Eksposisi Injil Matius
oleh: Pdt. Budi
Asali MDiv.
1) Bandingkan dengan Mark 9:33-34 dan Luk
9:46-47:
·
dalam
Mark 9:33-34, urut-urutannya adalah sebagai berikut: mereka berdebat -
Yesus bertanya - mereka diam - Yesus mengajar menggunakan anak kecil.
·
dalam
Luk 9:46-47, urut-urutannya adalah sebagai berikut: mereka berdebat -
Yesus tahu apa yang mereka perdebatkan - Yesus mengajar menggunakan anak kecil.
·
dalam
Mat 18:1-2, urut-urutannya adalah sebagai berikut: murid-murid datang
kepada Yesus dan bertanya - Yesus mengajar menggunakan anak kecil.
Mungkin cerita lengkapnya adalah
sebagai berikut:
a) Mereka
berdebat tentang siapa yang terbesar.
b) Yesus
tahu apa yang mereka perdebatkan.
c) Yesus
bertanya apa yang mereka perdebatkan.
d) Mula-mula
mereka diam (karena malu).
e) Lalu
mereka menjelaskan dan menanyakan pandangan Yesus.
f) Yesus
mengajar menggunakan anak kecil.
Markus hanya menceritakan: a, c, d, f.
Lukas hanya menceritakan: a, b, f.
Matius hanya menceritakan: e, f.
2) Bagian ini (ay 1-5) penting
karena pada pasal-pasal terakhir, Matius banyak menekankan / menonjolkan Petrus,
seperti:
·
Mat
14:28-29 - Petrus berjalan di atas air.
·
Mat 15:15
- Petrus bertanya tentang ajaran yang sukar.
·
Mat
16:16-20 - Pengakuan Petrus tentang kemesiasan Yesus.
·
Mat
17:1-13 - Petrus ikut ke gunung bersama Yesus.
·
Mat
17:24-27 - Yesus membayar pajak untuk diriNya dan Petrus.
Semua ini bisa menimbulkan kesan bahwa
Matius menganggap Petrus sebagai murid / rasul yang terbesar. Tetapi dengan
adanya perdebatan di antara murid-murid tentang hal ini, jelaslah bahwa
murid-murid tidak menganggap bahwa Petrus adalah yang terbesar. Dan dari
jawaban Yesus, maka jelaslah bahwa Yesuspun tidak beranggapan bahwa Petrus
adalah yang terbesar.
Dari semua ini jelaslah bahwa Kitab
Suci memang tidak mengajarkan adanya satu manusia yang terbesar (paling tinggi pangkatnya)
dalam gereja Tuhan!
3) Perdebatan murid-murid ini (bdk.
Luk 9:46) jelas adalah sesuatu yang berdosa! Mengapa? Karena perdebatan
itu menunjukkan adanya ambisi dalam diri mereka untuk menjadi yang terbesar.
Karena itulah maka mereka terdiam ketika Yesus menanyakan apa yang mereka
perdebatkan.
Ambisi adalah sesuatu yang berbahaya
karena akan menyeret kita ke dalam dosa-dosa yang lain! Ambisi bisa terjadi
dalam bermacam-macam hal, baik hal-hal yang bersifat jasmani / duniawi
(misalnya: ambisi untuk menjadi kaya, terkenal, kedudukan tinggi dsb), maupun
dalam hal-hal yang bersifat rohani (misalnya: ingin menjadi orang kristen yang
paling mengerti Kitab Suci / Firman Tuhan, ingin menjadi jemaat yang paling
rajin, ingin menjadi orang yang memberi persembahan paling besar, ingin menjadi
pengkhotbah top, dsb).
Karena itu, periksalah diri saudara!
Ambisi apa yang ada dalam diri saudara? Mintalah ampun kepada Tuhan dan
mintalah supaya Tuhan membuang ambisi-ambisi yang tidak sesuai kehendakNya itu.
1) Siapa anak kecil itu?
Tradisi mengatakan bahwa anak itu
adalah Ignatius (bishop di Antiokhia yang mati syahid pada tahun 107 M
pada jaman pemerintahan Kaisar Trajan). Ignatius mempunyai julukan THEOPHOROS
/ THEOPHORUS yang berarti ‘God carried’
(= Allah membawa / menggendong) dan tradisi lalu berkata bahwa ia mendapat
julukan itu, karena Yesus memeluk / menggendongnya di sini.
Ada juga yang menganggap bahwa anak itu
adalah anaknya Petrus.
Siapa anak itu, adalah sesuatu yang
tidak bisa dipastikan, dan disamping itu, hal itu juga sama sekali tidak
penting. Yang penting adalah apa yang Yesus ajarkan dengan menggunakan anak
itu!
2) Yesus memakai anak itu sebagai
simbol kerendahan hati.
Memang harus diakui bahwa anak itu,
sebagai keturunan Adam, adalah anak yang lahir dalam dosa dan mempunyai
kecondongan pada dosa, dan karena itu pasti mempunyai benih-benih kesombongan
dalam dirinya. Tetapi bagaimanapun juga, Yesus menggunakan anak kecil ini
sebagai simbol kerendahan hati, karena dibandingkan dengan orang dewasa, anak
kecil adalah seseorang yang rendah hati (Catatan: anak berusia 8-10 tahun jelas
bisa saja sudah sombong, tetapi kalau anak itu berusia 3-4 tahun, sekalipun
benih-benih kesombongan ada dalam dirinya, tetapi pasti belum dimanifestasikan
keluar).
1) ‘Menjadi seperti anak kecil’.
·
ini tentu
tidak berarti bahwa kita harus bersikap kekanak-kanakan (childish)!
·
ini juga
tidak berarti bahwa dalam segala hal, kita harus menjadi seperti anak
kecil! Dalam 1Kor 14:20, Paulus berkata: “Saudara-saudara, janganlah sama seperti
anak-anak dalam pemikiranmu. Jadilah anak-anak dalam kejahatan, tetapi orang
dewasa dalam pemikiranmu!”.
·
penekanan
Yesus adalah bahwa kita harus menjadi seperti anak kecil dalam kerendahan hati.
Ini terlihat dari kata-kata ‘merendahkan diri’ dalam ay 4 [NIV/NASB: ‘humbles himself’ (= merendahkan dirinya
sendiri)].
2) Ay 4 merupakan jawaban atas
pertanyaan murid-murid dalam ay 1. Bandingkan dengan Luk 9:48 & Mark
9:35.
Jelas bahwa penilaian Yesus tentang
besar tidaknya seorang manusia, berbeda sekali dengan penilaian manusia pada
umumnya.
Karena itu berhati-hatilah dengan
kehidupan saudara, supaya saudara jangan sekedar dianggap besar / hebat oleh
manusia, tetapi dianggap tidak berarti oleh Tuhan!
1) Menyambut anak kecil dalam nama
Yesus.
Apa artinya? Tentu ini tidak berarti
bahwa kita harus menyambut seorang anak kecil sambil mengucapkan kata-kata
‘dalam nama Yesus’! Tetapi ini berarti bahwa kita harus menerima / menyambut
seorang anak ‘demi / karena Yesus’. Jadi, bukan sekedar karena kasihan, atau
karena anak itu lucu, atau karena saudara senang pada anak kecil, tetapi karena
/ demi Yesus.
2) Menyambut anak dalam nama Yesus
berarti menyambut Yesus sendiri. Ini menekankan kesatuan Yesus dengan orang percaya.
Bdk. Kis 9:4-5 Mat 25:40,45.
1) Ay 6-11 terpisah kontexnya
dengan ay 1-5. Dalam Injil Matius memang letaknya berdekatan sehingga hal
itu tidak bisa diketahui. Tetapi dalam paralelnya dalam Markus maupun Lukas,
kedua kontex itu terpisah.
·
Mat
18:1-5 paralel dengan Mark 9:33-37 / Luk 9:46-48.
·
Mat
18:6-11 paralel dengan Mark 9:42-48 / Luk 17:1-2.
2) Arti ay 6:
a) ‘menyesatkan’.
NIV/RSV: ‘causes to sin’ (= menyebabkan berdosa).
NASB: ‘stumbling blocks’ (= ).
KJV: ‘offend’ (= ).
Kita bisa melakukan hal ini dengan:
·
cara
aktif. Misalnya: mengajarkan hal-hal yang salah / sesat.
·
cara
pasif. Misalnya: dengan tidak mengajarkan hal-hal yang benar
·
memberikan
teladan hidup yang jelek
b) ‘anak-anak
kecil’.
Dalam tradisi Yahudi, artinya:
·
betul-betul
anak kecil.
Kalau diartikan demikian, maka
ay 6 ini diarahkan terutama kepada orang tua dan guru-guru sekolah minggu!
·
murid
dari seorang guru / orang yang baru dalam iman.
Bdk. Mat 10:42 dimana Yesus menyebut muridNya
dengan sebutan ‘orang / anak kecil’. Dalam bahasa Yunaninya, kata yang
digunakan di sini persis sama dengan yang digunakan dalam Mat 18:6.
Kalau diambil arti ini, maka ay 6 ini
penting untuk semua orang kristen. Kita semua harus berhati-hati supaya tidak
menyesatkan orang yang baru bertobat!
c) Batu
kilangan diikatkan di leher, lalu orangnya ditenggelamkan di laut.
·
‘batu
kilangan’.
Istilah ‘batu kilangan’ di sini, bahasa
Yunaninya berbeda dengan yang dipakai dalam Mat 24:41. Batu kilangan dalam
Mat 24:41 itu kecil sehingga bisa diputar oleh orang perempuan. Tetapi, batu
kilangan di sini besar dan berat sehingga membutuhkan keledai untuk memutarnya.
Beratnya batu kilangan ini memastikan tenggelamnya orang yang lehernya diberi
batu itu.
·
‘laut’ dan
‘tenggelam’.
Kedua-duanya adalah hal yang sangat
menakutkan bagi orang Yahudi (Catatan: ada orang yang menganggap bahwa kata
‘laut’ dalam Wah 21:1 berarti ‘hal-hal yang menakutkan’).
·
Dari
hukuman ini, jelaslah bahwa dosa ‘menyesatkan anak kecil’ adalah dosa yang
sangat hebat!
1) Ayat ini jelas menunjukkan bahwa
dosa telah ditentukan oleh Allah (bdk. Luk 17:1). Yesus tidak berkata bahwa
penyesatan ‘akan ada’ (yang hanya menunjukkan bahwa Ia tahu bahwa penyesatan
akan terjadi), tetapi Yesus berkata bahwa penyesatan ‘harus ada’ (yang
jelas menunjukkan bahwa hal itu sudah ditentukan untuk terjadi).
2) Ada 2 ayat Kitab Suci yang
mempunyai kemiripan dengan ay 7 ini yaitu:
·
Luk 22:22
- “Sebab
Anak manusia memang akan pergi seperti yang telah ditetapkan, akan
tetapi, celakalah orang yang olehnya Ia diserahkan”.
Catatan: perhatikan kata-kata ‘seperti yang telah ditetapkan’ itu.
·
1Kor
11:19 - “Sebab
di antara kamu harus ada perpecahan, supaya nyata nanti siapakah di
antara kamu yang tahan uji”.
3) Sekalipun penyesatan harus ada:
a) Itu tidak berarti bahwa orang yang
sesat ataupun yang menyesatkan, dianggap tidak bersalah atau tidak perlu bertanggung
jawab!
Ay 7 jelas menunjukkan 2 x kata ‘celakalah’
yang jelas menunjukkan bahwa mereka bertanggung jawab atas penyesatan / dosa
mereka itu!
b) Itu tidak berarti bahwa kita boleh
membiarkan orang-orang yang sesat.
Ay 12-14 secara tidak langsung
menunjukkan bahwa kita juga harus mencari orang yang sesat. Ay 15-17
menunjukkan bahwa kita harus menegur orang yang sesat / berdosa supaya ia
bertobat dan kembali ke jalan yang benar.
1) Bagian ini tentu tidak bersifat hurufiah,
dan karena itu, bagian ini tidak boleh diartikan bahwa:
·
kita
betul-betul harus memotong kaki, tangan dsb.
·
di surga
ada orang yang cacat.
Arti bagian ini:
a) Mata, tangan, kaki menggambarkan
hal-hal yang kita cintai. Wujudnya bermacam-macam, seperti: hobby, pekerjaan,
study, dsb. Tetapi kalau hal-hal yang kita cintai itu membawa / menjatuhkan
kita ke dalam dosa, maka kita harus rela membuangnya.
Seorang penafsir berkata:
“It is better to go to heaven, without enjoying the
things that caused us to sin, than to enjoy them here, and then be lost” (= Adalah
lebih baik pergi ke surga tanpa menikmati hal-hal yang menyebabkan kita berdosa
dari pada menikmatinya di sini, dan setelah itu terhilang).
b) Kita harus begitu benci pada dosa /
penyesatan sehingga kita harus lebih rela kehilangan tangan, kaki, mata daripada
disesatkan.
2) Kalau ay 6-7 menyuruh kita
hati-hati supaya tidak menyesatkan orang lain, maka ay 8-9 menyuruh kita
hati-hati supaya tidak menyesatkan diri sendiri / membiarkan diri sendiri
tersesat. Kita memang harus punya keseimbangan antara perhatian kepada orang
lain dan perhatian kepada diri sendiri! (bdk. 1Tim 4:16 Kis 20:28).
Ada banyak orang yang sibuk mengurusi
kerohanian orang lain dengan jalan melakukan banyak sekali pelayanan, tetapi ia
lalu mengabaikan kerohaniannya sendiri. Sebaliknya ada juga orang yang hanya
sibuk mengurusi kerohaniannya sendiri, tetapi tidak mempedulikan orang lain dan
tidak mau melayani orang lain. Apakah saudara termasuk dalam salah satu dari
dua golongan itu? Bertobatlah dan lakukan kedua-duanya dengan seimbang!
3) Api yang kekal (ay 8).
Bandingkan ini dengan:
·
Mark 9:43
- ‘api yang tak terpadamkan’.
·
Mark
9:44,48 - ‘api yang tak padam & ulat yang tak mati’.
Ini simbol-simbol dari hukuman / siksaan
kekal dalam neraka (bdk. Wah 14:11
20:10). Sekalipun hal-hal ini hanya simbol, tetapi perlu diketahui bahwa
kalau simbolnya saja begitu mengerikan, aslinya pasti lebih mengerikan lagi!
Karena itu jangan meremehkan neraka! Dan pada waktu saudara memberitakan Injil,
tekankan hal ini kepada orang yang saudara injili!
1) Ini berhubungan dengan ay 1-5,
karena kesombongan / ambisi untuk menjadi yang terbesar, selalu berhubungan
dengan sikap memandang rendah orang lain. Bandingkan dengan Fil 2:3 dimana
dikatakan yang sebaliknya: sikap rendah hati akan menganggap orang lain lebih
utama / tinggi.
2) Ada malaikat mereka di surga yang
memandang wajah Bapa.
Untuk mengetahui arti istilah ini, kita
perlu membandingkan dengan Ester 1:14 yang menunjukkan bahwa orang yang memandang
wajah raja adalah orang-orang yang dekat dengan raja. Jadi, kalau dikatakan
‘malaikat memandang wajah Bapa’ artinya adalah: malaikat itu dekat dengan Bapa.
Tetapi toh dikatakan sebagai ‘malaikat mereka’. Ini semua menunjukkan bahwa
anak-anak kecil itu begitu berharga bagi Bapa sehingga Ia menugaskan
malaikat-malaikat yang dekat dengan Dia untuk menjaga / mengawasi anak-anak
itu. Kalau Bapa begitu tinggi menilai anak-anak kecil itu, jelas bahwa kita
tidak boleh menganggap rendah mereka.
Ayat ini ada dalam tanda kurung, karena dalam
manuscript-manuscript yang terbaik, ayat ini tidak ada. Jadi, ayat ini dianggap
sebagai penambahan dan sebetulnya tidak ada dalam Kitab Suci aslinya.
-AMIN-
email us at : gkri_exodus@lycos.com