Eksposisi Injil Matius
oleh: Pdt. Budi
Asali MDiv.
1) Yesus
disalibkan (ay 35a).
a) Ini merupakan penggenapan dari:
·
Maz 22:17b.
·
Sebagian dari Kej 3:15, yaitu ular (=
setan) akan meremukkan tumit dari keturunan Hawa (= Yesus). Tetapi kalau
sebagian dari Kej 3:15 digenapi, maka pastilah sebagian yang lain
(keturunan Hawa akan meremukkan kepala ular / setan) juga akan digenapi. Dan
ini terjadi pada saat Yesus bangkit dari antara orang mati.
b) Saat penyaliban.
Mark 15:25
mengatakan bahwa Yesus mulai disalibkan pada pukul 9 pagi [NIV / NASB / Lit: ‘the third hour’ (= jam yang ke 3).
Ini
memang sama dengan pukul 9 pagi, karena orang Yahudi memulai hari mereka pada
pukul 6 pagi].
Tetapi
anehnya, Yoh 19:14 mengatakan bahwa pada pukul 12 siang [NIV / NASB / Lit:
‘about the sixth hour’ (= jam yang ke
6)], Yesus masih diadili oleh Pontius Pilatus.
Ada
2 cara untuk menafsirkan Yoh 19:14 sehingga menjadi harmonis dengan
Mark 15:25:
·
Ini merupakan kesalahan ahli Taurat dalam
mengcopy / menyalin Kitab Suci.
·
Di sini Yohanes menggunakan waktu Romawi,
bukan waktu Yahudi, sehingga ‘jam yang ke 6’ berarti pukul 6 pagi, bukan pukul
12 siang.
c) Bentuk salib.
Salib
yang paling awal / mula-mula, hanya berbentuk sebuah tiang tegak (Catatan:
kedua tangan dipakukan diatas kepala).
Kata
Yunani yang diterjemahkan ‘salib’ adalah STAUROS, yang artinya adalah ‘tiang
tegak’.
Setelah
itu lalu muncul beberapa variasi dari salib, yaitu:
·
seperti yang biasanya kita kenal, ada yang
bagian vertikalnya lebih panjang, dan ada juga yang bagian horisontal dan
vertikalnya sama panjang.
·
seperti huruf T.
·
seperti huruf X.
Pada
umumnya orang beranggapan bahwa salib yang digunakan untuk Yesus adalah yang
pertama dari 3 bentuk di atas, karena dalam Mat 27:37 dikatakan bahwa diatas kepala
Yesus terpasang tulisan, dan ini tak mungkin terjadi dengan salib yang
berbentuk huruf T / X.
d) Tradisi penyaliban:
Pulpit
Commentary: “Nails were
driven through the hands and feet, and the body was supported partly by these
and partly by a projecting pin of wood called the seat. The rest for the feet,
often seen in picture, was never used” (= paku-paku menembus tangan dan kaki, dan
tubuh disangga / ditopang sebagian oleh paku-paku ini dan sebagian lagi oleh
sepotong kayu yang menonjol yang disebut ‘tempat duduk’. Tempat pijakan kaki,
yang sering terlihat dalam gambar, tidak pernah digunakan).
William
Barclay: “When they
reached the place of crucifixion, the cross was laid flat on the ground. The prisoner
was stretched upon it and his hands nailed to it. The feet were not nailed, but
only loosely bound. Between the prisoner’s legs projected a ledge of wood
called the saddle, to take his weight when the cross was raised upright -
otherwise the nails would have torn through the flesh of the hands. The cross
was then lifted upright and set in its socket - and the criminal was left to
die ... Sometimes prisoners hung for as long as a week, slowly dying of hunger
and thirst, suffering sometimes to the point of actual madness” [= ketika
mereka sampai di tempat penyaliban, salib itu ditidurkan di atas tanah. Orang
hukuman itu direntangkan di atasnya, dan tangannya dipakukan pada salib itu.
Kakinya tidak dipakukan, tetapi hanya diikat secara longgar. Di antara
kaki-kaki dari orang hukuman itu (diselangkangannya), menonjol sepotong kayu
yang disebut sadel, untuk menahan berat orang itu pada waktu salib itu
ditegakkan - kalau tidak maka paku-paku itu akan merobek daging di tangannya.
Lalu salib itu ditegakkan dan dimasukkan di tempatnya - dan kriminil itu
dibiarkan untuk mati .... Kadang-kadang, orang-orang hukuman tergantung sampai
satu minggu, mati perlahan-lahan karena lapar dan haus, menderita sampai pada
titik dimana mereka menjadi gila].
Catatan:
Barclay menganggap bahwa yang dipaku hanyalah tangan saja. Kaki hanya diikat
secara longgar, tetapi tidak dipaku. Ini ia dasarkan pada:
·
tradisi.
·
Yoh 20:25,27 yang tidak menyebut-nyebut
tentang bekas paku pada kaki.
Tetapi
saya berpendapat bahwa Yesus dipaku bukan hanya tangannya, tetapi juga kakinya.
Alasan saya:
¨
penulis-penulis lain ada yang mengatakan bahwa
tradisinya tidak selalu seperti yang dikatakan oleh Barclay (misalnya penulis
dari Pulpit Commentary yang saya kutip di atas). Juga tentang pemakuan kaki ini
caranya tidak selalu sama. Ada orang yang kedua kakinya dipaku menjadi satu,
dan ada juga yang kedua kakinya dipaku secara terpisah.
¨
Maz 22, yang adalah mazmur / nubuat
tentang salib (baca seluruh mazmur itu), berkata pada ay 17b: ‘mereka
menusuk tangan dan kakiku’.
¨
Dalam Luk 24:39-40, Tuhan Yesus
menunjukkan tangan dan kakiNya! Pasti karena ada bekas pakunya!
Barclay
lalu mengutip kata-kata Klausner sebagai berikut:
“The criminal was fastened to his cross, already a bleeding
mass from the scourging. There he hung to die of hunger and thirst and
exposure, unable even to defend himself from the torture of the gnats and flies
which settled on his naked body and on his bleeding wounds” [= kriminil
itu dilekatkan / dipakukan pada salib; pada saat itu ia sudah penuh dengan
darah karena pencambukan. Disana ia tergantung untuk mati karena lapar, haus
dan kepanasan, bahkan tidak bisa membela dirinya sendiri dari siksaan dari
serangga dan lalat yang hinggap pada tubuhnya yang telanjang dan pada
luka-lukanya yang berdarah].
Barclay
lalu mengatakan: “It is not a
pretty picture but that is what Jesus Christ suffered - willingly - for us” (= itu
bukanlah suatu gambaran yang bagus, tetapi itulah yang diderita oleh Yesus
Kristus - dengan sukarela - bagi kita).
Penerapan:
·
kalau sampai saat ini saudara masih belum
percaya dan menerima Yesus sebagai Juruselamat dan Tuhan secara pribadi, maka
sadarilah bahwa Ia sudah tersalib dan mati untuk menebus dosa umat manusia.
Tetapi ini tidak ada gunanya bagi saudara, kalau saudara tidak mau percaya
kepada Dia. Karena itu datanglah kepada Dia sekarang juga!
·
Setiap kali saudara merasa bahwa Allah tidak /
kurang mengasihi saudara, renungkan peristiwa penyaliban ini. Kalau Yesus tidak
mengasihi saudara, bagaimana mungkin Ia mau mengalami semua itu untuk saudara?
Kalau Bapa tidak mengasihi saudara, bagaimana mungkin Ia bisa merelakan AnakNya
yang tunggal untuk mengalami semua itu bagi saudara?
·
Setiap kali saudara merasa segan melakukan
sesuatu untuk Tuhan, berkorban bagi Tuhan, kikir dalam memberikan persembahan
bagi Tuhan dsb, maka renungkan penyaliban yang Yesus sudah rela alami demi
saudara. Pantaskah semua itu saudara balas dengan keseganan saudara?
2) Pakaian
Yesus diundi (ay 35b).
a) Ini merupakan
penggenapan dari Maz 22:19 (bdk. Yoh 19:23-24).
b) Calvin
mengatakan bahwa Anak Allah ditelanjangi supaya oleh ketelanjanganNya kita
mendapatkan kekayaan yang membuat kita terhormat di hadapan Allah!
Calvin:
“the Evangelists exhibits to us the Son of
God stripped of his garments, in order to inform us, that by this nakedness
we have obtained those riches which makes us honourable in the presence of God.
God determined that his own Son should be stripped of his raiment, that we,
clothed with his righteousness and with abundance of all good things, may
appear with boldness in company with the angels, whereas formerly our loathsome
and disgraceful aspect, in tattered garments, kept us back from approaching to
heaven” (= sang penginjil menunjukkan kepada kita Anak Allah
dilepaskan pakaianNya untuk memberi tahu kita bahwa oleh ketelanjangan ini
kita telah mendapatkan kekayaan yang membuat kita terhormat di hadapan Allah.
Allah menetapkan bahwa AnakNya sendiri harus ditelanjangi, supaya kita,
dipakaiani dengan kebenaranNya dan dengan hal-hal baik yang
berlimpah-limpah, bisa tampil dengan keberanian dalam kumpulan malaikat,
padahal sebelumnya, aspek menjijikkan dan memalukan kita, dalam pakaian yang
compang camping, menahan kita untuk mendekati surga)
- hal 298.
c) Ketidak-pedulian
dunia terhadap kasih Allah.
William Barclay: “No
picture so shows the indifference of the world to Christ. There on the Cross
Jesus was dying in agony; and there at the foot of the Cross the soldiers threw
their dice as if it did not matter. ... The tragedy is not the hostility of the
world to Christ; the tragedy is the world’s indifference which treats the love
of God as if it did not matter”
(= ) - ‘The Gospel
of John’, vol 2, hal 254.
1) Tulisan yang
ada di atas kepala Yesus.
Ay 37:
‘Inilah Yesus, raja orang Yahudi’.
Mark 15:26:
‘Raja orang Yahudi’.
Luk 23:38:
‘Inilah raja orang Yahudi’.
Yoh 19:19:
‘Yesus, orang Nazaret, raja orang Yahudi’.
Ini
tidak berarti bahwa keempat orang ini bertentangan satu sama lain. Mungkin
sekali tulisan lengkapnya berbunyi: ‘Inilah Yesus, orang Nazaret, raja orang
Yahudi’, sedangkan keempat penulis Kitab Suci itu masing-masing menuliskan
sebagian saja.
2) Peristiwa
pemberian tulisan di atas kepala Yesus ini diceritakan secara lebih lengkap
dalam Yoh 19:19-22. Jadi, tokoh-tokoh Yahudi itu sebetulnya keberatan
dengan bunyi tulisan itu, tetapi pada waktu mereka memprotesnya, Pontius
Pilatus menolak protes itu dengan tegas (Catatan: William Barclay menganggap
bahwa Pontius Pilatus sengaja menuliskan tulisan itu untuk menjengkelkan
orang-orang Yahudi).
Terhadap
sikap Pontius Pilatus yang bisa menolak dengan tegas ini, William Barclay
memberikan komentar sebagai berikut:
“Here is Pilate the inflexible, the man who will not
yield an inch. So very short a time before, this same man had been weakly
vacillating as to whether to crucify Jesus or to let him go; and in the end
had allowed himself to be bullied and blackmailed into giving the Jews their
will. Adamant about the inscription, he had been weak about the crucifixion. It
is one of the paradoxical things in life that we can be stubborn about things
which do not matter and weak about things of supreme importance” (= Inilah
Pilatus yang keras / tak dapat diubah, orang yang tak mau menyerah / mundur
sedikitpun. Beberapa saat sebelum ini, orang yang sama ini terombang-ambing
secara lemah mengenai apakah ia akan menyalibkan Yesus atau membebaskanNya;
dan pada akhirnya membiarkan dirinya sendiri digertak dan dipaksa dengan
ancaman sehingga menuruti kemauan orang Yahudi. Ia tak mau menyerah tentang
tulisan, tetapi ia lemah tentang penyaliban. Ini merupakan salah satu dari
hal-hal yang paradox dalam kehidupan dimana kita bisa keras kepala tentang
hal-hal yang tidak penting dan lemah tentang hal-hal yang sangat penting).
Penerapan
/ contoh:
·
ada orang yang tegas / keras dalam hal-hal
yang bersifat jasmani / duniawi, tetapi selalu plin plan / berkompromi dalam
hal-hal yang bersifat rohani. Apakah saudara juga demikian?
·
ada gereja yang keras dalam mempertahankan
tradisi (misalnya: peng-gunaan Doa Bapa Kami dan 12 Pengakuan Iman Rasuli dalam
kebaktian, pemakaian toga, dsb), tetapi lemah dalam menjaga mimbar terhadap
nabi-nabi palsu / ajaran yang salah / sesat.
1) Ini
merupakan penggenapan dari Yes 53:12 yang berbunyi ‘karena ia terhitung di
antara pemberontak’ (bdk. Mark 15:27-28).
Menanggapi
peristiwa penggenapan nubuat ini, Arthur W. Pink, dalam bukunya yang berjudul ‘The Seven Sayings of the Saviour on the
Cross’, hal 24-25, mengatakan sebagai berikut:
“It was no accident that the Lord of Glory was crucified
between two thieves. There are no accidents in a world that is governed by God.
Much less could there have been any accident on that Day of all days, or in
connection with that Event of all events - a Day and an Event which lie at the
very centre of the world’s history. No; God was presiding over that scene. From
all eternity He had decreed when and where and how and with whom His Son should
die. Nothing was left to chance or the caprice of man. All that God had decreed
came to pass exactly as He had ordained, and nothing happened save as He had
eternally purposed. Whatsoever man did was simply that which God’s hand and
counsel ‘determined to be done’ (Acts 4:28). When Pilate gave orders that the
Lord Jesus should be crucified between the two malefactors, all unknown to
himself, he was but putting into execution the eternal decree of God and
fulfilling His prophetic word. Seven hundred years before this Roman officer
gave command, God had declared through Isaiah that His Son should be ‘numbered
with the transgressors’ (Isa 53:12).”
“Not a single word of God can fall to the ground.
‘Forever, O LORD, Thy word is settled in heaven’ (Ps 119:89). Just as God had
ordained, and just as He had announced, so it came to pass.” [= bukanlah suatu kebetulan bahwa Tuhan
Kemuliaan disalibkan di antara 2 pencuri. Tidak ada kebetulan dalam dunia yang
diperintah oleh Allah. Lebih-lebih lagi tidak ada kebetulan pada Hari segala
hari, atau dalam hubungannya dengan Peristiwa di antara segala peristiwa -
suatu Hari dan Peristiwa yang terletak di pusat sejarah dunia. Tidak; Allah
mengontrol adegan / peristiwa itu. Dari kekekalan Allah telah menentukan kapan
dan dimana dan bagaimana dan dengan siapa AnakNya harus mati. Tidak ada yang
terjadi karena kebetulan atau karena perubahan pikiran manusia. Semua yang
telah Allah tentukan terjadi persis seperti yang Ia tentukan, dan tidak ada
sesuatupun yang terjadi kecuali yang sudah Ia rencanakan secara kekal. Apapun
yang manusia lakukan hanyalah apa yang kuasa / tangan dan rencana / kehendak
Allah ‘tentukan untuk terjadi’ (Kis 4:28). Ketika Pilatus memberikan perintah
supaya Tuhan Yesus disalibkan di antara 2 kriminil, tanpa ia sendiri sadari,
ia sedang melaksanakan ketetapan kekal dari Allah dan menggenapi firman
nubuatanNya. Tujuh ratus tahun sebelum pejabat Romawi ini memberikan perintah,
Allah telah menyatakan melalui nabi Yesaya bahwa AnakNya harus ‘diperhitungkan
sebagai pemberontak / pelanggar’ (Yes 53:12).
Tidak satupun
dari firman Allah bisa jatuh ke tanah / gagal. ‘Untuk selama-lamanya, ya TUHAN,
firmanMu ditetapkan di surga’ (Maz 119:89 - diterje-mahkan dari KJV).
Persis seperti yang Allah telah tentukan, dan persis seperti yang Ia beritakan,
begitulah hal itu terjadi].
Inti
dari kata-kata Arthur Pink ini adalah: Yesus bisa tersalib di antara 2 penjahat
itu bukan hanya karena sudah dinyatakan melalui nubuat Yesaya, tetapi karena sudah
ditentukan / direncanakan oleh Allah dalam kekekalan.
2) Kematian
Yesus di antara 2 penjahat itu adalah suatu perendahan yang luar biasa.
Seseorang mengatakan bahwa Yesus yang adalah Allah itu, dilahirkan di antara
binatang, dan mati di antara penjahat.
3) Yesus rela
dianggap penjahat dan dihukum sebagai penjahat, sekalipun Ia adalah orang
benar, supaya kita, yang adalah penjahat, dibenarkan oleh Allah.
Calvin:
“It was the finishing stroke of the lowest
disgrace when Christ was executed between two robbers; for they assigned him
the most prominent place, as if he had been the prince of robbers. If he had
been crucified apart from the other malefactors, there might have appeared to
be a distinction between his case and theirs; but now he is not only confounded
with them, but raised aloft, as if he had been by far the most detestable of
all. ... In order that he might free us from condemnation, this kind of
expiation was necessary, that he might place himself in our room. Here we
perceive how dreadful is the weight of the wrath of God against sins, for
appeasing which it became necessary that Christ, who is eternal justice, should
be ranked with robbers. We see, also, the inestimable love of Christ towards
us, who, in order that he might admit us to the society of the holy angels,
permitted himself to be classed as one of the wicked” (= Ini
merupakan pukulan yang mengakhiri dari kehinaan terendah pada waktu Kristus
dihukum mati di antara dua perampok; karena mereka memberiNya tempat terutama,
seakan-akan Ia adalah pangeran / pemimpin dari perampok. Seandainya Ia
disalibkan terpisah dari penjahat-penjahat yang lain, maka akan terlihat suatu
perbedaan antara kasusNya dengan kasus mereka; tetapi sekarang Ia bukan hanya dicampurkan
dengan mereka, tetapi ditinggikan di atas, seakan-akan Ia adalah betul-betul
yang paling menjijikkan dari semua. ... Supaya Ia bisa membebaskan kita dari
penghukuman, penebusan seperti ini dibutuhkan, sehingga Ia bisa menempatkan
diriNya di tempat kita. Di sini kita mengerti betapa menakutkan beban dari
murka Allah terhadap dosa-dosa, karena untuk memuaskan tuntutanNya adalah perlu
bahwa Kristus, yang adalah keadilan yang kekal, digolongkan dengan
perampok-perampok. Kita juga melihat, kasih yang tak ternilai terhadap kita
dari Kristus, yang, supaya bisa menerima kita dalam kumpulan malaikat-malaikat
kudus, mengijinkan diriNya sendiri untuk digolongkan sebagai salah satu dari
orang-orang jahat) - hal 302.
1) Yesus diejek
oleh:
·
orang-orang yang lewat (ay 39).
·
tokoh-tokoh Yahudi (ay 41).
·
penyamun-penyamun (ay 44).
·
tentara Romawi (ay 27-31 Luk 23:36-37).
Ada
3 hal yang perlu diperhatikan di sini:
a) Ada
perbedaan antara cara mengejek dari para tokoh Yahudi dan cara mengejek dari
orang yang lewat, penyamun dan tentara Romawi.
·
Orang-orang yang lewat, penyamun dan tentara
Romawi menujukan ejekan mereka langsung kepada Yesus. Perhatikan penggunaan
kata ganti orang ke 2 tunggal (‘Engkau’ dan ‘Mu’) dalam ay 40, dan juga
dalam Luk 23:37,39.
·
Tokoh-tokoh Yahudi tidak mengucapkan ejekannya
langsung kepada Yesus, tetapi mengucapkannya kepada orang-orang di sekitar
mereka. Perhatikan penggunaan kata ganti orang ke 3 tunggal (‘Ia’ / ‘Dia’ dan
‘Nya’) dalam ay 42-43, dan juga dalam Mark 15:31 (perhatikan
kata-kata ‘di antara mereka sendiri’) dan Luk 23:35.
Jadi
jelas bahwa mereka bukan hanya mengejek Yesus, tetapi menghasut / membakar
orang-orang lain supaya mengejek Yesus!
b) Tokoh-tokoh agama bisa ikut
mengejek.
Ini
betul-betul sesuatu yang ‘hebat’! Ahli-ahli Taurat adalah pengajar firman saat
itu; dan imam-imam adalah pengantara manusia berdosa dengan Allah! Tetapi
mereka bisa melakukan sesuatu yang begitu rendah! Seorang tokoh agama tidak
pantas melakukan pengejekan, bahkan kalaupun Yesus adalah orang yang jahat!
Pulpit
Commentary: “They forgot the
dignity of their office” (= mereka melupakan martabat dari jabatan mereka yang
kudus).
Penerapan:
Makin
tinggi jabatan saudara dalam gereja, makin saudara harus menjaga martabat
saudara!
Catatan:
tetapi awas! Jangan mengextrimkan hal ini secara kelewat batas, misalnya dengan
mengecam pendeta yang makan di warung, dsb!
c) Semua
pengejekan ini merupakan penggenapan dari Maz 22:7-9 dan Maz 109:25
(Catatan: tentang Maz 109:25 ini ada yang tidak setuju bahwa ini merupakan
nubuat tentang hal ini).
2) Ejekannya
(ay 40,42-43).
a) ‘Orang lain Ia selamatkan’ (ay
42a).
Dalam
pelayananNya, Yesus memang telah menyelamatkan banyak orang dari penyakit, kematian,
kelaparan, kerasukan setan, dosa, dsb. Hal ini mereka akui! Tetapi mengapa
mereka tidak mau membiarkan Yesus menyelamatkan diri mereka sendiri? Atau
mengapa mereka tidak mau percaya bahwa setidaknya Yesus adalah nabi / hamba
Tuhan?
Calvin:
“It was an ingratitude which admits of no
excuse, that, taking offence at the present humiliation of Christ, they utterly
disregarded all the miracles which he had formerly performed before their eyes.
They acknowledge that ‘he saved others’. By what power, or by what means? Why
do they not in this instance, at least, behold with reverence an evident work
of God? But since they maliciously exclude, and - as far as lies in their power
- endeavour to extinguish the light of God which shone in the miracles, they are
unworthy of forming an accurate judgment of the weakness of the cross” (= Ini
merupakan suatu tindakan tidak tahu terima kasih yang tidak bisa dimaafkan,
dimana karena perendahan Kristus pada saat ini mereka mengabaikan sama sekali
semua mujijat yang telah Ia lakukan di depan mata mereka. Mereka mengakui bahwa
‘orang lain Ia selamatkan’. Dengan kuasa apa, atau dengan cara apa? Mengapa
dalam keadaan ini mereka setidaknya tidak memandang dengan rasa hormat
pekerjaan yang nyata dari Allah? Tetapi karena mereka secara jahat membuang,
dan berusaha semampu mereka untuk memadamkan terang dari Allah yang bersinar
dalam mujijat-mujijat itu, mereka tidak layak untuk membentuk suatu penilaian
yang akurat tentang kelemahan dari salib) - hal 306.
b) Jika Engkau:
·
Anak Allah (ay 40).
·
Raja Israel (ay 42).
·
diperkenan Allah (ay 43).
Maka:
¨
selamatkan diriMu (ay 40).
¨
turunlah dari salib (ay 40,42).
¨
Allah akan menyelamatkan (ay 43).
Ada
hal-hal yang bisa kita pelajari dari sini:
*
Injil / salib memang kelihatan menggelikan,
bahkan memalukan kalau dilihat dengan logika duniawi. Bagaimana mungkin orang
yang mengaku sebagai Allah, Raja dan Juruselamat, bisa menderita tidak berdaya
di atas kayu salib dan kelihatan kalah secara total?
Bandingkan
dengan 1Kor 1:18,22-23 dan juga Ro 1:16 [NIV: I am not ashamed of the gospel (= aku tidak malu karena Injil)]
yang memang menunjukkan bahwa Injil mengandung bagian yang memalukan /
menggelikan.
Tetapi
bagaimanapun juga Mark 8:38 / Luk 9:26 melarang kita malu karena Yesus
/ Injil!
Penerapan:
Seringkah
saudara merasa malu:
Þ
karena saudara adalah orang kristen?
Þ
pada waktu memberitakan Injil?
*
Mereka mengatakan bahwa mereka mau percaya Yesus kalau Yesus turun dari salib.
Orang-orang ini hanya mau ikut Yesus kalau Yesus kelihatan menang (turun dari
salib).
Tetapi
perlu disadari bahwa kalau Yesus turun, ia mungkin kelihatannya menang, tetapi
sebetulnya Ia kalah, karena Ia tidak jadi menebus dosa manusia!
Penerapan:
Jaman
sekarang juga ada banyak orang yang hanya mau ikut Yesus kalau jalan kristen
kelihatan menang, misalnya orang kristen harus sembuh dari penyakit, banyak
mengalami mujijat, menjadi kaya dsb. Hati-hati dengan ajaran seperti ini! Dari
apa yang Yesus alami disini, maka bisa ditarik kesimpulan bahwa jalan kristen
justru sering kelihatan kalah!
*
William Barclay:
“They all centred round one thing - the
claims that Jesus had made and his apparent helplessness on the Cross. It was
precisely there that the Jews were so wrong. They were using the glory of
Christ as a means of mocking him. ‘Come down,’ they said, ‘and we will believe
on you’. But as General Booth once said, ‘It is precisely because he would not
come down that we believe in him’. The Jews could see God only in power; but
Jesus showed that God is sacrificial love” (= mereka semua menyoroti satu hal -
pengakuan yang dibuat Yesus dan keadaan dimana Ia kelihatannya tidak berdaya di
atas kayu salib. Tetapi justru disana orang-orang Yahudi itu salah. Mereka
menggunakan kemuliaan Kristus sebagai cara / sarana untuk mengejek Dia.
‘Turunlah’, kata mereka, ‘dan kami akan percaya kepadaMu’. Tetapi seperti yang
dikatakan oleh Jendral Booth, ‘Justru karena Ia tidak mau turun maka kita
percaya kepadaNya’. Orang-orang Yahudi hanya bisa melihat Allah dalam kuasa, tetapi
Yesus menunjukkan bahwa Allah adalah kasih yang berkorban).
*
Pulpit Commentary:
“He might, indeed, have answered the jibe
by coming down from the cross; but then, as Bishop Pearson says, in saving
himself he would not have saved us” (= Ia bisa saja menjawab ejekan itu dengan
turun dari salib; tetapi, seperti yang dikatakan oleh Bishop Pearson, dalam
menyelamatkan diriNya sendiri, Ia tidak akan menyelamatkan kita).
Bdk.
Yoh 12:24!
*
Mereka mau percaya kepada Yesus kalau Yesus turun
dari salib, tetapi anehnya pada waktu Yesus memberikan mujijat yang lebih
besar, yaitu bangkit dari antara orang mati, mereka tetap tidak mau percaya
kepada Yesus!
Pulpit
Commentary: “Sceptics are
ever ready to prescribe to God what miracles he must work in order to gain
their confidence, as though that confidence also were an infinite benefit to
him. When Christ gave them the more astonishing evidence of his Messiahship by
rising from the dead, they did not believe”. [= Skeptic (orang yang ragu-ragu / tak
percaya) selalu siap untuk menentukan bagi Allah mujijat apa yang harus Ia
lakukan untuk mendapatkan kepercayaan / keyakinan mereka, seakan-akan
keyakinan mereka itu merupakan suatu keuntungan yang tak terhingga bagi Dia.
Ketika Kristus memberikan kepada mereka bukti yang lebih mengherankan tentang
keMesiasanNya dengan bangkit dari antara orang mati, mereka tidak percaya].
Pulpit
Commentary: “The sign he had
given them was not his coming down from the cross, but his coming up from the
grave” (= tanda yang Ia telah berikan kepada mereka bukanlah
turun dari salib, tetapi naik / bangkit dari kubur).
c) Calvin
menyoroti kata-kata ‘diriNya sendiri tidak dapat Ia selamatkan’ (ay 42), dan
memberikan komentar sebagai berikut:
“Because Christ does not immediately deliver himself from
death, they upbraid him with inability. And it is too customary with all the
wicked men to estimate the power of God by present appearances, so that
whatever he does not accomplish they think that he can not accomplish, and so they
accuse him of weakness, whenever he does not comply with their wicked desire” (= karena
Kristus tidak langsung membebaskan diriNya dari kematian, mereka mencela Dia
sebagai tidak mampu. Dan sudah merupakan sesuatu yang umum dengan orang-orang
jahat untuk menilai kuasa Allah dengan hal-hal yang kelihatan sekarang ini,
sehingga apapun yang tidak Ia lakukan, mereka anggap Ia tidak bisa lakukan,
dan dengan demikian mereka menuduhNya sebagai lemah, setiap kali Ia tidak
menuruti / mengikuti keinginan mereka yang jahat).
d) Calvin juga
menyoroti kata ‘sekarang’ yang seharusnya ada dalam ay 42 dan ay 43.
Ay 42
(NIV): ‘Let him come down now from
the cross’ (= baiklah Ia turun dari salib sekarang).
Ay 43
(NIV): ‘Let God rescue him now’
(= biarlah Allah menolong Dia sekarang).
Calvin:
“Because Christ does not immediately
deliver himself from death, they upbraid him with inability. And it is too
customary with all wicked men to estimate the power of God by present
appearances, so that whatever he does not accomplish they think that he cannot
accomplish, and so they accuse him of weakness, whenever he does not comply
with their wicked desire. ... This, as I said a little ago, is a very sharp arrow of temptation
which Satan holds in his hand, when he pretends that God has forgotten us,
because He does not relieve us speedily and at the very moment. ... Satan,
therefore, attempts to drive us to despair by this logic, that it is vain for
us to feel assured of the love of God, when we do not clearly perceive his aid.
And as he suggests to our minds this kind of imposition, so he employs his
agents, who contend that God has sold and abandoned our salvation, because he
delays to give his assistance. We ought, therefore, to reject as false this argument,
that God does not love those whom he appears for a time to forsake; and,
indeed, nothing is more unreasonable than to limit his love to any point of
time. God has, indeed, promised that he will be our deliverer; but if he
sometimes wink at our calamities, we ought patiently to endure the delay. It
is, therefore, contrary to the nature of faith, that the word ‘now’ should be
insisted on by those whom God is training by the cross and by adversity to
obedience, and whom he entreats (meminta) to
pray and to call on his name; for these are rather the testimonies of his
fatherly love, as the apostle tells us, (Heb. 12:6.) But there was this peculiarity in Christ, that, though
he was the well-beloved Son, (Matth. 3:17; 17:5,) yet he was not delivered from
death, until he had endured the punishment which we deserved; because that was
the price by which our salvation was purchased” [= Karena
Kristus tidak segera membebaskan diriNya sendiri dari kematian, mereka
mencelaNya dengan ketidakmampuan. Dan adalah biasa bahwa orang-orang jahat
menilai kuasa Allah oleh hal-hal yang terlihat sekarang ini, sehingga apapun
yang Ia tidak lakukan mereka kita Ia tidak bisa melakukannya, dan mereka
menuduhNya dengan kelemahan, kapanpun Ia tidak memenuhi keinginan mereka yang jahat.
... Ini seperti yang tadi baru saya katakan, merupakan suatu panah pencobaan
yang tajam yang dipegang oleh setan di tangannya, pada waktu ia membujuk kita
supaya kita percaya bahwa Allah telah melupakan kita, karena Ia tidak
membebaskan kita dengan cepat dan pada saat itu juga. ... Karena itu setan
mencoba untuk menggiring kita pada keputusasaan dengan menggunakan logika ini,
bahwa adalah sia-sia bagi kita untuk yakin akan kasih Allah, pada waktu kita
tidak secara jelas merasakan pertolonganNya. Dan pada saat ia mengusulkan pada
pikiran kita tipuan ini, ia juga menggunakan agen-agennya, yang berargumentasi
bahwa Allah telah menjual dan meninggalkan keselamatan kita, karena Ia menunda
untuk memberikan pertolonganNya. Karena itu kita harus menolak argumentasi yang
salah ini, bahwa Allah tidak mengasihi mereka yang kelihatannya Ia tinggalkan
untuk sementara waktu; dan memang tidak ada yang lebih tidak masuk akal dari
pada membatasi kasihNya pada waktu tertentu. Allah memang berjanji bahwa Ia
akan menjadi Pembebas kita; tetapi jika Ia kadang-kadang seolah-olah tidak
melihat pada bencana-bencana yang menimpa kita, kita harus dengan sabar menahan
penundaan tersebut. Karena itu merupakan sesuatu yang bertentangan dengan sifat
dari iman, bahwa kata ‘sekarang’ dipaksakan oleh mereka yang Allah latih oleh
salib dan kesengsaraan supaya bisa taat dan yang Ia minta untuk berdoa dan
berseru kepada namaNya; karena ini lebih merupakan kesaksian dari kasih bapa,
seperti yang dikatakan oleh sang rasuk (Ibr 12:6). Tetapi ada keanehan ini
dalam Kristus, dimana sekalipun Ia adalah Anak yang dikasihi (Mat 3:17; 17:5),
tetapi Ia tidak dibebaskan dari kematian, sampai Ia telah mengalami hukuman
yang sebetulnya layak kita dapatkan; karena itulah harga dengan mana
keselamatan kita dibeli] - hal 306,307.
Penerapan:
Seringkah
saudara menganggap bahwa Allah telah melupakan / meninggalkan saudara kalau Ia
tidak menolong / menjawab doa saudara dengan segera? Ingatlah bahwa itu adalah
bujukan setan!
3) Pada waktu
diejek seperti ini Kristus tidak menjawab / membalas (1Pet 2:23). Ini merupakan
penggenapan dari Yes 53:7.
-AMIN-