Eksposisi Wahyu kepada Yohanes
oleh : Pdt. Budi Asali M.Div.
Wahyu
1:12-16
Ay 12: “Lalu aku berpaling untuk melihat suara yang berbicara kepadaku.
Dan setelah aku berpaling, tampaklah kepadaku tujuh kaki dian dari emas”.
1) Arti dari ‘kaki dian’.
Ay 20c memberikan arti dari ketujuh kaki dian itu
karena ay 20c itu berbunyi: ‘ketujuh kaki dian itu ialah ketujuh jemaat’.
KJV/RSV/NIV/NASB menterjemahkan ‘jemaat’ dengan ‘churches’ (=
gereja-gereja).
2) Penyimbolan sebagai ‘kaki dian’.
a) Gereja
disimbolkan dengan kaki dian, dan ini menunjukkan misi yang benar dari gereja.
Kaki dian berfungsi sebagai tempat dari lampu / api / lilin yang memberikan terang
bagi kegelapan. Cahaya / terang menunjuk pada Injil.
James B. Ramsey: “It beautifully and
forcibly expresses the true mission of the visible church. A candlestick, or
lampstand as this was, like those in the tabernacle and temple, is for the
purpose of holding up light in the darkness. The church is God’s appointed
light-bearer in this dark world. ... Her great, and indeed her only business,
is to hold fast this truth and hold it forth, until its light penetrates into
the darkest corners of the earth” (= Ini secara indah dan kuat menyatakan misi
yang benar dari gereja yang kelihatan. Kandil, atau kaki dian seperti ini,
seperti yang ada di Kemah Suci dan Bait Allah, berfungsi untuk memegang /
mengangkat terang dalam kegelapan. Gereja adalah pembawa terang yang ditetapkan
/ diangkat oleh Allah dalam dunia yang gelap ini. ... Urusannya yang besar, dan
bahkan satu-satunya urusannya, adalah memegang erat-erat kebenaran ini dan
membicarakannya, sampai terangnya menembus ke sudut-sudut tergelap dari dunia) - hal 79.
Penerapan:
Kalau kita tidak memberitakan Injil, maka kita tidak
melaksanakan misi yang Tuhan berikan kepada kita sebagai gereja. Karena itu
gereja harus banyak memberitakan Injil, baik oleh pendeta / penginjil melalui
mimbar di dalam gereja, maupun oleh jemaat secara pribadi di luar gereja.
b) Penyimbolan gereja sebagai ‘kaki
dian emas’ berhubungan dengan Mat 5:14 - ‘Kamu adalah terang dunia’.
Dengan demikian yang
dimaksud dengan ‘terang’ bukan hanya Injil / Firman Tuhan, tetapi juga
perbuatan baik kita yang memuliakan Allah. Bandingkan dengan Mat 5:16 - “Hendaklah
terangmu bercahaya di depan orang, supaya mereka melihat perbuatanmu yang
baik dan memuliakan Bapamu yang di sorga”.
Penerapan:
Tidak cukup bagi kita untuk hanya memberitakan Injil,
kita juga harus berusaha hidup baik / benar untuk bisa bersinar bagi Kristus!
3) Kaki dian itu terbuat dari emas.
Apa artinya?
Adam Clarke: “they are here represented as golden, to show how precious they
were in the sight of God” (= mereka di sini digambarkan sebagai emas untuk menunjukkan
betapa berharganya mereka dalam pandangan Allah) - hal 973.
James B. Ramsey: “Like the candlestick in
the tabernacle, these are ‘golden’. While this may represent the required
purity of the church, it certainly does represent its actual preciousness” (= Seperti kandil dalam
Kemah Suci, mereka terbuat dari emas. Sementara ini bisa menggambarkan
kemurnian yang diinginkan dari gereja, itu pasti juga menggambarkan berharganya
gereja) - hal 89.
Perhatikan bahwa ke 7
gereja dalam Wah 2-3 punya banyak cacat cela, bahkan ada satu yang hanya
dikecam tetapi sama sekali tidak dipuji, yaitu gereja di Laodikia (tetapi awas,
ini tetap bukan gereja sesat!). Tetapi tetap semua gereja itu dilambangkan
dengan ‘kaki dian emas’, yang menunjukkan bahwa mereka berharga di mata
Tuhan.
James B. Ramsey: “Imperfect, therefore, as
the visible church is, and always has been; marred, as was the church of Sardis
and of Laodicea, by the corruptions that still dwell in the hearts of her
members, and by false professors, she is still, in the eyes of our Redeemer,
infinitely more precious than all the kingdoms of the world and the glory of
them. Even the churches of Sardis and Laodicea have a golden candlestick as
their symbol, as well as the pure and uncensured churches of Smyrna and
Philadelphia. ... Beware, then, that you do not under-estimate this ‘golden’
instrumentality and representative of God’s kingdom. Ever remember that the
government, the ordinances, the offices, the discipline, and the spiritual
enterprises of this church are divinely appointed; they are heavenly means of a
heavenly power for heavenly ends. To neglect or turn away from the privileges
of this church is to reject God and His Son. If you have any love to the King
Himself, and to His invisible spiritual kingdom, you cannot but love and
cherish this visible kingdom which He has ordained to represent it and to be
the channel of its blessings to a perishing world” (= Karena itu, sekalipun
gereja yang kelihatan ini tidak sempurna, dan dari dulu selalu demikian;
dirusak / dikotori, seperti gereja Sardis dan Laodikia, oleh kejahatan yang
tetap tinggal dalam hati anggota-anggotanya, dan oleh profesor-profesor palsu,
ia tetap, di mata Penebus kita, jauh lebih berharga dari semua kerajaan dunia
dan kemuliaannya. Bahkan gereja Sardis dan Laodikia mempunyai kaki dian emas
sebagai simbol mereka, sama seperti gereja Smirna dan Filadelfia yang murni dan
tak bercela. ... Karena itu, hati-hatilah supaya engkau tidak menganggap rendah
alat dan wakil kerajaan Allah dari ‘emas’ ini. Ingatlah selalu bahwa
pemerintahan, peraturan, jabatan, disiplin, dan usaha / proyek rohani dari
gereja ini ditetapkan oleh Allah; mereka adalah cara surgawi dari kuasa surgawi
untuk tujuan surgawi. Mengabaikan atau berbalik dari hak-hak gereja ini berarti
menolak Allah dan AnakNya. Jika engkau mempunyai kasih terhadap sang Raja
sendiri, dan terhadap kerajaanNya yang bersifat rohani dan tak terlihat, engkau
pasti mengasihi dan menghargai kerajaan yang terlihat ini, yang telah Ia
tentukan untuk mewakilinya dan untuk menjadi saluran berkatnya bagi dunia yang
sedang menuju kebinasaan) - hal 91-92.
Penerapan:
Berapa berharganya gereja
kita ini di mata saudara? Ini bisa terlihat dari beban saudara untuk kemajuan
gereja. Ini terlihat dari berapa banyak dan sungguh-sungguhnya saudara berdoa
untuk gereja. Ini terlihat dari mau atau tidaknya saudara melayani Tuhan dalam
gereja. Ini terlihat dari maunya saudara menghadiri aktivitas gereja. Ini
terlihat juga dari persembahan saudara untuk Tuhan melalui gereja. Karena itu
renungkan hal-hal itu, dan pikirkan apakah hidup saudara menunjukkan bahwa
gereja ini berharga di mata saudara? Jangan karena gereja mempunyai cacat cela,
lalu saudara mengabaikan gereja atau bersikap masa bodoh terhadap gereja. Ingat
bahwa gereja Sardis, dan bahkan gereja Laodikia, tetap dilambangkan dengan kaki
dian emas!
Herman Hoeksema menambahkan lagi satu arti dari ‘emas’,
yaitu bahwa emas itu bersifat ‘incorruptible’ / ‘imperishable’ (=
tak bisa rusak / binasa). Tetapi bagaimana ini bisa diharmoniskan dengan fakta
bahwa gereja lokal itu bisa menjadi rusak / sesat? Karena itu saya tidak setuju
dengan arti ini.
4) Kaki
dian emas ini mirip dengan yang ada dalam Kemah Suci / Bait Allah.
a) Dari Kel 25:31-39 Kel 37:17-24 1Raja 7:49 terlihat bahwa dalam Kemah Suci maupun Bait
Allah juga ada tujuh kaki dian emas, yang disebut ‘kandil’ (NIV/NASB/RSV: ‘lampstand’ ; KJV: ‘candlestick’).
Adam Clarke: “This reference to the temple seems to intimate that the temple
of Jerusalem was a type of the whole Christian Church” (=
Hubungan dengan Bait Allah kelihatannya menunjukkan bahwa Bait Allah di
Yerusalem merupakan suatu TYPE dari seluruh Gereja Kristen) - hal 973.
b) Hoeksema (hal 40) berpendapat bahwa
ada 2 perbedaan antara kandil dalam Kemah Suci / Bait Allah dengan 7 kaki dian
emas yang dilihat oleh rasul Yohanes ini. Perbedaannya adalah:
1.
Kandil
dalam Kemah Suci / Bait Allah itu, ketujuh lampunya membentuk suatu garis
lurus, sedangkan 7 kaki dian emas dalam kitab Wahyu ini membentuk lingkaran.
Ini terlihat dari ay 13 dimana dikatakan bahwa Anak Manusia itu ada di
tengah-tengah kaki dian itu, dan juga dari Wah 2:1 dimana dikatakan bahwa
Yesus ‘berjalan di antara ke tujuh kaki dian emas itu’.
2.
Kandil
dalam Kemah Suci / Bait Allah itu merupakan satu kesatuan, sedangkan 7 kaki
dian emas dalam Kitab Wahyu ini merupakan 7 buah lampu yang terpisah.
Memang dalam Perjanjian
Lama gereja dipersatukan oleh kesatuan fisik, yaitu bangsa Israel. Tetapi dalam
Perjanjian Baru, kesatuan gereja hanyalah secara rohani.
William Hendriksen: “In the Tabernacle there was one lampstand with seven lamps;
here in Revelation we have seven lampstands. The reason for the difference is
that during the old dispensation there was a visible unity, the Jewish
church-state, whereas the churches of the new dispensation find their spiritual
unity in Christ” (= Dalam Kemah Suci ada satu kandil dengan 7 lampu; di sini
dalam Kitab Wahyu kita mempunyai 7 kandil. Alasan perbedaan itu adalah bahwa
selama Perjanjian Lama terdapat suatu kesatuan yang kelihatan, yaitu
gereja-negara Yahudi, sedangkan gereja-gereja dalam Perjanjian Baru mendapatkan
kesatuan rohani mereka dalam Kristus) - hal 58.
Ay 13: “Dan di tengah-tengah kaki dian itu ada seorang serupa Anak
Manusia, berpakaian jubah yang panjangnya sampai di kaki, dan dadanya
berlilitkan ikat pinggang dari emas”.
1) ‘Dan di tengah-tengah kaki dian
itu ada seorang serupa Anak Manusia’ (bdk. Wah 2:1 - ‘Dia ... berjalan di antara
ketujuh kaki dian emas itu’).
James B. Ramsey: “It is His presence that makes them shine; the withdrawal of His
supplies or care would leave them in utter darkness and utterly worthless. What
more worthless than a candlestick in the dark, without a light? So nothing is
more worthless than a church without Christ” (= KehadiranNyalah yang membuat
mereka bersinar; penarikan suplai atau perhatianNya, akan meninggalkan mereka
dalam kegelapan dan ketidakberhargaan total. Apa yang lebih tidak berharga dari
kandil dalam kegelapan, tanpa terang? Demikian juga tidak ada yang lebih tidak
berharga dari suatu gereja tanpa Kristus) - hal 84.
Herman Hoeksema: “She is a light, not of herself, but, as is clearly indicated by
the fact that Christ stands, or walks, in the midst of the seven golden
candlesticks, only through her fellowship with Christ in the Spirit. The Lord
is her light, and apart from Christ she is in darkness and lies in the midst of
death” (= Ia adalah terang, bukan dari dirinya sendiri, tetapi,
seperti ditunjukkan secara jelas oleh fakta bahwa Kristus berdiri atau berjalan
di tengah-tengah ketujuh kandil emas, hanya melalui persekutuannya dengan
Kristus dalam Roh. Tuhan adalah terangnya, dan terpisah dari Kristus ia ada
dalam kegelapan dan berada di tengah-tengah kematian) - hal 40.
Penerapan:
Karena itu, supaya kita bisa bersinar, kita harus dekat
dengan Tuhan, dan banyak bersekutu dengan Tuhan. Saat Teduh, dimana kita berdoa
dan membaca Firman Tuhan secara pribadi, harus kita lakukan dengan disiplin dan
sungguh-sungguh! Bdk. Yoh 15:4-5 - “Tinggallah di dalam Aku dan Aku di dalam
kamu. Sama seperti ranting tidak dapat berbuah dari dirinya sendiri, kalau ia
tidak tinggal pada pokok anggur, demikian juga kamu tidak berbuah, jikalau kamu
tidak tinggal di dalam Aku. Akulah pokok anggur dan kamulah ranting-rantingnya.
Barangsiapa tinggal di dalam Aku dan Aku di dalam dia, ia berbuah banyak, sebab
di luar Aku kamu tidak dapat berbuat apa-apa”.
2) ‘ada
seorang serupa Anak Manusia’ (Bdk. Daniel 7:13-14).
a) Ini menunjuk kepada Tuhan Yesus
dalam hakekat manusiaNya.
Tetapi mengapa diberi
kata ‘serupa’? Karena di sini Yesus menampakkan diri dalam kemuliaanNya,
sehingga ada perbedaannya dengan Yesus dalam perendahanNya yang dulu dilihat oleh
Yohanes (sebelum kematianNya).
b) Tetapi seorang penafsir mengatakan
bahwa ini justru menunjuk pada keilahian Yesus.
Geoffrey B. Wilson: “The word ‘like’ not only affirms a similarity with man, but
also indicates that he is more than man and thus points to his deity” (= Kata
‘serupa’ bukan hanya menegaskan kemiripan dengan manusia, tetapi juga
menunjukkan bahwa ia lebih dari manusia, dan dengan demikian menunjuk pada
keilahianNya)
- hal 22.
c) Pentingnya penglihatan tentang Kristus pada awal Kitab Wahyu.
Leon Morris (Tyndale): “The placing of this vision of Christ right at the beginning of
the book is significant. ... The Christians were a pitiably small remnant,
persecuted by mighty foes. To all outward appearance their situation was
hopeless. But it is only as Christ is seen for what He really is that anything
else can be seen in its true perspective” (= Penempatan penglihatan tentang
Kristus ini pada awal dari kitab ini merupakan hal yang penting. ...
Orang-orang Kristen adalah sisa kecil yang harus dikasihani, dianiaya oleh
musuh-musuh yang kuat. Dilihat dari luar / secara lahiriah, situasi mereka
tidak ada harapan. Tetapi hanya jika Kristus dilihat sebagaimana adanya maka
segala sesuatu yang lain bisa dilihat secara benar) - hal 52.
Saat Teduh saya pada
tanggal 10 Agustus 1998, memberikan penggambaran yang menarik tentang bagaimana
melihat Kristus dalam setiap keadaan dan saat, yang menyebabkan kita bisa
selalu bergembira.
Saat Teduh itu mengatakan
bahwa dalam kitab-kitab Injil Yesus pernah 3 kali berkata ‘be of good cheer’ (= bergembiralah). Pertama dalam Mat 9:2
dimana Ia berkata kepada orang lumpuh (KJV): ‘be of good cheer, thy sins be forgiven thee’ (=
bergembiralah, dosamu telah diampuni). Lalu dalam Mat 14:27 Ia berkata kepada
murid-murid yang sedang ketakutan karena badai (KJV): ‘Be of good cheer; it is I; be not afraid’ (=
bergembiralah, ini Aku, jangan takut). Lalu dalam Yoh 16:33 Ia berkata (KJV): ‘In the world ye shall have tribulation: but be of good cheer; I
have overcome the world’ (= Dalam dunia kamu akan mendapatkan penganiayaan: tetapi
bergembiralah; Aku telah mengalahkan dunia).
Lalu buku Saat Teduh itu
menyimpulkan sebagai berikut:
“Cheer up - your sins are gone! Cheer up, He is with you in the
storm! Cheer up, the future holds victory! Past, present, future!” (=
Bergembiralah - dosamu sudah hilang! Bergembiralah, Ia bersamamu dalam badai!
Bergembiralah, masa depan memegang kemenangan! Lampau, sekarang, akan datang!) - ‘Bread For Each Day’, August 10.
Catatan: dalam ketiga ayat di
atas KJV memberikan terjemahan hurufiah.
3) ‘berpakaian jubah yang panjangnya
sampai di kaki, dan dadanya berlilitkan ikat pinggang dari emas’.
a) Ada yang menganggap bahwa ini
adalah pakaian imam besar, dan dengan demikian menunjukkan Yesus sebagai Imam
Besar kita.
William Barclay: “The word which describes the robe is PODERES, ‘reaching down to
the feet’. This is the word which the Greek Old Testament uses to describe the
robe of the High Priest (Exodus 28:4; 29:5; Leviticus 16:4)” [= Kata
yang menggambarkan jubah adalah PODERES, ‘mencapai kaki’. Ini adalah kata yang
digunakan oleh Perjanjian Lama berbahasa Yunani untuk menggambarkan jubah Imam
Besar (Kel 28:4; 29:5; Im 16:4)] - hal 45.
William Barclay: “Josephus also describes carefully the garments which the
priests and the High Priest wore when they were serving in the Temple. They
wore ’a long robe reaching to the feet,’ and around the breast, ‘higher than
the elbows,’ they wore a girdle which was loosely wound round and round the
body. The girdle was embroidered with colours and flowers, with a mixture of
gold interwoven (Josephus: The Antiquities of the Jews, 3.7:2,4). All this
means that the description of the robe and the girdle of the glorified Christ
is almost exactly that of the dress of the priests and of the High Priest” [=
Josephus juga menggambarkan secara teliti pakaian yang dikenakan oleh imam-imam
dan Imam Besar pada waktu mereka melayani dalam Bait Allah. Mereka mengenakan
‘jubah panjang yang mencapai kaki’, dan mengelilingi dada, ‘lebih tinggi dari
siku’, mereka memakai sabuk yang dililitkan pada tubuh secara longgar. Sabuk
itu disulam dengan warna-warna dan bunga-bunga bercampur emas (Josephus: The
Antiquities of the Jews, 3.7:2,4). Semua ini berarti bahwa penggambaran dari
jubah dan sabuk dari Kristus yang telah dimuliakan hampir persis dengan pakaian
imam-imam dan Imam Besar] - hal 45.
b) Tetapi ada yang tidak setuju pada
penafsiran di atas.
Beasley-Murray: “While it is true that the high priest wore such a robe, it was also
worn by men of rank generally, and there is no need to bring in the high priest
here” (= Sekalipun memang benar bahwa imam besar mengenakan jubah
seperti itu, tetapi itu juga dikenakan oleh orang-orang yang berkedudukan
tinggi pada umumnya, dan tidak perlu memasukkan imam besar di sini) - hal 66-67.
Leon Morris sejalan
dengan Beasley-Murray.
Ay 14: “Kepala dan rambutNya putih bagaikan bulu yang putih metah, dan
mataNya bagaikan nyala api”.
1) Rambut putih menunjukkan usia
lanjut / kekekalan (bdk. Dan 7:9), dan kekekalan menunjukkan keilahian.
Homer Hailey lebih
memilih untuk menafsirkan bahwa kepala dan rambut putih menunjukkan kemurnian
dan kekudusan, tetapi ia mengatakan bahwa kekekalan bisa diambil sebagai arti
sekunder (hal 110).
Leon Morris menambahkan
satu arti lagi untuk rambut putih, yaitu ‘kebijaksanaan’, dan Steve Gregg
menambahkan arti ‘honor’ (=
kehormatan).
2) Mata yang seperti nyala api (bdk.
Dan 10:6) menunjukkan kemahatahuan dan juga kemarahan yang suci (holy anger) terhadap dosa.
Pulpit Commentary: “His eyes were as a flame of fire, piercing
men through and through, burning up all hypocritical pretence” (= MataNya bagaikan nyala
api, menembus manusia, membakar semua kepura-puraan yang bersifat munafik) - hal 16.
Ay 15: “Dan kakiNya mengkilap bagaikan tembaga membara di dalam
perapian; suaraNya bagaikan desau air bah”.
1) ‘Dan kakiNya mengkilap bagaikan
tembaga membara di dalam perapian’ (bdk. Daniel 10:6
Yeh 1:7).
a) Logam apa yang dimaksud di sini?
Kitab Suci Indonesia
menterjemahkan ‘tembaga’ (= copper).
KJV: ‘brass’ (= kuningan).
RSV/NIV/NASB: ‘bronze’ (= perunggu).
Kata Yunani yang
diterjemahkan ‘tembaga membara’ adalah CHALKOLIBANOS.
William Barclay: “No one really knows what the metal is. Perhaps it was that
fabulous compound called ‘electrum’, which the ancients believed to be an alloy
of gold and silver and more precious than either” (=
Tidak seorangpun yang betul-betul tahu ini logam apa. Mungkin itu adalah
campuran yang menakjubkan yang disebut ‘electrum’, yang dipercaya oleh
orang-orang kuno sebagai campuran dari emas dan perak, dan lebih berharga dari
keduanya)
- hal 49.
Beasley-Murray: “John’s word for bronze denotes a very precious metal,
compounded of gold and silver, beloved of the ancients for its flashing
qualities” (= Kata yang dipakai oleh Yohanes untuk perunggu menunjukkan
logam yang sangat berharga, campuran emas dan perak, disenangi oleh orang-orang
kuno karena berkilau) - hal 67.
b) Macam-macam penafsiran tentang bagian ini.
·
William
Barclay:
“The brass stands for strength, for
the steadfastness of God; and the shining rays stand for speed, for the
swiftness of the feet of God to help his own or to punish sin” (=
kuningan melambangkan kekuatan dan keteguhan / ketidak-berubahan / kesetiaan
Allah; dan sinar yang berkilauan melambangkan kecepatan, kecepatan kaki Allah
untuk menolong milikNya atau menghukum dosa) - hal 50.
·
Pulpit
Commentary: ini menunjukkan ‘firmness,
might and splendour’ (= keteguhan / ketegasan, kekuatan, dan kemegahan).
·
Adam
Clarke mengatakan bahwa kaki yang seperti tembaga membara ini merupakan simbol
dari ‘stability and permanence’ (=
kestabilan dan keabadian), karena tembaga dianggap sebagai logam yang paling
tahan lama.
·
Kaki
yang seperti tembaga membara ini menunjukkan Providence (= pelaksanaan Rencana Allah) yang tidak bisa ditahan.
·
Kaki
ini menginjak-injak kuasa kegelapan, semua musuh-musuhNya, sampai semua hancur
terbakar. Bdk. Mal 4:3 yang menunjukkan janji Tuhan bagi orang percaya bahwa
nanti kita akan menginjak-injak orang jahat.
·
Kaki
yang seperti tembaga membara ini menunjukkan api yang menghanguskan dari
penghakimanNya yang mendekat.
Saya condong pada 2
penafsiran yang terakhir (bdk. Wah 2:18).
2) ‘suaraNya
bagaikan desau air bah’ (bdk. 14:2 19:6).
NIV: ‘his voice was like the sound of rushing waters’ (= suaraNya adalah
seperti bunyi air yang mengalir dengan deras).
KJV/Lit: ‘his voice as the sound of many waters’
(= suaraNya seperti bunyi banyak air).
Jadi, ini bisa menunjuk
pada bunyi air bah, air terjun, atau ombak lautan. Ini juga merupakan
penggambaran suara Allah oleh Yehezkiel dalam Yeh 1:24 dan Yeh 43:2.
Barnes’ Notes: “Nothing could be a more sublime description of majesty
and authority than to compare the voice of a speaker with the roar of
the ocean” (= Tidak ada apapun yang bisa memberikan penggambaran yang
lebih indah / agung tentang keagungan dan otoritas dari pada
membandingkan suara si pembicara dengan deru lautan) - hal 1549.
Renungkan: apakah Firman Tuhan memang
mempunyai otoritas dalam hidup saudara? Kalau saudara mendengar teguran
terhadap kehidupan saudara, baik itu datang dari mimbar maupun dari seseorang
secara pribadi, apakah saudara mau tunduk, atau bahkan menjadi marah? Kalau
saudara mendengar / membaca suatu ajaran yang mempunyai dasar Kitab Suci yang
benar, tetapi bertentangan dengan kepercayaan saudara selama ini, apakah
saudara tunduk dan mau mengubah pandangan saudara?
Ay 16: “Dan di tangan kananNya Ia memegang tujuh bintang dan dari
mulutNya keluar sebilah pedang tajam bermata dua, dan wajahNya bersinar-sinar
bagaikan matahari yang terik”.
1) ‘di
tangan kananNya Ia memegang tujuh bintang’.
William R. Newell: “‘In his right hand’ - the place of power and authority, as well
as possession” (= ‘di tangan kananNya’ - tempat kekuatan dan otoritas, juga
kepemilikan)
- hal 28.
2) ‘dari
mulutNya keluar sebilah pedang tajam bermata dua’.
a) Dalam Kitab Suci, pedang adalah
simbol dari otoritas dan kuasa untuk menghukum orang jahat (bdk. Ro 13:4).
Tetapi pedang juga bisa menunjuk pada Firman Tuhan (bdk. Yes 49:2 Ef 6:17 Ibr 4:12), sehingga
bagian ini menunjukkan Yesus sebagai nabi.
b) Hendriksen berkata bahwa bagian ini
tidak boleh diartikan sebagai pengaruh yang manis dan lembut dari Injil dalam
misinya untuk mempertobatkan orang, karena dalam Wah 2:16 dikatakan ‘Aku
akan memerangi mereka dengan pedang yang di mulutKu ini’. Jadi ini ditujukan
kepada mereka yang menolak untuk bertobat.
3) ‘wajahNya bersinar-sinar bagaikan
matahari yang terik’ (Bdk. Mat 17:2
Kis 9:3-5).
Ini menunjukkan kemuliaan
yang luar biasa. Tadinya Kristus rela merendahkan diriNya dengan berinkarnasi /
menjadi manusia, sehingga tidak terlihat kemuliaanNya. Tetapi setelah Ia
bangkit dari antara orang mati, dan lebih-lebih setelah Ia naik ke surga, maka
Ia dimuliakan sehingga bersinar seperti matahari.
-AMIN-
email
us at : gkri_exodus@lycos.com