Eksposisi Injil Matius
oleh: Pdt. Budi
Asali MDiv.
1) Orang Saduki (ay 23):
Ini adalah suatu golongan yang kecil,
tetapi kaya dan berpengaruh. Kebanyakan imam-imam, bahkan imam besar dan
anggota-anggota mahkamah agama / Sanhedariin, adalah orang Saduki (bdk. Kis
5:17). Berbeda dengan orang Farisi, orang Saduki mau bekerja sama dengan orang
Roma.
Perbedaan kepercayaan mereka dengan
kepercayaan orang Farisi:
2) Pertanyaan orang Saduki (ay 24-28).
a) Pertanyaan
/ cerita mereka ini didasarkan pada Ul 25:5.
Dalam Kitab Suci ada 2 cerita yang
berhubungan dengan Ul 25:5, yaitu:
·
Kej 38:8-10
- dimana Tuhan membunuh Onan karena tidak mau memberi keturunan kepada istri
kakaknya.
·
Rut 2-4
- cerita tentang Boas dan Rut.
b) Cerita mereka ini sengaja
dibuat-buat. Sebetulnya 2 saudara sudah cukup untuk menunjukkan maksud mereka,
tetapi sengaja mereka buat 7 saudara, supaya doktrin tentang kebangkitan orang
mati makin terlihat menggelikan dan tidak masuk akal.
c) Tujuan pertanyaan mereka ini: atau
Yesus menyetujui bahwa tidak ada kebangkitan, atau Yesus harus malu karena tak
bisa menjawab pertanyaan mereka.
d) Kalau pertanyaan ini diberikan
kepada para rabi Yahudi, maka mereka akan menjawab bahwa suami pertamalah yang
berhak atas istri itu
3) Jawaban Yesus (ay 29-32).
a) Yesus
menegur mereka (ay 29).
·
‘tak
mengerti Kitab Suci’ adalah sesuatu yang sangat berbahaya! Ini menyebabkan
orang jadi sesat (bdk. Hos 4:6,14b).
Penerapan:
Apakah saudara tidak mengerti Kitab
Suci, atau hanya mengerti sedikit sekali tentang Kitab Suci? Jangan anggap
enteng hal itu karena hal itu bisa menyesatkan saudara! Karena itu berusahalah
untuk belajar Kitab Suci dengan serius!
·
Yesus
menambahkan ‘kuasa Allah’ (ay 29), karena orang-orang Saduki itu tak
percaya kebangkitan karena mereka anggap mustahil / tidak masuk akal. Mereka
tidak bisa percaya bahwa Allah bisa melakukan hal itu, karena mereka bersandar
pada logika / otak mereka. Ini juga menyebabkan kesesatan mereka!
Penerapan:
Hati-hatilah pada logika / otak
saudara. Saudara boleh / harus memakainya, tetapi saudara tidak boleh bersandar
kepadanya. Jangan membiarkan otak / logika menjadi penghalang di dalam
mempercayai Allah / kuasaNya.
b) Yesus
menjawab pertanyaan mereka (ay 30).
·
Di sini
Yesus membetulkan pemikiran mereka yang begitu duniawi tentang kehidupan di
surga. Dengan kata-kata ini Yesus memaksudkan bahwa di surga tidak ada
pernikahan, hubungan sex, dan perkembang-biakan (tetapi bukan tidak ada jenis kelamin!).
Dengan demikian, jelaslah bahwa pertanyaan orang Saduki itu adalah sesuatu yang
tidak relevan!
·
Dengan
kata-kata ini jelas bahwa Yesus mempercayai adanya malaikat, dan kebangkitan
orang mati.
c) Yesus
menyerang ketidak-percayaan mereka pada kebangkitan (ay 31-32).
·
Yesus
mengutip dari Kel 3:6. Ini aneh! Dalam Kitab Suci ada ayat-ayat lain yang
secara lebih jelas menunjukkan tentang adanya kebangkitan orang mati. Misalnya:
Yes 26:19 & Dan 12:2. Lalu mengapa Yesus mengutip Kel 3:6?
*
Ada yang
berkata: karena orang Saduki hanya mempercayai 5 kitab Musa.
*
Ada juga
yang berkata: karena mereka menanyakan berdasarkan suatu ayat dalam 5 kitab
Musa (yaitu Ul 25:5), maka Yesuspun menjawab dengan menggunakan suatu ayat
dalam 5 kitab Musa.
·
Yesus
memaksudkan: kalau memang tidak ada kebangkitan orang mati, maka itu berarti
bahwa dalam Kel 3:6 Allah memperkenalkan diriNya kepada Musa sebagai Allah
orang mati (saat itu Abraham, Ishak, Yakub sudah mati). Ini tidak mungkin! Ini
sama dengan raja tanpa rakyat atau bapa tanpa anak!
Seseorang mengatakan:
“The Lord cannot
be called the God of any but the living” (= Tuhan tidak bisa disebut sebagai Allah dari apapun
kecuali yang hidup).
·
Ada orang
yang lalu berkata: bukankah kata-kata Yesus ini hanya membuktikan kekekalan
dari jiwa (immortality of the soul), dan bukan kebangkitan tubuh?
Jawab: Ya, tetapi karena manusia adalah
tubuh dan jiwa, maka tidak mungkin bahwa akhirnya hanya jiwa saja yang
tertinggal. Jadi, dengan membuktikan kekekalan jiwa, maka Yesus sekaligus
membuktikan kebangkitan tubuh.
1) Mat 22:34-40 paralel dengan
Mark 12:28-34, tetapi tidak dengan Luk 10:25-37.
Alasannya:
2) Ay 34-35:
a) Seharusnya orang-orang Farisi
senang karena Yesus bisa mengalahkan orang Saduki, dan dengan demikian mempertahankan
kebenaran. Tetapi ternyata tidak. Kebencian mereka kepada Yesus menyebabkan
mereka tak senang melihat kebenaran menang
Penerapan:
Pikirkan tentang seorang pendeta /
pengkhotbah yang tidak saudara senangi (pribadinya, bukan ajarannya) Kalau
ternyata orang itu bisa sukses dalam mengadakan suatu KKR, bagaimana perasaan
saudara?
b) Ahli Taurat ini juga adalah orang
Farisi (kebanyakan ahli Taurat adalah orang Farisi, tetapi tidak semua orang
Farisi adalah ahli Taurat).
c) Kata ‘mencobai’ dalam bahasa
Yunaninya bisa mempunyai arti yang negatif, seperti dalam ay 18. Tetapi
bisa juga mempunyai arti yang positif sehingga harus diterjemahkan ‘menguji’.
Di sini tidak jelas apakah ahli Taurat itu mencobai (untuk
menjatuhkan), atau menguji.
3) Ay 36: ‘hukum yang terutama’.
NIV : ‘the greatest’ ( = yang
terbesar).
NASB: ‘the great’ (= yang
besar).
Orang-orang Yahudi membeda-bedakan
hukum. Ada hukum yang mereka anggap besar / berat, dan ada juga yang mereka
anggap kecil / ringan. Ini benar. Tetapi mereka lalu menganggap bahwa kalau
yang besar-besar bisa dilakukan, maka yang kecil-kecil boleh diabaikan. Ini
jelas merupakan sesuatu yang salah! Bandingkan dengan:
Ayat ini tidak berarti bahwa semua dosa
sama berat. Yakobus memaksudkan: hukum Tuhan adalah satu kesatuan. Kalau mau
taat, harus taat pada semua, tidak boleh pilih-pilih!
4) Ay 37-38.
a) Ay
37 merupakan kutipan dari Ul 6:5.
Ini merupakan ringkasan / inti dari
hukum Taurat. Kita tak mungkin bisa mentaati hukum yang manapun dengan benar,
kalau dalam diri kita tidak ada kasih kepada Tuhan.
Sebaliknya, Agustinus berkata:
“love God, and
do what you like!” (= kasihilah
Allah, dan lakukanlah apa yang engkau senangi).
Renungkan hukum ini: saudara mungkin
sudah aktif dalam gereja, rajin berbakti, ikut Pemahaman Alkitab, melayani
Tuhan, memberikan persembahan dsb. Tetapi, apakah saudara mengasihi Allah?
Ingat bahwa ini adalah hukum yang
terutama!
b) Ay
37: hati, jiwa, akal budi.
Ul 6:5: hati, jiwa, kekuatan.
Mark 12:30 / Luk 10:27: hati, jiwa,
akal budi, kekuatan.
·
Kita
tidak perlu mengartikan setiap kata, dan kita tidak perlu membeda-bedakan arti
setiap kata tersebut di atas. Kata- kata itu jelas sekali overlap satu
sama lain, karena jiwa jelas sudah mencakup hati maupun pikiran, sedangkan
sekalipun hati dan pikiran sering dibedakan, tetapi Kitab Suci sendiri juga
sering mencampuradukkan kedua hal itu.
Tujuan dari penggunaan kata-kata itu
adalah menekankan ‘keseluruhan diri kita tanpa ada yang dikecualikan’ (bdk.
1Tes 5:23 yang juga menekankan keseluruhan diri kita).
·
Mengasihi
Tuhan dengan akal budi / pikiran, hanya bisa terjadi kalau kita mengerti /
mengenal Allah dengan benar (khususnya tentang kasihNya yang Ia tunjukkan di
atas kayu salib bagi kita). Jadi, jelas bahwa belajar tentang Allah dari Kitab
Suci adalah sesuatu yang sangat penting!
·
Ajaran
Trichotomy mempercayai bahwa manusia terdiri dari tubuh, jiwa dan roh. Dan
mereka mengatakan bahwa ‘jiwa’ adalah kehidupan binatang dalam diri manusia.
Sedangkan ‘roh’ adalah sesuatu yang membedakan manusia dari binatang, dan ‘roh’
adalah suatu elemen yang menghubungkan Allah dengan manusia.
Tetapi, Mat 22:37 yang
memerintahkan kita untuk mengasihi Allah, ternyata tidak mengandung kata-kata
‘dengan segenap roh’! Ini membuktikan bahwa ajaran Trichotomy itu salah!
c) Ada
3 x kata ‘segenap’ (= all).
Ini menunjukkan bahwa kita tidak boleh
membagi kasih kita! Kita harus menyerahkannya sepenuhnya kepada Allah! Jangan
ingin mengasihi Allah dan dunia, atau Allah dan uang! (Mat 6:24 Yak 4:4 1Yoh 2:15).
Tetapi, kita boleh / harus mengasihi
sesama kita (ay 39), karena kasih kepada sesama adalah perwujudan dari
kasih kepada Allah. Tetapi, bagaimanapun juga, kita tak boleh mengasihi sesama
lebih dari Allah (Mat 10:37).
d) Kasih
kepada Allah harus diwujudkan dengan ketaatan (Yoh 14:15).
Jadi, kasih ini bukanlah sekedar suatu
perasaan belaka, tetapi harus ada wujudnya yaitu ketaatan! Orang yang taat,
belum tentu mengasihi Allah (bdk. Wah 2:1-7), tetapi orang yang mengasihi
Allah, pasti akan mentaatiNya!
5) Ay 39-40.
a) ‘hukum yang ke dua yang sama
dengan itu’ (ay 39). Ini salah terjemahan!
NIV: ‘and the second is like it’ (= dan yang kedua mirip dengan itu).
Dua hukum ini memang mirip, karena
dua-dua tentang kasih dan dua-dua merupakan ringkasan / inti hukum Taurat.
b) Ay
39 dikutip dari Im 19:18 (bdk. Roma 13:10).
c) Orang yang mengasihi Allah, akan
mengasihi sesama, dan orang yang tidak mengasihi sesama, tidak mungkin mengasihi
Allah (1Yoh 4:20-21).
d) Ay
39 juga mengajarkan kasih kepada diri sendiri!
Semua tindakan yang membahayakan diri
sendiri / merusak kesehatan diri sendiri tanpa ada gunanya, merupakan pelanggaran
terhadap hukum ini!
Contoh:
·
merokok,
mengisap ganja, menjadi morfinist dan sebagainya.
·
bunuh
diri.
·
ngebut.
·
menjadi
peminum / pemabuk.
·
tidak
menjaga kesehatan, tidak mau olah raga.
·
tak mau
pantang (gula, garam, lemak) padahal diharuskan oleh dokter.
6) Mark 12:32-34.
a) Ay 32,33: tadinya ahli Taurat
itu mencobai (ini kalau kita mengambil arti yang negatif dari kata ‘mencobai’),
tetapi ia lalu sadar bahwa Yesus betul-betul mengajarkan Firman Tuhan. Dan ia
menghormati semua itu!
b) Ay 32:
kasih lebih penting dari persembahan! (bdk. 1Sam 15:22 Hos 6:6).
Kita bisa memberi persembahan tanpa
kasih (bdk. Kej 4:3-4
Kis 5:1-11
1Kor 13:3), tapi kita tak bisa mengasihi Allah tanpa memberikan
persembahan. Bahkan orang yang betul-betul mengasihi Allah pasti mau memberikan
persembahan yang disertai dengan pengorbanan (bdk. Luk 21:1-4 2Sam 24:18-25).
Penerapan:
Pada saat saudara memberikan
persembahan, apakah saudara memberikannya dengan kasih? Adakah pengorbanan
dalam persembahan itu? Atau saudara sekedar memberi ‘uang lebih’ kepada Tuhan?
Ingatlah bahwa Ia sudah memberikan yang terbaik kepada saudara, yaitu nyawaNya!
Tak ada persembahan apapun dari kita yang terlalu besar untuk kita berikan
kepada Tuhan!
c) Ay 34:
‘Engkau tidak jauh dari Kerajaan Allah’.
Sekalipun kata-kata ini merupakan suatu
pujian, tetapi kata-kata ini juga merupakan suatu peringatan. Yesus berkata bahwa orang itu ‘tidak
jauh’ dari Kerajaan Allah, berarti orang itu belum masuk / ada di dalam
Kerajaan Allah. Jadi, dengan kata-kata ini Yesus ingin mendorong orang itu
supaya masuk ke dalam Kerajaan Allah.
Ini menunjukkan bahwa Yesus tidak
senang melihat seseorang ‘hampir selamat’!
-AMIN-
email us at : gkri_exodus@lycos.com