Eksposisi Injil Matius
oleh: Pdt. Budi
Asali MDiv.
1) Dalam ay 17 tidak dijelaskan
tentang perasaan / suasana hati dari orang-orang yang mengikuti Yesus. Tetapi
dalam paralelnya, yaitu dalam Mark 10:32 dikatakan bahwa murid-murid merasa cemas
dan orang-orang yang mengikuti Yesus merasa takut. Tetapi terjemahan ini
agak kurang tepat! Bandingkanlah dengan terjemahan-terjemahan dalam bahasa
Inggris di bawah ini:
KJV/RSV: ‘amazed ... afraid’ (= ).
NASB: ‘amazed ... fearful’ (= ).
NIV: ‘astonished ... afraid’ (= ).
Literal: ‘they were astonished and the ones following were afraid’ (= ).
a) Murid-murid merasa heran karena
Yesus tahu bahwa Ia akan ditangkap, dianiaya dan mati di Yerusalem, tetapi Ia
toh sengaja pergi ke sana.
b) Orang-orang yang lain takut. Mereka
tidak pernah mendengar dari Yesus bahwa Yesus akan mati di Yerusalem, karena
tiap kali Yesus memberitakan hal itu, Ia hanya memberitakan kepada 12 muridNya
saja. Tetapi bagaimanapun, orang-orang ini tahu bahwa Yerusalem adalah sarang
dari musuh-musuh Yesus, sehingga akan berbahaya bagi Yesus maupun bagi mereka
untuk pergi ke Yerusalem.
Tetapi, sekalipun mereka takut, mereka
terus ikut Yesus. Ini sesuatu yang hebat!
Tetapi tentu saja bahwa yang paling
hebat adalah kalau kita bisa ikut dengan iman sehingga terbebas dari rasa takut
(bdk. Maz 23:1-4).
2) Lalu dalam ay 18-19, Yesus
memberikan pemberitaan yang ke 3 bahwa Ia akan ditangkap, dibunuh dan akan
bangkit dari antara orang mati.
Dalam bagian paralelnya, yaitu dalam
Luk 18:31, terdapat tambahan yang mengatakan bahwa segala sesuatu yang
ditulis oleh para nabi tentang Anak Manusia akan digenapi. Para pengikut Yesus
boleh saja heran ataupun takut, tetapi hal itu tetap akan terjadi, karena
Firman Tuhan harus digenapi!
3) Luk 18:34 mengatakan bahwa
murid-murid tidak mengerti! Ini aneh, karena pemberitaan itu bukan sesuatu yang
sukar! Mengapa?
a) Kalau ditinjau dari sudut Allah,
maka mereka tidak mengerti karena Allah tidak membukakan mata mereka / tidak
memberi terang kepada mereka. Karena itu dalam Luk 18:34 itu juga
dikatakan bahwa ‘arti perkataan itu tersembunyi bagi mereka’.
b) Kalau ditinjau dari sudut mereka
sendiri, maka mereka tidak mengerti karena mereka tidak mau membuang konsep
lama mereka tentang Mesias, yaitu bahwa Mesias akan menjadi seorang raja
duniawi. Mereka tidak bisa mengerti bagaimana Mesias bisa menjadi raja kalau Ia
harus mati.
Penerapan:
Jangan mengukuhi konsep lama yang
salah!
Ay 20-21: “Maka datanglah ibu anak-anak Zebedeus serta anak-anaknya
itu kepada Yesus, lalu sujud di hadapanNya untuk meminta sesuatu kepadaNya.
Kata Yesus: ‘Apa yang kaukehendaki?’ Jawabnya: ‘Berilah perintah, supaya kedua
anakku ini boleh duduk kelak di dalam KerajaanMu, yang seorang di sebelah
kananMu dan yang seorang lagi di sebelah kiriMu.’”.
1) Dalam Injil Matius, yang datang
kepada Yesus adalah Yohanes, Yakobus, dan ibu mereka. Bahkan dalam ay 21,
ibu merekalah yang berbicara kepada Yesus. Tetapi dalam Injil Markus, Yohanes
dan Yakobus sendiri yang datang dan berbicara kepada Yesus (Mark 10:35). Apakah
dua bagian ini kontradiksi / bertentangan?
Penjelasan:
a) William Barclay mengatakan (hal
228-229) bahwa Matius menulis 25 tahun setelah Markus. Pada saat itu
rasul-rasul sangat dihormati / diagungkan, dan karena itu Matius tidak mau
menunjukkan bahwa Yohanes dan Yakobus ternyata mempunyai ambisi yang begitu
duniawi, dan karena itu, Matius lalu mengatakan bahwa ibu merekalah yang
meminta hal itu.
Ini jelas merupakan penjelasan yang
salah dan tolol! Juga ini menunjukkan bahwa William Barclay mempunyai pandangan
yang sangat rendah tentang Kitab Suci / Firman Tuhan! Ini juga menunjukkan
bahwa ia menuduh Matius sebagai pendusta dan pemfitnah!
b) Orang Yahudi mempunyai pepatah: apa
yang seseorang lakukan melalui orang lain, sama dengan kalau ia sendiri yang
melakukannya.
Contoh yang lain:
·
bandingkan
Mat 8:5-6 dengan Luk 7:3-4. Dalam Matius dikatakan bahwa perwira itu
sendiri yang datang dan meminta kepada Yesus, tetapi dalam Lukas dikatakan
bahwa ia mengirimkan utusan, yaitu tua-tua Yahudi, untuk datang dan meminta
kepada Yesus. Karena tua-tua Yahudi itu melakukan hal itu atas perintah perwira
itu, maka bisa dikatakan bahwa perwira itu sendiri yang melakukan hal itu.
·
bandingkan
Yoh 3:22,26 4:1 dengan
Yoh 4:2. Dalam Yoh 3:22,26 dan 4:1 dikatakan bahwa Yesus membaptis, tetapi
dalam Yoh 4:2 dikatakan bahwa Yesus tidak membaptis, tetapi
murid-muridNyalah yang membaptis. Karena para murid membaptis atas perintah
Yesus, maka bisa dikatakan bahwa Yesus sendiri yang membaptis.
Jadi, kalau Yohanes dan Yakobus meminta
hal tersebut melalui ibu mereka, maka artinya sama saja dengan kalau mereka
sendiri yang memintanya kepada Yesus. Karena itu maka Markus menceritakan
seolah-olah mereka sendiri yang langsung minta kepada Yesus. Calvin mengatakan
(hal 418) bahwa permintaan itu asal usulnya dari kedua murid tersebut.
Alasannya: Yesus memberikan jawaban kepada mereka.
2) Ibu dari Yohanes dan Yakobus adalah
Salome, saudara Maria (ibu Yesus).
Dasar pandangan ini: Matius, Markus dan
Yohanes sama-sama menuliskan nama-nama orang perempuan yang ada di dekat salib.
Mari kita bandingkan ayat-ayat itu:
·
Mat 27:56:
Maria Magdalena, Maria ibu Yakobus dan Yusuf, ibu dari anak-anak Zebedeus.
·
Mark 15:40:
Maria Magdalena, Maria ibu Yakobus muda dan Yoses, Salome.
·
Yoh 19:25:
ibu Yesus, saudara ibu Yesus,
yaitu Maria istri Klopas, Maria Magdalena.
Jelas sekali bahwa Maria ibu Yakobus
dan Yusuf = Maria ibu Yakobus muda dan Yoses = ibu Yesus (bdk.
Mat 13:55 Mark 6:3).
Jadi, kesimpulannya: ibu anak-anak
Zebedeus = Salome = Maria istri Klopas / saudara ibu Yesus.
Dengan demikian, maka Yohanes dan
Yakobus adalah saudara sepupu dari Yesus. Hubungan darah inilah yang
rupa-rupanya menyebabkan mereka berani mengajukan permintaan seperti itu kepada
Yesus. Mereka mencampur-adukkan hal yang bersifat daging dengan hal yang
bersifat rohani!
3) Dalam bagian paralelnya, yaitu
Mark 10:35 dikatakan: “Lalu Yakobus
dan Yohanes, anak-anak Zebedeus, mendekati Yesus dan berkata kepadaNya: ‘Guru,
kami harap supaya Engkau kiranya mengabulkan suatu permintaan kami!’”.
KJV: ‘And James and John, the sons of
Zebedee, come unto him, saying, Master, we would that thou shouldest do for us whatsoever
we shall desire’ (= Dan Yakobus dan
Yohanes, anak-anak Zebedeus, datang kepadaNya dan berkata: ‘Tuan / Guru, kami
ingin Engkau melakukan untuk kami apapun yang kami inginkan’).
Yesus menjawab dengan suatu pertanyaan
dalam ay 21a - ‘Apa yang kaukehendaki?’, yang menunjukkan bahwa Ia tidak
berjanji untuk mengabulkan seadanya permintaan mereka. Ia bertanya dulu apa
permintaannya! Karena itu jangan berpikir bahwa asal kita berdoa dengan iman
dan tekun, kita pasti akan mendapatkan apapun yang kita inginkan / minta! (bdk.
1Yoh 5:14).
4) Ay 21b merupakan permintaan
mereka; mereka ingin duduk di kanan dan kiri Yesus dalam KerajaanNya. Mungkin
sekali permintaan ini timbul gara-gara ajaran yang baru Yesus ajarkan dalam
Mat 19:28 yang mengatakan bahwa murid-murid akan duduk di 12 tahta dalam
KerajaanNya.
Mat 19:28 - “Kata Yesus kepada mereka: ‘Aku berkata kepadamu,
sesungguhnya pada waktu penciptaan kembali, apabila Anak Manusia bersemayam di
takhta kemuliaanNya, kamu, yang telah mengikut Aku, akan duduk juga di atas dua
belas takhta untuk menghakimi kedua belas suku Israel”.
Sekarang, Yohanes dan Yakobus ingin
takhta yang paling hebat, yaitu yang ada di sebelah kanan dan kiri Tuhan Yesus.
Hampir semua penafsir beranggapan bahwa mereka memaksudkan kerajaan duniawi
dari Kristus.
a) Ada
hal-hal yang negatif dalam permintaan mereka:
·
ambisi
untuk menjadi yang terhebat / termulia.
Calvin mengatakan (hal 417) bahwa
cerita ini merupakan cermin yang terang dari kesia-siaan manusia; karena cerita
ini menunjukkan bahwa semangat yang benar dan kudus sering disertai oleh
ambisi, atau sifat jahat yang lain dari daging, sehingga mereka yang mengikuti
Kristus mempunyai tujuan yang lain dari yang seharusnya. Dan Calvin mengatakan
bahwa mereka yang tidak puas hanya dengan Kristus saja, tetapi mencari hal-hal
lain terpisah dari Dia dan janji-janjiNya, telah menyimpang secara buruk dari
jalan yang benar.
Calvin juga menambahkan bahwa tidaklah
cukup kalau pada awalnya kita mengikut Kristus dengan tulus / setia, tetapi
kita tidak dengan setia menjaga kemurnian yang sama, sehingga lalu disimpangkan
dari jalan yang benar oleh perasaan / keinginan yang berdosa. Kalau hal seperti
itu bisa terjadi dengan kedua murid yang hebat ini, maka jelas hal itu juga
bisa terjadi pada diri kita. Karena itu kita harus sangat berhati-hati, supaya
tidak disimpangkan oleh ambisi yang jahat dalam jalan kita mengikut Kristus.
·
egoisme.
Seseorang mengatakan:
“There was too much of self in this prayer” (= Ada terlalu
banyak diri sendiri dalam doa ini).
Tetapi, bagaimana kalau saudara berdoa?
Apakah saudarapun selalu berdoa untuk kepentingan saudara sendiri saja?
Seringkah saudara menaikkan doa syafaat / doa untuk orang lain, seperti untuk
Pendeta / Penginjil saudara, pengurus / majelis saudara, jemaat-jemaat yang
lain, orang-orang yang belum bertobat dsb? Atau saudara hanya berdoa untuk diri
saudara sendiri saja?
William Hendriksen: “Jesus
had been emphasizing that in his kingdom greatness is measured by the yardstick
of humility (18:1-4), ... James and John, the sons of Zebedee, had heard all
this. But had they taken it to heart? One might inclined to ask, ‘How was it
possible that, in spite of all this teaching about humility and service,
teaching constantly reinforced by the example of Christ himself (12:15-21; Luke
22:27), the mother of these two disciples comes to Jesus with her two sons, and
asks him to assign to them, next to himself, the two highest positions in the
kingdom?’ But is it not true that, speaking in general, more than nineteen
hundred years of gospel proclamation have not succeeded in teaching men the
lesson of self-denial and willingness to be least in the kingdom?” [= Yesus telah menekankan bahwa dalam kerajaanNya
kebesaran diukur oleh kerendahan hati (18:1-4), ... Yakobus dan Yohanes,
anak-anak Zebedeus, telah mendengar semua ini. Tetapi apakah mereka telah
menghayatinya? Orang mungkin akan bertanya: ‘Bagaimana mungkin bahwa dengan
adanya semua pengajaran tentang kerendahan hati dan pelayanan, pengajaran yang
secara terus menerus dikuatkan oleh teladan Kristus sendiri (12:15-21; Luk
22:27), ibu dari 2 murid ini datang kepada Kristus dengan kedua anaknya, dan
memintaNya untuk memberikan kepada mereka dua posisi tertinggi dalam kerajaan
setelah posisi / kedudukan Yesus sendiri?’ Tetapi berbicara secara umum, tidakkah
benar bahwa pemberitaan Injil selama lebih dari 1900 tahun belum berhasil
mengajar manusia pelajaran tentang penyangkalan diri dan kemauan untuk menjadi
yang terkecil / terendah dalam kerajaanNya?] - hal 744.
b) Ada hal yang positif dalam
permintaan mereka: yaitu adanya iman!
Mereka melihat bahwa Yesus ditolak,
dimusuhi oleh banyak orang. Dan Yesus sendiri memberitakan bahwa Ia akan
dianiaya dan mati dibunuh. Tetapi mereka tetap yakin bahwa akhirnya Yesus akan
menang! Mungkin iman mereka ini juga mereka landaskan pada kata-kata Yesus
dalam Mat 19:28 - “Kata Yesus kepada
mereka: ‘Aku berkata kepadamu, sesungguhnya pada waktu penciptaan kembali,
apabila Anak Manusia bersemayam di takhta kemuliaanNya, kamu, yang telah
mengikut Aku, akan duduk juga di atas dua belas takhta untuk menghakimi kedua
belas suku Israel”.
William Barclay: “It
is of immense significance to see that, even in a world in which the dark was
coming down, the disciples would not abandon the conviction that the victory
belonged to Jesus. In Christianity there must always be this invincible
optimism in the moment when things are conspiring to drive a man to despair” (= Merupakan sesuatu yang penting untuk melihat bahwa
bahkan dalam suatu dunia dalam mana kegelapan sedang turun, murid-murid itu
tidak mau meninggalkan keyakinan bahwa kemenangan adalah milik Yesus. Dalam
kekristenan harus selalu ada optimisme yang tak terkalahkan pada saat segala
sesuatu bersatu untuk mendorong manusia pada keputusasaan) -
hal 230.
Penerapan:
Kalau saudara mengalami keadaan yang
gelap, tetaplah yakin akan kemenangan saudara!
Calvin: “It
is unquestionably a noble specimen of faith; but hence we perceive how easily
the pure seed is no sooner implanted in our hearts than it becomes degenerate
and corrupted; for they imagined to themselves a kingdom which had no
existence, and presently committed the folly of desiring the highest place.
Since, therefore, this wicked ambition flowed from a general principle of
faith, which in itself was highly commendable, we ought to pray, not only that
the Lord would open the eyes of our mind, but that he would give us continual
direction, and keep our minds fixed on the proper object. We ought also to
pray, not only that he would bestow faith upon us, but that he would keep it
pure from all mixture” (= Tidak
diragukan bahwa ini merupakan contoh iman yang mulia; tetapi karena itu kita
mengerti betapa mudahnya benih yang murni yang ditanamkan dalam hati kita itu
menjadi merosot dan rusak; karena mereka mengkhayalkan bagi diri mereka sendiri
suatu kerajaan yang tidak ada, dan melakukan kebodohan dengan menginginkan
tempat yang tertinggi. Karena ambisi yang jahat ini mengalir dari prinsip iman
yang umum, yang dalam dirinya sendiri patut dipuji, maka kita harus berdoa, bukan
hanya supaya Tuhan membuka mata dari pikiran kita, tetapi juga supaya Ia
memberi kita pimpinan terus menerus, dan menjaga supaya pikiran kita diarahkan
pada obyek yang benar. Kita juga harus berdoa bukan hanya supaya Ia memberi
iman kepada kita, tetapi juga supaya Ia menjaga iman itu tetap murni dari
segala campuran) - hal
418.
Ay 22-23: “Tetapi Yesus menjawab, kataNya: ‘Kamu tidak tahu, apa
yang kamu minta. Dapatkah kamu meminum cawan, yang harus Kuminum?’ Kata mereka
kepadaNya: ‘Kami dapat.’ Yesus berkata kepada mereka: ‘CawanKu memang akan kamu
minum, tetapi hal duduk di sebelah kananKu atau di sebelah kiriKu, Aku tidak
berhak memberikannya. Itu akan diberikan kepada orang-orang bagi siapa BapaKu
telah menyediakannya.’”.
1) Yesus berkata: ‘Kamu tidak tahu apa yang kamu minta’ (ay 22).
Pulpit Commentary: “They
thought of an earthly kingdom. ... Salome would soon see, one at least of her
sons would see, the Lord not sitting on a royal throne, but hanging on the
cross. They would see on the right hand and on the left not two great officers,
two ministers of state, but two crucified malefactors” (= Mereka berpikir tentang suatu kerajaan duniawi. ...
Salome akan segera melihat, dan sedikitnya satu dari anak-anaknya akan melihat,
bukan bahwa Tuhan duduk pada takhta kerajaanNya, tetapi tergantung pada kayu
salib. Mereka akan melihat pada kanan dan kiriNya, bukan dua pejabat besar, dua
menteri negara, tetapi dua penjahat yang tersalib) - hal 291.
Pulpit Commentary: “Many
of the gifts we ask at God’s hand are such qualities of soul as can only be
produced by long and painful processes. You ask for humility: do you know that
herein you ask for humiliation, failure, mortified vanity, disappointed hope,
the reproach of men, and the feeling that you are worthy of deeper accusations
than any they can bring against you? You ask to be like Christ: but can you
drink of his cup, and be baptized with his baptism? These words of your Lord
are not spoken to dishearten you, to discourage you from your high aims; but he
would have you pray with deliberation, with a mind made up, with a devoted and
solemn apprehension of the difficulties before you” (= Banyak pemberian yang kita minta dari tangan Allah
yang merupakan kwalitet dari jiwa yang hanya bisa dihasilkan oleh proses yang
lama dan menyakitkan. Engkau meminta kerendahan hati: apakah engkau tahu bahwa
dalam permintaan itu engkau meminta perendahan / penghinaan, kegagalan,
kesia-siaan yang dimatikan, pengharapan yang dikecewakan, celaan manusia, dan
perasaan bahwa engkau layak mendapatkan tuduhan yang bisa diberikan siapapun
kepadamu? Engkau meminta untuk menjadi seperti Kristus: tetapi bisakah engkau
meminum cawanNya, dan dibaptis dalam baptisanNya? Kata-kata Tuhanmu ini tidak
diucapkan untuk mematahkan harapanmu, mengecilkan hatimu dari tujuanmu yang
tinggi; tetapi Ia ingin engkau berdoa dengan pertimbangan yang mendalam, dengan
pikiran yang beres, dengan pengertian tentang kesukaran-kesukaran di depanmu) - hal 300 / 301.
Pulpit Commentary: “We
know not what we ask when we desire the glory of the crown without the grace to
bear the cross” (= Kita tidak
tahu apa yang kita minta pada waktu kita menginginkan kemuliaan dari makhkota
tanpa kasih karunia untuk memikul salib) - hal 305.
Pulpit Commentary: “Whom
Christ best loves he most reproves”
(= Siapa yang paling dikasihi oleh Kristus, dicela / ditegur paling keras) - hal 305.
2) ‘Dapatkah
kamu meminum cawan, yang harus Kuminum?’.
a) Matius hanya berbicara tentang
cawan; tetapi paralelnya, yaitu Mark 10:38-39 berbicara tentang cawan dan
baptisan.
Mark 10:38-39 - “Tetapi kata Yesus kepada mereka: ‘Kamu tidak tahu apa
yang kamu minta. Dapatkah kamu meminum cawan yang harus Kuminum dan dibaptis
dengan baptisan yang harus Kuterima?’ Jawab mereka: ‘Kami dapat.’ Yesus berkata
kepada mereka: ‘Memang, kamu akan meminum cawan yang harus Kuminum dan akan
dibaptis dengan baptisan yang harus Kuterima”.
Karena itu ada yang menganggap bahwa di
sini Yesus menunjuk pada Sakramen (Baptisan dan Perjamuan Kudus). Tetapi ini jelas
tidak mungkin karena:
·
kalau
memang ini menunjuk pada Sakramen, Matius tidak mungkin membuang ‘baptisan’.
·
kontexnya
sama sekali tak berhubungan dengan sakramen!
Jadi, arti yang benar: baik ‘cawan’
maupun ‘baptisan’ menunjuk kepada ‘penderitaan’ (bdk. Mat 26:39,42 Luk 12:50).
Yakobus dan Yohanes memikirkan tentang
kemuliaan dalam Kerajaan Yesus. Orang yang terus memikirkan pahala / kemuliaan,
biasanya melupakan perangnya. Karena itu, Yesus lalu mengingatkan mereka akan
penderitaan! Ini menunjukkan bahwa jalan menuju kemuliaan adalah melalui
penderitaan! Seakan-akan Yesus berkata: apakah dalam peperangan ini kamu begitu
menganggur sehingga mau membuat persiapan untuk kemenangan?
Calvin: “Is
he not worse than stupid who, amidst so many deaths, entertain himself at his
ease by drawing pictures of a triumph?” (= Bukankah ia lebih jelek dari bodoh yang
di tengah-tengah begitu banyak kematian, menghibur dirinya sendiri untuk
kesenangannya dengan menggambar gambar-gambar kemenangan?) - hal 419.
Kita memang harus beriman akan
kemenangan dan memandang pada pahala / surga, di tengah-tengah peperangan /
penderitaan, supaya kita tidak menjadi lemah dan putus asa. Tetapi Calvin
berkata (hal 419) bahwa ada perbedaan yang sangat besar antara orang yang
memandang pada pahala / surga sambil terus berperang, dengan orang yang
memandang pahala / surga dan melupakan perang!
b) Arti kata-kata ini untuk diri
Kristus sendiri.
Pulpit Commentary: “Christ
obtained not his crown by wars and victories, but by shame and death” (= Kristus mendapatkan makhkotaNya bukan dengan perang
dan kemenangan, tetapi dengan hal yang memalukan dan kematian) -
hal 305.
c) Arti kata-kata ini untuk Yakobus
dan Yohanes (orang kristen).
Barclay mengatakan (hal 231) bahwa
sekalipun kehidupan Kristen berakhir dengan pengenaan makhkota, tetapi dalam
kehidupan itu terus menerus ada pemikulan salib.
Matthew Poole mengatakan (hal 94) bahwa
bagian ini menunjukkan bahwa orang yang akan menerima pahala terbesar dari Kristus
adalah orang yang paling menderita demi Kristus.
Calvin: “The
sum of the whole is, that for none but him who has fought lawfully is the crown
prepared; and especially, that none will be a partaker of the life and the
kingdom of Christ who has not previously shared in his sufferings and death” (= Arti dari seluruhnya adalah bahwa hanya bagi dia yang
bertempur secara sah / menurut hukumlah disediakan makhkota; dan khususnya
bahwa tidak ada orang yang akan mengambil bagian dalam kehidupan dan kerajaan
Kristus yang tidak lebih dulu mengambil bagian dalam penderitaan dan
kematianNya) - hal
420.
William Hendriksen: “Jesus,
then, reminds them that they do not understand what their request really
involves. They forget that a prayer for glory is a prayer for suffering; in
other words, that it is the way of the cross, that alone, that leads home” (= Maka Yesus mengingatkan mereka bahwa mereka tidak
mengerti apa yang sesungguhnya tercakup dalam permintaan mereka. Mereka lupa
bahwa doa untuk kemuliaan adalah doa untuk penderitaan; dengan kata lain, jalan
saliblah, dan hanya jalan itu saja, yang memimpin kita pulang ke rumah) - hal 746.
Pulpit Commentary: “They
who would reign with Christ must suffer with him. It is vain to think of
sharing the final victory if we will not share the previous conflict. ... There
is no escaping this condition, although it may assume various forms” (= Mereka yang ingin memerintah bersama Kristus harus
menderita dengan Dia. Adalah sia-sia untuk memikirkan tentang mengalami
kemenangan terakhir jika kita tidak mengambil bagian dalam konflik sebelumnya.
... Tidak ada jalan untuk lolos dari kondisi ini, sekalipun itu bisa ada dalam
berbagai bentuk) - hal 296.
3) Dalam kata-kata Yesus ini ada
terselip suatu penghiburan, karena Yesus berkata ‘Kuminum’ (ay 22) dan ‘cawanKu’ (ay 23).
Ini menunjukkan bahwa penderitaan yang
akan kita lalui itu juga dilalui / dialami oleh Kristus, bahkan Ia sudah lebih
dulu melaluinya!
4) Dalam ay 22b Yohanes dan
Yakobus berkata: ‘Kami dapat’.
Kata-kata ini juga bisa disoroti secara
positif dan secara negatif:
a) Secara
positif.
Sekalipun mereka tahu bahwa mereka akan
menghadapi penderitaan dalam mengikuti Kristus, mereka mengambil keputusan
untuk tetap mengikuti Dia.
b) Secara
negatif.
Kata ‘kami’ menunjukkan bahwa mereka
mempunyai keyakinan kepada diri mereka sendiri, yang jelas merupakan suatu
keyakinan yang berlebihan kepada diri mereka sendiri, dan ini justru
menyebabkan mereka jatuh (Mat 26:31,56). Bandingkan dengan Yoh 15:5
dan Fil 4:13!
Pulpit Commentary: “This
was the language of self-confidence; its vanity was soon made manifest (see ch.
26:31,56). Christ did not rebuke that self-confidence then; he left the
rebuking to events” [= Ini
merupakan bahasa dari keyakinan kepada diri sendiri; kesia-siaannya segera akan
menjadi jelas (lihat pasal 26:31,56). Kristus tidak menegur keyakinan kepada
diri sendiri ini pada saat itu; Ia membiarkan peristiwanya (dimana mereka lari meninggalkan
Kristus) yang menegurnya] -
hal 305.
Matthew Poole: “This
was as rashly spoken as the other. How little do we know our own strength. When
Christ was apprehended, they all forsook him and fled, chap. 26:56.” (= Ini diucapkan dengan sama gegabahnya seperti
kata-kata yang lain / tadi. Alangkah sedikitnya kita mengetahui kekuatan kita
sendiri. Pada waktu Kristus ditangkap mereka semua meninggalkanNya dan lari,
pasal 26:56) - hal 95.
5) Dalam ay 23a Yesus mengatakan
bahwa mereka memang akan meminum cawan, berarti mereka akan menderita!
Hendriksen menganggap (hal 746-747)
bahwa kata-kata Yesus ini merupakan suatu nubuat / ramalan tentang kematian
syahid dari Yakobus (Kis 12:2) dan pembuangan Yohanes ke pulau Patmos (Wah
1:9), yang merupakan penderitaan yang mereka alami demi Kristus.
Bagi Yakobus, ini berupa penderitaan
yang hebat / mengerikan tetapi cepat / singkat, karena ia adalah orang pertama
dari para murid Yesus yang mati syahid. Tetapi bagi Yohanes, ini berupa
penderitaan yang lama dan berlarut-larut, karena ia di buang ke Patmos dan
akhirnya mati pada usia sekitar 100 tahun! Sebagai pengikut Kristus, kita harus
siap untuk ‘meminum cawan’ seperti Yakobus atau seperti Yohanes!
William Barclay: “Now
life treated James and John very differently. James was the first of the
apostolic band to die a martyr (Acts 12:2). For him the cup was martyrdom. On
the other hand, by far the greater weight of tradition goes to show that John
lived to a great old age in Ephesus and died a natural death when he must have
been close on a hundred years old. For him the cup was the constant discipline
and struggle of the Christian life throughout the years. It is quite wrong to
think that for the Christian the cup must always mean the short, sharp, bitter,
agonizing struggle of martyrdom; the cup may well be the long routine of the
Christian life, with all its daily sacrifice, its daily struggle, and its
heart-breaks and its disappointments and its tears” [= Kehidupan memperlakukan Yakobus dan Yohanes dengan
cara yang sangat berbeda. Yakobus adalah orang pertama dari rasul-rasul yang
mati sebagai martir (Kis 12:2). Baginya cawan adalah kematian syahid. Di
sisi yang lain, dengan beban yang lebih besar tradisi menunjukkan bahwa Yohanes
hidup sampai tua di Efesus dan mati secara wajar / alamiah pada saat usianya
mendekati 100 tahun. Baginya cawan merupakan disiplin dan pergumulan terus
menerus dari kehidupan Kristen selama tahun-tahun tersebut. Adalah salah untuk
berpikir bahwa bagi orang Kristen cawan harus selalu berarti pergumulan syahid
yang pendek, tajam, pahit, dan menyakitkan; cawan bisa merupakan kehidupan
Kristen rutin yang lama, dengan semua pengorbanan sehari-hari, pergumulan
sehari-hari, dan hal-hal yang menghancurkan hati, kekecewaan dan air mata] -
hal 230-231.
William Barclay: “A
Roman coin was once found with the picture of an ox on it; the ox was facing
two things - an altar and a plough; and the inscription read: ‘Ready for
either.’ The ox had to be ready either for the supreme moment of sacrifice on
the altar or the long labour of the plough on the farm. There is no one cup for
the Christian to drink. His cup may be drunk in one great moment; his cup may
be drunk throughout a lifetime of Christian living. To drink the cup simply
means to follow Christ wherever he may lead, and to be like him in any
situation life may bring” (=
Pernah ditemukan suatu mata uang Romawi dengan gambar seekor sapi jantan
padanya; sapi jantan itu menghadapi dua hal - sebuah mezbah dan sebuah bajak;
dan ada tulisan yang berbunyi: ‘Siap untuk yang manapun’. Sapi itu harus siap
baik untuk saat terpenting dari pengorbanan di mezbah atau pekerjaan membajak
yang lama di pertanian. Bukan hanya ada satu cawan untuk diminum orang Kristen.
Cawannya bisa diminum pada satu saat yang besar; cawannya bisa diminum
sepanjang kehidupan Kristen. Meminum cawan berarti mengikut Kristus kemanapun
Ia memimpin, dan menjadi seperti Dia dalam situasi yang bagaimanapun yang
dibawa oleh kehidupan) - hal 231.
Saya kuatir bahwa banyak orang Kristen
mempunyai mata uang dengan gambar seseorang yang menghadapi ranjang dan meja
makan / restoran, dengan tulisan: ‘Siap untuk yang manapun’. Mereka hanya
senang makan, dan tidur, tetapi tidak mau berkorban maupun menderita bagi
Tuhan.
6) Dari ay 23b terlihat jelas
bahwa:
a) Yesus setuju adanya tingkat-tingkat
di surga.
Sekalipun permintaan dari dua murid itu
berkenaan dengan kerajaan duniawi, tetapi jawaban Yesus pasti berkenaan dengan
surga, dan ini menunjukkan bahwa di surga memang ada tingkatan-tingkatan (bdk.
Mat 5:19).
Calvin: “It
is also worthy of our notice, that these words do not imply that there will be
equality among the children of God, after they have been admitted to the
heavenly glory, but rather that to each is promised that degree of honour to
which he has been set apart by the eternal purpose of God” (= Patut kita perhatikan bahwa kata-kata ini tidak
menunjukkan bahwa ada kesamaan di antara anak-anak Allah, setelah mereka
diterima dalam kemuliaan surgawi, tetapi bahwa bagi setiap orang dijanjikan
tingkat kehormatan terhadap apa ia telah dipisahkan oleh rencana kekal dari
Allah) - hal 422.
b) Yesus berkata bahwa Bapalah yang
menentukan tingkat seseorang di surga.
Pulpit Commentary: “Here
we see the secondary rank of the Son compared with the Father” (= Di sini kita melihat kedudukan / pangkat sekunder dari
Anak dibandingkan dengan Bapa) - hal 296. Saya berpendapat bahwa kata-kata ini berbau ajaran
sesat!
Matthew Poole: “This
text hath been abused by those who have denied Christ’ Deity, and equality to
the Father, as if it served their purpose, because Christ here denieth it in
his power to dispose of the kingdom of heaven; ... Christ doth not here speak
of what was in his power, but what was his office as Mediator; so his work was
to encourage them to fight the good fight, not to dispense out crowns to them.
Or else he speaketh of himself as man, as he speaketh, John 14:28.” (= Kata-kata ini disalah-gunakan oleh mereka yang
menyangkal ke-allah-an Kristus, dan kesetaraanNya dengan Bapa, seakan-akan
kata-kata ini mendukung tujuan mereka, karena di sini Kristus menyangkal bahwa
Ia berkuasa untuk menentukan / memberikan kerajaan surga; ... di sini Kristus
tidak berbicara tentang apa yang ada dalam kuasaNya, tetapi tentang jabatanNya
sebagai Pengantara; dengan demikian pekerjaanNya adalah mendorong mereka untuk
bertempur dengan baik, bukan untuk membagikan makhkota kepada mereka. Atau Ia
berbicara tentang diriNya sendiri sebagai manusia, seperti pada waktu Ia
mengucapkan Yoh 14:28)
- hal 95.
William Hendriksen: “as
to the request itself, Jesus points out that the degrees and positions of glory
in his kingdom have been determined in the Father’s eternal decree. They cannot
now be altered by the Mediator”
(= berkenaan dengan permintaan itu sendiri, Yesus menunjukkan bahwa tingkat dan
kedudukan / posisi kemuliaan dalam kerajaanNya telah ditentukan dalam ketetapan
kekal dari Bapa. Itu tidak bisa diubah sekarang oleh sang Pengantara) - hal 747.
Saya berpendapat bahwa bukan hanya
Yesus, tetapi juga Bapa sendiri, tidak mungkin mengubah rencana kekal tersebut.
Bapa merencanakan rencanaNya, bukan untuk diubah-ubah, tetapi untuk
dilaksanakan dengan kesetiaan yang teguh.
Yes 25:1 - “Ya TUHAN, Engkaulah Allahku; aku mau meninggikan Engkau,
mau menyanyikan syukur bagi namaMu; sebab dengan kesetiaan yang teguh Engkau
telah melaksanakan rancanganMu yang ajaib yang telah ada sejak dahulu”.
Padahal tingkat seseorang di surga
pasti dipengaruhi oleh dosa-dosanya maupun oleh ketaatannya / tingkat
kesuciannya. Kalau tingkat di surga itu telah ditentukan, maka secara implicit ini menunjukkan bahwa dosa-dosa
maupun tingkat kesucian seseorang juga sudah ditentukan!
Tetapi, awas! Ini sama sekali tak
berarti bahwa kita boleh hidup apatis / menjadi fatalist! Kewajiban kita bukan
hidup sesuai dengan Rencana Allah yang tidak kita ketahui, tetapi sesuai dengan
kehendak Allah yang Ia nyatakan kepada kita (Ul 29:29)!
7) Yesus jelas menolak doa mereka yang
ambisius, egois, dan tidak sesuai dengan rencana Allah itu (ay 22a,23b).
Ini menunjukkan bahwa:
a) Doapun tidak bisa mengubah Rencana
Allah (bdk. 1Yoh 5:14)! Karena itu hati-hati dengan banyaknya ajaran Arminian
yang mengatakan bahwa rencana Allah bisa gagal / berubah, khususnya oleh doa
kita.
b) Tuhan tidak senang dengan sikap
ambisius dan egois. Karena itu buanglah semua ambisi duniawi dan egoisme dari
kehidupan saudara!
Ay 24: “Mendengar itu
marahlah kesepuluh murid yang lain kepada kedua saudara itu”.
Murid-murid yang lain menjadi marah kepada Yohanes dan Yakobus. Mengapa?
Karena murid-murid yang lainpun juga berambisi untuk menjadi yang termulia /
terbesar (ini terbukti dari teguran Yesus kepada mereka dalam ay 25-28).
Pulpit Commentary mengutip kata-kata I. Williams yang berbunyi:
“The
ambition of one creates envy in others who partake of the same feeling” (= Ambisi dari seseorang menciptakan iri hati dalam
orang-orang lain yang mempunyai perasaan yang sama) - hal 282.
Seseorang mengatakan:
“They
were willing to fight for a crown, but not a towel” (= Mereka mau
berkelahi untuk sebuah mahkota, tetapi tidak untuk sebuah handuk).
Keterangan:
yang dimaksud dengan ‘towel’ (=
handuk), adalah ‘kain lenan’ dalam Yoh 13:4. Pada saat itu tidak ada
seorangpun di antara murid-murid yang mau merendahkan diri untuk membasuh kaki
sesamanya, sehingga Yesuslah yang melakukan hal itu untuk memberi teladan
kepada mereka.
Jelas bahwa dari ay 24 ini terlihat 2 kesalahan dalam diri
murid-murid:
1) Mereka marah terhadap Yohanes dan
Yakobus. Kalau bisa, mereka ingin menggunakan kekerasan.
2) Ada ambisi dalam diri mereka. Kalau
dalam Mat 20:20-21 kita melihat bahwa ada ambisi dalam diri 2 orang murid
Yesus yaitu Yohanes dan Yakobus, maka dalam ay 24 ini kita melihat bahwa
ada ambisi dalam diri 10 murid yang lain. Jadi, semua murid Yesus mempunyai
ambisi yang sama! Ini menunjukkan betapa berbahayanya ambisi itu, dan karena
itu kita harus berhati-hati terhadap ambisi!
Renungkan: ambisi yang bagaimana yang
ada dalam diri saudara?
Ay 25-28: “Tetapi Yesus memanggil mereka lalu berkata: ‘Kamu tahu,
bahwa pemerintah-pemerintah bangsa-bangsa memerintah rakyatnya dengan tangan
besi dan pembesar-pembesar menjalankan kuasanya dengan keras atas mereka.
Tidaklah demikian di antara kamu. Barangsiapa ingin menjadi besar di antara
kamu, hendaklah ia menjadi pelayanmu, dan barangsiapa ingin menjadi terkemuka
di antara kamu, hendaklah ia menjadi hambamu; sama seperti Anak Manusia datang
bukan untuk dilayani, melainkan untuk melayani dan untuk memberikan nyawaNya
menjadi tebusan bagi banyak orang.’”.
1) Ay 25-26a: “Tetapi Yesus memanggil mereka lalu berkata: ‘Kamu tahu,
bahwa pemerintah-pemerintah bangsa-bangsa memerintah rakyatnya dengan tangan
besi dan pembesar-pembesar menjalankan kuasanya dengan keras atas mereka.
Tidaklah demikian di antara kamu”.
Ini untuk menangani kesalahan 1
(kemarahan dan keinginan menggunakan kekerasan).
Dalam ayat ini Yesus menggambarkan
pemerintahan yang menggunakan kekerasan / penindasan. Ini jelas adalah
pemerintahan dengan sistim diktator! Dan Ia mengatakan bahwa itu adalah
pemerintahan dari ‘bangsa-bangsa’. Yang dimaksud dengan ‘bangsa-bangsa’ adalah
‘bangsa-bangsa non Yahudi’. Saat itu, orang Israel / Yahudi dianggap sebagai
umat Allah, sedangkan orang-orang non Yahudi dianggap sebagai orang kafir. Jadi
dengan kata lain, Yesus mengatakan bahwa pemerintahan bersistim diktator, yang
menggunakan kekerasan, adalah pemerintahan kafir! Dan Yesus lalu menambahkan
bahwa dalam kalangan Kristen / anak-anak Tuhan, penggunaan sistim diktator,
yang selalu menggunakan kekerasan itu, tidak boleh dilakukan!
Adalah sesuatu yang memalukan bahwa
dalam banyak gereja, termasuk yang mengaku sebagai Alkitabiah dan Injili,
kediktatoran tetap berlangsung!
Adam Clarke: “The
government of the Church of Christ is widely different from secular governments.
It is founded in humility and brotherly love: ... When political matters are
brought into the Church of Christ, both are ruined. ... Every kind of lordship
and spiritual dominion over the Church of Christ, like that exercised by the
Church of Rome, is destructive and anti-christian” [= Pemerintahan dari Gereja Kristus sangat berbeda
dengan pemerintahan sekuler. Itu didasarkan pada kerendahan hati dan kasih
persaudaraan: ... Pada waktu persoalan politik dibawa ke dalam Gereja Kristus,
keduanya akan hancur. ... Setiap jenis pemerintahan / otoritas dan penguasaan
rohani atas Gereja Kristus, seperti yang dilakukan oleh Gereja Roma (Katolik), bersifat merusak dan anti-kristen] - hal 199.
Ajaran Yesus di sini rupa-rupanya
sangat berkesan dalam diri Petrus, sehingga dalam suratnya, yaitu dalam
1Pet 5:3 ia menasehati para penatua dengan kata-kata ini: “Janganlah kamu
berbuat seolah-olah mau memerintah atas mereka yang dipercayakan
kepadamu, tetapi hendaklah kamu menjadi teladan bagi kawanan domba itu”.
Catatan: Kata ‘memerintah’ dalam 1Pet 5:3 ini dalam bahasa
Yunaninya menggunakan kata yang sama dengan kata ‘memerintah dengan tangan besi’ dalam
Mat 20:25.
2) Ay 26b-27: “Barangsiapa ingin menjadi besar di antara kamu,
hendaklah ia menjadi pelayanmu, dan barangsiapa ingin menjadi terkemuka di
antara kamu, hendaklah ia menjadi hambamu”.
Ini untuk menangani kesalahan 2 (ambisi
untuk menjadi yang termulia).
Ada beberapa hal yang perlu
diperhatikan dari ayat-ayat ini:
a) Orang yang ingin menjadi besar, harus
mau menjadi pelayan (DIAKONOS); sedangkan orang yang ingin menjadi yang
terkemuka / yang nomer satu (literal: ‘to
be first’), harus mau menjadi hamba (DOULOS)!
Pulpit Commentary: “our
Lord takes occasion further to tell his disciples (ver. 25-28) that greatness
in his kingdom consists not in getting service, but in doing service; not in
having servants, but in being servants” [= Tuhan kita menggunakan kesempatan lebih lanjut untuk
memberi tahu para murid (ay 25-28) bahwa kebesaran dalam kerajaanNya tidak
terdiri dari ‘mendapatkan pelayanan’, tetapi dalam ‘melakukan
pelayanan’; bukan dalam ‘mempunyai pelayan-pelayan’, tetapi dalam ‘menjadi
pelayan-pelayan’] - hal 300.
Pulpit Commentary: “The
man who lives to get is despised. The man who lives to give and serve is
commended” (= Orang yang hidup
untuk mendapat, direndahkan. Orang yang hidup untuk memberi dan melayani,
dipuji) - hal 311.
William Barclay: “Out
in the world, said Jesus, it is quite true that the great man is the man who
controls others; the man to whose word of command others must leap; the man who
with a wave of his hand can have his slightest need supplied. ... But among my
followers service alone is the badge of greatness. Greatness does not consist
in commanding others to do things for you; it consists in doing things for
others; and the greater the service, the greater the honour. Jesus uses a kind
of gradation. ‘If you wish to be great,’ he says, ‘be a servant; if you wish to
be first of all be a slave.’ Here is the Christian revolution; here is the
complete reversal of all the world’s standards” (= Dalam dunia, kata Yesus, adalah benar bahwa orang
yang besar adalah orang yang mengontrol orang-orang lain; orang yang
perintahnya ditaati dengan segera oleh orang-orang lain; orang yang dengan
lambaian langannya bisa mendapatkan kebutuhannya yang terkecil dipenuhi. ...
Tetapi di antara para pengikutKu, hanya pelayanan yang merupakan lencana dari
kebesaran. Kebesaran tidak terdiri dari ‘memerintah orang-orang lain untuk
melakukan hal-hal untukmu’; itu terdiri dari ‘melakukan hal-hal untuk
orang-orang lain’; dan makin besar pelayanannya, makin besar kehormatannya.
Yesus menggunakan suatu jenis gradasi / tingkat-tingkat. ‘Jika engkau ingin
menjadi besar’, kataNya, ‘jadilah seorang pelayan; jika engkau ingin menjadi
yang pertama dari semua, jadilah seorang hamba’. Di sinilah revolusi Kristen;
di sinilah pembalikan yang sempurna dari semua standard duniawi) -
hal 232.
Jadi, kesimpulannya: kalau kita mau
menjadi makin tinggi, kita harus mau makin merendahkan diri. Atau, dengan kata
lain, makin seseorang merendahkan diri, makin tinggi orang itu di hadapan
Allah.
Pulpit Commentary: “They
stand highest in the kingdom of heaven who best serve their brethren” (= Mereka yang berdiri paling tinggi dalam kerajaan
surga adalah mereka yang terbaik dalam melayani saudara-saudara mereka) -
hal 296.
Bandingkan dengan:
·
Mat 18:1-4
- “Pada waktu itu datanglah murid-murid
itu kepada Yesus dan bertanya: ‘Siapakah yang terbesar dalam Kerajaan Sorga?’
Maka Yesus memanggil seorang anak kecil dan menempatkannya di tengah-tengah
mereka lalu berkata: ‘Aku berkata kepadamu, sesungguhnya jika kamu tidak bertobat
dan menjadi seperti anak kecil ini, kamu tidak akan masuk ke dalam Kerajaan
Sorga. Sedangkan barangsiapa merendahkan diri dan menjadi seperti anak kecil
ini, dialah yang terbesar dalam Kerajaan Sorga”.
·
Luk
22:24-27 - “Terjadilah juga pertengkaran
di antara murid-murid Yesus, siapakah yang dapat dianggap terbesar di antara
mereka. Yesus berkata kepada mereka: ‘Raja-raja bangsa-bangsa memerintah rakyat
mereka dan orang-orang yang menjalankan kuasa atas mereka disebut
pelindung-pelindung. Tetapi kamu tidaklah demikian, melainkan yang terbesar di
antara kamu hendaklah menjadi sebagai yang paling muda dan pemimpin sebagai
pelayan. Sebab siapakah yang lebih besar: yang duduk makan, atau yang melayani?
Bukankah dia yang duduk makan? Tetapi Aku ada di tengah-tengah kamu sebagai
pelayan”.
Ini terlihat dalam diri Kristus
sendiri. Karena Ia mau merendahkan diri, maka Ia ditinggikan.
Bdk. Fil 2:5-11 - “Hendaklah kamu dalam hidupmu bersama, menaruh pikiran
dan perasaan yang terdapat juga dalam Kristus Yesus, yang walaupun dalam rupa
Allah, tidak menganggap kesetaraan dengan Allah itu sebagai milik yang harus
dipertahankan, melainkan telah mengosongkan diriNya sendiri, dan mengambil rupa
seorang hamba, dan menjadi sama dengan manusia. Dan dalam keadaan sebagai
manusia, Ia telah merendahkan diriNya dan taat sampai mati, bahkan sampai mati
di kayu salib. Itulah sebabnya Allah sangat meninggikan Dia dan mengaruniakan
kepadaNya nama di atas segala nama, supaya dalam nama Yesus bertekuk lutut
segala yang ada di langit dan yang ada di atas bumi dan yang ada di bawah bumi,
dan segala lidah mengaku: ‘Yesus Kristus adalah Tuhan,’ bagi kemuliaan Allah,
Bapa!”.
Penerapan:
Apakah saudara masih sering malu untuk
melakukan pelayanan-pelayanan yang rendah / remeh? Apakah saudara merasa gengsi
saudara turun kalau saudara melakukan hal itu?
b) Ay 26-27 ini tidak boleh
ditafsirkan seakan-akan Yesus melarang kita untuk menjabat suatu kedudukan
dalam gereja (Pendeta, majelis / tua-tua, diaken, pengurus, dsb).
Dalam Ef 4:11 dan 1Tim 3:1-13,
kita melihat adanya jabatan-jabatan dalam gereja, yang jelas merupakan kehendak
Tuhan. Jadi, kita boleh saja menduduki jabatan-jabatan di dalam gereja, asal
kita tetap rendah hati dan mau melayani sesama kita! (bandingkan dengan
1Pet 5:1-3).
c) Perhatikan kata-kata ‘pelayanmu’
dan ‘hambamu’ dalam ay 26-27 ini.
Dalam bagian paralel dari ay 26-27
ini, yaitu Mark 10:44 dikatakan bahwa kita harus mau ‘menjadi hamba dari semuanya’.
Ini tentu tidak berarti bahwa kita
betul-betul menjadi hamba manusia (bdk. 1Kor 7:23 - “Kamu telah dibeli dan harganya telah lunas dibayar.
Karena itu janganlah kamu menjadi hamba manusia”) atau bahwa kita harus tunduk kepada
orang-orang yang kita layani! Maksudnya adalah bahwa kita harus membaktikan
waktu, karunia, tenaga, dan pikiran kita untuk orang-orang yang kita layani.
Sekalipun kita harus dengan rendah hati mau melayani sesama manusia, tetapi
pada saat yang sama kita harus senantiasa sadar bahwa Tuhan adalah Tuan kita
yang sebenarnya! Karena itu, pada saat orang-orang yang kita layani mempunyai
keinginan yang bertentangan dengan keinginan Tuhan, maka kita harus melakukan
keinginan Tuhan dan bukan keinginan manusia (Kis 5:29). Ini harus dicamkan
oleh hamba-hamba Tuhan yang seringkali betul-betul menjadi hamba manusia, dan
bukannya hamba Tuhan!
3) Ay 28: “sama seperti Anak Manusia datang bukan untuk dilayani,
melainkan untuk melayani dan untuk memberikan nyawaNya menjadi tebusan bagi
banyak orang.’”.
a) ‘Anak Manusia datang bukan untuk dilayani, melainkan
untuk melayani’.
1. ‘Datang’.
Sekalipun Yesus memang
dilahirkan oleh Maria, tetapi kalau kita meneliti semua ayat-ayat yang
berhubungan dengan inkarnasi, maka terlihat bahwa mayoritas ayat-ayat itu
bukannya mengatakan bahwa Yesus itu lahir / dilahirkan ke dalam dunia,
tetapi datang ke dalam dunia.
‘Datang’ berbeda dengan
‘lahir / dilahirkan’ karena ‘datang’ menunjukkan suatu tindakan aktif
dan menunjukkan pre-existence (=
keberadaan sebelumnya) dari Yesus, dan ini menunjukkan kekekalan dan keilahian
Yesus!
Penerapan:
·
apakah
saudara percaya bahwa Yesus yang sudah menjadi manusia itu adalah Allah
sendiri?
·
karena
Yesus adalah Allah, maka tidak ada orang yang bisa selamat kalau tidak percaya
kepada Yesus. Mengapa? Karena tidak percaya kepada Yesus berarti tidak percaya
kepada Allah!
2. ‘Bukan
untuk dilayani melainkan untuk melayani’ (ay 28).
Kalau seorang presiden /
pejabat tinggi datang ke suatu daerah, pasti mereka tidak datang untuk
melayani, tetapi sebaliknya mereka menuntut pelayanan yang baik. Tetapi pada
waktu Yesus, yang adalah Raja di atas segala raja, Pencipta, Pemilik, dan
Penguasa seluruh alam semesta dengan segala isinya, datang ke dalam dunia, Ia
bukan datang untuk dilayani, tetapi untuk melayani. Bahwa Ia tidak datang untuk
dilayani sudah merupakan sesuatu yang luar biasa, tetapi lebih dari itu di sini
dikatakan bahwa Ia datang justru untuk melayani!
Ada banyak ayat Kitab Suci
yang menunjukkan bahwa kehidupan Yesus adalah kehidupan yang dipenuhi dengan
pelayanan:
·
Mark 1:38
- “JawabNya: ‘Marilah kita pergi ke
tempat lain, ke kota-kota yang berdekatan, supaya di sana juga Aku memberitakan
Injil, karena untuk itu Aku telah datang.’”.
Ia mengatakan bahwa datang
untuk memberitakan Injil, dan ini berarti suatu pelayanan.
·
Yoh 4:34
- “Kata Yesus kepada mereka: ‘MakananKu
ialah melakukan kehendak Dia yang mengutus Aku dan menyelesaikan pekerjaanNya”.
Bahwa pelayanan Ia
gambarkan sebagai makananNya, menunjukkan bahwa pelayanan adalah sesuatu yang
rutin dalam hidupNya, dan bahwa pelayanan adalah sesuatu yang Ia lakukan dengan
senang hati, bukan dengan berat hati! Apakah saudara juga bersikap sama seperti
Yesus dalam hal pelayanan?
·
Mark 6:30-34
- “Kemudian rasul-rasul itu kembali
berkumpul dengan Yesus dan memberitahukan kepadaNya semua yang mereka kerjakan
dan ajarkan. Lalu Ia berkata kepada mereka: ‘Marilah ke tempat yang sunyi,
supaya kita sendirian, dan beristirahatlah seketika!’ Sebab memang begitu
banyaknya orang yang datang dan yang pergi, sehingga makanpun mereka tidak
sempat. Maka berangkatlah mereka untuk mengasingkan diri dengan perahu ke
tempat yang sunyi. Tetapi pada waktu mereka bertolak banyak orang melihat
mereka dan mengetahui tujuan mereka. Dengan mengambil jalan darat segeralah
datang orang dari semua kota ke tempat itu sehingga mendahului mereka. Ketika
Yesus mendarat, Ia melihat sejumlah besar orang banyak, maka tergeraklah
hatiNya oleh belas kasihan kepada mereka, karena mereka seperti domba yang
tidak mempunyai gembala. Lalu mulailah Ia mengajarkan banyak hal kepada mereka”.
Ia sibuk dengan pelayanan
sehingga tidak sempat makan. Awas, ini bukanlah sesuatu yang harus ditiru terus
menerus, karena memelihara kesehatan juga merupakan kewajiban kita!
·
Luk 23:43
- di kayu salibpun, dalam keadaan menderita kesakitan yang luar biasa, Ia masih
melayani penjahat yang bertobat.
Dan perlu diingat bahwa Kristus juga
pernah mengatakan bahwa seorang murid tidak lebih dari gurunya, dan seorang
hamba tidak lebih dari tuannya. Kalau kita tidak melayani, dan bahkan bersikap
sebagai ‘tuan besar’ dalam gereja, maka kita adalah murid yang lebih dari Guru
kita, dan hamba yang lebih dari Tuan kita.
b) ‘dan
untuk memberikan nyawaNya menjadi tebusan bagi banyak orang’.
·
Puncak
kerendahan hati Kristus adalah penebusan yang Ia lakukan.
Pulpit Commentary: “The
crowning example of his humility is that he gave his life as a ransom for the
souls of men” (= Teladan puncak
dari kerendahan hatiNya adalah bahwa Ia memberikan nyawaNya sebagai tebusan
untuk jiwa-jiwa manusia) - hal 283.
Bdk. Fil 2:5-8 - “Hendaklah kamu dalam hidupmu bersama, menaruh pikiran
dan perasaan yang terdapat juga dalam Kristus Yesus, yang walaupun dalam rupa
Allah, tidak menganggap kesetaraan dengan Allah itu sebagai milik yang harus
dipertahankan, melainkan telah mengosongkan diriNya sendiri, dan mengambil rupa
seorang hamba, dan menjadi sama dengan manusia. Dan dalam keadaan sebagai
manusia, Ia telah merendahkan diriNya dan taat sampai mati, bahkan sampai mati
di kayu salib”.
·
Tebusan:
*
Kata
‘tebusan’ (= ransom) berarti ‘harga
yang dibayar untuk penebusan tawanan’. Dalam peperangan, ada tawanan. Ransom
/ tebusan adalah uang untuk menebus tawanan itu. Perhatikan bahwa kalau tebusan
/ ransom itu dibayar, tawanan itu pasti bebas!
*
Tebusan
itu dibayar kepada Bapa! Origen mengajarkan bahwa Yesus membayar tebusan kepada
setan (Pulpit Commentary, hal 297). Ini adalah ajaran yang salah! Setan tidak
berhak menerima tebusan apa-apa, karena manusia berdosa kepada Allah, dan
karena itu Yesus harus membayar tebusan kepada Allah!
*
Tebusan
itu untuk menebus ‘banyak orang’ (ay 28 bdk. Mark 10:45
Mat 26:28).
Ada pertentangan antara Calvinisme /
Reformed dengan Arminianisme dalam hal ini.
Calvinisme berkata: Kristus mati hanya
untuk menebus orang-orang pilihan (Limited
Atonement), dan penebusan ini memastikan keselamatan orang-orang
pilihan itu. Arminianisme berkata: Kristus mati untuk menebus semua orang (Universal Atonement), dan penebusan ini memungkinkan
semua orang untuk selamat.
Mat 20:28 ini adalah salah satu
dasar dari ajaran Calvinisme ini. Ayat itu mengatakan bahwa Yesus menyerahkan
nyawanya untuk menebus banyak (tidak semua!) orang. Memang harus diakui
ada ayat-ayat yang seolah-olah menunjukkan bahwa Yesus mati untuk menebus semua
orang. Tetapi, dalam Kitab Suci, kata ‘semua’, tidak selalu betul-betul berarti
‘semua’! Contoh: Dalam Ro 5:18 kata ‘semua’ yang pertama, betul-betul
berarti ‘semua’, tetapi kata ‘semua’ yang kedua, tidak mungkin diartikan
betul-betul ‘semua’, karena kalau diartikan demikian, akan menjurus pada ajaran
Universalisme (= ajaran yang mengatakan bahwa semua manusia akan masuk surga,
tidak ada yang masuk neraka), yang jelas adalah ajaran sesat! Jadi, kata
‘semua’ yang kedua harus diartikan ‘semua orang pilihan / semua orang percaya’!
Disamping itu, ingat bahwa arti /
konsep dari kata ransom / tebusan
yang sudah kita bahas di atas! Kalau seseorang ditebus, ia pasti bebas!
Karena itu, kalau Kristus betul-betul mati untuk semua orang, maka itu berarti
semua orang pasti selamat. Ini lagi-lagi adalah Universalisme!
*
Tanpa
penebusan ini kita tidak mungkin bisa sampai kepada Allah.
William Barclay: “There
is simply the great, tremendous truth that without Jesus Christ and his life of
service and his death of love, we could never have found our way back to the love
of God. Jesus gave everything to bring men back to God; and we must walk in the
steps of him who loved to the uttermost” (= Ada kebenaran yang besar dan hebat bahwa tanpa Yesus
Kristus dan kehidupan pelayananNya dan kematian karena kasihNya, kita tidak
pernah bisa menemukan jalan kita untuk kembali kepada kasih Allah. Yesus
memberikan segala sesuatu untuk membawa manusia kembali kepada Allah; dan kita
harus berjalan dalam langkah-langkahNya / mengikutiNya, yang mengasihi dengan
sepenuhnya) - hal 235.
·
Ayat ini
mengatakan bahwa kita harus seperti Kristus yang rela menyerahkan nyawa menjadi
tebusan. Kita memang tidak bisa menebus dosa orang lain, tetapi kita harus rela
mengorbankan nyawa demi orang lain.
William Hendriksen: “He
who believes John 3:16 must not forget to practice 1John 3:16b!” (= Ia yang mempercayai Yoh 3:16 tidak boleh lupa untuk
mempraktekkan 1Yoh 3:16b!) - hal 751.
1Yoh 3:16 - “Demikianlah kita ketahui kasih Kristus, yaitu bahwa Ia
telah menyerahkan nyawaNya untuk kita; jadi kitapun wajib menyerahkan nyawa
kita untuk saudara-saudara kita”.
Catatan: perhatikan
bahwa ayat ini ditulis oleh Yohanes, yang menunjukkan bahwa ia telah mengerti
dan menghayati apa yang Yesus ajarkan di sini.
-AMIN-
email us at : gkri_exodus@lycos.com