan-tindakannya selama ia berada dalam tubuhnya.
Apakah ini disebabkan karena Lazarus miskin dan menderita
selama hidupnya di dunia sedangkan orang kaya hidup enak? Jadi setelah kematian
keadaan lalu dibalik? Bandingkan dengan ay 25 - “Tetapi Abraham berkata: Anak, ingatlah, bahwa engkau telah menerima
segala yang baik sewaktu hidupmu, sedangkan Lazarus segala yang buruk. Sekarang
ia mendapat hiburan dan engkau sangat menderita”.
Tidak, bukan itu alasannya. Abraham
kaya tetapi ia masuk surga! Dan bisa saja seseorang miskin di dunia, dan
setelah mati lalu masuk neraka!
Kalau begitu karena apa?
1) Untuk
orang kaya.
a) Ia jelas mempunyai banyak dosa,
termasuk dosa pasif, dimana ia tidak menolong Lazarus.
William Barclay: “As
someone said, ‘It was not what Dives did that got him into gaol; it was what he
did not do that got him into hell.’ ... It is a terrible warning that the sin
of Dives was not that he did wrong things, but that he did nothing” (=
Seperti dikatakan seseorang: ‘Bukan apa yang dilakukan oleh Dives yang
memasukkannya ke dalam penjara; tetapi apa yang tidak dilakukannya yang
memasukkannya ke dalam neraka’. ... Merupakan suatu peringatan yang mengerikan
bahwa dosa Dives bukanlah bahwa ia melakukan hal-hal yang salah, tetapi bahwa
ia tidak melakukan apa-apa) - hal 214.
Bandingkan dengan:
·
Yak 4:17
- “Jadi jika seorang tahu bagaimana ia harus berbuat baik,
tetapi ia tidak melakukannya, ia berdosa”.
·
Mat 25:41-45
- “Dan Ia akan berkata juga kepada mereka yang di sebelah
kiriNya: Enyahlah dari hadapanKu, hai kamu orang-orang terkutuk, enyahlah ke
dalam api yang kekal yang telah sedia untuk Iblis dan malaikat-malaikatnya.
Sebab ketika Aku lapar, kamu tidak memberi Aku makan; ketika Aku haus, kamu
tidak memberi Aku minum; ketika Aku seorang asing, kamu tidak memberi Aku
tumpangan; ketika Aku telanjang, kamu tidak memberi Aku pakaian; ketika Aku
sakit dan dalam penjara, kamu tidak melawat Aku. Lalu merekapun akan menjawab
Dia, katanya: Tuhan, bilamanakah kami melihat Engkau lapar, atau haus, atau
sebagai orang asing, atau telanjang atau sakit, atau dalam penjara dan kami
tidak melayani Engkau? Maka Ia akan menjawab mereka: Aku berkata kepadamu,
sesungguhnya segala sesuatu yang tidak kamu lakukan untuk salah seorang dari
yang paling hina ini, kamu tidak melakukannya juga untuk Aku”.
Karena itu pada saat memikirkan
dosa, jangan hanya memikirkan hal salah apa yang saudara perbuat, tetapi
pikirkan juga hal baik apa yang tidak saudara lakukan, seperti:
¨ tidak ke gereja.
¨ tidak belajar Firman Tuhan.
¨ tidak berdoa.
¨ tidak melayani Tuhan / memberitakan
Injil.
¨ tidak mengasihi Allah.
¨ tidak menolong orang yang
membutuhkan pertolongan.
¨ dan sebagainya.
b) Ia
tidak percaya.
Dalam kontex Kitab Suci maka jelaslah bahwa point b) ini
harus lebih ditekankan dari pada point a) di atas.
Semua orang mempunyai banyak
dosa, baik aktif maupun pasif. Itu tidak menghalangi mereka masuk ke surga asal
mereka mau percaya kepada Kristus. Tetapi orang yang tidak percaya kepada
Kristus, betapapun baik / saleh hidupnya dan betapapun sedikitnya dosanya, akan
masuk ke neraka, karena ia tetap adalah orang berdosa yang harus dihukum untuk
dosa-dosanya.
2) Untuk
Lazarus.
Ia pasti juga adalah orang berdosa, tetapi ia adalah
orang yang percaya. Bandingkan dengan Wah 20:15 - “Dan setiap orang yang tidak ditemukan namanya tertulis di dalam kitab
kehidupan itu, ia dilemparkan ke dalam lautan api itu”.
Dalam cerita ini orang kaya itu
tidak mempunyai nama; itu menunjukkan ia bukan orang percaya. Lazarus mempunyai
nama; itu menunjukkan ia orang percaya. Sudahkah nama saudara tertulis dalam
kitab kehidupan?
1) Untuk
orang yang belum percaya.
Cepatlah bertobat dan percaya kepada Kristus. Kis 16:31.
Yoh 3:16.
a) Jangan
mencari mujijat dulu baru mau percaya. Mengapa?
·
Karena Tuhan tidak selalu
mau memberi mujijat. Dalam kasus kelima saudara orang kaya itu, tidak dilakukan
mujijat supaya mereka bertobat. Bandingkan dengan 1Kor 1:22-23.
·
Ada mujijatpun tidak
menjamin seseorang percaya (ay 30-31).
Bandingkan dengan Yoh 11:47-53 Yoh 12:9-11.
b) Kita
mempunyai Kitab Suci lengkap, bukan hanya Perjanjian Lama.
Dengan Perjanjian Lama saja seseorang seharusnya sudah
bisa percaya (ay 29-31), dan kalau ia tidak percaya itu adalah salahnya
sendiri. Apalagi bagi kita jaman sekarang yang mempunyai Perjanjian Lama dan
Perjanjian Baru! Kitab Suci ini memberitahu kita tentang kematian Yesus untuk
dosa-dosa kita dan bahwa dengan percaya kepada Yesus kita pasti selamat. Karena
itu cepatlah percaya, sebelum terlambat.
2) Untuk
saudara yang sudah percaya tetapi hidup menderita.
Penderitaan bisa disebabkan karena dosa. Jadi periksalah
hidup saudara. Kalau memang ada dosa, bertobatlah.
Tetapi penderitaan belum tentu karena dosa. Bisa saja
penderitaan muncul justru karena saudara taat kepada Tuhan, seperti dalam kasus
Ayub. Kalau ini kasus saudara, maka jangan menganggap Tuhan tidal adil. Jangan
hanya melihat bagian yang kelihatan, lihatlah / renungkanlah bagian yang tidak
kelihatan dalam cerita ini.
Tetaplah ikut Tuhan dalam suka maupun duka. Nanti saudara
akan bertemu Dia dalam Kerajaan Surga.
-AMIN-
email us at : gkri_exodus@lycos.com