Eksposisi Wahyu kepada Yohanes
oleh : Pdt. Budi Asali M.Div.
Wahyu 1:4-8
Ay 4a:
“Dari
Yohanes kepada ketujuh jemaat yang di Asia Kecil: Kasih karunia dan damai
sejahtera menyertai kamu”.
1) Ini menunjukkan bahwa Kitab Wahyu
ini sebetulnya adalah sebuah surat.
Kebanyakan surat-surat dalam Perjanjian Baru dimulai
dengan salam dari penulis kepada pembaca / penerima surat, dan salam itu
biasanya berbentuk berkat. Berkat seperti itu bukanlah sekedar merupakan suatu ‘wish’
(= keinginan) dari penulis, tetapi merupakan Firman Allah yang betul-betul memberkati
umat Allah yang mendengar dan mempercayainya.
2) Buku
/ surat ini ditujukan kepada 7 jemaat / gereja, yang ada di Asia Kecil.
a) ‘Asia
Kecil’.
Kata ‘Kecil’ ini seharusnya tidak ada, dan yang dimaksud
dengan ‘Asia’ bukanlah benua Asia yang sekarang kita kenal.
Steve Gregg: “These churches were in
Asia, which was not, as now, the name of a continent, but of a Roman province,
identified with modern Turkey” (= Gereja-gereja ini ada di Asia, yang tidak seperti sekarang
dimana itu merupakan nama suatu benua, tetapi suatu Propinsi Romawi, identik
dengan Turki modern) - hal 54.
b) Bilangan
7 dalam Kitab Wahyu.
Bilangan / simbol 7 keluar / digunakan sangat banyak,
menurut Homer Hailey dan William Barclay bilangan ini keluar sebanyak 54 x
dalam Kitab Wahyu.
Misalnya:
ˇ
7 gereja / jemaat (1:4 2:1,8,12,18 3:1,7,14).
ˇ
7 Roh Allah (1:4 4:5 5:6).
ˇ
7 meterai
(6:1,3,5,7,9,12 8:1).
ˇ
7 sangkakala
(8:6,7,8,10,12 9:1,13 11:15).
ˇ
7 guruh (10:3).
ˇ
7 cawan
(16:1,2,4,8,10,12,17).
ˇ
7 kepala (12:3 13:1).
ˇ
7 berkat / ucapan bahagia
(1:3 14:13 16:15 19:9 20:6 22:7 22:14).
Bilangan 7 ini merupakan bilangan sempurna yang
menyimbolkan ‘completeness’ / ‘fulness’ (= kelengkapan /
kesempurnaan / kepenuhan).
c) 7
jemaat / gereja.
ˇ
Ke 7 jemaat itu disebutkan
namanya dalam Wah 1:11 dan Wah 2-3.
ˇ
Dalam peta ke 7 kota itu,
mulai dari Efesus, Smirna, Pergamum, Tiatira, Sardis, Filadelfia, Laodikia,
membentuk irregular circle (= lingkaran yang tidak rata).
ˇ
Arti dari ‘7 jemaat /
gereja’.
William Hendriksen:
“These
seven churches represent the entire Church throughout this dispensation” (= 7 gereja ini mewakili
seluruh Gereja di sepanjang jaman ini) -
hal 52.
William Barclay: “Seven is the perfect
number because it stand for completeness. It is, therefore, suggested that,
when John wrote to seven Churches, he was, in fact, writing to the whole
Church”
(= 7 adalah bilangan sempurna karena itu berarti kelengkapan. Karena itu
diusulkan bahwa pada waktu Yohanes menulis kepada 7 Gereja, sebenarnya ia
menulis kepada seluruh Gereja) - hal 29.
John Stott: “The seven churches of
Asia, though historical, represent the local churches of all ages and of all
lands”
(= Tujuh gereja Asia, sekalipun bersifat sejarah, mewakili gereja-gereja lokal
dari semua jaman dan semua tempat) - hal
13.
3) Bunyi
salamnya: “Kasih
karunia dan damai sejahtera menyertai kamu”
(ay 4).
a) Kasih
Karunia.
‘Kasih karunia’ adalah kebaikan Allah yang diberikan
kepada mereka yang tidak layak mendapatkannya. Sebagai orang berdosa kita
layaknya langsung dimasukkan ke neraka selama-lamanya. Kalau kita masih dibiarkan
hidup, sebetulnya itu sudah merupakan kasih karunia. Lebih-lebih kalau Allah
itu mau memilih kita untuk diselamatkan, menyediakan jalan keselamatan dengan
menyerahkan AnakNya untuk menjadi manusia dan lalu memikul hukuman dosa kita di
kayu salib, dan memberikan iman kepada kita sehingga kita betul-betul
diselamatkan, maka itu jelas adalah kasih karunia dari Allah.
Ro 3:23-24 - “Karena semua orang telah berbuat dosa dan
telah kehilangan kemuliaan Allah, dan oleh kasih karunia Allah telah
dibenarkan dengan cuma-cuma karena penebusan dalam Kristus Yesus”.
Maz 103:8-14 - “TUHAN adalah penyayang dan pengasih, panjang
sabar dan berlimpah kasih setia. Tidak selalu Ia menuntut, dan tidak untuk
selama-lamanya Ia mendendam. Tidak dilakukanNya kepada kita setimpal dengan
dosa kita, dan tidak dibalasNya kepada kita setimpal dengan kesalahan kita,
tetapi setinggi langit di atas bumi, demikian besarnya kasih setiaNya atas
orang-orang yang takut akan Dia; sejauh timur dari barat, demikian dijauhkanNya
dari pada kita pelanggaran kita. Seperti bapa sayang kepada anak-anaknya,
demikian TUHAN sayang kepada orang-orang yang takut akan Dia. Sebab Dia sendiri
tahu apa kita, Dia ingat, bahwa kita ini debu”.
b) Damai
sejahtera.
‘Damai sejahtera’ (= peace) merupakan hasil /
akibat dari pemberian kasih karunia, dan ‘damai’ / ‘peace’ ini menunjuk
pada:
ˇ
damai antara manusia dengan
Allah melalui Kristus.
William Barclay: “the harmony restored
between God and man through Christ” (= keharmonisan dipulihkan antara Allah dan
manusia melalui Kristus) - hal 30.
ˇ
keadaan hati orang yang
telah didamaikan dengan Allah melalui Yesus Kristus. Padahal penerima Kitab
Wahyu ini adalah gereja yang menderita penganiayaan. Jelas bahwa ‘damai dalam
badai’ adalah sesuatu yang memungkinkan! Bandingkan dengan Fil 4:6-7 yang
berbunyi: “Janganlah
hendaknya kamu kuatir tentang apapun juga, tetapi nyatakanlah dalam segala hal
keinginanmu kepada Allah dalam doa dan permohonan dengan ucapan syukur. Damai
sejahtera Allah, yang melampaui segala akal, akan memelihara hati dan pikiranmu
dalam Kristus Yesus”.
Sebaliknya keadaan orang dunia / orang yang tidak percaya
adalah seperti Yes 57:20-21 yang berbunyi: “Tetapi orang-orang fasik
adalah seperti laut yang berombak-ombak sebab tidak dapat tetap tenang, dan
arusnya menimbulkan sampah dan lumpur. Tiada damai bagi orang-orang fasik itu,
firman Allahku”.
Kedua hal ini (‘damai bagi orang benar’ dan ‘tidak ada
damai bagi orang fasik’) digabungkan dalam Amsal 28:1 yang berbunyi: “Orang fasik lari, walaupun
tidak ada yang mengejarnya, tetapi orang benar merasa aman seperti singa muda”.
Ay 4b-5a: “dari
Dia, yang ada dan yang sudah ada dan yang akan datang, dan dari ketujuh roh
yang ada di hadapan takhtaNya, dan dari Yesus Kristus, Saksi yang setia, yang
pertama bangkit dari antara orang mati dan yang berkuasa atas raja-raja bumi
ini”.
Ayat
ini mencakup ketiga pribadi dari Allah Tritunggal. Jadi salam dalam ay 4a
itu diberikan oleh ke 3 pribadi dari Allah Tritunggal.
1) “dari Dia, yang ada dan yang sudah ada dan
yang akan datang” (ay 4b).
a) Istilah
ini berasal dari Kel 3:14-15.
Beasley-Murray (hal 54) mengatakan bahwa Kel 3:14 - ‘I
am who I am’ (= Aku adalah Aku), dalam Septuaginta (= Perjanjian Lama
berbahasa Yunani) diterjemahkan ‘I am he who is’ (= Aku adalah Dia yang
ada sekarang), dan dalam Jerusalem Targum diperpanjang menjadi ‘I am he who
is and who will be’ (= Aku adalah Dia yang ada sekarang dan yang akan ada),
dan bahkan dalam salah satu komentarnya diperpanjang lagi menjadi ‘I am he
who is, and who was, and I am who will be’ (= Aku adalah Dia yang ada
sekarang, yang ada dulu, dan Aku adalah yang akan ada).
Robert H. Mounce (NICNT): “This paraphrase of the divine name stems from Exodus 3:14-15
and calls attention to the fact that all time is embraced within God’s eternal
presence” (= Pernyataan dengan kata-kata lain tentang nama ilahi ini
berasal dari Kel 3:14-15 dan meminta perhatian pada fakta bahwa seluruh waktu
dicakup dalam kehadiran kekal dari Allah)
- hal 68.
b) Istilah
ini menunjuk pada Allah Bapa yang tidak berubah.
Ungkapan ‘Aku adalah Aku’ dalam Kel 3:14 menunjukkan:
ˇ
sifat Allah yang ada dari diriNya sendiri (self-existent).
ˇ
kekekalan Allah.
ˇ
ketidak-berubahan Allah.
Karena itu, maka ungkapan ‘dari Dia, yang ada dan
yang sudah ada dan yang akan datang’
juga menunjukkan hal yang sama.
Bandingkan dengan Ibr 13:8 yang berbunyi: “Yesus Kristus tetap sama,
baik kemarin maupun hari ini dan sampai selama-lamanya”. Di sini ketidakberubahan itu ditujukan kepada Yesus!
c) Mengapa
berbeda dengan ‘eternal I am’ (= ‘Aku adalah’ yang kekal).
Yoh 8:58 - “Sebelum Abraham jadi, Aku telah ada”.
KJV/RSV: ‘Before Abraham was, I am’.
NIV/NASB: ‘Before Abraham was born, I am’.
Jadi, pada masa lampau maupun akan datang untuk Allah /
Yesus seharusnya tetap digunakan ‘I am’. Tetapi mengapa dalam
Wah 1:4 ini tidak demikian?
Herman Hoeksema: “But this eternal God,
Whose Being cannot be measured or limited by time, revealed Himself in time. To
this revelation of Himself in time refer the other two expressions, ‘who was’
and ‘who is to come’” (= Tetapi Allah yang kekal ini, yang diri / keberadaanNya tidak
bisa diukur dengan waktu, menyatakan diriNya sendiri dalam waktu. Kedua
ungkapan yang lain, ‘who was’ dan ‘who is to come’ menunjuk pada
wahyu tentang dirinya sendiri dalam waktu ini) - hal 18.
Mungkin ini dilakukan untuk menyesuaikan dengan kapasitas
otak kita. Bandingkan ini dengan bahasa Anthropomorphism dalam Alkitab, yang
menggambarkan Allah seakan-akan Ia berbentuk manusia. Misalnya Amsal 15:3
berbicara tentang ‘mata Allah’ dan Yes 59:1 berbicara tentang ‘tangan
Allah’, padahal Allah adalah Roh (Yoh 4:24) sehingga tentunya tidak mempunyai
mata ataupun tangan. Ini juga dilakukan untuk menyesuaikan dengan kapasitas
otak kita.
d) Manfaat
kata-kata ini bagi orang kristen yang dianiaya.
Ini penting untuk gereja / orang kristen yang ada di
tengah-tengah penganiayaan, dimana bagi mereka masa depan betul-betul tidak
menentu. Dengan kata-kata ini mereka diingatkan bahwa dengan keberadaanNya yang
melampaui waktu, Allah mempunyai kontrol yang berdaulat atas sejarah maupun
masa depan.
e) Penyimpangan
gramatika bahasa Yunani.
William Barclay: “But to get the full
meaning of this we must look at it in the Greek, for John bursts the bonds of
grammar to show his reverence for God. We translate the first phrase ‘from him
who is’; but that is not what the Greek says. A Greek noun is in the nominative
case when it is the subject of a sentence, but, when it is governed by a
preposition it changes its case and its form. It is so in English. ‘He’ is the
subject of a sentence; ‘him’ is the object. When John says that the blessing
comes ‘from him who is’ he should have put ‘him who is’ in the genitive case
after the preposition; but quite ungrammatically he leaves it in the
nominative. It is as if we said in English ‘from he who is’, refusing to change
‘he’ into ‘him’. John has such an immense reverence for God that he refuses to
alter the form of his name even when the rules of grammar demand it” (= Tetapi untuk
mendapatkan arti yang sepenuhnya dari hal ini kita harus melihatnya dalam
bahasa Yunani, karena Yohanes meledakkan ikatan tata bahasa untuk menunjukkan
hormatnya kepada Allah. Kita menterjemahkan ungkapan pertama ‘from him who
is’; tetapi itu bukanlah apa yang dikatakan dalam bahasa Yunaninya. Suatu
kata benda dalam bahasa Yunani ada dalam nominative case bila kata itu
merupakan subyek dari kalimat, tetapi bila kata itu didahului oleh suatu kata
depan / kata perangkai maka kata itu berubah dalam case maupun
bentuknya. Begitu juga dalam bahasa Inggris. ‘He’ adalah subyek dari
suatu kalimat; ‘him’ adalah obyek. Pada waktu Yohanes berkata bahwa
berkat datang ‘from him who is’ ia seharusnya meletakkan ‘him who is’
dalam genitive case setelah kata depan / kata perangkai; tetapi
bertentangan dengan hukum tata bahasa ia membiarkannya dalam nominative case.
Itu seperti kalau dalam bahasa Inggris kita berkata ‘from he who is’,
menolak mengubah ‘he’ menjadi ‘him’. Yohanes mempunyai hormat
yang begitu besar untuk Allah, sehingga ia menolak untuk mengubah bentuk dari
namaNya bahkan pada waktu hukum tata bahasa menuntut hal itu) - hal 30.
William Barclay: “John is not finished with
his amazing use of language. The second phrase is ‘from him who was’.
Literally, John says ‘from the he was’. The point is that ‘who was’ would be in
Greek a participle. The odd thing is that the verb EIMI (to be) has no past participle.
Instead there is used the participle GENOMENOS from the verb GIGNOMAI, which
means not only ‘to be’ but also ‘to become’. ‘Becoming’ implies change and John
utterly refuses to apply any word to God that will imply any change; and so he
uses a Greek phrase that is grammatically impossible and that no one ever used
before”
[= Yohanes belum selesai dengan penggunaaan bahasanya yang mengherankan. Ungkapan
kedua adalah ‘from him who was’. Secara hurufiah Yohanes berkata ‘from
the he was’. Persoalannya adalah bahwa dalam bahasa Yunani ‘who was’
adalah suatu participle. Hal yang aneh adalah bahwa kata kerja EIMI (to
be / adalah) tidak mempunyai participle dalam bentuk lampau. Sebagai
gantinya digunakan participle GENOMENOS dari kata kerja GIGNOMAI, yang
bukan hanya berarti ‘to be’ / ‘adalah’ tetapi juga ‘to become’ /
‘menjadi’. ‘Becoming’ / ‘menjadi’ menunjukkan suatu perubahan dan
Yohanes menolak sama sekali untuk menggunakan suatu kata bagi Allah yang
menunjukkan suatu perubahan; dan ia lalu menggunakan suatu ungkapan bahasa
Yunani yang secara tata bahasa adalah tidak mungkin dan yang tidak pernah
digunakan oleh siapapun sebelumnya] -
hal 30.
2) “dari ketujuh roh yang ada di hadapan
takhtaNya” (ay 4c).
a) Istilah
‘7 Roh’ ini muncul di 3 tempat lain, yaitu Wah 3:1 4:5 5:6.
b) Ada
yang menafsirkan bahwa ‘7 roh’ ini menunjuk kepada 7 malaikat yang ada di
hadapan Allah dalam Wah 8:2.
Yang menguatkan pandangan ini adalah:
ˇ
Luk 9:26 dan 1Tim 5:21
yang juga berbicara tentang Yesus, Bapa dan malaikat-malaikat (kontexnya juga
tentang kedatangan Kristus yang ke 2).
ˇ
Kata-kata ‘ada di hadapan
tahtaNya’ (ay 4c), karena dalam Kitab Wah-yu malaikat dinyatakan ada di
hadapan Allah / tahta (Wah 8:2). Tetapi perlu diingat bahwa Wah 4:5
mengatakan 7 Roh Allah ada di hadapan tahta.
Keberatan terhadap penafsiran ‘malaikat’ ini:
¨
Kalau Yohanes memang
memaksudkan 7 malaikat, mengapa ia tidak menggunakan istilah ‘malaikat’ seperti
dalam Wah 8:2 tetapi menggunakan istilah ‘roh’?
¨
Bagaimana mungkin
‘malaikat’ bisa muncul di antara Allah Bapa dan Kristus dalam suatu pemberian
berkat?
c) Saya
berpendapat bahwa ‘7 Roh’ ini menunjuk kepada Roh Kudus, dan karenanya kata
‘roh’ di sini seharusnya dimulai dengan huruf besar.
Tetapi mengapa dikatakan ‘7 Roh’? Ada macam-macam
penafsiran:
ˇ
Bilangan 7 tidak
menunjukkan bahwa ada 7 Roh Kudus, tetapi melambangkan kesempurnaan. Tetapi
tentu saja sebetulnya Roh Kudus hanya satu (1Kor 12:4,7-11).
ˇ
A. T. Robertson: “There is the one Holy Spirit with seven manifestations here to
the seven churches” (= Di sana ada satu Roh Kudus dengan tujuh manifestasi di sini
kepada tujuh gereja) - hal 286.
Mungkin maksudnya dikatakan 7 roh, karena gerejanya juga
7.
ˇ
Ada yang beranggapan bahwa
7 Roh Allah ini berhubungan dengan Yes 11:2 - “Roh TUHAN(1) ada
padanya, roh hikmat(2) dan pengertian(3), roh nasihat(4)
dan keperkasaan(5), roh pengenalan(6) dan takut akan Tuhan(7)”.
Tetapi Homer Hailey tidak setuju dengan penafsiran ini
dengan alasan:
“for there the prophet
describes the Spirit of Jehovah in three descriptive couplets, making six
characteristics instead of seven” (= karena di sana nabi itu menggambarkan Roh
Yehovah dalam tiga bait / untai yang bersifat menggambarkan, membuat enam ciri
/ sifat dan bukannya tujuh) - hal 99.
Saya setuju dengan Hailey.
Dari 3 penafsiran di atas ini saya setuju dengan yang
pertama.
3) “dari Yesus Kristus, Saksi
yang setia, yang pertama bangkit dari antara orang mati dan yang berkuasa atas
raja-raja bumi ini” (ay 5a).
a) Yesus
yang adalah pribadi kedua dari Allah Tritunggal, di sini diletakkan di tempat
terakhir. Ini bukan sesuatu yang aneh, karena dalam 2Kor 13:13 urut-urutannya
juga ‘kacau’. Dalam Wah 1:4 ini Yesus diletakkan terakhir mungkin karena
dalam ayat-ayat selanjutnya (ay 5b-7) Yohanes terus membahas / membicarakan
tentang Yesus.
b) Pernyataan
tentang Yesus Kristus ini menggambarkan 3 hal:
ˇ
‘Saksi yang setia’.
*
Yesus memang datang ke
dunia, untuk memberikan kesaksian (Yoh 18:37 bdk. Yoh 3:11
Yoh 3:32-33
Yoh 8:14 1Tim 6:13).
*
Perlu diketahui bahwa
‘saksi’ mensyaratkan orangnya mengetahui / melihat sendiri.
William Barclay: “A witness is essentially a
person who speaks from first-hand knowledge. That is why Jesus is God’s
witness. He is uniquely the person with first-hand knowledge about God” (= Seorang saksi adalah
seseorang yang berbicara dari pengetahuan langsung. Itu sebabnya Yesus adalah
saksi Allah. Ia adalah seseorang yang unik dengan pengetahuan langsung tentang
Allah) - hal 32.
*
Sebutan ‘Saksi yang setia’
untuk Yesus ini penting untuk gereja yang pada saat itu, yang banyak mengalami
penderitaan / penganiayaan karena Pemberitaan Injil yang mereka lakukan (bdk.
2:13 11:3 17:6). Dengan ini mereka bisa
meneladani Kristus sehingga tetap menjadi saksi yang setia di tengah-tengah
penderitaan / penganiayaan (bdk. 2:10,13). Juga perlu diketahui bahwa kata
Yunani untuk ‘saksi’ adalah MARTUS, dan dari sini diturunkan kata ‘martir’.
Memang ada hubungan yang erat antara ‘saksi’ dan ‘martir’.
ˇ
‘yang pertama bangkit dari antara orang mati’.
Ini menunjuk pada kematian dan kebangkitanNya. Sebetulnya
yang ditekankan di sini bukan kematianNya tetapi kebangkitanNya (tetapi jelas
bahwa kebangkitan mensyaratkan kematian, karena kalau tidak mati bagaimana bisa
bangkit?). KebangkitanNya ini ditekankan untuk memberikan penghiburan dan kekuatan
bagi orang kristen yang menderita karena Kristus. Sekalipun Kristus mati,
tetapi Ia lalu bangkit, dan orang kristen juga akan mengikuti pola itu.
NASB/RSV: ‘the first-born of the dead’ (= Yang
sulung / dilahirkan pertama dari orang mati).
NIV: ‘the firstborn from the dead’ (= Yang sulung / dilahirkan pertama
dari orang mati).
Kata ‘pertama’ / ‘firstborn’ (= sulung) diterjemahkan
dari kata Yunani PROTOTOKOS, yang bisa berarti:
*
yang
dilahirkan pertama / sulung. Yesus memang yang pertama bangkit dengan tubuh
kebangkitan. Kita akan menyusul sebagai anak ke 2, ke 3 dst.
*
orang
yang menempati posisi / tempat pertama. Ini karena anak sulung mewarisi
kehormatan dan kuasa ayahnya.
ˇ
‘yang berkuasa atas raja-raja bumi ini’.
NIV/NASB: ‘the ruler of the kings of the earth’ (=
pemerintah / penguasa dari raja-raja dunia / bumi).
Ini menunjuk pada keberadaanNya pada saat sudah
dimuliakan di sorga / sebelah kanan Allah, dimana Ia berkuasa atas semua
raja-raja (bdk. 1Pet 3:22
Wah 17:14 Wah 19:16).
Jadi, pemerintah Romawi yang tadinya mengadili dan menyalibkan Dia, sekarang
ada di bawah kekuasaanNya. Ini khususnya memberikan penghiburan bagi orang
kristen abad pertama yang menderita penganiayaan dari pemerintah Romawi.
Sekalipun kelihatannya Romawi yang berkuasa, tetapi sebetulnya Kristuslah yang
berkuasa atas semua (bdk. Maz 2:1-3 & Maz 2:4-9).
Dulu Yesus menolak ‘cara mudah’ yang ditawarkan oleh
setan dalam pencobaan di padang gurun (Mat 4:8-10); Ia memilih ‘cara yang sukar
tetapi benar’ untuk mendapatkan semua itu, yaitu melalui kematian, kebangkitan
dan kenaikanNya ke surga (bdk. Fil 2:5-11). Jadi ini memberikan teladan
bagi kita untuk tidak mengikuti ‘cara mudah’ yang ditawarkan oleh setan.
Penerapan:
Ada banyak ‘cara mudah’ untuk menjadi kaya, seperti
menggunakan dukun, pesogen, melakukan korupsi, atau bekerja dengan cara-cara
yang tidak sesuai dengan Alkitab, dsb. Juga ada ‘cara mudah’ untuk berhasil
dalam study, seperti menyogok guru, beli soal ujian, nyontek, dsb. Apakah
saudara menuruti godaan setan seperti ini?
Dua point yang terakhir berhubungan dengan Maz 89:28
- “Akupun
juga akan mengangkat dia menjadi anak sulung, menjadi yang maha tinggi di
antara raja-raja bumi”. Ini makin
mengarah pada arti ke 2 dari kata PROTOTOKOS di atas.
Ay 5b-6:
“Bagi
Dia, yang mengasihi kita dan yang telah melepaskan kita dari dosa kita oleh
darahNya - dan yang telah membuat kita menjadi suatu kerajaan, menjadi
imam-imam bagi Allah, BapaNya, - bagi Dialah kemuliaan dan kuasa sampai
selama-lamanya. Amin”.
Pembicaraan
tentang Yesus Kristus dalam ay 5a langsung disambung dengan suatu pujian
(doxology) bagi Yesus dalam ay 5b-6. Ini adalah doxology yang pertama dari
banyak pujian / doxology dalam Kitab Wahyu ini, seperti dalam 4:11 5:9,12 7:10 dsb. Adalah sesuatu yang menarik bahwa dalam memberikan
surat kepada orang yang menderita karena Kristus, Yohanes memberikan banyak
pujian / doxology! Mungkin ini dimaksudkan untuk mengajak / memotivasi
orang-orang kristen yang sedang menderita itu untuk memuji Tuhan. Maukah
saudara memuji Tuhan bukan hanya pada waktu senang, tetapi juga pada saat
sedang menderita?
Dalam
pujian / doxology dalam ay 5b-6 ini:
1) Yesus
disebutkan sebagai seseorang yang mengasihi dan melepaskan kita dari dosa
dengan darahNya (ay 5b bdk. Wah
5:9)!
a) Tenses bagian ini.
Satu hal yang harus diperhatikan di sini adalah bahwa
‘mengasihi’ ada dalam present tense, sedangkan ‘melepaskan’ ada dalam aorist
/ past tense.
NASB: “To Him who loves us, and released
us from our sins by His blood”.
NIV: “To him who loves us and has freed us from our sins by
his blood”.
Robert H. Mounce (NICNT): “The love of Christ is a continuing relationship which in point
of time expressed itself in the redemptive act of Calvary. This release was
purchased by the blood of Christ” (= Kasih Kristus adalah suatu hubungan terus
menerus yang pada suatu titik tertentu dari waktu menyatakan dirinya sendiri
dalam tindakan penebusan Kalvari) - hal
71.
A. T. Robertson: “Christ loosed us once for
all, but loves us always” (= Kristus melepaskan kita sekali untuk selamanya, tetapi
selalu mengasihi kita) - hal 287.
Bdk. Ibr 9:28 - “Kristus hanya satu kali saja mengorbankan
diriNya untuk menanggung dosa banyak orang”.
b) Terjemahan salah dari KJV.
KJV: “Unto him that loved us, and washed us from our sins in
his own blood”.
Ini salah, karena:
ˇ
Keduanya
menggunakan past tense.
ˇ
Kata
‘washed’ (= mencuci) seharusnya
adalah ‘loosed’ (= melepaskan /
membebaskan).
William Barclay: “The Authorized Version is
in error here. It reads: ‘Unto him that loved us, and washed us from our
sins in his own blood.’ The word ‘to wash’ and ‘to set free’ are in Greek very
alike. ‘To wash’ is LOUEIN; ‘to set free’ is LUEIN; and they are pronounced
exactly in the same way. But there is no doubt that the oldest and best Greek
manuscript read LUEIN” (= KJV salah di sini. KJV berbunyi: ‘Bagi Dia yang mengasihi
kita, dan mencuci kita dari dosa kita dalam darahNya sendiri’. Kata
‘mencuci’ dan ‘membebaskan / melepaskan’ sangat mirip dalam bahasa Yunani.
‘Mencuci’ adalah LOUEIN; ‘membebaskan / melepaskan’ adalah LUEIN; dan mereka
dibaca dengan cara yang persis sama. Tetapi tidak diragukan bahwa manuscript
Yunani yang tertua dan terbaik berbunyi LUEIN) - hal 34.
Barclay lalu mengatakan bahwa ungkapan ‘kita dicuci oleh
darah Anak Domba’ tidak mempunyai dasar Kitab Suci. Tetapi benarkah kata-kata
Barclay ini? Coba lihat Wah 7:14!
c) Fungsi
darah Kristus.
Satu hal yang terlihat dengan jelas dari bagian ini
adalah bahwa darah Kristus berfungsi untuk mencuci / menghapus / mengampuni
dosa kita. Itulah fungsi yang benar dari darah Kristus. Darah Kristus tidak
berfungsi untuk melindungi kita dari kuasa gelap maupun untuk menengking setan.
Tetapi ada banyak orang yang kalau menghadapi kuasa gelap, bukannya minta
perlindungan Tuhan / Roh Kudus, tetapi minta perlindungan darah Yesus. Juga
banyak orang kristen yang pada waktu menengking setan, bukannya menengking
dalam nama Yesus, tetapi menengking menggunakan darah Yesus. Ini salah secara
teologis! Mungkin saudara berkata: ‘Tetapi cara itu berhasil!’. Saya menjawab:
ada 2 kemungkinan mengapa cara yang salah itu bisa berhasil:
ˇ
Setan yang membuat saudara
berhasil, supaya saudara mengira cara itu benar dan saudara melanjutkan
kesalahan itu. Ingat bahwa ada banyak orang berdoa secara salah, misalnya
menggunakan berhala, berdoa kepada Maria, berdoa tanpa melalui Yesus, dsb, dan
tetap mendapatkan pengabulan doa! Jelas bahwa ini merupakan pengabulan dari
setan, supaya orang itu terus ada dalam kesalahan.
ˇ
Tuhan, yang penuh belas kasihan,
mengabaikan kebodohan saudara dan tetap mengabulkan permintaan saudara. Tetapi
ini tentu tidak berarti bahwa saudara boleh terus melanjutkan kebodohan itu.
2) Yesus
membuat kita ‘menjadi
suatu kerajaan, menjadi imam-imam bagi Allah, BapaNya’ (ay 6a).
Apa yang dahulu ditujukan kepada Israel (Kel 19:6),
sekarang ditujukan kepada Gereja / orang kristen.
William Hendriksen:
“Observe
also that the characterization ‘kingdom ... priests’, which was formerly
applied to Israel (Ex. 19:6), is now applicable to believers collectively, that
is, to the Church. In the Church Israel lives on” [= Perhatikan juga bahwa
ciri ‘kerajaan ... imam’, yang dulu diterapkan kepada Israel (Kel 19:6),
sekarang diterapkan kepada orang-orang percaya secara kolektif, yaitu kepada
Gereja. Dalam Gereja Israel hidup terus]
- hal 53.
Dalam penderitaan, keadaan ditindas, dihina oleh dunia,
miskin, sakit, dsb, kita harus senantiasa menyadari kedudukan kita yang tinggi
di hadapan Allah ini.
a) ‘kerajaan’.
Pulpit Commentary:
“‘Kingdom,’
not ‘kings,’ is the right reading. Christians are nowhere said to be kings.
Collectively they are a kingdom - ‘a kingdom of priests’” (= ‘Kerajaan’, bukan
‘raja-raja’, merupakan pembacaan yang benar. Orang-orang kristen tidak pernah disebut
sebagai raja-raja. Secara kolektif mereka merupakan suatu kerajaan - ‘suatu
kerajaan imam-imam’) - hal 4.
b) ‘imam’.
Ada beberapa pandangan tentang mengapa orang kristen
disebut ‘imam’.
ˇ
Ada yang mengatakan bahwa
kita disebut imam, karena kita adalah pengantara antara dunia dengan Allah.
Tugas kita membawa mereka kepada Allah / Yesus (Mat 28:19-20), dan juga berdoa
bagi mereka (bdk. 1Tim 2:1-2).
ˇ
Ladd berkata bahwa kita
disebut imam bukan karena kita adalah pengantara antara dunia dan Allah, tetapi
karena kita tidak membutuhkan pengantara manusia untuk bisa datang kepada
Allah.
ˇ
Barclay berkata bahwa dalam
Perjanjian Lama, hanya imam yang mempunyai akses kepada Allah. Sekarang kita
yang percaya kepada Kristus disebut imam karena kita mempunyai akses kepada
Allah (bdk. Ibr 4:16 10:19-22).
Leon Morris mengatakan bahwa harus diperhatikan bahwa
yang disebut imam adalah orang kristen biasa, bukan orang kristen yang
mempunyai jabatan tertentu. Bandingkan ini dengan pastor dalam gereja Roma
Katolik, yang dalam bahasa Inggrisnya disebut ‘priest’ (= imam).
Karena
2 hal di atas ini, maka diberikan pujian bagi Yesus yang berbunyi ‘bagi Dialah
kemuliaan dan kuasa sampai selama-lamanya. Amin’.
Memang
kita harus selalu memuji Yesus, karena Yesus telah mengasihi kita dan rela
mencurahkan darahNya untuk menebus kita, dan bahkan telah mengangkat kita ke
kedudukan yang begitu tinggi!
Ay 7: “Lihatlah,
Ia datang dengan awan-awan dan setiap mata akan melihat Dia, juga mereka yang
telah menikam Dia. Dan semua bangsa di bumi akan meratapi Dia. Ya, amin”.
1) Penafsiran
Preterist tentang ay 7 ini.
Preterist mempunyai
penafsiran yang paling berbeda tentang ay 7 ini. Ingat bahwa mereka
beranggapan bahwa Kitab Wahyu, kecuali pasal-pasal terakhir, sudah digenapi
pada masa yang dekat dengan penulisan kitab Wahyu. Jadi mereka
menafsirkan bahwa ay 7 ini tidak menunjuk pada kedatangan Yesus yang
keduakalinya tetapi menunjuk pada penghancuran Yerusalem pada tahun 70 M.
Beberapa point yang
mereka tekankan:
ˇ
kata
‘coming’ / ‘kedatangan’ tidak selalu
menunjuk pada ‘second coming’ /
‘kedatangan kedua’. Misalnya: Wah 2:5 Ul 33:2
Yes 19:1
Zakh 1:16
Mal 3:1-2
Mat 10:23.
ˇ
‘awan’
digunakan dalam Perjanjian Lama untuk menunjuk pada penghukuman dalam sejarah,
bukan pada akhir jaman (Yes 19:1
Maz 97:2).
ˇ
Yesus
berbicara tentang kedatanganNya pada masa orang yang sejaman dengan Dia
(Mat 16:28
Mat 24:30,34 Mat 26:64).
Ini menyebabkan istilah ‘mereka yang telah menikam Dia’ bisa diartikan secara hurufiah, dan menunjuk
kepada orang-orang yang menyalibkan Dia.
ˇ
Kata-kata
‘semua bangsa di bumi’ bisa diterjemahkan ‘all the tribes of the land (Israel)’ [= semua suku-suku di tanah /
negara (Israel)]. Bdk. Zakh 12:10.
Pulpit Commentary kelihatannya menggabungkan Preterist
dengan Spiritualist, karena ia berkata:
“While interpreting the
verse of the second advent, we need not exclude the coming to ‘those who
pierced him’ in the destruction of Jerusalem, and to ‘the tribes of the earth’
in the break-up of the Roman empire” (= Sementara menafsirkan ayat ini tentang
kedatangan kedua, kita tidak perlu membuang kedatangan kepada ‘mereka yang
menikam Dia’ dalam kehancuran Yerusalem, dan pada ‘semua bangsa di bumi’ dalam
kehancuran kekaisaran Romawi) - hal 4.
2) Penafsiran umum tentang ay 7 ini.
Pada umumnya Futurist, Historicist, maupun Spiritualist
beranggapan bahwa ay 7 ini menunjuk pada kedatangan Kristus yang
keduakalinya. Ini merupakan thema besar dalam Kitab Wahyu dan merupakan sumber
penghiburan bagi orang kristen yang tertindas dan dianiaya, tetapi merupakan
ancaman bagi orang jahat / tak percaya.
a) ‘Lihatlah’.
Ay 7 diawali dengan kata ‘lihatlah’. Seakan-akan
Firman Allah menyuruh gereja mengarahkan matanya pada kedatangan Kristus yang
keduakalinya.
b) ‘Ia datang dengan
awan-awan’ (bdk. Dan 7:13 Mark 14:62).
Kata ‘awan’ bisa diartikan secara hurufiah yaitu
betul-betul ‘awan’ (bdk. Kis 1:9-11). Tetapi kata ‘awan’ bisa juga secara
simbolis, dan kalau diartikan secara simbolis maka ‘awan’ bisa berarti:
ˇ
‘kehadiran Tuhan’.
Robert H. Mounce (NICNT): “the cloud in Hebrew thought is commonly associated with the
divine presence (Ex. 13:21; 16:10; Mt 17:5; Acts 1:9)” [= awan dalam pemikiran
Ibrani pada umumnya dihubungkan dengan kehadiran ilahi (Kel 13:21; 16:10; Mat 17:5; Kis 1:9)] - hal 72.
Tetapi saya berpendapat bahwa penafsiran ini agak aneh,
karena ‘Tuhan datang dengan awan-awan’ artinya menjadi ‘Tuhan datang dengan
kehadiranNya’.
ˇ
kemuliaanNya (bdk.
Yeh 1:4-28, khususnya baca ay 4 dan ay 28nya).
Jadi, ‘Yesus akan datang keduakalinya dengan awan-awan’
maksudnya adalah bahwa ‘Ia akan datang keduakalinya dengan kemuliaanNya’. Dulu,
pada kedatanganNya yang pertama Ia datang dengan kehinaan karena Ia merendahkan
diri menjadi seorang manusia / bayi yang lemah dan miskin, sehingga banyak
orang yang tidak mengenaliNya atau mempercayaiNya sebagai Allah / Tuhan. Tetapi
pada kedatanganNya yang keduakalinya Ia datang dengan seluruh kemuliaanNya,
sehingga semua orang akan mengenaliNya sebagai Allah / Tuhan (bdk. Fil 2:10-11).
ˇ
penderitaan, kemurkaan dan
penghakiman (bdk. Zef 1:15 Maz
97:2).
Penghakiman memang akan menimpa semua orang, tetapi murka
Allah, hukuman, dan penderitaan, hanya akan menimpa orang yang tidak percaya
kepada Kristus (bdk. Ro 8:1).
c) ‘setiap mata akan melihat
Dia’ (ay 7).
Ini menunjukkan bahwa pada kedatanganNya
yang keduakalinya, maka Yesus akan langsung terlihat oleh semua orang, sehingga
tidak perlu lagi ada pemberitahuan (Mat 24:23,26).
Jadi, ada perbedaan antara kedatangan
Yesus yang pertama dan kedua. Pada kedatangan pertama, Ia datang pada satu
tempat tertentu dan diketahui oleh beberapa orang saja, sehingga perlu
pemberitahuan dari orang satu ke orang lain (Pekabaran Injil), sehingga makin
lama makin banyak yang mengetahui tentang Dia. Tetapi pada kedatangan yang
kedua, kedatanganNya akan langsung terlihat oleh semua orang, sehingga tidak
perlu lagi ada orang yang memberitahu ataupun diberitahu!
Ada orang yang menganggap bahwa hal ini
tidak mungkin terjadi karena bumi ini bulat. Jadi kalau Yesus misalnya datang
di Kutub Utara, bagaimana mungkin orang di Kutub Selatan bisa melihat Dia? Saya
menjawab begini: memang kalau Yesus datang di Kutub Utara, orang yang di Kutub
Selatan tidak bisa melihat Dia, tetapi pernyataan ini hanya benar jika kita
menganggap bahwa hukum alam saat ini tetap berlaku, yaitu bahwa sinar bergerak
lurus! Mengingat bahwa hukum alam juga diciptakan oleh Allah, tidak bisakah
Allah membuang hukum alam itu pada saat itu dan membuat sinar bergerak
melengkung? Dengan demikian orang yang ada di Kutub Selatan bisa melihat Yesus
sekalipun Ia datang di Kutub Utara!
William Hendriksen:
“The
Bible knows nothing about an invisible or secret second coming. Nowhere is this
taught. On the contrary, ‘every eye shall see him’” (= Alkitab tidak mengenal
kedatangan kedua yang bersifat tidak terlihat atau rahasia. Ini tidak diajarkan
dimanapun. Sebaliknya, ‘setiap mata akan melihat Dia’) - hal 54.
Mungkin kata-kata ini ditujukan untuk menyerang ajaran
Saksi Yehovah. Charles Taze Russel (pendiri Saksi Yehovah) mula-mula
meramalkan bahwa Yesus akan datang kembali pada tahun 1874 M, karena ia
percaya bahwa Adam dan Hawa diciptakan pada tahun 4126 SM. Ia lalu
menambah bilangan ini dengan 6000 tahun (mungkin dari 6 hari penciptaan, dan 2Pet 3:8
dimana 1 hari sama dengan 1000 tahun) sehingga ia mendapatkan tahun
1874 M. Tetapi ternyata ramalan ini tidak cocok. Setelah ramalannya
meleset, Russel bukannya bertobat, tetapi meramal lagi. Ia mengatakan Yesus
akan datang kembali pada tahun 1914 M, yang ia dapatkan dari 1874 + 40
tahun (yang ia katakan sebagai ‘masa percobaan umat Allah’). Ternyata ramalan
ini salah lagi. Tetapi ini tetap tidak membuat Russel bertobat. Sebaliknya ia
lalu berkata bahwa tahun 1914 itu Yesus memang sudah datang keduakalinya tetapi
secara rohani, sehingga tak terlihat. Ini bisa terlihat dari
kutipan-kutipan di bawah ini:
ˇ
“Christ Jesus returns, not again as a human, but as a glorious
spirit person” (= Kristus Yesus kembali, tidak lagi sebagai manusia, tetapi
sebagai pribadi roh yang mulia) - ‘Let
God Be True’, hal 196.
ˇ
“It does not mean that he is on the way or has promised to come,
but that he has already arrived and is here” (= itu tidak berarti bahwa
ia ada dalam perjalanan atau telah berjanji untuk datang, tetapi bahwa ia telah
tiba dan ada di sini) - ‘Let God Be
True’, hal 198.
ˇ
“... Christ Jesus came to the Kingdom in AD 1914, but
unseen to men” (= ... Kristus Yesus telah datang pada Kerajaan pada tahun
1914 M, tetapi tidak terlihat oleh manusia) - ‘The Truth shall make you free’, hal 300.
Penafsiran sesat ini jelas bertentangan dengan Wah 1:7
ini!
d) ‘juga mereka yang telah menikam Dia’ (ay 7
bdk. Zakh 12:10).
Ini menunjuk kepada
tentara Romawi yang menikam rusuk / lambungNya dengan tombak (Yoh 19:34),
tetapi Mounce, Hendriksen, Barclay, dan Hoeksema mengatakan adalah mungkin
bahwa ini juga mencakup semua orang yang menikam Kristus dengan hidup mereka
yang berdosa.
Robert H. Mounce (NICNT): “careless indifference is typified in the act of piercing” (= ketidak-acuhan yang
ceroboh digambarkan dalam tindakan penikaman) - hal 72.
Bandingkan ini dengan
Ibr 6:6 yang berbicara tentang orang yang menyalibkan Yesus untuk
keduakalinya.
e) ‘Dan semua bangsa di bumi akan meratapi Dia’ (ay 7b bdk. Zakh 12:10).
Kata ‘meratapi’
diterjemahkan ‘wail’ (= meratap) oleh
KJV/RSV dan ‘mourn’ (= berkabung)
oleh NIV/NASB. Ini bukan ratapan / perkabungan dari pertobatan, tetapi dari
keputusasaan dan ketakutan (bdk. Wah 6:16).
Robert H. Mounce (NICNT): “The mourning of Zechariah 12:10-12 was that of repentance, but
the mourning of Revelation is the remorse accompanying the disclosure of divine
judgment at the coming of Christ (cf. 16:9,11,21)” [= Perkabungan dari
Zakharia 12:10-12 adalah perkabungan pertobatan tetapi perkabungan dari Wahyu
adalah penyesalan yang menyertai penyingkapan penghakiman ilahi pada kedatangan
Kristus (bdk. 16:9,11,21)] - hal 73.
Barnes’ Notes: “This fact, which no one
can doubt, is proof that men feel that they are guilty, since, if they were
innocent, they would have nothing to dread by his appearing. It is also a proof
that they believe in the doctrine of future punishment, since, if they do not,
there is no reason why they should be alarmed at his coming. Surely men would
not dread his appearing if they really believed that all will be saved. ... The
presence of the Redeemer in the clouds of heaven would destroy all the hopes of
those who believe in the doctrine of universal salvation - as the approach of
death now often does. Men believe that there is much to be dreaded in the
future world, or they would not fear the coming of Him” (= Fakta ini, yang tidak
bisa diragukan seorangpun, merupakan bukti bahwa manusia merasakan bahwa mereka
bersalah, karena, jika mereka tidak bersalah, mereka tidak mempunyai apapun
untuk ditakuti pada pemunculanNya. Ini juga merupakan bukti bahwa mereka
percaya dalam doktrin hukuman yang akan datang, karena, jika tidak, tidak ada
alasan mengapa mereka harus takut pada kedatanganNya. Jelas bahwa manusia tidak
akan takut pada pemunculanNya jika mereka betul-betul percaya bahwa semua orang
akan selamat. ... Kehadiran Penebus dalam awan-awan di langit akan menghancurkan
semua pengharapan dari mereka yang percaya pada doktrin keselamatan universal -
sebagaimana datangnya kematian sering melakukannya. Manusia percaya bahwa ada
banyak yang ditakuti dalam dunia yang akan datang, atau mereka tidak akan takut pada
kedatanganNya) - hal 1545.
Saat ini ada banyak nabi palsu dari kalangan Liberal yang
mempercayai keselamatan Universal, dan saya pikir mereka seharusnya merenungkan
kata-kata Barclay ini.
f) Pada akhir ay 7 ada kata-kata ‘Ya,
amin’.
Ini ucapan untuk
menyetujui, dan memang terhadap setiap kebenaran Firman Tuhan, kita harus
mempunyai sikap hati yang tunduk dan menyetujui!
Ay 8: “Aku
adalah Alfa dan Omega, firman Tuhan Allah, yang ada dan yang sudah ada
dan yang akan datang, Yang Mahakuasa”.
1) Kitab Suci Indonesia salah
terjemahannya, khususnya peletakan tanda petiknya.
NASB: “I am the Alpha and the Omega,” says the
Lord God, “who is and who was and who is to come, the Almighty” (= ‘Aku
adalah Alfa dan Omega’, kata Tuhan Allah, ‘yang ada dan yang dulu ada dan yang
akan datang, yang Mahakuasa’).
NIV: “I am the Alpha and the Omega,” says the Lord God, “who is, and
who was, and who is to come, the Almighty” (= ‘Aku adalah Alfa dan Omega’,
kata Tuhan Allah, ‘yang ada, dan yang dulu ada, dan yang akan datang, yang
Mahakuasa’).
2) Hendriksen mengatakan bahwa ini
menunjuk kepada Yesus. Kalau ini benar maka ayat ini merupakan bukti tambahan
bahwa Yesus adalah Allah.
3) ‘Aku
adalah Alfa dan Omega’.
Alfa dan Omega adalah
huruf pertama dan huruf terakhir dari abjad Yunani. Wah 21:6 mengulang bagian
ini, tetapi lalu menambahkan / menafsirkan dengan kata-kata ‘Yang
Awal dan Yang Akhir’ (bdk. 1:17 22:13).
Bdk. juga dengan Yes 44:6 - ‘Akulah yang terdahulu dan Akulah yang terkemudian’.
4) ‘yang
ada dan yang sudah ada dan yang akan datang, Yang Mahakuasa.’.
Ini mengulang ay 5, tetapi di sini ditambahkan ‘Yang
Mahakuasa’. Gelar ‘Yang Mahakuasa’ ini muncul sangat sering dalam Perjanjian
Lama, tetapi hanya muncul 10 x dalam Perjanjian Baru, dan hanya satu di
antaranya yang ada di luar Kitab Wahyu yaitu dalam 2Kor 6:18 yang
merupakan suatu kutipan dari Perjanjian Lama, sedangkan 9 yang lain ada dalam
Kitab Wahyu (1:8 4:8 11:17 15:3 16:7 16:14 19:6 19:15 21:22). Di sini lagi-lagi ini berfungsi
untuk menguatkan orang kristen yang menderita dan dianiaya.
-AMIN-
email
us at : gkri_exodus@lycos.com