Eksposisi Injil Matius
oleh: Pdt. Budi
Asali MDiv.
1) Tuduhan (ay 1-2).
a) Murid-murid bukan dituduh mencuri,
karena apa yang mereka lakukan itu bukanlah pencurian, karena memang diijinkan
oleh Hukum Taurat (Ul 23:25). Mereka dituduh karena mereka melakukan hal itu
pada hari Sabat.
b) Pada hari Sabat memang orang
dilarang bekerja (Kel 20:8-11 Kel 34:21 Kel 31:14-15 Kel 35:1-3 Bil 15:32-36
Kel 16:4-5,21-29). Tujuan peraturan ini adalah:
·
supaya bisa
beristirahat (bdk. Kel 20:11 - ‘rested’
/ beristirahat).
·
supaya
bebas dari hal-hal duniawi sehingga bisa berkonsentrasi pada Tuhan dalam
berbakti.
c) Tetapi orang-orang Farisi menambahi
peraturan Sabat ini dengan 39 larangan (hal-hal yang tidak boleh dilakukan pada
hari Sabat. Mereka beranggapan bahwa:
·
memetik
gandum = menuai.
·
menggisar
gandum di tangan = mengirik.
·
memisahkan
gandum dari kulit = menampi.
·
seluruh
proses itu = menyiapkan makanan.
Dan karena itu mereka
menganggap bahwa murid-murid Yesus berdosa melanggar peraturan hari Sabat.
2) Jawaban Yesus:
a) Ay 3-4 (bdk. 1Sam 21:3-6):
Roti itu hanya untuk imam
(Kel 29:32-34 Im 24:5-9), tetapi Daud dan pengikut-pengikutnya memakannya karena
lapar dan hal ini tidak pernah dianggap sebagai suatu dosa / kesalahan.
Jadi, kesimpulannya:
kebutuhan manusia lebih penting dari peraturan-peraturan ibadah / ceremonial law, sehingga ceremonial law (bukan moral law!) boleh dilanggar dalam
keadaan seperti itu, sekalipun ceremonial
law itu diberikan oleh Tuhan sendiri.
Pada saat itu murid-murid
Yesus juga lapar sehingga boleh melanggar peraturan Sabat.
Mark 2:25-26
- “JawabNya kepada mereka: ‘Belum pernahkah kamu baca apa
yang dilakukan Daud, ketika ia dan mereka yang mengikutinya kekurangan dan
kelaparan, bagaimana ia masuk ke dalam Rumah Allah waktu Abyatar menjabat
sebagai Imam Besar lalu makan roti sajian itu - yang tidak boleh dimakan
kecuali oleh imam-imam - dan memberinya juga kepada pengikut-pengikutnya?’”.
1Sam 21 memang
mengatakan bahwa imam besar pada saat itu adalah Ahimelekh, dan 1Sam 22:20
menunjukkan bahwa Abyatar adalah anak dari Ahimelekh.
1Sam 22:20 -
“Tetapi seorang anak Ahimelekh bin Ahitub, namanya
Abyatar luput; ia melarikan diri menjadi pengikut Daud”.
1Sam 22:20
mengatakan bahwa Abyatar = anak Ahimelekh. Tetapi dalam bagian-bagian lain
dikatakan sebaliknya:
·
2Sam 8:17 - “Zadok bin Ahitub dan Ahimelekh
bin Abyatar menjadi imam; Seraya menjadi panitera negara”.
·
1Taw 18:16 - “Zadok bin Ahitub dan Ahimelekh
bin Abyatar menjadi imam; Sausa menjadi panitera”.
Catatan: untuk 1Taw
18:16, KJV menyebutkan bukan Ahimelekh tetapi Abimelekh, dan NIV memberikan
footnote yang mengatakan bahwa beberapa manuscripts Ibrani menyebutkan ‘Ahimelekh’,
tetapi mayoritas manuscripts Ibrani menyebutkan ‘Abimelekh’. Tetapi untuk 2Sam
8:17 semua menyebutkan ‘Ahimelekh’!
Jadi, yang mana
yang benar? ‘Ahimelekh adalah anak dari
Abyatar’ (2Sam 8:17) atau ‘Abyatar adalah anak dari
Ahimelekh’ (1Sam 22:20)?
Dengan
mempertimbangkan semua ini J.A. Alexander (hal 54) mengatakan bahwa ada 2
kemungkinan:
a) Memang ada kesalahan dalam
penyalinan manuscripts.
b) Nama Ahimelekh (Abimelekh) dan
Abyatar merupakan nama-nama warisan dalam keturunan imam dan kadang-kadang
kedua nama itu digunakan oleh orang yang sama.
Kemungkinan lain
adalah mengakui bahwa kita tidak mengetahui jawaban dari persoalan / teka teki
ini. Untuk itu perhatikan kata-kata E.J. Young di bawah ini.
E.J. Young: “When
therefore we meet difficulties in the Bible let us reserve judgment. If any
explanation is not at hand, let us freely acknowledge that we do not know all
things, that we do not know the solution. Rather than hastily to proclaim the
presence of an error is it not the part of wisdom to acknowledge our
ignorance?” (= Karena itu pada waktu kita menjumpai problem dalam
Alkitab baiklah kita menahan diri dari penghakiman. Jika tidak ada penjelasan
yang tersedia, baiklah kita dengan bebas mengakui bahwa kita tidak mengetahui
segala sesuatu, bahwa kita tidak mengetahui penyelesaiannya. Dari pada dengan
tergesa-gesa menyatakan adanya kesalahan, tidakkah merupakan bagian dari hikmat
untuk mengakui ketidak-tahuan kita?) - ‘Thy Word Is Truth’,
hal 182.
b) Ay 5-6: imam-imam bekerja dalam Bait Allah pada hari
Sabat.
·
‘melanggar’
(ay 5). Yesus memakai kata ini karena Ia menyesuaikan diri dengan jalan
pemikiran orang-orang Farisi.
·
Pekerjaan
imam-imam pada hari Sabat: menyalakan api untuk mezbah, menyembelih binatang,
mengangkat binatang ke mexbah, dsb. Semua ini merupakan pekerjaan yang cukup
berat.
·
Dari sini
jelaslah bahwa pada hari Sabat kita boleh melakukan hal-hal yang berhubungan
dengan ibadah (seperti pelayanan, dsb). Ini bukan pelanggaran terhadap hukum
Sabat.
·
Bait
Allah lebih besar dari Sabat (ay 5).
Yesus lebih besar dari Bait
Allah (ay 6). Jadi Yesus jauh lebih besar dari Sabat. Kalau Bait Allah saja
menuntut supaya peraturan Sabat dimodifikasi, apalagi Yesus.
c) Ay 7: ini merupakan kutipan dari Hosea 6:6 (bdk. Mat
9:13).
Ini mengecam orang-orang
Farisi karena mereka menekankan yang kurang penting tetapi mengabaikan yang
penting.
d) Mark 2:27. Arti: Sabat diberikan
untuk kebahagiaan manusia dan karena itu jangan menjadikan manusia budak hari
Sabat.
e) Ay 8: ‘Anak Manusia adalah Tuhan
atas hari Sabat’.
Ada yang menafsirkan bahwa
‘anak manusia’ di sini bukanlah suatu gelar bagi Yesus, tetapi hanya berarti
‘manusia’ (bdk. Maz 8:5 Yeh 2:1,6,8). Penafsiran ini cocok dengan Mark 2:27-28
karena:
·
ay 27
menekankan bahwa Sabat itu untuk manusia.
·
ay 28:
manusia bukan budak Sabat; tetapi Tuhan / tuan atas Sabat.
Tetapi bagaimanapun ada
keberatan-keberatan yang serius terhadap penafsiran ini:
¨ Kata ‘anak manusia’ itu memakai definite article / kata sandang di
depannya (‘The Son of Man’) sehingga tidak cocok kalau menunjuk pada manusia
secara umum.
¨ Dalam Perjanjian Lama memang istilah
‘anak manusia’ sering berarti ‘manusia’, tetapi dalam Perjanjian Baru istilah
itu selalu menunjuk kepada Yesus. Perkecualiannya:
*
Mark
3:28. Tetapi ini ada dalam bentuk plural / jamak.
*
Ef 3:5.
Ini juga ada dalam bentuk jamak.
*
Ibr 2:6.
Ini ada dalam bentuk tunggal, tetapi ini adalah kutipan dari Perjanjian Lama.
¨ Mark 2:28: ‘Anak Manusia adalah Tuhan juga
atas hari Sabat’.
Kata ‘juga’ ini menunjukkan
bahwa anak manusia adalah Tuhan atas hal-hal lain, tetapi juga atas hari Sabat.
Ini tidak memungkinkan untuk mengartikan bahwa ‘anak manusia’ adalah ‘manusia’.
Jelas bahwa ‘Anak Manusia’ di sini menunjuk kepada Yesus!
Yesus adalah Tuhan atas
hari Sabat! Karena itu Dialah yang berhak menentukan apa yang harus, boleh, dan
tidak boleh dilakukan pada hari Sabat.
1) Ay 10:
a) Mereka bertanya, tetapi maksudnya /
tujuannya: supaya bisa mempersalahkan Yesus. Apakah saudara sering bertanya
secara munafik begitu?
b) Orang Yahudi melarang menyembuhkan
pada hari Sabat. Kalau orang itu sakit berat dan mau mati, maka ia boleh
ditolong, tetapi hanya sekedar untuk mencegah kematiannya, bukan untuk
menyembuhkannya.
William Barclay berkata:
orang Yahudi sering kalah perang gara-gara fanatisme mereka pada hari Sabat
(baca 1Makabe 2:31-38 - ini kitab Apocrypha).
2) Ay 11-12: jawaban Yesus.
·
binatang
ditolong pada hari Sabat.
·
manusia
lebih penting dari binatang.
Jadi, jelas bahwa menolong /
menyembuhkan pada hari Sabat adalah sesuatu yang boleh dilakukan.
Ay 12b bdk. Luk 6:9 Mark
3:4. Kata-kata ‘membunuh orang / berbuat jahat’ mungkin dimaksudkan untuk
menyindir orang-orang Farisi (lihat ay 10,14).
3) Reaksi mereka terhadap kata-kata
Yesus: mereka diam saja (Mark 3:4). Mereka tahu mereka salah, tetapi mereka
tidak mau mengakui kesalahan. Apakah saudara juga sering berbuat seperti itu?
4) Reaksi Yesus (Mark 3:5).
Ia marah. Tetapi ini bukan
dosa. Tidak setiap kemarahan adalah dosa (Ef 4:26). Kemarahan Yesus adalah
kemarahan yang suci. Buktinya: kemarahan ini disertai dukacita (Mark 3:5). Ini
berbeda sekali dengan kemarahan orang-orang Farisi (Luk 6:11). Kalau saudara
marah, saudara marah dengan kemarahan yang bagaimana?
5) Yesus menyembuhkan orang itu pada
saat itu juga (ay 13).
a) Ia tidak mau menunda, karena penundaan jelas merupakan
kompromi.
b) Orang itu diperintah mengulurkan
tangan. Ini tidak mungkin karena tangannya mati. Tetapi orang itu mau melakukan
perintah Tuhan itu sehingga Tuhan memberinya kemampuan untuk melakukan hal itu,
dan lalu menyembuhkannya.
Penerapan:
Tuhan mempunyai banyak
perintah yang kelihatannya tidak mungkin saudara lakukan (memberitakan Injil, melayani,
memberi persepuluhan, membuang dosa tertentu, dsb). Tetapi yang penting saudara
mau taat, maka Tuhan akan memberi kekuatan / kemampuan untuk melakukan hal itu.
6) Ay 14 (bdk. Luk 6:11 Mark 3:6).
Mereka marah, keluar,
berkomplot dengan orang-orang Herodian untuk membunuh Yesus. Melakukan sesuatu
yang benar (seperti yang Yesus lakukan), apalagi menentang tradisi yang sudah
ratusan tahun, besar resikonya. Maukah / beranikah saudara mengambil resiko
itu, atau saudara lebih suka ‘hidup aman’ dan membiarkan semua ketidakbenaran
berjalan terus?
Ay 1-14 menunjukkan bahwa ikut Yesus memang bebannya lebih
ringan dari ikut orang-orang Farisi (bdk. Mat 11:28-30), khususnya dalam
peraturan Sabat.
-AMIN-
email us at : gkri_exodus@lycos.com