Eksposisi Injil Matius
oleh: Pdt. Budi
Asali MDiv.
1) Dalam Injil Matius, seluruh
peristiwa, yaitu Yesus lapar, Yesus mendekati pohon ara, Yesus tidak mendapat
buah ara, Yesus mengutuk pohon ara, pohon ara menjadi kering, dan komentar /
reaksi murid-murid, semuanya terjadi pada saat itu (dalam 1 hari).
Tetapi, dalam Injil Markus, peristiwa
ini diceritakan dalam 2 tahap yang terjadi dalam 2 hari, dan ditengah-tengah
kedua tahap itu diselipi peristiwa dimana Yesus menyucikan Bait Allah
(Mark 11:12-14,15-19,20-21).
Sebetulnya peristiwa itu memang terjadi
dalam 2 hari, seperti yang diceritakan oleh Markus. Matius meringkas cerita
itu, dan mempersatukan 2 tahap itu menjadi satu.
Sekalipun dalam Mat 21:19c
dikatakan bahwa pohon ara itu kering ‘seketika itu juga’, sedangkan dalam
Markus keringnya pohon ara itu baru diketahui pada keesokan harinya
(Mark 11:20), tetapi kedua bagian ini tetap tidak bisa dikatakan
bertentangan, karena Markus mengatakan ‘sudah kering’, bukan ‘baru
kering’.
2) Peristiwa ini mengandung beberapa
keanehan, yaitu:
a) Bagaimana mungkin Yesus bisa tidak
tahu bahwa pohon ara itu tidak ada buahnya? Sekalipun sebagai manusia Yesus
tidak mahatahu (bdk. Mat 24:36), tetapi bagaimanapun tentang hal ini Ia
seharusnya tahu, karena saat itu memang bukan musimnya buah ara
(Mark 11:13b).
b) Yesus kelihatannya kecewa, lalu
marah, sehingga lalu mengutuk pohon ara itu. Ini menunjukkan sikap
kekanak-kanakan, padahal biasanya Ia adalah sesosok manusia yang begitu agung
dan bijaksana.
c) Pohon
itu tidak bersalah, karena:
·
saat itu
memang bukan musim buah ara (Mark 11:13b).
Bagaimana mungkin pohon itu disalahkan
karena ia tidak berbuah pada saat memang bukan musimnya?
·
pohon
bukanlah makhluk bermoral.
Hanya ada 4 golongan makhluk bermoral,
yaitu Allah, malaikat, setan dan manusia. Untuk makhluk bermoral, maka ada
penilaian baik atau jahat, suci atau berdosa. Tetapi untuk binatang, yang bukan
termasuk makhluk bermoral, tidak ada penilaian baik atau jahat, suci atau
berdosa. Apalagi untuk pohon / tanaman! Tetapi, mengapa pohon itu lalu dihukum
/ dikutuk?
d) Ini adalah satu-satunya peristiwa
dimana Yesus menggunakan kuasaNya untuk menghancurkan sesuatu. Biasanya Ia
selalu menggunakannya untuk menyembuhkan, membangkitkan, menolong dsb. Dalam
Mark 5:1-20, matinya 2000 ekor babi tidak bisa dikatakan sebagai suatu
penghancuran yang dilakukan oleh Yesus, karena yang membunuh babi-babi itu
adalah setan, sedang Yesus hanya mengijinkan setan untuk membunuh babi-babi
itu.
3) Keanehan-keanehan tersebut di atas
menimbulkan penafsiran-penafsiran yang salah, seperti:
a) Peristiwa yang diceritakan di sini
sebetulnya sama dengan perumpamaan yang Yesus ceritakan dalam Luk 13:6-9.
Jadi, sebetulnya itu hanya suatu perumpamaan, yang diceritakan oleh Yesus.
Tetapi ketidakmengertian, kesalahpahaman, kebingungan membuat perumpamaan yang
Yesus ceritakan itu berubah menjadi suatu kejadian yang Yesus lakukan.
Tanggapan saya: orang yang mempercayai penafsiran
seperti ini adalah orang yang tidak menghargai Kitab Suci sebagai Firman Allah
yang tidak bisa salah!
b) William Barclay: Kejadian
ini tidak betul-betul terjadi. Mungkin Yesus sedang lewat suatu tempat dimana
Ia melihat pohon ara yang sudah kering, lalu Yesus menggunakan pohon
ara yang sudah kering itu untuk mengajar bahwa ketidakbergunaan mengundang
bencana, atau bahwa pengakuan tanpa praktek akan dihukum oleh Allah.
Tanggapan saya: sama dengan no 1 di atas!
c) Yesus melakukan hal ini untuk
menunjukkan kuasaNya atas alam, supaya nanti pada saat Ia mati di atas kayu
salib, murid-muridNya tahu bahwa Ia bukan mati karena terpaksa, tetapi karena
rela.
Tanggapan saya: tafsiran ini masih lebih mungkin
dibandingkan dengan tafsiran-tafsiran di atas, tetapi saya tetap tidak setuju,
karena penafsiran ini tidak bisa menyelesaikan keanehan-keanehan yang telah
saya sebutkan di atas.
4) Penafsiran yang benar.
a) Semua ini adalah suatu kejadian
yang sungguh-sungguh terjadi. Yesus melakukan semua itu dengan tujuan untuk
menjadikan peristiwa itu sebagai suatu perumpamaan. Biasanya Yesus memberikan
perumpamaan dengan kata-kataNya (spoken parable / perumpamaan yang diucapkan),
tetapi di sini Ia memberikan suatu
perumpamaan yang diperankan (acted /
enacted parable).
Dengan demikian, bagian ini jelas tidak
sama dengan Luk 13:6-9 yang merupakan suatu spoken parable (= perumpamaan yang diucapkan), sekalipun penekanan
/ pengajarannya sama.
Dalam Perjanjian Lama, ada cukup banyak
perumpamaan yang diperankan seperti ini! Misalnya:
·
Hos 1:2 1:4-9 3:1-3 - Hosea disuruh kawin dengan seorang sundal, pemberian
nama bagi anak-anak Hosea, dan Hosea disuruh mengambil / membeli istrinya
kembali, semuanya diperintahkan oleh Allah supaya melalui peristiwa itu
terjadi suatu perumpamaan yang diperankan yang bisa mengajar bangsa Israel!
·
Yes 20:2-6.
·
Yer 13:1-11 19:1-13 27:1-22.
·
Yun 4:6-11
- Allah sendiri melaksanakan perumpamaan yang diperankan ini dengan tujuan
mengajar Yunus.
b) Alasan / dasar yang menyebabkan
bagian ini dianggap sebagai perumpamaan yang diperankan:
·
Adanya
keanehan-keanehan dalam bagian ini yang sudah kita lihat di atas. Kalau
kejadian ini dianggap sebagai kejadian biasa, dan bukan merupakan perumpamaan
yang diperankan, maka semua keanehan-keanehan tersebut tidak akan bisa
dijelaskan.
·
Mark 11:13
menyebutkan bahwa saat itu bukan musim ara!
Memang ada orang-orang yang menafsirkan
bahwa sekalipun saat itu bukan musim ara, tetapi Yesus mencari buah ara yang
masih belum matang yang keluar sebelum waktunya. Tetapi William Barclay
mengatakan bahwa buah yang seperti itu rasanya sangat tidak enak dan tidak
pernah dimakan.
Karena itu saya lebih setuju dengan
penafsiran yang mengatakan bahwa kalimat itu (bahwa saat itu bukan musim ara)
sengaja ditulis oleh Markus untuk menunjukkan maksud Yesus yang sebetulnya
pada waktu mendatangi pohon ara itu, yaitu menggunakan pohon ara itu sebagai
perumpamaan yang diperankan!
Kalau dalam Mat 21:19 dan Mark 11:13
disebutkan bahwa Yesus mendatangi pohon ara itu dengan tujuan mencari buah ara,
maka hal itu diceritakan dari sudut pandang murid-murid!
c) Arti
dari perumpamaan yang diperankan ini:
·
Dalam
Markus, cerita ini terbagi dalam 2 tahap dan ditengah-tengahnya diselipi dengan
peristiwa penyucian Bait Allah. Jadi, mungkin sekali bahwa Bait Allahlah yang
digambarkan oleh Yesus dengan pohon ara yang hanya berdaun lebat tetapi tidak
berbuah ini! Bait Allah memang kelihatannya megah, banyak aktivitas dsb, tetapi
penuh kebrengsekan!
Kalau penafsiran ini benar, maka
pengutukan dan penghancuran atas pohon ara itu digenapi dengan dihancurkannya
Bait Allah oleh orang-orang Romawi pada tahun 70 Masehi.
·
Sekalipun
penafsiran di atas itu mungkin, tetapi saya tetap lebih condong untuk
menganggap bahwa orang Yahudilah yang dianggap sebagai pohon ara yang berdaun
lebat tetapi tidak berbuah itu! (dalam Perjanjian Lama ada ayat-ayat yang
menggambarkan Israel sebagai pohon / buah ara, seperti: Hos 9:10
Yer 8:13 Mikha 7:1).
Israel memang kelihatan hebat! Mereka
adalah bangsa pilihan yang ditandai dengan sunat, mereka mempunyai hukum Taurat
yang mereka pelajari mati-matian, mereka mempunyai Bait Allah yang megah,
mereka mempunyai imam-imam dan tokoh-tokoh agama yang lain, mereka
mempersembahkan korban-korban kepada Allah, dsb. Tetapi bagaimanapun juga,
mereka tidak beriman kepada Yesus, dan karena itu mereka tidak punya kebenaran,
dan juga tidak punya kasih yang sejati, baik kepada Allah maupun kepada
manusia!
·
Bagian
ini tidak hanya relevan untuk jaman dulu, tetapi juga untuk saat ini:
*
Ada
gereja-gereja yang gedungnya megah, jemaatnya banyak, aktivitasnya banyak.
Tetapi kalau dalam gereja-gereja itu tidak ada pemberitaan Injil / Firman Tuhan
yang baik, sehingga mayoritas jemaatnya adalah orang kristen KTP yang tidak
mengerti apa-apa tentang Kitab Suci dan mempunyai kehidupan yang brengsek, maka
gereja-gereja itu sama seperti pohon ara yang berdaun lebat tetapi tidak
berbuah!
*
Ada
orang-orang kristen yang sudah dibaptis, rajin ke gereja, dan bahkan menduduki
jabatan tertentu dalam gereja. Tetapi kalau mereka tidak sungguh-sungguh
beriman kepada Kristus, dan mereka mempunyai kehidupan seperti orang kafir,
maka mereka betul-betul seperti pohon ara yang hanya berdaun lebat tetapi tidak
berbuah. Kalau saudara adalah orang kristen yang seperti ini, ingatlah bahwa:
Ž
Tuhan
menuntut buah dalam kehidupan saudara! Ini terlihat dari banyak bagian Kitab
Suci, baik dalam Mat 21:18-22 yang sedang kita pelajari ini, maupun dari
bagian-bagian Kitab Suci yang lain seperti Mat 3:8,10 Luk 13:6-9 Yoh 15:2,4-6,8.
Ž
Sama
seperti Yesus mengutuk dan menghancurkan pohon ara yang tidak berbuah itu,
Tuhan akan menghancurkan saudara kalau saudara tidak berbuah! Jadi, kalau
saudara tidak ingin dihancurkan oleh Tuhan, cepatlah bertobat, dan hasilkanlah
buah sesuai dengan pertobatan saudara!
d) Keberatan
dan jawabannya.
Ada orang-orang yang keberatan dengan
penafsiran di atas, dengan alasan bahwa arah pembicaraan dalam ay 20-22
(tentang doa yang beriman), sama sekali tidak sesuai / tidak searah / tidak
sejalan dengan penafsiran tersebut.
Jawab: Murid-murid tidak mengerti arti
dari apa yang Yesus lakukan (perumpamaan yang diperankan tersebut). Mereka
tidak memperhatikan pesan rohani dalam tindakan Yesus itu, karena mereka hanya
menyoroti mujijatnya saja. Karena itu yang mereka persoalkan dalam ay 20
adalah mujijat tersebut (pohon ara bisa kering dengan begitu cepat).
Yesus membiarkan ketidak-mengertian
mereka dan lalu menuruti arah pembicaraan mereka. Karena itulah maka arah
pembicaraan dari ay 20-22 sama sekali tidak sesuai dengan arah dari
perumpamaan yang diperankan tersebut!
Tetapi, mengapa Yesus membiarkan mereka
dalam ketidak-mengertian mereka? Karena belum saatnya bagi mereka untuk
menerima fakta bahwa Allah menolak orang-orang Yahudi. Tetapi, kalau memang
belum saatnya bagi mereka untuk menerima fakta itu, mengapa Yesus mengajar
melalui perumpamaan yang diperankan itu? Yesus mengajar bukan untuk dimengerti
pada saat itu, tetapi supaya dikemudian hari, dengan pertolongan Roh Kudus,
murid-murid bisa mengerti hal itu (bdk. Yoh 14:26 Yoh 16:12-13).
Bandingkan dengan Yoh 13:7 dimana Yesus melakukan sesuatu yang gunanya
bukan untuk dimengerti saat itu, tetapi untuk dimengerti di kemudian hari!
Yesus menanggapi keheranan murid-muridNya dengan mengajar
tentang doa yang disertai iman. Perlu dicamkan bahwa di sini iman bukan berarti
iman yang menyelamatkan (iman kepada Yesus sebagai Juruselamat), tetapi sekedar
merupakan suatu kepercayaan bahwa Tuhan akan menjawab doa kita.
Ada beberapa hal yang akan saya bahas di sini:
1) Iman adalah sesuatu yang penting
sekali dalam doa!
a)
Adanya
iman menyebabkan kita berdoa.
Sebaliknya, kalau kita tidak beriman
bahwa Allah akan mendengar / mengabulkan doa kita, maka kita akan malas
berdoa.
b)
Doa yang
disertai iman mempunyai kuasa yang lebih hebat.
Doa itu dikatakan bisa memindahkan
gunung ke laut! Ini tentu tidak boleh diartikan secara hurufiah, karena dalam
sepanjang sejarah, belum pernah ada orang yang bisa memindahkan gunung ke laut
dengan menggunakan doa yang beriman. Jadi, artinya adalah: dengan doa yang
disertai iman, kita bisa melakukan hal-hal yang kelihatannya mustahil!
c)
Sekalipun
iman itu sangat penting dalam doa, dan karena itu kita harus berusaha untuk
bisa beriman pada waktu berdoa, tetapi itu tidak berarti bahwa kalau kita tidak
beriman, maka sebaiknya kita tidak berdoa! Pada waktu kita berdoa tidak dengan
iman, setan sering memakai ayat ini supaya kita sama sekali tidak berdoa.
Karena itu perhatikan bagian-bagian Kitab Suci seperti Mat 8:25 &
Mat 14:30-31 dimana murid-murid / Petrus berdoa tanpa iman, tetapi toh
doanya dikabulkan! Jadi, kalau bisa berdoalah dengan iman, tetapi kalau tidak
bisa berdoa dengan iman, tetaplah berdoa!
2) Iman bukanlah sekedar suatu
keyakinan yang tidak berdasar!
Kepercayaan / keyakinan kita baru bisa
disebut iman, kalau ada dasar Firman / janji Tuhan (bdk. Kej 15:6).
Misalnya:
·
Kita
berdoa supaya Tuhan mencukupi kebutuhan hidup kita, dan kita beriman
berdasarkan Mat 6:25-34.
·
Kita
berdoa meminta hikmat untuk menghadapi kesukaran, dan kita beriman berdasarkan
Yak 1:5-7.
·
Kita
berdoa meminta ampun atas dosa-dosa kita, dan kita beriman berdasarkan
1Yoh 1:9.
·
Kita
berdoa meminta pimpinan Tuhan dalam hidup kita, dan kita beriman berdasarkan
Maz 23:1-4.
Memang kadang-kadang seseorang bisa
beriman tanpa adanya janji / Firman Tuhan yang tertulis sebagai dasar kepercayaannya,
karena Roh Kudus yang memberikan janji atau Roh Kudus memberikan keyakinan / iman
itu.
Contoh: Mat 8:5-13 Mat 15:21-28.
Tetapi jaman sekarang banyak orang,
sekalipun tanpa dasar apa-apa, tetap ‘beriman’ bahwa Tuhan akan melakukan mujijat,
menyembuhkan penyakit, memberi dirinya bahasa roh, dsb. Ini bukan iman!
3) Kata-kata ‘apa saja’ dalam
ay 22 karus ditafsirkan dengan memperhatikan bagian-bagian Kitab Suci yang
lain, seperti:
·
Mat 7:11
yang mengatakan bahwa Tuhan hanya akan memberikan yang baik kepada
kita. Dan yang dimaksud dengan ‘baik’ di sini, tentu adalah baik dari sudut pandangan
Allah, bukan dari sudut pandangan kita! bdk. Doa Paulus dalam
2Kor 12:7-10.
·
1Yoh 5:14
yang mengatakan bahwa doa kita hanya dikabulkan kalau doa itu sesuai dengan
kehendak / Rencana Allah. bdk. doa Tuhan Yesus dalam Mat 26:39.
Tetapi tentang hubungan antara doa dan
kehendak Allah, perhatikan komentar Dr. Knox Chamblin di bawah ini:
“Perhaps we in the Reformed tradition find it easier to
pray ‘Thy will be done’, than to claim the promise of Mat 21:22. It is
possible to resign oneself to the will of God without first wrestling and
struggling with him in prayer” (= Bagi kita yang ada dalam lingkungan /
tradisi Reformed, mungkin lebih mudah untuk berdoa ‘jadilah kehendakMu’, dari
pada menuntut janji dalam Mat 21:22. Adalah mungkin bagi seseorang untuk
menyerah pada kehendak Allah tanpa lebih dulu bergulat / bergumul dengan Dia
di dalam doa).
4) Di dalam Injil Markus, maka bagian
ini disusul dengan Mark 11:25 yang menekankan pentingnya pengampunan
terhadap orang lain. Bagian ini ditambahkan untuk menunjukkan bahwa dosa
menghalangi doa! (bdk. Yes 1:10-20
59:1-2 Ams 28:9).
Bagaimanapun berimannya saudara dalam
doa, kalau saudara menyimpan dosa tertentu, doa saudara tidak akan didengar
oleh Allah!
-AMIN-
email us at : gkri_exodus@lycos.com