Eksposisi Injil Matius
oleh: Pdt. Budi
Asali MDiv.
1) ‘Mulai menyatakan’.
Yesus pernah mengajar secara
samar-samar tentang kematian / kebangkitanNya, misalnya dalam Yoh 2:19-22 dan
mungkin juga dalam Mat 9:15 (ada beberapa penafsiran tentang ayat ini).
Tetapi di sini Ia untuk pertama kalinya
mengajarkan secara terang-terangan / jelas tentang hal itu. Dalam Mat 16:15-16
murid-murid sudah percaya bahwa Yesus adalah Mesias. Dan karena itu sekarang Ia
menganggap sudah saatnya untuk mengajar lebih lanjut tentang ke-Mesias-anNya,
dan Ia mengatakan bahwa Mesias harus menderita dan mati.
Dari sini terlihat bahwa Yesus mengajar
langkah demi langkah, sesuai dengan kebutuhan / tingkat kerohanian dari para
pendengarNya (bdk. Yoh 16:12-13a).
Ini adalah sesuatu yang harus ditiru!
Pada waktu memberitakan Firman Tuhan, kita harus memberitakan apa yang merupakan
kebutuhan orang itu, dan yang sesuai dengan tingkat kerohaniannya. Misalnya:
pada waktu memberitakan Injil kepada orang yang belum percaya kepada Kristus,
sekalipun orang yang kita injili itu ingin tahu / bertanya tentang doktrin
Allah Tritunggal, kita tidak boleh memuaskan rasa ingin tahuinya dengan
mengajarkan doktrin yang begitu sukar untuk dia! Kita harus berusaha
membelokkan pembicaraan kepada Injil, karena itulah kebutuhannya sebagai orang
yang belum percaya!
2) Doktrin bahwa Mesias harus
menderita dan mati, sebetulnya sudah ada dalam Perjanjian Lama (Yes
53:4-10 Daniel 9:26 bdk. Luk 24:25-26).
Tetapi perlahan-lahan doktrin ini
menghilang dari antara orang-orang Yahudi dan mereka percaya bahwa Mesias akan
datang sebagai raja dunia yang penuh dengan kemenangan (bdk. Yoh 6:14-15).
Penerapan:
Ini merupakan pelajaran bagi kita untuk
tidak mengabaikan bagian tertentu dari Kitab Suci. Karena itu jangan
memilih-milih topik kalau datang dalam Pemahaman Alkitab. Berusahalah untuk
belajar seluruh isi Kitab Suci, baik itu diberikan dalam bentuk topikal,
doktrinal, exposisi Perjanjian Lama, ataupun exposisi Perjanjian Baru!
3) Apa yang Yesus ajarkan dalam ay 21
itu kontras sekali dengan konsep / kepercayaan murid-murid tentang Mesias.
Penerapan:
Kita harus berani untuk memberitakan
sesuatu yang bertentangan dengan konsep / kepercayaan dari pendengar kita.
Kalau saudara bertemu dengan seseorang yang berpendapat bahwa ada banyak jalan
ke surga, atau bahwa semua agama itu sama, dsb, beranikah saudara menentangnya dengan
mengatakan bahwa Yesus adalah satu-satunya jalan ke surga (Yoh 14:6 Kis 4:12 1Yoh 5:11-12)? Kalau saudara bertemu dengan seseorang yang
mengatakan bahwa orang kristen harus berbahasa roh, beranikah saudara
membetulkan pandangannya dengan mengatakan bahwa bahasa Roh itu merupakan
karunia yang hanya dikaruniakan kepada sebagian orang kristen
(1Kor 12:8-10)? Memang kalau kita melakukan hal-hal ini, ada kemungkinan
kita akan dibenci / dimusuhi, tetapi itu merupakan salib yang harus rela kita
pikul.
4) Murid-murid perlu tahu bahwa bagi
Yesus, jalan menuju kemenangan / kemuliaan adalah melalui salib. Ini juga
berlaku untuk mereka sebagai pengikut Kristus. Hal itu diberitakan supaya pada
waktu penderitaan itu tiba, mereka siap menghadapinya!
Renungkan: apakah ajaran Yesus ini
cocok dengan Theologia Kemakmuran?
5) Dalam ay 21 sebetulnya juga ada
penghiburan yaitu bahwa setelah mati, Yesus akan bangkit! Ini berlaku juga
untuk pengikut Yesus; setelah salib dan penderitaan, akan ada kemenangan dan
kemuliaan. Tetapi mungkin sekali murid-murid sudah ‘shock’ / kaget mendengar
bagian depan dari ay 21 sehingga bagian belakangnya tidak mereka dengar. Karena
itu keluar reaksi / tanggapan seperti dalam ay 22.
Pelajaran bagi kita: hati-hati dalam
mendengar Firman Tuhan! Jangan mendengar sepotong-sepotong, karena itu bisa
membahayakan dan menimbulkan arti yang sama sekali berbeda. Kita harus
mendengar seluruhnya. Bdk. Yak 1:19.
1) Petrus tidak bisa menerima Firman
Tuhan yang bertentangan dengan konsep yang ada dalam dirinya! Ini sesuatu yang
sangat salah! Apa yang saudara percayai dari kecil belum tentu betul. Kalau
saudara suatu waktu melihat bahwa konsep saudara itu bertentangan dengan Firman
Tuhan, saudara harus mau membuangnya! Bukan Firman Tuhan yang harus disesuaikan
dengan konsep saudara, tetapi konsep / kepercayaan saudaralah yang harus
disesuaikan dengan Firman Tuhan!
2) Petrus merasa lebih bijaksana dari
pada Kristus! Tetapi apakah saudara tidak pernah bersikap seperti itu? Pada
saat saudara menderita, gagal, dsb, apakah saudara pernah berpikir: ‘Bagaimana
sih Tuhan ini, kok saya dibeginikan?’. Bukankah pemikiran seperti itu pada
hakekatnya menunjukkan bahwa saudara merasa lebih bijaksana dari pada Tuhan?
Tetapi ingatlah bahwa bagaimanapun kita tidak mungkin mungkin lebih bijaksana
dari pada Tuhan (bdk. Yes 55:8-9).
3) Petrus mempunyai semangat, tetapi
karena pengertiannya salah, semua menjadi salah. Bdk. Amsal 19:2 Ro 10:2.
Penerapan:
Banyaklah belajar Firman Tuhan, supaya
semangat saudara bisa diarahkan ke arah yang benar!
4) Kata-kata bodoh ini berasal dari
Petrus sendiri (bdk. ay 23).
Dalam Mat 16:16 Petrus mengucapkan
kata-kata yang hebat! Karena apa? Karena Tuhan menyatakannya kepada Petrus!
Tetapi begitu Petrus mengucapkan sesuatu yang berasal dari dirinya sendiri, ia
langsung mengucapkan hal-hal yang bodoh! Ini seharusnya mengajar kita untuk
menjadi rendah hati! Kita bisa hebat / bijaksana, kalau Tuhan menolong kita.
Tanpa Tuhan, kita bodoh!
1) Kata-kata ini tidak ditujukan
kepada setan, tetapi kepada Petrus!
Dasar / alasan:
a) Ay
23: ‘Yesus berkata kepada Petrus’.
Kalau Yesus menengking setan, Ia
berbicara kepada setannya, bukan kepada orangnya! Contoh:
·
Mat 8:32
- ‘kepada mereka’.
·
Mark
5:8-9. Ay 9 ini salah terjemahan. Seharusnya ‘kepadanya’.
·
Mat 17:18
·
Mark
1:23-27
Juga Paulus dalam Kis 16:18 berbicara
kepada setannya!
b) Ay
23: ‘Enyahlah Iblis!’. Ini salah terjemahan.
Seharusnya ‘Go / get behind Me,
Satan!’.
Adanya kata-kata ‘behind Me’ jelas
menunjukkan bahwa kata-kata itu tidak mungkin ditujukan kepada setan.
Bandingkan dengan waktu Yesus mengusir setan dalam Mat 4:10. Di sini tak ada
kata-kata ‘behind Me’.
c) Ay 23: kata ‘engkau’ dalam ayat ini
jelas sekali menunjukkan bahwa Yesus berbicara kepada Petrus.
Kesimpulan: Yesus bukannya menengking
setan; Ia berbicara kepada Petrus! Jadi ayat ini tidak bisa dijadikan dasar
untuk berkata bahwa orang kristen bisa kerasukan setan. Banyak orang menganggap
bahwa orang kristen tetap bisa ada setannya dan membutuhkan doa pelepasan.
Dasar yang sering dipakai adalah ay 23 ini. Tetapi setelah terbukti bahwa Yesus
bukan menengking setan, tetapi berbicara kepada Petrus, jelas bahwa ayat ini
tidak bisa dijadikan dasar dari ajaran seperti itu.
Saya bahkan berpendapat bahwa kita tidak
bisa menengking setan yang menggoda kita untuk berbuat dosa. Memang dalam Mat
4:10 Yesus mengusir / menengking setan yang menggodaNya, tetapi itu mungkin
sekali terjadi karena Mat 4:8-9 merupakan penghinaan bagi Dia (karena disuruh
menyembah setan). Setan memang diberi hak untuk menggoda kita, sehingga dalam
kasus seperti itu tidak bisa ditengking. Lain halnya kalau kita berjumpa dengan
orang yang kerasukan setan. Penengkingan dalam kasus seperti ini memang jelas
merupakan sesuatu yang Alkitabiah.
Yak 4:7-8 dan 1Pet 5:8-9 menunjukkan
cara menghadapi setan yang menggoda kita dan tidak ada yang menyuruh kita untuk
menengking setan dalam kasus penggodaan seperti itu.
2) Petrus disebut setan. Mengapa?
Karena ia sedang dikuasai, ditipu, dan dipakai oleh setan. Atau karena ia
sedang mempunyai pikiran dan melakukan tindakan yang salah. Iini berbeda dengan
‘dirasuk setan’. Kata-kata Petrus dalam ay 22 intinya sama dengan godaan setan
dalam Mat 4:8-9 yaitu suatu godaan supaya Yesus mendapat mahkota tanpa melalui salib.
Bisa saja kata-kata / tindakannya berasal bukan dari setan tetapi dari dirinya
sendiri, tetapi karena intinya sama dengan godaan setan dalam Mat 4:8-9, maka
ia disebut sebagai ‘setan’.
Saya tidak yakin bahwa setanlah yang
‘mengilhami’ Petrus pada saat ini, karena saya berpendapat bahwa setan justru
berusaha membunuh Yesus. Adalah aneh, kalau saat ini ia mengilhami Petrus
sedemikian rupa sehingga justru mencegah kematian Yesus.
3) Petrus disebut ‘batu sandungan’.
a) Ia
disebut demikian karena ia menghalangi Yesus untuk melakukan misiNya!
b) Tadi, dalam Mat 16:18 ia disebut
sebagai ‘batu karang’ (menurut penafsiran ketiga), sekarang ia menjadi ‘batu
sandungan’.
Ini mengajar kita untuk tidak
mempercayai diri kita sendiri, tetapi hanya mempercayai Tuhan saja.
1) Sekarang Yesus melanjutkan. Tadi
dalam ay 21 Ia berkata bahwa Ia sendiri yang akan mengalami salib. Sekarang ia
mengatakan bahwa setiap pengikutNya harus mengalami salib! Ini ciri khas orang
kristen sejati! Kalau dalam hidup saudara tidak ada salib, mungkin sekali
saudara bukan orang kristen yang sejati!
2) ‘Menyangkal diri’ berarti ‘tidak
hidup untuk diri sendiri / demi kesenangan diri sendiri’.
Ini tidak berarti bahwa kita lalu tidak
mempedulikan kesehatan kita dan sebagainya. Ini berarti bahwa kita tidak lagi
berusaha mencari hal-hal yang menyenangkan diri kita sendiri, atau yang
mengenakkan diri kita sendiri, tetapi sebaliknya kita akan mencari hal-hal yang
menyenangkan Tuhan!
Penerapan:
Pada waktu saudara diperhadapkan pada
suatu pemilihan, apa yang menjadi dasar keputusan saudara? Kehendak /
kesenangan Tuhan, atau kesenangan / kenikmatan saudara sendiri?
3) ‘Memikul salib’. Luk 9:23
menambahkan kata-kata ‘setiap hari’.
Memikul salib berarti menderita karena
taat kepada Kristus / ikut Kristus.
1) Ini diucapkan Yesus untuk orang
yang tidak mau menyangkal diri, tetapi sebaliknya, hidup untuk dirinya sendiri.
2) Yang mau menyelamatkan nyawa,
justru akan kehilangan nyawa.
a) Kata-kata ini lebih hidup / berarti
untuk orang-orang kristen abad 1-3, yang menghadapi penganiayaan. Tetapi
kata-kata ini tetap relevan untuk jaman sekarang.
b) ‘Menyelamatkan nyawa’ berarti
mencari aman, tidak mau menghadapi resiko demi Kristus, tidak mau berkorban
bagi Kristus. Ini jelas merupakan orang yang tidak cinta kepada Tuhan. Tidak
ada cinta tanpa pengorbanan!
c) ‘kehilangan’. Kata bahasa Yunaninya
bisa diterjemahkan ‘destroy’ / ‘kill’ (= menghancurkan /
membunuh), yang merupakan kebalikan dari ‘menyelamatkan’. Jadi, orang yang
ingin menyelamatkan nyawanya, justru menghancurkan / membunuh nyawanya!
3) Tuhan Yesus/ menghendaki orang mau
kehilangan nyawa karena / demi Dia. Ini lagi-lagi menekankan bahwa Ia
menghendaki orang yang menyangkal diri. Tetapi perhatikan bahwa Yesus senang
dengan orang yang rela kehilangan nyawa ‘karena Aku’. Mark 8:35 menambahkan
‘karena Aku dan karena Injil’.
Jangan rela / berani kehilangan nyawa
untuk hal-hal duniawi yang konyol! Tetapi kalau saudara harus kehilangan nyawa
demi Kristus / Injil, relalah mengalaminya! Dengan demikian, saudara justru
akan menyelamatkan nyawa saudara (mendapat hidup kekal)!
Bagian ini ditujukan untuk orang-orang yang hidup untuk
mendapatkan dunia bagi dirinya sendiri. Ini jelas merupakan orang-orang yang
hidup tanpa penyangkalan diri. Mereka hidup demi uang, mereka tidak mau memberi
waktu untuk Tuhan, mereka tidak menyediakan waktu untuk belajar Firman Tuhan,
mereka terlalu sibuk untuk bisa melayani Tuhan, dan sebagainya.
Ayat Kitab Suci yang cocok dengan ay 26 ini adalah: Luk 16:19-31
(cerita tentang Lazarus dan orang kaya) dan Luk 12:16-21 (perumpamaan tentang
orang kaya yang bodoh).
1) Ayat ini jelas membicarakan tentang
kedatangan Yesus yang keduakalinya.
Dalam menyangkal diri / memikul salib,
penting bagi kita untuk memandang ke depan pada kedatangan Yesus yang
keduakalinya!
2) NIV:
‘he will reward’ (= Ia akan memberi upah).
Ini menunjuk
kepada:
a) Pahala. Ini tergantung perbuatan
kita (baca ay 27 itu sekali lagi).
Kita selamat atau
tidak memang hanya tergantung iman. Tetapi pahala / tingkat di surga tergantung
kehidupan, ketaatan dan pelayanan kita! Tetapi bagaimanapun harus kita ingat
bahwa kalau kita bisa taat, melayani Tuhan dsb, itu semua karena kasih karunia Tuhan.
Jadi sebetulnya kita tetap tidak layak untuk menerima pahala. Itu tetap
merupakan anugerah dari Tuhan!
b) Hukuman.
Ada yang menganggap bahwa ayat ini
hanya menunjuk pada pahala saja, tetapi ada juga yang menganggap bahwa ayat ini
menunjuk baik pada pahala maupun pada hukuman.
1) Berbeda dengan ay 27, ay 28 pasti
tidak menunjuk pada kedatangan Yesus yang keduakalinya! Mengapa? Karena kalau
ayat ini diartikan menunjuk pada kedatangan yang keduakalinya, itu berarti
bahwa kata-kata Yesus ternyata tidak tergenapi.
2) Karena kedatangan Yesus yang
keduakalinya ‘masih lama’, maka Yesus memberikan sesuatu bagi sebagai dari
mereka sebagai mereka bisa ‘mencicipi’ berkat dan kemuliaan yang akan dialami
pada saat Yesus datang keduakalinya. ‘Icip-icip’ itu berupa: ada di antara
mereka yang tidak akan mati sebelum melihat Yesus datang sebagai raja dalam
kerajaanNya.
3) Persoalannya: apa arti kalimat itu?
Ada bermacam-macam penafsiran:
a) Transfiguration (pemuliaan /
perubahan bentuk) yang terjadi dalam Mat 17:1-13.
Orang-orang yang menerima pandangan ini
beralasan bahwa dalam ketiga kitab Injil (Matius, Markus, Lukas), kata-kata
Yesus dalam ay 28 langsung disusul dengan cerita tentang transfiguration
(perubahan bentuk / wajah yang dialami Yesus).
Keberatan: transfiguration terjadi hanya ± 1 minggu (bdk. Mat 17:1) setelah Yesus
mengucapkan Mat 16:28. Padahal dari kata-kata Yesus dalam Mat 16:28 yang
mengatakan ‘di antara orang yang hadir di sini ada yang tidak akan mati sebelum
...’ secara implicit bisa disimpulkan bahwa di antara mereka pasti sudah ada
(bahkan mayoritas dari mereka) yang mati, barulah peristiwa itu terjadi.
Padahal saat itu belum ada satupun dari mereka yang mati!
b) Kematian,
kebangkitan, kenaikan Yesus ke surga, dan turunnya Roh Kudus.
Keberatan: sekalipun peristiwa kematian Yesus -
Pentakosta terjadi ± ½ tahun setelah Yesus mengucapkan Mat 16:28, dan pada
saat itu memang sudah ada yang mati (yaitu Yudas Iskariot), tetapi yang mati
baru satu, sehingga rasanya tetap tidak cocok dengan Mat 16:28 yang secara
implicit menunjukkan bahwa mayoritas dari mereka sudah mati, baru peristiwa itu
akan terjadi.
Tetapi bagaimanapun, ini merupakan
pandangan dari mayoritas penafsir.
c) Kehancuran
Yerusalem pada tahun 70 M.
Keberatan: peristiwa ini memang terjadi ± 40 tahun setelah Yesus mengucapkan Mat
16:28, sehingga saat itu sudah banyak dari mereka yang mati. Tetapi bisakah
kehancuran Yerusalem disebut sebagai ‘kedatangan Anak Manusia sebagai raja
dalam kerajaanNya’?
d) Penglihatan
Yohanes di pulau Patmos (Wah 1:9-16).
Keberatan: saat ini mungkin hanya rasul Yohanes
yang tertinggal / masih hidup di antara mereka. Tetapi keberatannya tetap ada,
yaitu bisa penglihatan seperti itu disebut sebagai ‘kedatangan Anak Manusia
sebagai raja dalam kerajaanNya’?
Kesimpulan: sukar untuk menentukan pandangan yang
benar dalam hal ini!
-AMIN-
email us at : gkri_exodus@lycos.com