Eksposisi Injil Matius
oleh: Pdt. Budi
Asali MDiv.
1) Mau
membunuh Yesus.
a) Mula-mula ia menggunakan orang
Majus (ay 8), tetapi ketaatan orang Majus pada Firman Tuhan (ay 12)
menggagalkan rencana pembunuhan Herodes ini, dan ini menyebabkan ia merasa
tertipu (ay 16).
b) Usaha selanjutnya ialah membunuh
semua anak-anak di Betlehem yang berusia dibawah 2 tahun (ay 16). Ini tidak
berarti bahwa pada saat itu Yesus sudah berusia mendekati 2 tahun. Pasti Yesus
masih berusia jauh di bawah 2 tahun, tapi Herodes, yang tidak tahu kapan
persisnya bayi Yesus itu dilahirkan, lalu mengambil amannya dan mengambil batas
2 tahun.
Apa yang dilakukan oleh Herodes di sini
mirip dengan apa yang dilakukan oleh Firaun dalam Kel 1:15-22. Baik
Herodes maupun Firaun adalah orang-orang yang melawan Allah dan berusaha
menggagalkan rencana Allah. Tetapi merekalah yang gagal (bdk. Maz 2:1-4) karena
rencana Allah tidak mungkin gagal (Ayub 42:2 Yes 14:24,26-27
Yes 46:10-11).
Maz 2:1-4 - “Mengapa rusuh bangsa-bangsa, mengapa suku-suku bangsa
mereka-reka perkara yang sia-sia? Raja-raja dunia bersiap-siap dan para
pembesar bermufakat bersama-sama melawan TUHAN dan yang diurapiNya: ‘Marilah
kita memutuskan belenggu-belenggu mereka dan membuang tali-tali mereka dari
pada kita!’ Dia, yang bersemayam di sorga, tertawa; Tuhan mengolok-olok mereka”.
Ayub 42:2 - “‘Aku tahu, bahwa Engkau sanggup melakukan segala
sesuatu, dan tidak ada rencanaMu yang gagal”.
Yes 14:24,26-27 - “TUHAN semesta alam telah bersumpah, firmanNya:
‘Sesungguhnya seperti yang Kumaksud, demikianlah akan terjadi, dan seperti yang
Kurancang, demikianlah akan terlaksana: ... Itulah rancangan yang telah dibuat
mengenai seluruh bumi, dan itulah tangan yang teracung terhadap segala
bangsa. TUHAN semesta alam telah
merancang, siapakah yang dapat menggagalkannya? TanganNya telah teracung,
siapakah yang dapat membuatnya ditarik kembali?”.
Yes 46:10-11 - “yang memberitahukan dari mulanya hal yang kemudian dan
dari zaman purbakala apa yang belum terlaksana, yang berkata: KeputusanKu akan
sampai, dan segala kehendakKu akan Kulaksanakan, yang memanggil burung buas
dari timur, dan orang yang melaksanakan putusanKu dari negeri yang jauh. Aku
telah mengatakannya, maka Aku hendak melangsungkannya, Aku telah
merencanakannya, maka Aku hendak melaksanakannya”.
Penerapan:
Hati-hati dengan ajaran Arminian, yang
mengatakan bahwa Allah bisa gagal dalam mencapai rencanaNya. Ini adalah
pandangan yang menghina Allah!
2) Kematian
Herodes (ay 19).
a) Pada waktu Herodes mau mati, ia
menangkapi tokoh-tokoh Yahudi dan memenjarakan mereka. Dan ia memberi perintah
untuk membunuh mereka semua pada saat ia mati. Ia melakukan hal ini karena ia tahu
bahwa tidak ada orang yang akan berkabung pada waktu ia mati. Dengan adanya
perintah ini, pada waktu ia mati akan ada orang-orang yang berkabung, sekalipun
bukan untuk kematiannya, tetapi setidaknya pada saat kematiannya.
Tetapi pada waktu ia mati, perintah ini
tidak dilaksanakan.
b) Bagaimanapun juga, setiap orang
harus mati dan mempertanggung-jawabkan perbuatannya dihadapan Tuhan.
Ibr 9:27 - “Dan sama seperti manusia ditetapkan untuk mati hanya
satu kali saja, dan sesudah itu dihakimi”.
Siapkah saudara untuk mati? Ingat bahwa
kalau saudara belum mempunyai Yesus sebagai Juruselamat saudara, saudara tidak
siap untuk menghadap Tuhan! Karena itu jangan menunda untuk percaya dan ikut
Yesus!
Ada 2 golongan yang mengalami
penderitaan akibat tindakan Herodes ini:
1) Ibu
dari bayi-bayi yang dibunuh (ay 17-18).
2) Yusuf,
Maria dan Yesus.
a) Mereka harus mengungsi ke Mesir dan
hidup di negeri asing / kafir.
Pengungsian ini tidak diceritakan dalam
Injil Lukas, tetapi seharusnya kira-kira terletak di sela-sela Luk 2:39.
b) Setelah kematian Herodespun, mereka
tidak terbebas dari penderitaan, karena ternyata Arkhelaus menjadi raja di
Yudea menggantikan ayahnya (ay 22).
Kedua golongan ini menghadapi
penderitaan dengan cara yang berbeda:
1) Ibu
dari bayi-bayi yang dibunuh.
a) Mereka sedih dan menangis (ay 18).
Banyak orang Kristen menyalahkan orang
menangis dalam keadaan apapun berdasarkan Fil 4:4 dan Ro 8:28. Tetapi dalam
Kitab Suci kita melihat bahwa:
·
Yesus
juga pernah sedih dan menangis (Mat 26:37-38 Yoh 11:33-35).
·
Paulus
berkata bahwa kita harus menangis dengan orang yang menangis (Ro 12:15b).
Ini menunjukkan bahwa ada situasi
dimana kesedihan dan tangisan bisa dibenarkan.
b) Mereka hanya / terus-menerus
menujukan pandangannya pada penderitaan mereka (ay 18: ‘mereka tidak ada lagi’).
Ini hal yang salah dari para ibu itu.
Tidak salah kalau mereka sedih dan menangis pada waktu bayi mereka dibunuh,
tetapi kalau mereka terus menerus menujukan pandangannya pada hal yang membuat
mereka sedih, maka kesedihan mereka menjadi berlarut-larut, dan ini merupakan
sikap yang salah.
c) Mereka tidak mau dihibur (ay 18).
Ini sikap yang sama seperti sikap Yakub
pada waktu mengira bahwa Yusuf sudah mati diterkam binatang buas
(Kej 37:35), dan ini lagi-lagi merupakan sikap yang salah.
Pada waktu sedih, saudara bukan saja
tidak boleh menolak penghiburan, tetapi sebaliknya saudara harus mencari penghiburan!
Tetapi juga perlu diperhatikan supaya saudara tidak mencari hiburan yang tidak
benar, seperti hal-hal duniawi, dsb. Ini hanya penghiburan yang bersifat semu
dan sementara. Carilah hiburan dari Firman Tuhan, orang kristen / hamba Tuhan
yang rohani dsb. Dengan demikian saudara tidak akan berlarut-larut dalam
kesedihan saudara.
2) Yusuf.
a) Dalam penderitaan ia tetap
mendengar Firman Tuhan dan mentaatinya (ay 13-15,20-21).
Allah menyuruh dia lari ke
Mesir. Yusuf mempunyai alasan yang kuat untuk memprotes cara yang ‘lemah’ itu.
Bukankah Anak yang dilahirkan Maria itu disebut sebagai Juruselamat
(Mat 1:21)? Lalu mengapa Juruselamat itu tidak bisa menyelamatkan mereka,
bahkan Juruselamat itu harus diselamatkan dengan cara yang begitu ‘lemah’ yaitu
melarikan diri? Bukankah pada masa yang lalu Allah sering menyelamatkan umatNya
dengan cara-cara yang spektakuler / luar biasa, seperti membelah Laut Merah
(Kel 14:15-31), membutakan orang kafir yang mau menangkap nabiNya
(2Raja 6:8-23), menurunkan api dari langit untuk membakar orang-orang yang
mau menangkap nabiNya (2Raja 1:1-12), dsb? Mengapa sekarang, untuk
menyelamatkan AnakNya sendiri, Allah menggunakan cara yang begitu ‘lemah’?
Tetapi sekalipun ada alasan untuk protes, Yusuf tidak melakukan itu dan ia taat
kepada Tuhan.
Penerapan:
Pada waktu saudara minta tolong kepada
Tuhan, saudara tidak boleh mendikte Dia dengan cara apa Ia harus menolong
saudara. Biarlah Ia yang memilih dan menentukan caraNya dan saudara harus
percaya bahwa cara yang diberikan itu adalah yang terbaik. Misalnya pada waktu
saudara sakit, janganlah menentukan bahwa Tuhan harus menyembuhkan saudara
dengan menggunakan cara yang luar biasa, yaitu dengan menggunakan mujijat
kesembuhan. Tuhan bisa menggunakan cara yang biasa, yaitu melalui dokter, obat,
olah raga, istirahat, dsb.
Illustrasi: ada suatu tempat yang terkena banjir
yang hebat. Seorang kristen naik ke atas atap rumahnya dan berdoa supaya Tuhan
menyelamatkan dia. Sebentar lagi datang sebuah perahu, dan orang-orang di perahu
mengajaknya naik perahu untuk menyelamatkan diri. Tetapi ia menolak naik
perahu itu dan berkata: ‘Aku sudah berdoa kepada Tuhan dan Ia pasti akan
menolong aku’. Perahu itu pergi, dan sebentar lagi datang sebuah perahu yang
lain yang mau menolong dia. Tetapi ia lagi-lagi menolak dengan alasan / jawaban
yang sama. Sebentar lagi datang sebuah helikopter yang menurunkan tali untuk
menolongnya. Tetapi ia lagi-lagi menolak sambil berkata: ‘Aku sudah berdoa
kepada Tuhan, dan Ia pasti akan menolong aku’. Banjir itu terus naik, dan
akhirnya orang itu mati tenggelam. Pada waktu menghadap Tuhan, orang itu dengan
penasaran bertanya kepada Tuhan: ‘Tuhan, aku berdoa supaya Engkau menyelamatkan
aku. Mengapa Engkau tidak menyelamatkan aku?’. Tuhan lalu berkata: ‘Apa maksudmu
Aku tidak menyelamatkan kamu? Aku mengirim 2 buah perahu dan sebuah helikopter,
tetapi engkau menolak untuk Kuselamatkan!’.
Orang ini menganggap cara yang biasa
bukanlah dari Tuhan. Karenanya ia menolak pertolongan dengan cara yang biasa
itu, dan ia mengharapkan Tuhan menggunakan cara yang luar biasa, seperti
mengirim malaikat, dsb. Akhirnya ia mati karena kebodohannya!
b) Yusuf taat secara langsung (ay 14 -
‘malam itu juga’).
Penerapan:
Jangan menunda untuk mentaati Firman
Tuhan! Penundaan adalah ketidaktaatan! Ingat juga bahwa setan selalu bisa
memberikan alasan yang kuat dan logis supaya saudara menunda ketaatan saudara!
Misalnya dalamn hal melayani Tuhan. Pada masa pemuda / remaja, setan
mengusulkan supaya saudara menunda pelayanan dengan alasan bahwa ini adalah
masa muda yang indah, masa pacaran, masa belajar dsb. Pada waktu saudara sudah
dewasa dan bekerja, setan memberikan begitu banyak kesibukan sehingga saudara
menunda lagi. Pada saat sudah tua, kesehatan saudara tidak memungkinkan untuk melayani
Tuhan. Jadi akhirnya, dari penundaan datang pembatalan!
c) Yusuf taat terus-menerus
(ay 13-15,19).
Ketaatan yang sejati harus disertai
ketekunan.
Penerapan:
·
Tuhan
menyuruh saudara belajar Firman Tuhan. Tekunkah saudara dalam belajar? Tekunkah
saudara dalam datang ke Pemahaman Alkitab di gereja saudara? Tekunkah saudara
dalam membaca Alkitab / bersaat teduh?
·
Tuhan
menyuruh saudara untuk memberitakan Injil. Apakah kegagalan dalam memberitakan
Injil, atau kesukaran yang timbul karena pekabaran Injil yang saudara lakukan,
membuat saudara lalu berhenti dalam mengabarkan Injil? Tuhan menghendaki
saudara mentaati perintah untuk memberitakan Injil ini dengan tekun!
·
Tuhan
menyuruh saudara berdoa, memuji Dia, bersyukur kepadaNya, dsb. Apakah saudara melakukan
hal-hal ini dengan tekun?
d) Yusuf menggunakan akal sehat dan
Firman Tuhan (ay 22).
Akal sehatnya membuat ia takut pergi ke
Yudea karena ia tahu akan kekejaman Arkhelaus yang tidak kalah dengan kekejaman
ayahnya (Herodes yang Agung). Dan ia lalu menuruti pimpinan Firman Tuhan dan
pergi ke Nazaret di Galilea (ay 22-23).
Penerapan:
Pada umumnya kita harus
menggunakan akal sehat / logika. Tetapi kadang-kadang, Tuhan bisa menyuruh kita
melakukan sesuatu yang bertentangan dengan akal sehat, misalnya pada waktu Ia
menyuruh Petrus untuk berjalan di atas air (Mat 14:28-29). Pada saat
seperti itu, kita harus tunduk pada Firman Tuhan, bukan pada akal sehat /
logika kita!
Di atas Herodes (yang sudah kita bahas
dalam no I) dan penderitaan yang dialami orang-orang tadi (yang sudah kita
bahas dalam no II), ada Tuhan yang menguasai segala sesuatu. Kalau Ia
mengijinkan adanya orang seperti Herodes menyebabkan penderitaan kepada
orang-orang lain, termasuk anak-anakNya, Ia pasti mempunyai tujuan tertentu.
Apa tujuan Tuhan?
·
ay 14:
Yusuf, Maria dan Yesus menderita. Apa tujuannya? Ay 15 memberikan
jawabnya, yaitu supaya nubuat dalam Hos 11:1 tergenapi.
·
ay 16:
bayi-bayi dibunuh sehingga ibu bayi-bayi itu menderita. Apa tujuannya?
Ay 17-18 memberikan jawabnya, yaitu supaya nubuat dalam Yer 31:15
tergenapi.
·
ay 22:
Arkhelaus menjadi raja sehingga Yusuf menderita lagi karena tidak berani
pulang. Apa tujuannya? Ay 23 memberikan jawabnya, yaitu supaya Firman yang
disampaikan nabi-nabi tergenapi.
Jadi dari semua ini kita bisa lihat
bahwa Allah pasti mempunyai tujuan yang baik pada waktu Ia mengijinkan
anak-anakNya menderita. Bandingkan dengan Ro 8:28 yang berbunyi: “Kita tahu
sekarang, bahwa Allah turut bekerja dalam segala sesuatu untuk mendatangkan
kebaikan bagi mereka yang mengasihi Dia, yaitu mereka yang terpanggil sesuai
dengan rencana Allah”.
Penjelasan tentang ay 23:
Ayat ini menimbulkan problem karena
tidak ada ayat Perjanjian Lama yang berbunyi seperti itu.
1) Penjelasan
dari John Calvin.
Dalam bahasa Inggris ayat itu berbunyi:
“He shall be called a Nazarene” (= Ia
akan dipanggil / disebut orang Nazarene).
Calvin berpendapat bahwa kata ‘Nazarene’ tidak berasal dari kata
‘Nazaret’. Itu hanya permainan kata saja. ‘Nazarene’
berasal dari kata ‘Nazarite’ (=
Nazir) yang berarti ‘kudus’ atau ‘dipersembahkan / dipisahkan untuk Allah’.
Calvin berpendapat bahwa dalam
ay 23 itu Matius mengutip Hakim 13:5. Sama seperti Simson, yang
adalah seorang nazir Allah, membebaskan bangsanya dari tangan orang Filistin,
Tuhan Yesus (yang juga adalah seorang nazir Allah) juga membebaskan umatNya
dari dosa.
Calvin juga menunjuk pada
Kej 49:26 yang berbunyi: ‘... ke atas kepala Yusuf, ke atas batu kepala orang
yang teristimewa di antara saudara-saudaranya’.
KJV: 'Joseph, … that was separate
from his brethren' (= Yusuf, … yang dipisahkan / dikuduskan dari
saudara-saudaranya).
Terjemahan hurufiahnya adalah: ‘a Nazarite of his brethren’ (= seorang
nazir dari saudara-saudaranya).
Jadi, baik Simson maupun Yusuf adalah
nazir, dan mereka berdua adalah Type dari Kristus, sehingga pada waktu Kristus
disebut nazir, maka itu berarti bahwa Hakim 13:5 dan Kej 49:26
tergenapi. Karena itulah Matius menulis ‘nabi-nabi’ (bentuk jamak) dalam
ay 23, yang menunjukkan lebih dari satu bagian Perjanjian Lama yang
digenapi.
2) Penjelasan
William Hendriksen.
Hendriksen menganggap penjelasan Calvin
tidak benar karena ay 23 itu jelas menghubungkan ‘kota Nazaret’ dengan ‘a Nazarene’. Ia lalu memberi penjelasan
sebagai berikut:
a) Nazaret yang terletak di Galilea
dianggap sebagai tempat yang hina (Yoh 7:40-42,52 Yoh 1:45-46).
b) Perjanjian Lama banyak menubuatkan
Kristus sebagai orang yang hina (Maz 22:7-9 Maz 69:9 Yes
53:2-3).
c) Jadi, dengan Tuhan Yesus disebut
sebagai ‘orang Nazaret’, maka tergenapilah banyak nubuat-nubut Perjanjian Lama
itu. Karena itu Matius menulis ‘nabi-nabi’ (bentuk jamak) dalam ay 23.
3) Penjelasan
William Barclay.
Barclay menganggap (hal 40) bahwa
Matius sedang melakukan permainan kata terhadap Yes 11:1 - ‘Suatu tunas akan keluar dari tunggul Isai, dan taruk
yang akan tumbuh dari pangkalnya akan berbuah’. Ia berkata bahwa kata Ibrani untuk
‘taruk’ adalah NEZER; dan mungkin Matius sedang melakukan permainan kata
terhadap kata ‘orang Nazaret’ dan kata ‘NEZER’; dan bahwa ia ingin mengatakan
pada satu saat bahwa ‘Yesus datang dari Nazaret’ dan bahwa ‘Yesus adalah sang
NEZER’, taruk yang dijanjikan dari keturunan Isai, keturunan Daud, Raja yang
diurapi yang dijanjikan oleh Allah.
4) Knox Chamblin: “I. A general prophecy:
‘through the prophets.’ The plural is especially noteworthy, alongside
the singulars of 1:22; 2:5,15,17. Matthew has no particular OT passage in view
(as confirmed by the impossibility of finding an OT counterpart for the
statement of v. 23b). II. Messiah’s humiliation. In keeping with prophecy (e.g.
Isa 49:7; 53:2-3), he lives in a despised town (he is ‘the Nazarene,’ not ‘the
Bethlehemite’): Jon 1:46; 7:42,52. III. The Davidic Messiah. Nazoraios recalls Hebrew NETSER,
‘branch’ (Isa 11:1). Jesus ‘was a branch from a royal line hacked down to a
stump and reared in surroundings guaranteed to win him scorn’ (Carson, 97).
‘The Davidic origin of the Branch provides a fitting capstone to Matthew’s
version of Jesus’ nativity, which began with a reference to ‘Jesus Christ the
son of David’ (1:1; cf. Rev 22:16). Thus Matthew marries phonetics with
Christology’ (Gundry, 40). More than one theme of Matthew’s birth narrative is
recalled in Rev 22:16b, ‘I am the Root and the Offspring of David, and the
bright Morning Star.’” (= ) - hal 20.
Sebagai pengikut Kristus, kita juga
disebut ‘Nazarene’ / Nasrani (Kis
24:5).
·
Kalau
kita menuruti arti yang diberikan oleh Calvin, maka itu berarti kita juga kudus
dan dipersembahkan untuk Allah.
·
Kalau
menurut arti yang diberikan oleh Hendriksen, maka kita adalah orang yang hina
(bdk. 1Kor 1:28
1Kor 4:11-13).
-AMIN-
email us at : gkri_exodus@lycos.com