Eksposisi Injil Matius
oleh: Pdt. Budi
Asali MDiv.
1) Apakah Yohanes Pembaptis mengenal
Yesus atau tidak?
Ay 14: “Tetapi Yohanes mencegah Dia, katanya: ‘Akulah yang
perlu dibaptis olehMu, dan Engkau yang datang kepadaku?’”.
Dilihat dari ay 14 ini,
kelihatannya ia mengenal Yesus. Tetapi Yoh 1:31-34 mengatakan bahwa ia
tidak mengenal Yesus.
Yoh 1:31-34 - “Dan aku sendiripun mula-mula tidak mengenal Dia, tetapi
untuk itulah aku datang dan membaptis dengan air, supaya Ia dinyatakan kepada
Israel.’ Dan Yohanes memberi kesaksian, katanya: ‘Aku telah melihat Roh turun
dari langit seperti merpati, dan Ia tinggal di atasNya. Dan akupun tidak
mengenalNya, tetapi Dia, yang mengutus aku untuk membaptis dengan air,
telah berfirman kepadaku: Jikalau engkau melihat Roh itu turun ke atas seseorang
dan tinggal di atasNya, Dialah itu yang akan membaptis dengan Roh Kudus. Dan
aku telah melihatNya dan memberi kesaksian: Ia inilah Anak Allah.’”.
Pengharmonisan: Kata-kata ‘tidak mengenalNya’ dalam Yoh 1:31-34 harus diartikan ‘tidak pernah bertemu’, atau ‘tidak
mengenalNya melalui pernyataan ilahi’.
Ia baru mengenal Yesus melalui
pernyataan ilahi pada saat Yesus dibaptis, dimana Roh Kudus turun dalam bentuk
burung merpati, dan ada suara Bapa dari surga, yang menyatakan Yesus sebagai
AnakNya yang dikasihiNya (Mat 3:16-17).
2) Mula-mula Yohanes keberatan untuk
membaptis Yesus (ay 14).
Alasannya cukup logis, yaitu karena
Yesus jauh lebih besar dari dirinya (bdk. Mat 3:11). Tetapi setelah Yesus
menjelaskan, Yohanes tunduk (ay 15).
Contoh lain yang mirip dengan hal ini
adalah:
a) Yoh 13:8-dst dimana Petrus
tidak mau Yesus membiarkan Yesus membasuh kakinya. Tetapi setelah Yesus
menjelaskan, akhirnya ia mau membiarkan Yesus membasuh kakinya.
b) Ananias dalam Kis 9:10-17 yang
mula-mula keberatan untuk melayani Saulus / Paulus, tetapi setelah Tuhan
menjelaskan, akhirnya ia tunduk.
Penerapan:
Kadang-kadang kita keberatan untuk
mentaati Tuhan karena kita kurang mengerti. Tetapi kalau sudah diberi
penjelasan, kita seharusnya tunduk. Misalnya:
·
dalam
persoalan persembahan persepuluhan (Im 27:30 Mal 3:8-11). Banyak orang keberatan memberi perpuluhan
karena takut hidupnya tidak cukup. Setelah diberi penjelasan bahwa Tuhan pasti
akan mencukupi kalau kita mentaatiNya (Mat 6:25-34) maka mereka harus
taat! Tetapi kenyataannya, ada banyak orang yang setelah dijelaskanpun tetap
menolak untuk memberikan persembahan persepuluhan.
·
dalam
persoalan Sabat (Kel 20:8
34:21). Banyak orang tidak mempedulikan larangan bekerja dan mempekerjakan
orang pada hari Sabat. Dan sekalipun sudah dijelaskan alasannya, mereka tetap
berkeras untuk bekerja / mempekerjakan orang pada hari Sabat.
·
dalam
persoalan kawin campur (2Kor 6:14). Banyak orang kristen yang pacaran
dengan orang yang tidak seiman, dan sekalipun sudah dijelaskan, mereka tetap
berkeras.
1) Yesus menganggap baptisan /
sakramen itu penting.
Hal ini terlihat dari maunya Ia
menempuh jarak jauh, yaitu dari Galilea ke Yordan, untuk itu (ay 13).
Penerapan:
·
Apakah
saudara menganggap Baptisan (dan juga Perjamuan Kudus) itu penting? Atau
saudara sering menunda / mengabaikan pelaksanaannya? Ini bisa saudara lakukan
bagi diri saudara sendiri ataupun bagi anak saudara (baptisan anak / bayi).
·
Yesus
menempuh jarak jauh untuk mentaati kehendak BapaNya. Maukah saudara berkorban
untuk mentaati Tuhan? Ada banyak orang yang hanya mau mentaati Tuhan selama
ketaatan itu tidak menuntut pengorbanan. Ini bukan ketaatan!
2) Yesus dicegah (oleh Yohanes
Pembaptis) pada waktu mau dibaptis (ay 14). Tetapi Ia tahu apa yang benar
dan Ia tidak membiarkan diriNya dicegah (ay 15). Juga pada waktu Ia mau
pergi ke Yerusalem untuk menderita dan mati di sana, Ia dicegah oleh Petrus,
tetapi Ia tidak membiarkan Petrus mencegahNya (Mat 16:21-23). Memang kalau
kita mau mentaati Tuhan, selalu ada halangan. Setan sering memakai orang-orang
disekitar kita, bahkan orang-orang yang rohani sekalipun, untuk menghalangi
kita mentaati Tuhan. Tetapi kalau kita betul-betul yakin akan kehendak Tuhan,
kita tidak boleh membiarkan diri kita dicegah.
3) Yesus tidak mengaku dosa pada saat
dibaptis. Orang-orang lain dibaptis sambil mengaku dosa (Mat 3:6), tetapi
Yesus tidak mengaku dosa karena Ia memang tidak berdosa. Kalau Ia berdosa, Ia
tidak bisa menjadi Penebus / Juruselamat kita.
A) Tujuan:
Baptisan Yohanes tujuannya adalah
pertobatan dan pengampunan dosa. Tetapi pada waktu Yesus dibaptis, tujuannya
berbeda. Tujuannya adalah:
1) Menggenapkan ‘seluruh kebenaran’.
a) Ay 15: “Lalu Yesus menjawab, kataNya kepadanya: ‘Biarlah hal itu
terjadi, karena demikianlah sepatutnya kita menggenapkan seluruh kehendak
Allah.’ Dan Yohanespun menurutiNya”.
Terjemahannya hurufiahnya seharusnya
adalah ‘kebenaran’ bukan ‘kehendak Allah’. Tetapi ‘kebenaran’ memang bisa diartikan ‘kehendak Allah’ atau
‘perintah Allah’, dan Allah memang menghendaki / memerintahkan supaya semua
orang dibaptis (Mark 1:4).
b) Perhatikan kata ‘seluruh’. Ini menunjukkan bahwa kita harus taat pada semua
perintah Allah, tidak boleh pilih-pilih. Banyak orang menyamakan
perintah-perintah Allah dengan makan di restoran Padang, dimana kita boleh
mengambil mana yang kita sukai dan mengembalikan yang tidak kita sukai. Ini
jelas salah. Kita harus mentaati seluruh perintah Allah.
2) Penyamaan diri dengan manusia yang
berdosa (bdk. Fil 2:5-7). Ini menunjukkan kerendahan hati Tuhan Yesus.
3) Menggenapi janji Allah kepada
Yohanes Pembaptis (Yoh 1:31-34).
Ay 16 berkata ‘Ia melihat Roh Allah’. Kata ‘Ia’ di sini tidak seharusnya dimulai dengan huruf
besar karena kata ini menunjuk kepada Yohanes Pembaptis, bukan kepada Yesus!
Melalui pernyataan ilahi tentang diri Yesus ini, Yohanes lebih dikuatkan dalam
iman dan bisa melayani Tuhan dengan lebih baik.
Penerapan:
Apakah saudara juga ingin melihat
mujijat supaya bisa percaya kepada Kristus? Ingatlah kata-kata Yesus kepada
Thomas dalam Yoh 20:29 - “Karena engkau telah melihat Aku, maka engkau percaya.
Berbahagialah mereka yang tidak melihat, namun percaya”.
B) Cara baptisan.
Banyak orang menganggap ay 16
sebagai dasar baptisan selam. Disamping itu orang-orang yang mengharuskan
baptisan selam mengatakan bahwa kata Yunani BAPTO / BAPTIZO artinya adalah
‘merendam’ / ‘mencelupkan’. Tetapi semua ini salah, karena:
1) Kata bahasa Yunani BAPTO / BAPTIZO
tidak selalu berarti ‘mencelupkan’ / ‘merendam’ seperti dalam:
a) Mark 7:4 - “dan kalau pulang dari pasar mereka juga tidak makan
kalau tidak lebih dahulu membersihkan dirinya. Banyak warisan lain lagi yang
mereka pegang, umpamanya hal mencuci (BAPTISMOUS) cawan,
kendi dan perkakas-perkakas tembaga”.
KJV: ‘And when they come from the market,
except they wash, they eat not. And many other things there be, which they have
received to hold, as the washing of cups, and pots, brasen vessels, and of
tables’ (= Dan pada
waktu mereka pulang dari pasar, kecuali mereka mencuci, mereka tidak makan. Dan
banyak hal-hal lain yang mereka terima untuk dipegang, seperti pencucian cawan,
belanga / panci, bejana / tempat dari tembaga, dan meja-meja).
Kata-kata ‘and
of tables’ (= dan meja-meja) tidak ada dalam terjemahan-terjemahan yang
lain, tetapi footnote NIV memberikan keterangan bahwa ada beberapa manuscripts
yang kuno yang memberikan kata-kata itu.
Kalau kata-kata
itu memang orisinil, maka itu makin jelas membuktikan bahwa pembaptisan /
pencucian dalam ayat ini tidak dilakukan dengan merendam, karena bagaimana
mungkin orang merendam meja? Berapa besarnya bak cuci yang dibutuhkan? Jauh
lebih masuk akal, bahwa pencucian dilakukan dengan mencurahkan air ke benda
yang akan dicuci tersebut. Dan kalau kata-kata itu tidak orisinil, tetap aneh
bahwa orang mencuci belanga, dsb dengan cara merendam. Biasanya orang mencuci
barang-barang itu dengan mencurahkan air ke benda tersebut.
b) Luk 11:38 - “Orang Farisi itu melihat hal itu dan ia heran, karena
Yesus tidak mencuci (EBAPTISTHE) tanganNya
sebelum makan”.
Orang mencuci tangan tidak harus
merendam tangannya dalam air, tetapi bisa dengan mencurahkan air pada tangan.
Jadi jelas bahwa ‘baptis’ di sini tidak harus berarti ‘celup / selam’.
c) Ibr 9:10 - “karena semuanya itu, di samping makanan minuman dan
pelbagai macam pembasuhan (BAPTISMOIS), hanyalah
peraturan-peraturan untuk hidup insani, yang hanya berlaku sampai tibanya waktu
pembaharuan”.
Catatan: ada edisi Kitab Suci Indonesia yang
mengatakan ‘pelbagai macam persembahan’. Ini salah cetak, dan dalam edisi yang
baru sudah diperbaiki.
Terjemahan Lama: ‘berbagai-bagai basuhan’.
NASB: various washings (= bermacam-macam pembasuhan).
NIV: various ceremonial washings (= bermacam-macam pembasuhan yang
bersifat upacara keagamaan).
RSV: various ablutions (= bermacam-macam pembersihan / pencucian)
KJV: divers washings (= bermacam-macam pembasuhan).
Kata Yunaninya adalah BAPTISMOIS. Jadi
terjemahan hurufiahnya adalah ‘bermacam-macam
baptisan’.
Kalau kita memperhatikan kontex dari
Ibr 9 itu, maka pasti Ibr 9:10 ini menunjuk pada ‘pemercikan’ dalam
Ibr 9:13,19,21. Karena itu jelas bahwa di sini kata ‘baptis’ tidak
diartikan selam / celup, tetapi percik.
d) 1Kor 10:2 - “Untuk menjadi pengikut Musa mereka semua telah dibaptis (EBAPTISANTO) dalam
awan dan dalam laut”.
Dua hal yang harus diperhatikan:
·
Orang
Israel berjalan di tempat kering (Kel 14:22). Yang terendam air adalah
orang Mesir!
·
Awan
tidak ada di atas mereka, tetapi di belakang mereka (Kel 14:19-20). Juga awan
itu tujuannya untuk memimpin / melindungi Israel; itu bukan awan untuk memberi
hujan. Kalau toh awan itu memberi hujan, itu lebih cocok dengan baptisan
percik, bukan selam.
Jadi jelas bahwa orang Israel tidak
direndam / diselam dalam awan dan dalam laut!
Barnes’ Notes: “This
passage is a very important one to prove that the word baptism does not
necessarily mean entire immersion in water. It is perfectly clear that neither
the cloud nor the waters touched them” (= Text ini adalah text yang sangat
penting untuk membuktikan bahwa kata baptisan tidak harus berarti penyelaman
seluruhnya di dalam air. Adalah sangat jelas bahwa baik awan maupun air tidak
menyentuh mereka).
2) Ini adalah bagian yang bersifat descriptive
(= menggambarkan).
Bagian ini hanya menggambarkan apa yang
terjadi, dan karena itu bukan merupakan suatu hukum / norma. Sama halnya dengan
kalau Kristus mempunyai 12 murid, Kristus tidak pernah kawin, Kristus berpuasa
40 hari, dan sebagainya. Semua itu bukan hukum / norma.
3) Kata-kata ‘keluar dari air’ tidak harus berarti bahwa Yesus direndam dalam air lalu
keluar dari air. Kata-kata itu bisa berarti bahwa Yesus berdiri di sungai
(hanya kakiNya yang terendam), lalu keluar dari air / sungai.
Sekarang mari bandingkan peristiwa ini
dengan baptisan sida-sida dalam Kis 8:26-40. Apakah ini adalah baptisan
selam? Ada 2 hal yang perlu diperhatikan dari bagian ini:
a) Kis 8:36 - ‘ada air’.
Yunani: TI HUDOR (a certain water / some water). Jadi ini menunjuk pada sedikit air,
sehingga tidak memungkinkan baptisan selam.
Charles Hodge: “He
was travelling through a desert part of the country towards Gaza, when Philip
joined him, ‘And as they went on their way they came unto a certain water (EPI
TI HUDOR, to some water)’. There is no known stream in that region of
sufficient depth to allow of the immersion of a man” [= Ia sedang
bepergian melalui bagian padang pasir dari negara itu menuju Gaza, ketika
Filipus bergabung dengannya, ‘Dan ketika mereka melanjutkan perjalanan mereka
mereka sampai pada air tertentu (EPI TI HUDOR, kepada sedikit air)’. Di daerah
itu tidak diketahui adanya sungai dengan kedalaman yang cukup untuk
memungkinkan penyelaman seorang manusia] - ‘Systematic
Theology’, vol III, p 535.
b) Kis 8:38-39 berkata ‘turun ke dalam
air ... keluar dari air’.
Apakah ini menunjuk pada baptisan
selam? Seperti pada baptisan Yesus, istilah ini mempunyai 2 kemungkinan arti,
yaitu:
·
sida-sida
itu betul-betul terendam total, lalu keluar dari air.
·
sida-sida
itu turun ke dalam air yang hanya sampai pada lutut atau mata kakinya, lalu
keluar dari air.
Untuk mengetahui yang mana yang benar
dari 2 kemungkinan ini, bacalah Kis 8:38-39 itu sekali lagi. Perhatikan bahwa
di situ dikatakan: “dan keduanya turun ke dalam air, baik Filipus
maupun sida-sida itu, dan Filipus membaptis dia. Dan setelah mereka
keluar dari air, ...”.
Kalau istilah ‘turun ke dalam air’ dan ‘keluar dari
air’ diartikan sebagai
baptisan selam, itu menunjukkan bahwa Filipus, sebagai orang yang membaptis,
juga ikut diselam! Ini jelas tidak mungkin. Jadi dari 2 kemungkinan di atas,
yang benar adalah kemungkinan kedua. Ini juga cocok dengan point a) di atas
yang menunjukkan bahwa air di situ cuma sedikit, sehingga tidak memungkinkan baptisan
selam.
Jadi jelas bahwa Mat 3:16 tidak
bisa dijadikan dasar bahwa cara membaptis yang benar adalah dengan menggunakan
baptisan selam. Disamping itu ada banyak contoh dalam Alkitab dimana baptisan
dilakukan bukan di sungai. Juga tidak diceritakan adanya kolam yang
memungkinkan baptisan selam (Kis 2:41 Kis 9:13
Kis 10:47-48 Kis
16:33). Kis 16:33 adalah contoh yang paling kuat untuk menunjukkan bahwa
baptisan tidak dilakukan dengan penyelaman, karena hal itu terjadi di dalam
penjara!
A) Pada peristiwa baptisan Yesus ini, ketiga
pribadi dari Allah Tritunggal muncul.
1) Allah Bapa: berbicara dari surga
(ay 17).
Ay 17 = Maz 2:7 + Yes 42:1.
Maz 2:7 (NIV): ‘You are my Son’
(= Engkau adalah AnakKu).
2) Yesus (Allah Anak).
Yesus adalah Anak Allah dari kekekalan.
Ada ajaran yang bernama Dynamic Monarchianism / Adoptionism.
Ajaran ini menyatakan bahwa Yesus adalah manusia biasa, tetapi pada saat
baptisan, Ia menerima Roh Kudus (yaitu kuasa / pengaruh ilahi), dan diangkat
menjadi semacam Allah.
Kita tidak menerima ajaran semacam itu.
Apa yang bukan Allah tidak bisa berkembang menjadi Allah. Disamping itu Kitab
Suci mengatakan bahwa Yesus sudah adalah Anak Allah sebelum Ia berinkarnasi.
Gal 4:4 - “Tetapi setelah genap waktunya, maka Allah mengutus
AnakNya, yang lahir dari seorang perempuan dan takluk kepada hukum Taurat”.
Yang perlu disoroti adalah: pada saat
ini Yesus belum berinkarnasi, tetapi sudah disebut sebagai ‘Anak’.
3) Roh Kudus.
a) Roh Kudus ‘turun’ (ay 16). Ingat,
bahwa Roh Kudus adalah Allah yang maha ada. Jadi kata-kata tersebut di atas
adalah bahasa Anthropomorphic (= bahasa yang menggambarkan Allah seakan-akan
Ia adalah manusia).
b) Roh Kudus turun ke atas Yesus dan
tinggal atasNya / padaNya (Yoh 1:32-33). Ini tidak berarti bahwa sebelum
itu Yesus tidak mempunyai Roh Kudus. Roh Kudus terus menjaga Yesus sejak dari
pembuahan dalam kandungan supaya Ia bebas dari dosa (Maz 45:8 Yes 11:2,3 Yes 61:1 Yoh 3:34).
Jadi, kalau pada saat baptisan
dikatakan bahwa Roh Kudus turun ke atas Yesus, tujuanNya adalah untuk
melengkapi Yesus untuk tugas pelayananNya (Yes 42:1 Yes 61:1).
c) Roh Kudus bisa dilihat oleh Yohanes
karena Ia menampakkan diri dalam bentuk burung merpati.
d) Mengapa Roh Kudus tidak menampakkan
diri dalam bentuk api seperti pada Pentakosta (Kis 2:1-11)? Karena
Perjanjian Lama menggambarkan Yesus lemah lembut (bdk. Yes 42:2-3),
sehingga merpati lebih cocok.
B) Ke
tiga pribadi dari Allah Tritunggal ini muncul pada saat yang sama.
Ajaran Sabellianisme mengajarkan bahwa
Allah menyatakan diri dalam penciptaan sebagai Bapa, dalam penebusan sebagai
Anak, dan dalam pengudusan sebagai Roh Kudus. Jadi, Allah mempunyai 3
perwujudan / manifestasi, bukan 3 pribadi.
Kita tidak mempercayai ajaran
Sabellianisme tersebut di atas, karena kalau Allah mempunyai 3 perwujudan, dan
bukannya 3 pribadi, maka ke 3 perwujudan itu tidak bisa muncul pada saat yang
bersamaan. Sedangkan dalam peristiwa baptisan ini, jelas bahwa Bapa, Anak, dan
Roh Kudus muncul pada saat yang bersamaan. Kita percaya bahwa Allah Tritunggal,
sekalipun hanya punya 1 hakekat / essence, tetapi mempunyai 3 pribadi. Ke tiga
pribadi tersebut berbeda (distinct)
satu dengan yang lain, tapi bersatu.
Bandingkan dengan Pengakuan Iman
Athanasius, no 3-25, yang berbunyi sebagai berikut:
3. Tetapi
iman Katolik / universal / am adalah ini, bahwa kami menyembah satu Allah dalam
tritunggal, dan tritunggal dalam kesatuan. 4. Tidak ada kekacauan / percampuran pribadi-pribadi
ataupun pemisahan zat.
5. Karena pribadi dari Bapa adalah satu, dari Anak adalah pribadi
yang lain, dan dari Roh Kudus adalah pribadi yang lain. 6. Tetapi dari Bapa, dari Anak,
dan dari Roh Kudus ada satu keilahian, kemuliaan yang sama / setara dan
keagungan yang sama kekalnya.
7. Apa adanya Bapa itu, demikian juga dengan Anak, dan juga Roh
Kudus. 8. Bapa tidak
diciptakan, Anak tidak diciptakan, Roh Kudus tidak diciptakan. 9. Bapa itu maha besar, Anak itu
maha besar, Roh Kudus itu maha besar.
10. Bapa itu kekal, Anak itu kekal, Roh Kudus itu kekal. 11. Tetapi tidak ada tiga yang
kekal, tetapi satu yang kekal.
12. Demikian juga tidak ada tiga (makhluk) yang tidak dicipta, juga
tidak tiga yang maha besar, tetapi satu yang tidak dicipta, dan satu yang maha
besar. 13. Dengan cara yang
sama Bapa adalah maha kuasa, Anak adalah maha kuasa, Roh Kudus adalah maha
kuasa. 14. Tetapi tidak ada
tiga yang maha kuasa, tetapi satu yang maha kuasa. 15. Demikian juga Bapa adalah Allah, Anak adalah Allah,
Roh Kudus adalah Allah.
16. Tetapi tidak ada tiga Allah, tetapi satu Allah. 17. Demikian pula Bapa adalah
Tuhan, Anak adalah Tuhan, dan Roh Kudus adalah Tuhan. 18. Tetapi tidak ada tiga Tuhan, tetapi satu
Tuhan. 19. Karena sebagaimana
kami didorong seperti itu oleh kebenaran Kristen untuk mengakui setiap pribadi
secara terpisah / individuil sebagai Allah dan Tuhan; demikian pula kami
dilarang oleh agama Katolik / universal / am untuk mengatakan bahwa ada tiga
Allah atau Tuhan. 20. Bapa
tidak dibuat dari apapun, tidak diciptakan, tidak diperanakkan. 21. Anak itu dari Bapa saja, tidak
dibuat, tidak dicipta, tetapi diperanakkan. 22. Roh Kudus itu dari Bapa dan Anak, tidak dibuat,
tidak dicipta, tidak diperanakkan, tetapi keluar. 23. Karena itu ada satu Bapa, bukan tiga bapa, satu
Anak, bukan tiga anak, satu Roh Kudus, bukan tiga Roh Kudus. 24. Dan dalam tritunggal ini tidak
ada yang pertama atau terakhir, tidak ada yang lebih besar atau lebih kecil. 25. Tetapi ketiga pribadi yang
sama-sama kekal dan setara di antara mereka sendiri; sehingga mereka semua
secara keseluruhan, seperti dikatakan di atas, baik kesatuan dalam tritunggal,
maupun tritunggal dalam kesatuan, harus disembah.
-AMIN-
email us at : gkri_exodus@lycos.com