Eksposisi Injil Matius
oleh: Pdt. Budi
Asali MDiv.
Kalau kita melihat
Kej 1:4,12,18,21,25 maka kita melihat bahwa pada saat penciptaan, dunia
dan segala isinya, dikatakan ‘baik’. Dan untuk manusianya dikatakan ‘sungguh amat baik’ (Kej 1:31). Tetapi masuknya dosa ke dalam dunia (Kej
3) menyebabkan sekarang:
·
dunia ini
penuh dengan orang yang tidak mengenal Allah atau tidak peduli kepada Allah.
·
dunia ini
penuh dengan dosa dan moral yang bejad.
·
dunia ini
sedang menuju penghukuman Allah yang kekal / neraka.
Dalam dunia yang seperti inilah Tuhan
Yesus menyuruh kita menjadi Garam dunia dan Terang dunia.
Kalau kita digambarkan
sebagai ‘garam’ itu tidak berarti bahwa kita harus
sama dengan garam dalam segala hal. Ini sama seperti kalau saudara
mengatakan kepada seseorang ‘kamu itu
seperti babi’. Tentu
saudara hanya menyamakan dia dengan babi dalam hal-hal tertentu, bukan
dalam segala sesuatu. Demikian juga kalau kita digambarkan sebagai ‘garam’. Jangan mengambil persamaan yang salah, yang bertentangan
dengan ayat-ayat lain dalam Kitab Suci, misalnya:
Lalu dalam hal apa kita
harus sama seperti garam?
1) Garam berfungsi untuk mengawetkan / mencegah kebusukan.
Pada jaman dimana belum ada
kulkas / freezer, maka garam penting sekali baik bagi pemburu maupun nelayan
untuk mengawetkan daging binatang buruan / ikan, karena garam bisa mencegah
pembusukan.
Jadi kalau dikatakan bahwa
kita adalah garam dunia, maka artinya adalah bahwa kita harus mencegah dunia
dari kebusukan rohani.
Kita bisa melakukan hal itu
dengan memberitakan Injil kepada dunia. Dan Pemberitaan Injil itu harus
disertai dengan kesaksian hidup yang baik dan dengan doa.
Tujuannya adalah membawa orang kepada Kristus, karena Kristus adalah
satu-satunya jalan ke surga (Yoh 14:6 Kis 4:12
1Yoh 5:11-12).
Saya ingin tekankan tentang
‘memberitakan Injil’. Apa artinya?
Arti yang salah:
·
Social
Gospel (= Injil
Sosial). Ini banyak dalam kalangan gereja Protestan, dimana aktivitas
pemberitaan Injil dilakukan dengan mengunjungi tempat-tempat yang dilanda
bencana alam, yatim piatu, dsb, dan apa yang mereka lakukan di sana hanyalah
memberikan bantuan sosial. Orang-orang yang dibantu senang, tetapi tetap tidak
bisa mengenal Kristus, dan akan masuk ke neraka pada saat mereka mati.
·
Yesus
ditekankan sebagai pemberi berkat jasmani, penyembuh, pembuat mujijat, penolong
dalam kesukaran duniawi. Ini banyak dalam kalangan Pentakosta / Kharismatik.
Memberitakan
Injil yang benar, mencakup hal-hal ini:
a) Menyatakan dosa.
b) Menyatakan keadilan Allah / hukuman
dosa, khususnya neraka.
c) Memberitakan Yesus sebagai Allah
yang menjadi manusia, yang lalu mati di salib sebagai pengganti manusia berdosa
/ untuk memikul hukuman manusia berdosa.
d) Mendorong orang itu untuk mau
percaya kepada Yesus sebagai Tuhan dan Juruselamatnya.
e) Menjelaskan hubungan iman dengan
pertobatan dari dosa.
Kalau kita memberitakan
Injil dan orang yang kita injili itu mau datang kepada Kristus, maka ia akan
dicegah dari pembusukan.
Contoh:
¨ dulu Saulus adalah orang yang sedang
membusuk. Tetapi setelah bertobat, ia menjadi Paulus, orang yang hidup bagi
Tuhan dan berguna untuk Tuhan.
¨ ada cerita tentang seorang pemabuk yang
bertobat. Lalu temannya mengejek dia dengan bertanya: ‘Apa betul Yesus bisa mengubah air menjadi anggur?’. Orang itu menjawab: ‘Aku tidak tahu apakah Yesus mengubah air menjadi anggur
atau tidak, tetapi di rumahku Yesus mengubah bir menjadi perabot rumah tangga’.
2) Garam mengenakkan makanan.
Bagaimanapun pandainya
seseorang memasak, kalau tidak ada garam, makanan menjadi hambar dan tidak
enak. Jadi, garam mengenakkan makanan.
Kita adalah garam dunia;
artinya kehadiran kita harus mengenakkan orang-orang di sekitar kita. Mereka
harus merasa senang dengan kehadiran kita. Ini bisa kita lakukan dengan:
·
mengasihi
/ menolong orang-orang di sekitar kita.
·
mentaati
dan menghormati orang tua.
·
menghibur
orang yang kesusahan.
Tetapi ini ada batasnya,
yaitu kita tidak boleh melakukan sesuatu yang menyenangkan orang tetapi
bertentangan dengan Firman Tuhan.
Contoh:
¨ mengantar orang ke dukun.
¨ memberi tahu waktu ulangan.
¨ membelikan orang rokok.
Hal lain yang harus kita
ingat adalah bahwa hidup orang Kristen yang bagaimanapun baiknya tidak selalu
menyenangkan orang dunia. Tuhan Yesus sendiri, yang hidupnya suci murni dan
penuh kasih, tidak disenangi oleh banyak orang. Pada waktu kita memberitakan
Injil, menegur dosa dan sebagainya, kita bisa mendapatkan permusuhan /
kebencian (bdk. Gal 4:16 1Pet
3:13-14).
3) Garam mempengaruhi, bukan dipengaruhi.
Kalau garam dimasukkan ke
dalam makanan, garam menjadikan makanan itu asin, Jadi garam mempengaruhi
makanan. Karena itu, kalau kita adalah garam dunia, maka kita harus
mempengaruhi orang dunia, dan bukan sebaliknya, orang dunia yang mempengaruhi
kita (bdk. Ro 12:2). Apakah saudara mempengaruhi dunia atau dipengaruhi
oleh orang dunia?
Misalnya:
·
dalam
soal rokok, minuman keras, ecstasy dan sebagainya, apakah saudara berani
berkata ‘tidak!’ kalau ditawari?
·
kalau
saudara diajak berzinah, apakah saudara bisa menolak dengan tegas?
·
kalau
teman-teman di sekolah semua ngerpek / nyontek, dan saudara diajak, bisakah
saudara menolak?
·
kalau
dunia menggunakan ‘jam karet’ / suka datang terlambat, apakah saudara juga
demikian?
Sebaliknya, apakah saudara
bisa mempengaruhi orang-orang di sekitar saudara dalam hal:
¨ pergi ke gereja, membaca / belajar
Firman Tuhan, berdoa, melayani Tuhan?
¨ berbuat baik, seperti menolong orang?
¨ rajin belajar / bekerja dengan baik?
¨ ketundukan / hormat kepada orang tua,
kesetiaan kepada istri / suami?
Kalau ketiga hal tersebut
di atas tidak ada di dalam hidup kita, kita menjadi garam yang tawar, yang
tidak berguna (ay 13).
Catatan: Stott dan Hendriksen mengatakan bahwa
garam memang bisa menjadi tawar, kalau tercampur zat-zat lain.
Sebetulnya kita bukan
terang dunia (bdk. Yoh 1:6-8). Tuhan Yesuslah yang merupakan Terang dunia
(Yoh 1:9 8:12 9:5). Kita adalah terang di dalam Tuhan
(Ef 5:8), atau dengan kata lain, kita memantulkan terang dari Tuhan.
Beberapa hal tentang
terang:
1) Terang berbeda secara menyolok dengan gelap.
Karena itu kalau kita
adalah terang, maka hidup kita harus berbeda secara menyolok dengan hidup orang
dunia. Memang bukan berbeda dalam segala hal, tetapi hanya dalam hal yang
merupakan dosa. Misalnya:
·
dalam
kejujuran.
·
dalam
kerajinan.
·
dalam hal
mentaati peraturan lalu lintas dan lampu lalu lintas.
·
dalam hal
sogok menyogok.
·
dalam hal
‘jam karet’ / suka terlambat.
·
pada
waktu dimusuhi / ada orang yang menjengkelkan, kita tetap mengasihi dan
mengampuni.
·
pada
waktu menderita atau ada kesukaran, kita tidak mengeluh / marah, tetapi tetap
beriman, bersukacita, dan tetap berusaha menyenangkan Allah.
Kalau kita hidup berbeda
dengan dunia dalam hal-hal yang bersifat dosa, maka kita memuliakan Allah (ay
16).
Satu hal yang perlu
dicamkan adalah: kalau kita hidup berbeda dengan dunia, kita akan seperti kota
yang terletak di atas gunung (ay 14), artinya kehidupan kita akan disorot
/ diperhatikan orang. Karena itu kita harus hidup dengan lebih hati-hati.
2) Terang tidak boleh disembunyikan.
Ini terlihat dari:
·
ay 15:
‘orang tidak menyalakan pelita lalu
meletakkannya di bawah gantang’.
·
ay 16: ‘hendaknya terangmu bercahaya di depan orang’.
Jadi, kita tidak boleh
terus menyendiri atau terus ada di gereja. Kita harus mau bergaul dengan orang
dunia untuk ‘menerangi’ mereka. Ingat bahwa saudara tidak
disebut dengan istilah ‘terang gereja’, tetapi ‘terang dunia’!
3) Terang memberi petunjuk.
Ini bisa kita lakukan
dengan memberitakan Injil, memberi nasihat / teguran, mengajak ke gereja yang
benar dan sebagainya.
Apakah saudara memberi
petunjuk pada orang-orang di sekitar saudara? Dan saudara-saudara yang sudah
mempunyai anak, apakah saudara mengarahkan anak-anak saudara kepada Yesus? Bdk.
Amsal 22:6.
4) Terang makin dibutuhkan di tempat
yang semakin gelap.
Makin gelap suatu tempat,
maka makin dibutuhkan terang di tempat itu. Analoginya: makin berdosa
orang-orang di suatu tempat, makin perlu adanya orang-orang Kristen untuk
menerangi mereka.
Kesaksian: saya tidak mau menetap di Amerika
Serikat, karena saya menganggap Indonesia lebih gelap dan lebih membutuhkan
terang.
Dalam pelayanan kita
sebagai majelis, pengurus, guru sekolah minggu, pendeta, pengkhotbah, dan
sebagainya, kita cenderung lebih senang melayani jemaat yang ‘baik’. Kita
condong untuk ‘membuang orang yang brengsek’. Tetapi sebetulnya orang yang
brengsek itu yang lebih membutuhkan terang kita! Bdk. Mat 9:10-13.
5) Terang mempengaruhi gelap, bukan
sebaliknya (Yoh 1:5).
Sama seperti garam, terang
mempengaruhi, bukan dipengaruhi.
-AMIN-
email us at : gkri_exodus@lycos.com