Eksposisi Injil Matius
oleh: Pdt. Budi
Asali MDiv.
1) Istri
Pontius Pilatus.
·
dalam buku Apocrypha yang disebut ‘Injil
Nikodemus’, dikatakan bahwa istri Pontius Pilatus adalah orang yang memeluk agama
Yahudi / Yudaisme.
·
bahkan ada orang-orang yang mengatakan bahwa
akhirnya istri Pontius Pilatus menjadi orang kristen.
Tetapi
tentu saja hal-hal ini tak bisa dipastikan kebenarannya.
2) Mimpi istri
Pontius Pilatus.
·
ini jelas bukan mimpi biasa tetapi merupakan
petunjuk / peringatan dari Tuhan.
Calvin:
“It has commonly supposed that the devil
stirred up this woman, in order to retard the redemption of mankind; which is
in the highest degree improbable, since it was he who excited and inflamed, to
such a degree, the priests and scribes to put Christ to death. We ought to
conclude, on the contrary, that God the Father took many methods of attesting
the innocence of Christ, that it might evidently appear that he suffered death
in the room of others, - that is, our room. ... And, indeed, by the terrors
which his wife had suffered during the night, God compelled him to defend the
innocence of his own Son; not to rescue him from death, but only to make it
manifest, that in the room of others he endured that punishment which he had
not deserved” (= ) - hal 283.
·
melalui mimpi ini Tuhan memperingati Pontius
Pilatus, tetapi Rencana Tuhan jelas bukan supaya Pontius Pilatus membebaskan
Yesus (karena ini bertentangan dengan rencanaNya yang menetapkan bahwa Yesus
harus mati untuk menebus dosa umat manusia), tetapi hanya untuk menonjolkan
ketidakbersalahan Kristus. Dengan demikian maka makin jelaslah bahwa Yesus mati
bukan karena dosaNya sendiri, tetapi karena dosa umat manusia.
·
Bagi Pontius Pilatus, ‘pesan Tuhan’ ini makin
menjerumuskannya ke dalam neraka yang lebih dalam!
1) Ay 20-21:
sementara Pontius Pilatus membaca dan merenungkan pesan istrinya, tokoh-tokoh
Yahudi menghasut orang banyak sehingga mereka memilih Barabas untuk dibebaskan.
Penerapan:
Ini
lagi-lagi menunjukkan bahayanya hasutan. Karena itu, berhati-hatilah setiap
kali saudara mendengar kata-kata seseorang yang membangkitkan ketidak senangan
/ kebencian terhadap seseorang.
2) Ay 22-23:
a) Kata-kata
Pontius Pilatus dalam ay 22a,23a menunjukkan bahwa ia betul-betul
frustrasi menghadapi keadaan itu.
b) Dalam Injil Yohanes ada tambahan,
yaitu Yoh 19:15b.
c) Ini
menunjukkan bahwa orang-orang Yahudi itu hanya suka ikut-ikutan. Tadinya mereka
ikut-ikutan berseru ‘Hosana’, dsb (21:9), dan sekarang mereka ikut-ikutan
berseru ‘salibkan Dia’!
Penerapan:
Jangan
suka ikut-ikutan. Berusahalah untuk mengetahui kebenaran, dan ikutilah
kebenaran itu, tak peduli apa yang dilakukan oleh orang lain!
d) Mereka
menuntut supaya Yesus disalibkan, padahal salib bukanlah hukuman Yahudi (Yahudi
biasanya menggunakan rajam), tetapi hukuman Romawi.
Mengapa
mereka, yang adalah orang Yahudi, memilih salib, yang adalah hukuman Romawi?
·
Karena ini adalah hukuman yang paling
menyakitkan / mengerikan
Pulpit
Commentary menyebut penyaliban sebagai:
“the most painful, barbarous, and ignominious punishment
which the cruelty of man ever invented” (= hukuman yang paling menyakitkan, paling
biadab / kejam, dan paling jahat yang pernah ditemukan oleh kekejaman manusia).
Kebencian
mereka kepada Yesus menyebabkan mereka sengaja memilih hukuman yang paling
menyakitkan / mengerikan untuk membunuh Yesus!
·
Ada tangan Allah / Providence of God yang mengatur sehingga mereka memilih hukuman
ini. Mengapa Allah mengatur seperti itu? Karena orang yang berbuat dosa / tidak
mentaati Firman Tuhan adalah orang terkutuk (Ul 27:26 Gal 3:10b). Kristus menebus /
memikul hukuman umat manusia, dan karena itu Ia harus menjadi terkutuk, dan
karena itu Ia harus mengalami kematian yang terkutuk, yaitu tergantung pada
salib (Gal 3:13 Ul 21:23).
3) Ay 24:
a) Sepanjang
pengadilan ini Pontius Pilatus terombang-ambing di antara 2 hal:
·
Fakta bahwa Kristus tidak bersalah.
·
Rasa takut kepada orang banyak yang menuntut
supaya Kristus dihukum mati.
Setelah
berusaha dengan macam-macam cara, akhirnya Pontius Pilatus menyerah pada
tuntutan orang banyak itu.
Penerapan:
Seringkali
kitapun mengalami saat-saat dimana ketaatan pada Firman Tuhan / kehendak Allah
/ kebenaran mengandung resiko tinggi. Pada saat seperti itu, apakah saudara
lalu mengabaikan firman Tuhan / kehendak Allah / kebenaran itu? Kalau ya,
saudara tidak berbeda dengan Pontius Pilatus!
b) Mengapa Pontius Pilatus menyerah?
·
karena ia takut pada tuduhan dalam Yoh 19:12.
·
karena ia ingin memuaskan orang banyak (Mark
15:15 bdk. Gal 1:10).
·
karena ia mengira bahwa ia bisa melepaskan
diri dari tanggung jawab dengan mencuci tangan.
·
karena ia hanya mengetahui kebenaran secara
intelektual saja.
Orang
yang betul-betul mengerti dan mengenal kebenaran (dengan otak maupun hati),
pasti akan membela kebenaran mati-matian. Tetapi orang yang mengerti kebenaran
secara intelektual, hanya akan membela kebenaran dengan setengah hati, dan
setelah itu mengorbankan kebenaran tersebut.
Renungkan:
bagaimana saudara mengenal kebenaran / Firman Tuhan? Bagaimana saudara membela
firman Tuhan / kebenaran?
c) Pontius Pilatus mencuci tangannya.
·
Ini merupakan tradisi Yahudi untuk menunjukkan
bahwa seseorang itu tidak bersalah / tidak ikut apa-apa (bdk. Ul 21:6 Maz 26:6).
·
Tetapi dalam kasus ini jelas bahwa Pontius
Pilatus bukannya tidak ikut apa-apa! Hal itu memang adalah tanggung jawabnya,
dan tidak bisa ia lepaskan begitu saja! Jadi, cuci tangan yang ia lakukan jelas
tidak berguna sedikitpun!
Penerapan:
Jangan
terlalu gampang berkata: ‘itu bukan urusan / tanggung jawab saya’!
4) Ay 25:
Ini
mereka ucapkan tanpa berpikir. Tetapi hal ini akhirnya betul-betul terjadi pada
tahun 70 Masehi dimana Yerusalem dihancur leburkan oleh Romawi. Ahli sejarah
Josephus mengatakan bahwa pada saat itu:
·
sekitar 1,1 juta orang Yahudi mati.
·
ribuan dari mereka mati disalib.
·
darah mengalir di jalanan seperti sungai
sehingga memadamkan benda-benda yang terbakar.
Dari
sudut orang-orang yang pro Yesus, mereka harus menunggu lebih dari 30 tahun
sebelum keadilan Allah dilaksanakan!
Karena
itu, kalau saudara sebagai orang kristen mengalami penindasan dan perlakuan
yang tidak adil dari orang lain, dan saudara melihat bahwa orang-orang itu
tetap jaya dan makmur untuk waktu yang lama, jangan saudara berkata bahwa Allah
tidak adil! Allah pasti akan bertindak, pada saatNya!
5) Ay 26: Yesus
disesah.
a) Penyesahan
terhadap Yesus ini adalah suatu penggenapan nubuat, baik nubuat Yesus sendiri
(Mat 20:19), maupun nubuat Perjanjian Lama (Yes 53:5 Yes 50:6).
b) Mungkin sekali Yesus disesah 2 x (2
set penyesahan), karena:
·
Mat 27:26 & Mark 15:15
menceritakan tentang penyesahan yang terjadi persis sebelum penyaliban. Memang
tradisi saat itu adalah: sebelum disalib disesah dulu (lihat komentar William
Barclay di bawah).
·
Yoh 19:1-16 & Luk 23:13-25
menceritakan adanya penyesahan yang dilakukan selama pengadilan masih
berlangsung / belum selesai. Ini dilakukan oleh Pontius Pilatus dengan tujuan
supaya orang-orang Yahudi menjadi kasihan kepada Yesus sehingga lalu tidak jadi
me-nyalibkan Yesus.
Ada
beberapa hal yang bisa kita pelajari tentang penyesahan yang ini:
*
Ini jelas merupakan sesuatu hal yang tidak
adil terhadap Yesus. Ia tidak bersalah, tetapi harus disesah!
Penerapan:
Pernahkah
saudara ‘mengorbankan’ orang yang tidak bersalah demi memuaskan orang yang
marah kepada dia? Misalnya dengan menyuruhnya meminta maaf (sekalipun ia tidak
bersalah)? Ini adalah suatu tindakan yang tidak terlalu berbeda dengan apa yang
Pontius Pilatus lakukan pada saat ia menyesah Yesus!
*
Di sini Pontius Pilatus melakukan
tawar-menawar dengan kebenaran. Memang setan sering menggoda kita untuk menawar
kebenaran / kehendak Allah. Misalnya: supaya kita memberikan hanya 5 % dari
penghasilan kita kepada Tuhan, atau supaya kita pergi ke gereja 3 x sebulan,
atau supaya kita pergi ke gereja yang dekat tetapi tidak alkitabiah, dsb.
Apakah saudara sering tunduk pada godaan seperti itu?
*
Pontius Pilatus melakukan dosa yang relatif
lebih kecil (menyesah Kristus), dengan harapan bisa terhindar dari dosa yang
lebih besar (membunuh Kristus). Ini adalah tindakan yang salah! Yang harus ia
lakukan saat itu adalah: memilih untuk tidak berdosa dengan jalan membebaskan
Kristus.
Pulpit
Commentary:
“Sin ever leads on to sin” (= dosa selalu
membawa kepada dosa).
“We may not do evil that good may come” (= kita tidak
boleh melakukan yang jahat dengan tujuan supaya yang baik datang).
c) Penyesahan.
Untuk
bisa mengerti lebih baik tentang hebatnya penderitaan Kristus pada waktu
disesah, mari kita lihat 2 komentar di bawah ini.
William
Hendriksen: “The Roman
scourge consisted of a short wooden handle to which several thongs were
attached, the ends equipped with pieces of lead or brass and with sharply
pointed bits of bone. The stripes were laid especially on the victim's back, bared
and bent. Generally two men were employed to administer this punishment, one
lashing the victim from one side, one from the other side, with the result that
the flesh was at times lacerated to such an extent that deep-seated veins and
arteries, sometimes even entrails and inner organs, were exposed. Such
flogging, from which Roman citizens were exempt (cf. Acts 16:37), often
resulted in death” (= cambuk Romawi terdiri dari gagang kayu yang pendek
yang diberi beberapa tali kulit, yang ujungnya dilengkapi dengan
potongan-potongan timah atau kuningan dan potongan-potongan tulang yang
diruncingkan. Pencambukan diberikan terutama pada punggung korban, yang
ditelanjangi dan dibungkukkan. Biasanya 2 orang dipekerjakan untuk melaksanakan
hukuman ini, yang seorang mencambuki dari satu sisi, yang lain mencambuki dari
sisi yang lain, dengan akibat bahwa daging yang dicambuki itu kadang-kadang
koyak / sobek sedemikian rupa sehingga pembuluh darah dan arteri yang terletak
di dalam, kadang-kadang bahkan isi perut dan organ bagian dalam, menjadi
terbuka / terlihat. Pencambukan seperti itu, yang tidak boleh dilakukan
terhadap warga negara Romawi (bdk. Kis 16:37), sering berakhir dengan
kematian).
William
Barclay: “Roman scourging
was a terrible torture. The victim was stripped; his hands were tied behind
him, and he was tied to a post
with his back bent double and conveniently exposed to the lash. The lash
itself was a long leather thong, studded at intervals with sharpened pieces of
bone and pellets of lead. Such scourging always preceded crucifixion and ‘it
reduced the naked body to strips of raw flesh, and inflamed and bleeding
weals’. Men died under it, and men lost their reason under it, and few remained
conscious to the end of it” [= pencambukan Romawi adalah suatu penyiksaan yang
hebat. Korban ditelanjangi, tangannya diikat kebelakang, lalu ia diikat pada
suatu tonggak dengan punggungnya dibungkukkan sehingga terbuka terhadap cambuk.
Cambuk itu sendiri adalah suatu tali kulit yang panjang, yang ditaburi dengan potongan-potongan
tulang dan butiran-butiran timah yang runcing. Pencambukan seperti itu selalu
mendahului penyaliban dan ‘pencambukan itu menjadikan tubuh telanjang itu
menjadi carikan-carikan daging mentah, dan bilur-bilur yang meradang dan
berdarah’. Ada orang yang mati
karenanya, dan ada orang yang kehilangan akalnya (menjadi gila?) karenanya,
dan sedikit orang bisa tetap sadar sampai akhir pencambukan].
d) Yesus rela
mengalami penyesahan itu untuk kita (bdk. Yes 53:5 1Pet 2:24).
Kita
yang adalah orang berdosa, dan karena itu kitalah yang seharusnya mengalami
hukuman seperti itu. Tetapi Yesus yang tidak bersalah, karena kasihnya kepada
kita, rela menanggung hukuman itu bagi kita, supaya kalau kita percaya kepada
Dia, kita bebas dari semua hukuman dosa!
Penerapan:
·
masihkah saudara meragukan kasih Tuhan kepada
saudara? Pada saat-saat dimana saudara mengalami problem / penderitaan yang
hebat, sehingga saudara meragukan kasih Tuhan, atau bahkan marah kepada Tuhan,
renungkan tentang penyesahan yang Yesus alami bagi saudara!
·
kalau Yesus mengalami semua ini bagi saudara,
pantaskah saudara menolak untuk menderita bagi Dia? Pantaskah saudara masih
mempunyai ‘allah lain’ atau hal-hal yang saudara utamakan / cintai lebih dari
Tuhan? Pantaskah saudara masih segan untuk berkorban bagi Tuhan, baik dalam hal
tenaga, waktu, pikiran, uang dsb?
·
kalau Yesus rela mengalami semua ini
bagi saudara, pantaskah kalau saudara enggan / segan untuk:
*
pergi berbakti ke gereja (sekalipun hari
hujan!)?
*
membaca / belajar Firman Tuhan / ikut
Pemahaman Alkitab?
*
bersaat teduh?
*
berdoa / datang ke persekutuan doa?
*
melayani Tuhan / memberitakan Injil?
*
memberikan perpuluhan / persembahan kepada
Tuhan?
e) Barabas bebas, dan Yesus disesah
lalu disalib.
Banyak
orang menganggap hal ini sebagai suatu TYPE dari kematian Kristus sebagai substitute (= pengganti) bagi kita.
Calvin:
“The custom of having one of the prisoners
released by the governor on the festival, to gratify the people, was a foolish
and improper practice, and, indeed, was an open abuse of the worship of God;
for nothing could be more unreasonable than that festivals should be honoured
by allowing crimes to go unpunished. God has armed magistrates with the sword,
that they may punish with severity those crimes which cannot be tolerated
without public injury; and hence it is evident that He does not wish to be
worshipped by a violation of laws and punishments. But since nothing ought to
be attempted but by the rule of his word, all that men gain by methods of
worshipping God which have been rashly contrived by themselves is, that under
the pretence of honouring, they often throw dishonour upon Him. We ought
therefore to preserve such moderation, as not to offer to God any thing but
what he requires; for he is so far from taking pleasure in profane gifts, that
they provoke his anger the more” (= ) - hal 282-283.
Beri
penerapan tentang doa yang diiringi musik, doa bersuara, dsb.
Calvin:
“Meanwhile, we ought to consider the purpose
of God, by which Christ was appointed to be crucified, as if he had been the
basest of men. The Jews, indeed, rage against him with blinded fury; but as God
had appointed him to be a sacrifice to atone for the sins of the world, he
permitted him to be placed even below a robber and murderer. That the Son of
God was reduced so low none can properly remember without the deepest horror,
and displeasure with themselves, and detestation of their own crimes. But hence
also arises no ordinary ground of confidence; for Christ was sunk into the
depths of ignominy, that he might obtain for us, by his humiliation, an ascent
to the heavenly glory: he was reckoned worse than a robber, that he might admit
us to the society of the angels of God. If this advantage be justly estimated,
it will be more than sufficient to remove the offence of the cross” (= )
- hal 282.
f) Yesus dihakimi oleh Pontius
Pilatus secara tidak adil.
Padahal
nanti pada kedatangan Yesus yang keduakalinya, Ia yang akan menjadi Hakim, dan
Pontius Pilatuslah yang akan diadili oleh Yesus. Bisakah saudara bayangkan
bagaimana sikap Pontius Pilatus dalam pengadilan akhir jaman nanti?
Tetapi
kalau saudara sendiri bukan orang yang betul-betul percaya kepada Yesus sebagai
Tuhan dan Juruselamat saudara, maka sikap saudara pada saat itu tidak akan
berbeda terlalu jauh dari sikap Pontius Pilatus!
-AMIN-