Eksposisi Wahyu kepada Yohanes
oleh : Pdt. Budi Asali M.Div.
Ay 7: “Dan
tuliskanlah kepada malaikat jemaat di Filadelfia: Inilah firman dari Yang Kudus,
Yang Benar, yang memegang kunci Daud; apabila Ia membuka, tidak ada yang dapat
menutup; apabila Ia menutup, tidak ada yang dapat membuka”.
1) ‘Filadelfia’.
Steve Gregg mengatakan
bahwa pada jaman rasul Yohanes penduduk kota Filadelfia relatif sedikit, karena
kota itu sering terkena gempa bumi, dan pernah dihancurkan oleh gempa bumi pada
tahun 17 M., sehingga banyak orang takut tinggal di sana. Ini sebabnya gereja
di sana kecil, tetapi gereja itu merupakan gereja yang penting / berarti,
setidaknya sampai abad yang ke 12, dan dikatakan bahwa suatu jemaat yang kecil
tetap ada di lokasi itu sampai jaman ini.
William Hendriksen (hal
74) mengatakan bahwa kota ini terletak di suatu lembah, di suatu jalan yang
penting. Kota ini didirikan dengan tujuan untuk menjadi pusat penyebaran bahasa
dan tradisi Yunani di Lydia dan Phrygia, dan karena itu dari semula kota ini
merupakan kota misionaris yang penting. Stott (hal 105) mengatakan hal yang
sama, dan ia menghubungkan hal ini dengan ‘pintu terbuka’ dalam ay 8, yang
menunjukkan bahwa gereja di kota ini mempunyai kesempatan untuk menyebarkan
Injil.
William Barclay: “Three centuries before, Philadelphia had been given an open
door to spread Greek ideas in the lands beyond; and now there has come to it
another great missionary opportunity, to carry to men who never knew it the
message of the love of Jesus Christ” (= Tiga abad sebelumnya,
Filadelfia telah diberi suatu pintu yang terbuka untuk menyebarkan
gagasan-gagasan Yunani ke negara-negara lain; dan sekarang di sana telah datang
suatu kesempatan misionaris yang besar, untuk membawa kepada orang-orang yang
tidak pernah mengenal berita tentang kasih Yesus Kristus) - hal 125.
Herman Hoeksema
(hal 124-125) mengatakan bahwa dari 7 gereja dalam Wah 2-3, hanya ada
2 yang tidak mendapat celaan / teguran dari Tuhan Yesus, yaitu Gereja Smirna
dan Gereja Filadelfia, yang sekarang sedang kita bahas ini. Dan Hoeksema
mengatakan bahwa ada kemiripan yang menyolok antara 2 gereja ini, yaitu bahwa
kedua gereja itu adalah gereja kecil dan mempunyai kekuatan yang kecil
(Wah 2:9a Wah 3:8b).
Persamaan yang lain adalah bahwa kedua gereja ini sama-sama mendapatkan problem
dari jemaah Iblis atau sinagog setan (Wah 2:9 Wah 3:9).
Herman Hoeksema: “Only there seems to be this difference, that the church of
Smyrna evidently must spend all its spiritual strength in the bearing of the
cross for Christ’s sake, while the church in Philadelphia still has the
opportunity to spread the gospel of Jesus Christ, to gain converts especially
from among the Jews in the city, and thus to increase and extend the church and
the kingdom of God” (= Hanya di sana kelihatannya ada perbedaan ini, bahwa gereja
Smirna secara jelas harus menghabiskan / menggunakan seluruh kekuatan rohaninya
dalam pemikulan salib demi kepentingan Kristus, sementara gereja Filadelfia
tetap mempunyai kesempatan untuk menyebarkan Injil Yesus Kristus, untuk
mendapatkan petobat-petobat khususnya dari antara orang-orang Yahudi di kota
itu, dan dengan demikian menambah dan meluaskan gereja dan Kerajaan Allah) - hal 125.
2) ‘Yang
Kudus, Yang Benar’.
John Stott: “He is not only holy; He is true. He hates all evil and error” (= Ia
bukan hanya kudus; Ia juga benar. Ia membenci semua kejahatan dan kesalahan) - hal 107.
Homer Hailey menganggap
bahwa ‘Yang Benar’ ini dinyatakan untuk menunjukkan suatu kontras dengan ay 9 (beberapa
orang dari jemaah Iblis, yaitu mereka yang menyebut dirinya orang Yahudi,
tetapi yang sebenarnya tidak demikian, melainkan berdusta).
Pulpit Commentary:
“In the Old
Testament ‘the Holy One’ is a frequent name of God, especially in Isa. 1:4;
5:19,24; 10:7,20; 12:6, etc.; Job 6:10; Jer. 1:29; 51:5; Ezek. 39:7; Hos. 11:9;
Hab. 3:3, etc.” (= Dalam Perjanjian Lama ‘Yang Kudus’ merupakan nama yang
sering dipakai untuk Allah, khususnya dalam Yes 1:4; 5:19,24; 10:7,20;
12:6, dst.; Ayub 6:10; Yer 1:29; 51:5; Yeh 39:7; Hos 11:9; Hab 3:3, dsb.) - hal 110.
Jadi, pada waktu sekarang
kata ini digunakan untuk menunjuk kepada Yesus, terlihat bahwa Yesus adalah
Allah.
Tentang kata ‘Yang benar’, Pulpit Commentary berkata:
“The two epithets ‘holy’
and ‘true’ must not be merged in one as ‘the truly holy.’ The ‘True One’ has a
very distinct meaning of its own. Note that the adjective used is ALETHINOS,
not ALETHES. ALETHES, verax, is ‘true’ as opposed to ‘lying;’ ALETHINOS, verus,
is ‘true’ as opposed to ‘spurious,’ ‘unreal,’ ‘imperfect.’ Christ is ‘the true
One’ as opposed to the false gods of the heathen; they are spurious gods” (= Kedua julukan ‘kudus’
dan ‘benar’ tidak boleh digabungkan menjadi satu sebagai ‘yang benar-benar
kudus’. Kata ‘Yang Benar’ mempunyai artinya sendiri yang sangat berbeda / khas.
Perhatikan bahwa kata sifat yang digunakan adalah ALETHINOS, bukan ALETHES.
ALETHES, verax, berarti ‘benar’ sebagai lawan dari ‘dusta’; ALETHINOS, verus,
berarti ‘benar’ sebagai lawan dari ‘palsu’, ‘tidak nyata’, ‘tidak sempurna’.
Kristus adalah ‘Yang benar’ sebagai lawan dari allah-allah yang tidak benar
dari orang kafir; mereka adalah allah-allah palsu) - hal 111.
Pulpit Commentary juga
mengatakan (hal 111) bahwa kata ‘true’
/ ‘benar’ (Yunani: ALETHINOS) ini merupakan kata favorit rasul Yohanes, yang
menyebut Yesus sebagai:
·
the true light / terang yang benar
/ sesungguhnya (Yoh 1:9).
·
the true bread / roti yang benar
(Yoh 6:32).
·
the true vine / pokok anggur yang benar
(Yoh 15:1).
·
the true God / Allah yang benar
(1Yoh 5:20).
·
the faithful and true winess / saksi yang setia dan benar
(Wah 3:14).
3) ‘yang
memegang kunci Daud; apabila Ia membuka, tidak ada yang dapat menutup; apabila
Ia menutup, tidak ada yang dapat membuka’.
a) Hubungan kalimat ini dengan Yes 22:22.
Yes 22:20-22
berbunyi sebagai berikut: “Maka pada waktu itu Aku akan memanggil
hambaKu, Elyakim bin Hilkia: Aku akan mengenakan jubahmu kepadanya dan ikat pinggangmu
akan Kuikatkan kepadanya, dan kekuasaanmu akan Kuberikan ke tangannya; maka ia
akan menjadi bapa bagi penduduk Yerusalem dan bagi kaum Yehuda. Aku akan
menaruh kunci rumah Daud ke atas bahunya: apabila ia membuka, tidak ada yang
dapat menutup; apabila ia menutup, tidak ada yang dapat membuka”.
Jadi, kalimat dalam
Wah 3:7b ini diambil dari Yes 22:22 yang ditujukan oleh Tuhan kepada
Elyakim. Ia adalah salah satu dari 3 orang yang menjadi delegasi dari raja Hizkia
pada waktu berbicara dengan utusan raja Asyur (2Raja 18:17-18), dan
menurut Stott ia adalah “steward
over King Hezekiah’s household” (= pengurus atas rumah tangga
raja Hizkia)
- hal 107.
Stott juga mengatakan:
“It is not difficult to see that Eliakim prefigured or
foreshadowed Jesus Christ; for Christ is the head of God’s household, the
Church” (= Tidak sukar untuk melihat bahwa Elyakim merupakan bayangan /
TYPE dari Yesus Kristus; karena Kristus adalah kepala dari rumah tangga Allah,
yaitu Gereja)
- hal 107.
Tetapi Barnes tidak
setuju dengan Stott dalam persoalan ini.
Barnes’ Notes: “As used by Isaiah, the
phrase is applied to Eliakim; and it is not to be inferred because the language
here is applied to the Lord Jesus that originally it had any such reference.
‘The application of the same terms,’ says Prof. Alexander on Isa. 22:22, ‘to
Peter, (Matt. 16:19,) and to Christ himself, (Rev. 3:7,) does not prove that
they here refer to either, or that Eliakim was a type of Christ, but merely
that the same words admit of different applications.’” [= Pada waktu digunakan
oleh Yesaya, ungkapan ini diterapkan kepada Elyakim; dan sekalipun di sini kata
ini diterapkan kepada Tuhan Yesus, tetapi kita tidak boleh menarik kesimpulan
bahwa secara orisinil kata itu mempunyai hubungan seperti itu. ‘Penerapan
istilah yang sama’, kata Prof. Alexander tentang Yes 22:22, ‘kepada Petrus
(Mat 16:19) dan kepada Kristus sendiri (Wah 3:7), tidak membuktikan
bahwa di sini istilah itu menunjuk kepada yang manapun dari mereka, atau bahwa
Elyakim merupakan TYPE dari Kristus, tetapi semata-mata bahwa kata yang sama
memungkinkan penerapan yang berbeda’] -
hal 1567.
Saya setuju dengan kata-kata dari Barnes ini. Kata
‘singa’ digunakan untuk Iblis dalam 1Pet 5:8, tetapi juga digunakan untuk
Kristus dalam Wah 5:5. Demikian juga kata ‘ular’ yang begitu sering
digunakan untuk setan (Wah 12:9
20:2), ternyata juga pernah digunakan untuk Yesus (Bil 21:4-9 Yoh 3:14-15). Ini tentu tidak
berarti bahwa setan merupakan TYPE dari Kristus.
b) Ini menunjukkan Yesus sebagai
pemegang otoritas tertinggi dalam memasukkan orang ke surga atau menolak orang
untuk masuk surga.
‘Pintu’ di sini merupakan pintu masuk ke kota Daud,
Yerusalem surgawi, dan Homer Hailey mengatakan bahwa kunci merupakan simbol otoritas
dan kuasa. Jadi ini menunjukkan bahwa Yesus mempunyai otoritas terakhir /
tertinggi yang tidak bisa diganggu gugat oleh siapapun dalam memasukkan
seseorang ke surga. Ini tidak berarti bahwa persyaratan untuk masuk surga yang
diberikan oleh Firman Tuhan, yaitu iman kepada Kristus sebagai Tuhan dan
Juruselamat, bisa ditabrak seenaknya oleh Yesus. Yesus tidak akan melakukan
sesuatu yang bertentangan Firman Tuhan. Jadi, Ia tidak mungkin memasukkan orang
yang tidak percaya kepadaNya ke surga atau menghalangi orang yang percaya
kepadaNya untuk masuk surga. Tetapi pada saat manusia yang diserahi kunci itu
melakukan keputusan yang salah, maka Kristus mempunyai ‘hak veto’ dan Ia akan
‘melindas’ keputusan tersebut.
Geoffrey B. Wilson: “as the possessor of the key of David (Isa. 22:22) he exercises
supreme authority in giving or withholding admission to the New Jerusalem. Thus
the Jews who claimed the power to exclude from the synagogue would find
themselves shut out of the heavenly kingdom. While Christ has committed the
keys of the kingdom to his church (Matt. 16:19), ‘He still retains the
highest administration of them in his own hands. If at any time there is error
in their binding and loosing, if they make sad the heart which He has not made
sad, if they speak peace to the heart to which He has not spoken peace (Ezek.
13:19), then his sentence shall stand, and not theirs’ (Trench)” [=
sebagai pemilik kunci Daud (Yes 22:22) Ia mempunyai otoritas tertinggi dalam
memberikan atau menahan ijin masuk ke Yerusalem yang baru. Demikianlah orang
Yahudi yang mengclaim kuasa untuk
mengeluarkan dari sinagog akan mendapati diri mereka sendiri dicegah untuk
masuk ke dalam kerajaan surga. Sementara Kristus telah mempercayakan kunci
kerajaan kepada gerejaNya (Mat 16:19), ‘Ia tetap mempertahankan
pemerintahan tertinggi terhadap mereka dalam tanganNya sendiri. Jika pada
setiap saat ada kesalahan dalam pengikatan dan pelepasan yang mereka lakukan,
jika mereka menyedihkan hati yang tidak Ia buat menjadi sedih, jika mereka
mengucapkan damai kepada hati kepada siapa Ia tidak mengucapkan damai
(Yeh 13:19), maka keputusanNyalah yang berlaku, bukan keputusan mereka’
(Trench)]
- hal 44-45.
Penerapan:
Asal saudara betul-betul
percaya kepada Kristus sebagai Tuhan dan Juruselamat, jangan takut kalau ada
gereja yang menolak saudara atau mengucilkan saudara. Yang penting Kristus
pasti akan memasukkan saudara ke surga. Sebaliknya, kalau saudara tidak
sungguh-sungguh percaya kepada Kristus, janganlah senang kalau ada gereja yang
menerima saudara dan menyatakan bahwa saudara pasti akan selamat. Kristus pasti
akan menolak untuk memasukkan saudara ke surga.
Ay 8: “Aku
tahu segala pekerjaanmu: lihatlah, Aku telah membuka pintu bagimu, yang tidak
dapat ditutup oleh seorangpun. Aku tahu bahwa kekuatanmu tidak seberapa, namun
engkau menuruti firmanKu dan engkau tidak menyangkal namaKu”.
1) ‘Aku
telah membuka pintu bagimu, yang tidak dapat ditutup oleh seorangpun’.
Ada bermacam-macam
penafsiran tentang apa yang dimaksud dengan kata-kata ‘Aku telah membuka pintu
bagimu’ ini:
a) Ada yang menyamakan ‘pintu’ dalam
ay 8 dengan ‘pintu’ dalam ay 7.
Jadi ‘pintu’ dalam
ay 8 ini juga merupakan ‘pintu masuk ke surga’ (Barnes hal 1567, point no
2).
Geoffrey B. Wilson tidak
setuju kalau ‘pintu yang terbuka’ itu diartikan sebagai ‘kesempatan pelayanan /
Pemberitaan Injil’ [lihat pandangan b) di bawah, point ke 2]. Dalam terang dari
ay 7, ia berpendapat bahwa ‘pintu terbuka’ ini harus diartikan sebagai
‘pintu dari kerajaan Mesias’. Leon Morris dan Beasley-Murray juga berpendapat
demikian.
b) Ada yang membedakan ‘pintu’ dalam
ay 8 dengan ‘pintu’ dalam ay 7.
Golongan yang ini
menafsirkan ‘pintu’ ini secara berbeda-beda:
·
Ada
yang mengatakan bahwa ‘pintu’ ini merupakan jalan keluar dari bahaya dan penganiayaan
(Barnes hal 1567, point no 3).
Barnes sendiri menentang pandangan ini dengan berkata:
“But the more natural
interpretation of the phrase ‘an open door,’ is that it refers to access to
a thing rather than egress from a thing; that we may come to that which
we desire to approach, rather than escape from that which we dread” (= Tetapi penafsiran yang
lebih wajar tentang ungkapan ‘pintu yang terbuka’, adalah bahwa itu menunjuk
pada suatu ‘jalan masuk kepada sesuatu’ dari pada ‘jalan keluar dari sesuatu’;
bahwa kita bisa datang kepada sesuatu yang ingin kita dekati, dari pada lolos
dari sesuatu yang kita takuti) - hal
1567.
·
Ada
juga yang mengatakan bahwa ‘pintu yang terbuka’ ini menunjuk pada ‘kesempatan’.
Tetapi kesempatan untuk apa?
*
Ada
yang menganggap ‘pintu’ ini sebagai ‘kesempatan keselamatan’ [Catatan:
sebetulnya ini mirip dengan pandangan a) di atas].
Bandingkan dengan
ayat-ayat di bawah ini:
Mat 7:13-14 - “Masuklah melalui
pintu yang sesak itu, karena lebarlah pintu dan luaslah jalan yang menuju
kepada kebinasaan, dan banyak orang yang masuk melaluinya; karena sesaklah
pintu dan sempitlah jalan yang menuju kepada kehidupan, dan sedikit orang yang
mendapatinya”.
Kis 14:27 - “Setibanya
di situ mereka memanggil jemaat berkumpul, lalu mereka menceriterakan segala
sesuatu yang Allah lakukan dengan perantaraan mereka, dan bahwa Ia telah
membuka pintu bagi bangsa-bangsa lain kepada iman”.
*
Ada
yang menganggap ‘pintu’ ini sebagai ‘kesempatan untuk pelayanan / memberitakan
Injil’.
Yang memilih pandangan ini mungkin
lebih menghubungkan ay 8a ini dengan ayat-ayat selanjutnya (ay 8b-9) dari pada
dengan ay 7.
Bandingkan juga dengan ayat-ayat di
bawah ini:
1Kor 16:9 - “sebab
di sini banyak kesempatan bagiku untuk mengerjakan pekerjaan yang besar dan
penting, sekalipun ada banyak penentang”.
NIV: ‘because a great door for effective work has opened to me, and
there are many who oppose me’ (= karena suatu pintu yang besar untuk
pekerjaan yang efektif telah terbuka bagiku, dan di sana ada banyak yang
menentang aku).
Kol 4:3-4 - “Berdoa
jugalah untuk kami, supaya Allah membuka pintu untuk pemberitaan kami,
sehingga kami dapat berbicara tentang rahasia Kristus, yang karenanya aku dipenjarakan.
Dengan demikian aku dapat menyatakannya, sebagaimana seharusnya”.
2Kor 2:12 - “Ketika
aku tiba di Troas untuk memberitakan Injil Kristus, aku dapati, bahwa Tuhan
telah membuka jalan untuk pekerjaan di sana”.
NIV: ‘Now when I went to Troas to preach the gospel of
Christ and found that the Lord had opened a door for me,’ (= Pada
waktu aku pergi ke Troas untuk memberitakan injil Kristus dan mendapati bahwa
Tuhan telah membukakan sebuah pintu untukku,).
James B. Ramsey: “This is an open door of usefulness” (= Ini
merupakan pintu terbuka dari kebergunaan) - hal 174.
Herman Hoeksema: “The meaning of the open door, therefore, is evidently that the
Lord would create an opportunity and a receptive for the preaching and the hearing
of the gospel of Christ” (= Karena itu, arti dari pintu yang terbuka adalah jelas bahwa
Tuhan akan menciptakan suatu kesempatan dan suatu kemauan menerima untuk
pemberitaan dan pendengaran Injil Kristus) - hal 129.
John Stott menganggap
bahwa ‘pintu’ di sini menunjuk pada kesempatan pelayanan, khususnya
penginjilan.
John Stott: “This was Christ’s message to Philadephia. His words were not
addressed to an individual, nor to the ministers, nor to a select circle within
the fellowship. He was writing to the whole church. It was before the whole
church of Philadephia that he opened a door. This is the New Testament ideal.
Evangelism is not the prerogative of parsons. It is not the hobby of a few
fanatics. It is a duty resting upon the whole congregation and upon every
member of it. Every Christian is called to be a witness. ... Are our church
members being trained for active evangelistic enterprise?” (=
Inilah pesan Kristus untuk Filadelfia. Kata-kataNya / FirmanNya tidak ditujukan
kepada seorang individu, atau kepada pendeta-pendetanya, atau kepada kelompok
pilihan tertentu dalam gereja. Ia menulis kepada seluruh gereja. Adalah di
hadapan seluruh gereja Filadelfia Ia membukakan sebuah pintu. Ini merupakan
teladan Perjanjian Baru. Penginjilan bukanlah hak istimewa dari
pendeta-pendeta. Itu bukan merupakan hobby / kesenangan dari beberapa orang
fanatik. Itu merupakan suatu kewajiban bagi seluruh jemaat dan setiap anggota
dari jemaat. Setiap orang Kristen dipanggil untuk bersaksi. ... Apakah
anggota-anggota gereja kita dilatih untuk usaha / kegiatan penginjilan yang
aktif?)
- hal 112.
Terhadap orang Kristen
yang hanya mempersoalkan keselamatannya sendiri dan tidak pernah mau melayani /
memberitakan Injil, John Stott mengutip kata-kata Mark Guy Pearce yang berkata:
“Unless a man’s faith saves him out of selfishness into service,
it will certainly never save him out of hell into heaven” (=
Kecuali iman seseorang menyelamatkannya dari keegoisan kepada pelayanan, itu
pasti tidak pernah menyelamatkannya dari neraka ke surga) - hal 102.
2) ‘Aku
tahu bahwa kekuatanmu tidak seberapa’.
Ini menunjukkan bahwa
gereja ini adalah gereja yang lemah, dalam arti bahwa mereka adalah gereja yang
kecil, atau kebanyakan terdiri dari orang-orang kelas bawah / miskin.
Leon Morris (Tyndale): “The church was evidently small (verse 8), but of good quality.
Its enemies came from outside, not inside, for there is no mention of heresy or
factiousness” [= Gereja ini jelas kecil (ay 8), tetapi mempunyai kwalitet
yang baik. Musuh-musuhnya datang dari luar, bukan dari dalam, karena di sana
tidak disebutkan tentang kesesatan / bidat atau perpecahan] - hal 78.
Herman Hoeksema: “This describes her outward condition in the world. The meaning
is that the church was small. This was one of her most emphatic traits. We
understand, of course, that this does not imply that the other churches were
outwardly great and strong: for this is not the case. In fact, we may
undoubtedly say that the church in general, the true church of Jesus Christ, is
always of little power if compared with the strength of the world. It is always
comparatively small in number. It usually is financially poor” (= Ini
menggambarkan kondisi lahiriahnya dalam dunia. Artinya adalah bahwa gereja ini
kecil. Ini merupakan salah satu ciri yang paling ditekankan dari gereja ini.
Tentu saja kita tahu bahwa ini tidak menunjukkan bahwa gereja-gereja yang lain
adalah besar dan kuat secara lahiriah: karena bukan demikian halnya. Dalam
faktanya, kita bisa mengatakan tanpa keraguan bahwa gereja secara umum, gereja
yang benar dari Yesus Kristus, selalu mempunyai kekuatan yang kecil
dibandingkan dengan kekuatan dunia. Dalam perbandingan, gereja selalu kecil
dalam jumlah. Gereja biasanya miskin dalam keuangan) - hal 125.
Catatan: memang Gereja Laodikia
(Wah 3:14-22) adalah gereja yang kaya, tetapi ini merupakan gereja yang
brengsek!
Herman Hoeksema
menambahkan:
“this refers only to her outward position in the world. It does
not describe her spiritual condition. Spiritually the little church in Philadelphia
was not weak, but strong indeed” (= ini menunjuk hanya pada
kondisi lahiriah / luar dalam dunia. Itu tidak menggambarkan kondisi rohaninya.
Secara rohani gereja kecil di Filadelfia ini tidak lemah, tetapi kuat) - hal 126.
Herman Hoeksema: “outwardly, according to the measure of the world, the little
church was weak in every respect of the word. She was small in numbers, no
doubt. Perhaps the church was hardly known in the city; she counted but few
members. ... The financial resources of the congregation were practically none.
She had no wealth. She possessed little property. The little band did not
belong to the wealthy and influential in the city. According to the standard of
the world, the church in Philadelphia had indeed but little strength. From an
outward aspect one would judge that the church could exert no influence at all.
If Philadelphia existed in our day, she would no doubt receive the advice to
unite with some other church as soon as possible. In her small and isolated
condition, so we would judge, she can be of no influence and power in the
world” (= Secara lahiriah, menurut ukuran dunia, gereja kecil ini
lemah. Tidak diragukan bahwa ia kecil / sedikit dalam jumlah. Mungkin gereja
ini hampir tidak dikenal di kota itu; ia hanya mempunyai sedikit anggota. ...
Sumber-sumber keuangan dari jemaat ini secara praktis tidak ada. Ia tidak
mempunyai kekayaan dan pengaruh dalam kota itu. Menurut standard dunia, gereja
Filadelfia hanya mempunyai sedikit kekuatan. Dari aspek lahiriah, orang akan menilai
bahwa gereja ini tidak mempunyai pengaruh sama sekali. Seandainya Filadelfia
ada pada jaman kita, tidak diragukan bahwa ia akan dinasehati untuk secepat
mungkin bergabung dengan gereja lain. Dalam kondisinya yang kecil dan
terisolasi, demikianlah kita menilai, ia tidak bisa mempunyai pengaruh dan
kuasa dalam dunia) - hal 127.
Herman Hoeksema: “The church of today seems to be quite forgetful of the fact
that she is in herself of little strength. The talk of the day is of money and funds
and men and organizations. The church is united into a powerful army. Long, so
it is said, the church has been forgetful of her task to bring the world to
Christ. But now she will accomplish that tremendous task. But what we need is
organization. What we need is men and means. What we need is sound business
methods. And surely, we do not
oppose all these. We surely may employ the very best methods, even in the
extension of the kingdom of God. We surely need men who will preach the gospel.
We surely need funds, even for the extension of the kingdom. But we fear that
the expectation is more and more from these than from Him Who holds the key of
David. After all, let us never forget that we do not open and shut, but the
Lord only. He will use His church as an instrument; but that church must always
be mindful of the saying of Jesus, ‘Thou art of little strength.’” (=
Gereja jaman sekarang kelihatannya melupakan fakta bahwa dalam dirinya sendiri
mereka lemah. Pembicaraan pada jaman ini adalah tentang uang dan dana /
simpanan dan orang dan organisasi. Gereja disatukan menjadi suatu pasukan
tentara yang kuat. Dikatakan bahwa sudah lama gereja melupakan tugasnya untuk
membawa dunia kepada Kristus. Tetapi sekarang gereja akan mengerjakan tugas
yang besar itu. Tetapi apa yang kita butuhkan adalah organisasi. Apa yang kita
butuhkan adalah orang-orang dan cara / alat-alat / kekayaan. Apa yang kita
butuhkan adalah metode bisnis yang sehat. Dan jelas bahwa kami tidak menentang
semua hal ini. Jelas bahwa kita boleh menggunakan metode yang terbaik, bahkan
dalam perluasan kerajaan Allah. Jelas bahwa kita membutuhkan orang-orang yang
mau memberitakan Injil. Jelas bahwa kita membutuhkan dana, bahkan untuk
perluasan kerajaan. Tetapi kami takut bahwa kita makin lama makin berharap dari
hal-hal ini dari pada dari Dia yang memegang kunci Daud. Bagaimanapun juga,
hendaklah kita tidak melupakan bahwa yang membuka dan menutup bukanlah kita
tetapi Tuhan. Ia akan menggunakan gerejaNya sebagai alat; tetapi gereja itu
harus selalu ingat akan kata-kata Yesus: ‘kekuatanmu tidak seberapa’) - hal 129.
3) ‘namun
engkau menuruti firmanKu dan engkau tidak menyangkal namaKu’.
a) Kedua kata kerja di sini
(‘menuruti’ dan ‘menyangkal’) ada dalam aorist
tense (= bentuk lampau), dan karena itu ini menunjuk pada suatu tindakan pada
saat tertentu di masa lampau. Jadi mungkin mereka pernah mengalami suatu
ujian, dan mereka menang. Mereka memang memiliki kekuatan yang tidak seberapa,
tetapi mereka setia kepada Tuhan.
Leon Morris (Tyndale): “This church had not embraced heretical teaching. Nor did it
deny Christ’s name. Evidently there had been persecution of some sort but the
men of Philadelphia had stood firm. For those with little strength they had a
noteworthy achievement” (= Gereja ini tidak memeluk ajaran sesat. Ia juga tidak
menyangkal nama Kristus. Jelas bahwa di sana ada semacam penganiayaan, tetapi
jemaat Filadelfia berdiri teguh. Untuk orang-orang dengan kekuatan yang tidak
seberapa, mereka mempunyai suatu pencapaian yang patut diperhatikan) - hal 79.
b) ‘Ketaatan pada Firman Tuhan’
berhubungan dengan ‘tidak menyangkal nama Kristus’, dan sebaliknya, ‘pengabaian
/ ketidaktaatan pada Firman Tuhan’ berhubungan dengan ‘penyangkalan terhadap
nama Kristus’.
James B. Ramsey: “It is such a keeping of the word of Jesus, and nothing else,
that will keep a church, or a believer, from denying His name like Peter. ...
No soul ever yet denied Christ in any degree, who did not first neglect His
word” (= Sikap memegangi firman Yesus seperti itu, dan bukan sesuatu
yang lain, yang akan menjaga suatu gereja, atau seorang yang percaya, dari
penyangkalan namaNya seperti yang dilakukan oleh Petrus. ... Tidak ada jiwa
yang pernah menyangkal Kristus, dalam tingkat penyangkalan yang manapun, yang
tidak lebih dahulu mengabaikan firmanNya) - hal 173.
Ay 9: “Lihatlah,
beberapa orang dari jemaah Iblis, yaitu mereka yang menyebut dirinya orang
Yahudi, tetapi yang sebenarnya tidak demikian, melainkan berdusta, akan
Kuserahkan kepadamu. Sesungguhnya Aku akan menyuruh mereka datang dan
tersungkur di depan kakimu dan mengaku, bahwa Aku mengasihi engkau”.
1) ‘Lihatlah, beberapa orang dari
jemaah Iblis, yaitu mereka yang menyebut dirinya orang Yahudi, tetapi yang
sebenarnya tidak demikian, melainkan berdusta’.
a) ‘mereka
yang menyebut dirinya orang Yahudi, tetapi yang sebenarnya tidak demikian,
melainkan berdusta’.
Ada beberapa ayat yang menekankan bahwa tidak semua orang
Israel betul-betul adalah orang Israel.
·
Ro 2:28-29
- “Sebab yang disebut Yahudi bukanlah orang yang lahiriah
Yahudi, dan yang disebut sunat, bukanlah sunat yang dilangsungkan secara
lahiriah. Tetapi orang Yahudi sejati ialah dia yang tidak nampak keyahudiannya
dan sunat ialah sunat di dalam hati, secara rohani, bukan secara hurufiah. Maka
pujian baginya datang bukan dari manusia, melainkan dari Allah”.
·
Ro 9:6b
- “Sebab tidak semua orang yang berasal dari Israel adalah
orang Israel”.
·
Yoh 8:39-44 - “Jawab mereka kepadaNya: ‘Bapa kami ialah Abraham.’ Kata Yesus kepada
mereka: ‘Jikalau sekiranya kamu anak-anak Abraham, tentulah kamu mengerjakan
pekerjaan yang dikerjakan oleh Abraham. Tetapi yang kamu kerjakan ialah
berusaha membunuh Aku; Aku, seorang yang mengatakan kebenaran kepadamu, yaitu
kebenaran yang Kudengar dari Allah; pekerjaan yang demikian tidak dikerjakan
oleh Abraham. Kamu mengerjakan pekerjaan bapamu sendiri.’ Jawab mereka: ‘Kami
tidak dilahirkan dari zinah. Bapa kami satu, yaitu Allah.’ Kata Yesus kepada
mereka: ‘Jikalau Allah adalah Bapamu, kamu akan mengasihi Aku, sebab Aku keluar
dan datang dari Allah. Dan Aku datang bukan atas kehendakKu sendiri, melainkan
Dialah yang mengutus Aku. Apakah sebabnya kamu tidak mengerti bahasaKu? Sebab
kamu tidak dapat menangkap firmanKu. Iblislah yang menjadi bapamu dan kamu
ingin melakukan keinginan-keinginan bapamu. Ia adalah pembunuh manusia sejak
semula dan tidak hidup dalam kebenaran, sebab di dalam dia tidak ada kebenaran.
Apabila ia berkata dusta, ia berkata atas kehendaknya sendiri, sebab ia adalah
pendusta dan bapa segala dusta”.
Dalam jaman sekarangpun tidak semua orang kristen
betul-betul adalah orang kristen! Bagaimana dengan diri saudara?
b) ‘Jemaah
Iblis’.
KJV/RSV/NIV/NASB: ‘the synagogue of Satan’ (=
sinagog setan).
Sebutan ‘jemaah Iblis’ / ‘synagogue of Satan’ ini menunjukkan
bahwa para musuh ini adalah orang Yahudi, yang begitu menentang Injil Kristus
sehingga disebut sebagai jemaah Iblis [Lit: ‘synagogue
of Satan’ (= sinagog dari Setan)].
Geoffrey B. Wilson: “Those who call themselves ‘the chosen of God’ Christ brands
‘the synagogue of Satan’, for in rejecting the Messiah and persecuting his
people they have shown that they are not true Jews (cf. Rom. 2:28,29)” [=
Mereka yang menyebut diri mereka sendiri ‘orang pilihan Allah’ dicap oleh
Kristus sebagai ‘sinagog setan’, karena dalam menolak Mesias dan menganiaya
umatNya mereka telah menunjukkan bahwa mereka bukanlah orang-orang Yahudi yang
sesungguhnya (bdk. Ro 2:28-29)] - hal 45-46.
Barnes’ Notes: “The meaning is, that,
though they were of Jewish extraction and boasted much of being Jews, yet they
were really under the influence of Satan, and their assemblages deserved to be
called his ‘synagogue.’” (= Artinya adalah, bahwa sekalipun mereka adalah dari keturunan
Yahudi dan sangat membanggakan keberadaan mereka sebagai orang Yahudi, tetapi
sebenarnya mereka ada di bawah pengaruh dari setan, dan perkumpulan mereka
layak untuk disebut ‘sinagog’nya) - hal
1567.
Catatan: saya yakin ini juga
bisa diberlakukan untuk banyak gereja sesat pada saat ini.
Geoffrey B. Wilson: “Although the city had its share of pagan cults, the letter
shows that the main opposition to the church came from the synagogue” (=
Sekalipun kota itu mempunyai bagian dalam pemujaan / sekte / agama kafir, surat
ini menunjukkan bahwa musuh utama bagi gereja datang dari sinagog) - hal 44.
Penerapan:
Mungkin ini juga sama
seperti sikon jaman ini dimana sekalipun gereja mempunyai musuh-musuh dari
kalangan di luar kristen, tetapi mungkin musuh-musuh terbesar adalah musuh-musuh
di dalam gereja / para nabi palsu di dalam gereja.
Homer Hailey: “The vicinity about the city was especially conducive to grape
growing, which made it famous for its fine wines. This gave prominence to
Dionysus, the Greek god of the vine and of wine, and made this the chief pagan
cult of the city. Philadelphia had so many temples and festivals to the pagan
deities that it was often called ‘Little Athens’ (Hastings). However,
opposition to the church and Christians stemmed from wealthy Jews who had a
beautiful synagogue in the city and who seemed to have flourished there. There
is no solid evidence that the saints were openly persecuted by the Jews, but
they were opposed by them in every possible way” [=
Daerah sekitar kota itu sangat membantu / cocok untuk pertumbuhan anggur, yang
membuatnya masyhur untuk minuman anggurnya yang baik. Ini menyebabkan Dionysus,
dewa Yunani untuk pohon anggur dan minuman anggur, menjadi menonjol, dan
menjadi penyembahan / agama kafir utama dari kota itu. Filadelfia mempunyai
begitu banyak kuil dan pesta / perayaan bagi dewa-dewa kafir sehingga sering
disebut ‘Athena kecil’ (Hastings). Tetapi, permusuhan terhadap gereja dan orang
Kristen berasal dari orang-orang Yahudi kaya yang mempunyai sinagog yang indah
di kota itu dan yang kelihatannya tumbuh dengan subur di sana. Tidak ada bukti
yang kuat bahwa orang-orang kudus mengalami penganiayaan terbuka dari
orang-orang Yahudi, tetapi mereka dimusuhi oleh orang-orang Yahudi itu dalam
setiap cara yang memungkinkan] - hal 149.
Memang penganiayaan tidak
harus bersifat fisik, tetapi bisa berupa pengucilan (baik dalam pergaulan
maupun pekerjaan), hinaan, ejekan, dan sebagainya.
Matthew Poole: “By this term also he may
mean all false and hypocritical professors, who would make themselves the
church, the only church of God, but are far enough from it, hating, maligning,
and opposing those who would keep stricter to the rule of the gospel” (= Dengan istilah ini juga
mungkin Ia memaksudkan semua pengaku yang palsu dan munafik, yang membuat diri
mereka sendiri gereja, satu-satunya gereja Allah, tetapi yang cukup jauh dari
itu, membenci, memfitnah, dan menentang / memusuhi mereka yang ingin menjaga
dirinya lebih ketat pada peraturan Injil)
- hal 958.
2) ‘akan Kuserahkan kepadamu. Sesungguhnya
Aku akan menyuruh mereka datang dan tersungkur di depan kakimu dan mengaku,
bahwa Aku mengasihi engkau’.
Ada bermacam-macam
penafsiran tentang bagian ini:
a) Steve Gregg mengatakan bahwa
ay 9 ini tak berarti bahwa orang-orang Yahudi itu akan menyembah jemaat
Filadelfia, tetapi bahwa orang-orang Filadelfia itu akan bertakhta bersama
Kristus, di depan siapa setiap lutut akan bertelut (Fil 2:10). Jadi
kelihatannya ia beranggapan bahwa ini merupakan suatu nubuat yang baru akan
digenapi pada akhir jaman.
Geoffrey B. Wilson
mempunyai pandangan yang sama:
“These bitter opponents of the gospel will find out their
mistakes when it is too late. In the Day of Judgement Christ will make them pay
homage to Gentile believers and they will know that he has loved those whom
they despised. This will be the final irony for Jews who expected the Gentiles
to acknowledge them (Isa. 60:14), but who will then play the role of the
heathen in confessing that Christians are the true Israel” [= Para
musuh yang pahit dari Injil akan menyadari kesalahan-kesalahan mereka pada saat
sudah terlambat. Pada hari penghakiman Kristus akan membuat mereka menghormati
orang-orang non Yahudi yang percaya dan mereka akan tahu bahwa Ia telah
mengasihi orang-orang yang mereka rendahkan / anggap hina. Ini akan merupakan
ironi terakhir bagi orang-orang Yahudi yang mengharapkan orang-orang non Yahudi
untuk mengakui mereka (Yes 60:14), tetapi yang pada waktu itu akan
memainkan peranan dari orang kafir dengan mengakui bahwa orang-orang Kristen
adalah Israel yang sesungguhnya] - hal 46.
Saya tidak setuju
penafsiran ini, karena ay 9 ini kelihatannya menunjuk pada hidup sekarang
ini, bukan pada akhir jaman / kedatangan Yesus yang ke 2 x nya.
b) Tuhan akan mempertobatkan orang-orang
Yahudi itu.
James B. Ramsey
menganggap bahwa ini menunjuk pada ‘the
conversion of her enemies’ (= pertobatan musuh-musuhnya) - hal 176.
John Stott: “I dare say there were not lacking in the Philadelphian church those
who counselled that discretion was the better part of valour and that
Christians should not stir up trouble. But Christ was of another mind. It was
in this very city where Jewish antagonism was so strong that He opened a door
for the gospel. Indeed, He makes it clear that if only the Christians would
boldly march through the door under His banner, some of those who would
capitulate would be Jews!” (= Saya berani mengatakan bahwa
dalam gereja Filadelfia tidak kekurangan orang yang menasehati bahwa kebijaksanaan
merupakan bagian yang lebih baik dari keberanian, dan bahwa orang-orang Kristen
tidak boleh menimbulkan problem / masalah. Tetapi Kristus mempunyai pikiran
yang berbeda. Justru di kota inilah, dimana permusuhan Yahudi begitu kuat, Ia
membuka pintu untuk injil. Bahkan, Ia menjelaskan bahwa jika orang-orang
Kristen mau maju dengan berani melalui pintu tersebut di bawah benderaNya, sebagian
dari mereka yang akan menyerah adalah orang-orang Yahudi!) - hal 103,104.
John Stott: “Jewish converts are here portrayed as captives on the
battlefield. They themselves would be familiar with this imagery. It had been
prophesied of them years before that ‘the sons of those who oppressed you shall
come bending low to you; and all who despised you shall bow down at your feet’
(Is. 60:14). But now the tables are turned. Instead of Gentiles kneeling at
Jewish feet, Jews will bow down before Christians - not of course to worship
them, but humbly to recognize the Christian Church as the new and the true
Israel on whom God has set His love” [= Di sini petobat-petobat
Yahudi digambarkan sebagai tawanan dalam medan pertempuran. Mereka sendiri
akrab dengan penggambaran ini. Telah dinubuatkan tentang mereka jauh sebelumnya
bahwa ‘anak-anak orang-orang yang menindas
engkau akan datang kepadamu dan tunduk, dan semua orang yang menista engkau
akan sujud menyembah telapak kakimu’ (Yes 60:14). Tetapi sekarang
keadaannya terbalik. Bukannya orang-orang non Yahudi akan berlutut di kaki
orang Yahudi, tetapi orang-orang Yahudi yang akan membungkuk di depan
orang-orang Kristen - tentu bukan untuk menyembah / beribadah kepada mereka,
tetapi dengan rendah hati mengakui gereja Kristen sebagai Israel yang baru
dan benar di atas siapa Allah telah meletakkan kasihNya] - hal 104.
Yes 60:14 - “Anak-anak orang-orang yang
menindas engkau akan datang kepadamu dan tunduk, dan semua orang yang menista
engkau akan sujud menyembah telapak kakimu; mereka akan menyebutkan engkau
‘kota TUHAN’, ‘Sion, milik Yang Mahakudus, Allah Israel.’”.
Catatan: dalam membaca
Yes 60:14, baca juga Yes 60:1-13, khususnya Yes 60:3,10,12, yang
jelas menunjukkan bahwa Yesaya berbicara tentang orang-orang / bangsa-bangsa
non Yahudi yang datang kepada bangsa Yahudi.
Barclay mengatakan bahwa
bangsa Yahudi sudah kehilangan tempatnya dalam rencana Allah, dan tempat itu
diberikan kepada gereja. Orang Yahudi dalam pengertian Allah, bukanlah bangsa
keturunan Abraham, tetapi orang yang mempunyai iman seperti Abraham. Gereja
adalah Israel dari Allah (Gal 6:16). Karena itu, janji yang diberikan
kepada Israel dalam Yes 60:14 itu, sekarang diwarisi oleh gereja.
c) Orang-orang Yahudi itu hanya akan
mengakui kebenaran kekristenan dan bahwa Tuhan mengasihi mereka, tetapi mereka
tetap tidak bertobat.
Homer Hailey: “The Lord’s promises to make the Jews come and worship before
them raises a question. Does this say that through the providence of God and
the faithful preaching of the gospel by the church the Jews would be converted
to Christ? Or will the promise be fulfilled by those of the synagogue of Satan
who come to recognize the true power of the church but do not obey the truth?
Scholars are divided over the answer; the construction of the statement makes
either possible. In view of the disposition and spirit of the Jews and the
continual hardening of their hearts as the church came to be comprised of
Gentiles, the latter seems the more probable” (=
Janji-janji Tuhan untuk membuat orang-orang Yahudi datang dan menyembah di
hadapan mereka menimbulkan suatu pertanyaan. Apakah ini dimaksudkan untuk
mengatakan bahwa melalui providensia Allah dan pemberitaan Injil secara setia
oleh gereja, orang-orang Yahudi akan ditobatkan kepada Kristus? Atau apakah
janji itu akan digenapi oleh orang-orang dari sinagog setan itu, yang mengakui
kuasa yang benar dari gereja, tetapi tidak mentaati kebenaran? Para penafsir
terbagi dalam jawabannya; konstruksi dari pernyataan ini membuat kedua
pandangan ini memungkinkan. Tetapi mengingat kecondongan dan semangat
orang-orang Yahudi dan pengerasan hati mereka yang terus-menerus pada waktu
gereja terdiri dari orang-orang non Yahudi, pandangan terakhir kelihatannya
lebih memungkinkan) - hal 152.
Barnes’ Notes: “they would be constrained
to acknowledge that they were the children of God, or that God regarded them
with his favour. It does not mean necessarily that they would themselves be
converted to Christ. ... The truth taught here is, that it is in the power
of the Lord Jesus so to turn the hearts of all the enemies of religion that
they shall be brought to show respect to it; so to incline the minds of all
people that they shall honour the church, or be at least outwardly its friends” (= mereka akan terpaksa
mengakui bahwa orang-orang Kristen itu adalah anak-anak Allah, atau bahwa Allah
memandang mereka dengan kebaikanNya. Ini tidak harus berarti bahwa mereka
sendiri akan dipertobatkan kepada Kristus. ... Kebenaran yang diajarkan di sini
adalah, bahwa Tuhan Yesus mempunyai kuasa untuk membalikkan hati dari
semua musuh-musuh agama sehingga mereka akan menunjukkan hormat kepadanya;
untuk mencondongkan pikiran-pikiran dari semua orang sehingga mereka akan
menghormati gereja, atau setidaknya menjadi sahabat gereja secara lahiriah) - hal 1567.
Catatan:
·
penafsiran
ini agak aneh, karena kalau mereka tahu orang kristen yang berkenan di hati
Tuhan, mengapa mereka tidak ikut menjadi kristen? Tetapi perlu diingat bahwa
keadaan seperti itu memang memungkinkan, karena adanya pengerasan hati / tidak
adanya pekerjaan Tuhan untuk mempertobatkan. Contoh: Kel 8:19 9:7 Yoh 17:21b Kis
2:47a (‘dan mereka disukai semua orang’).
·
Kata-kata ‘Tuhan Yesus
mempunyai kuasa’ dalam kutipan di atas tidak berarti bahwa Ia selalu
melakukan hal itu. Bandingkan dengan Amsal 16:7 yang berkata: ‘Jikalau TUHAN berkenan kepada jalan
seseorang, maka musuh orang itupun didamaikanNya dengan dia’. Ini juga tidak mungkin
dimutlakkan seakan-akan semua / mayoritas musuh akan didamaikan dengan orang
kristen itu, karena kalau demikian bagaimana kita menafsirkan ayat-ayat seperti
Yoh 15:18-21
Luk 6:22-23,26, yang jelas menunjukkan bahwa ada banyak musuh bagi
orang kristen?
Yang mana yang benar dari
penafsiran-penafsiran ini? Perhatikan kata-kata ‘Aku akan menyuruh mereka datang
dan tersungkur di depan kakimu dan mengaku, bahwa Aku mengasihi engkau”.
KJV: ‘I will make them to come and worship before thy feet, and to
know that I have loved thee’ (= Aku akan membuat / memaksa mereka
untuk datang dan menyembah di depan kakimu, dan mengetahui bahwa Aku telah
mengasihi kamu).
NASB: ‘I will make them to come and bow
down at your feet, and to know that I have loved you’ (= Aku akan
membuat / memaksa mereka untuk datang dan membungkuk / menyembah pada
kakimu, dan mengetahui bahwa Aku telah mengasihi kamu).
NIV: ‘I will make them come and fall down at your feet and
acknowledge that I have loved you’ (= Aku akan membuat / memaksa
mereka datang dan menjatuhkan diri di depan kakimu, dan mengakui bahwa Aku
telah mengasihi kamu).
RSV: ‘I will make them come and bow down before your feet, and learn
that I have loved you’ (= Aku akan membuat / memaksa mereka datang
dan membungkuk / menyembah di depan kakimu, dan mengetahui bahwa Aku telah
mengasihi kamu).
Semua bagian yang saya
garisbawahi di sini rasanya menunjukkan bahwa orang-orang Yahudi itu dipaksa
untuk melakukan hal itu. Jadi mungkin yang terjadi bukanlah pertobatan. Mungkin
Tuhan memberi mereka penderitaan yang membuat mereka terpaksa melakukan hal
itu. Jadi sekalipun saya berpendapat bahwa pandangan yang kedua merupakan
pandangan yang memungkinkan, tetapi saya lebih condong pada pandangan yang
ketiga.
Ay 10: “Karena
engkau menuruti firmanKu, untuk tekun menantikan Aku, maka Akupun akan
melindungi engkau dari hari pencobaan yang akan datang atas seluruh dunia untuk
mencobai mereka yang diam di bumi”.
1) ‘Karena engkau menuruti firmanKu,
untuk tekun menantikan Aku’. Ini salah terjemahan.
KJV: ‘Because thou hast kept the word of my patience’ (= Karena engkau
telah menuruti firman kesabaranKu).
RSV: ‘Because you have kept my word of patient endurance’ (= Karena
engkau telah menuruti firmanKu tentang ketahanan yang sabar).
NIV: ‘Since you have kept my command to endure patiently’ (= Karena
engkau telah menuruti perintahKu untuk bertahan dengan sabar).
NASB/Lit: ‘Because you have kept the word of My
perseverance’ (= Karena engkau telah menuruti firman ketekunanKu).
Ada 2 penafsiran tentang
‘firman ketekunanKu’ ini:
a) Ini menunjuk pada ketekunan dari
Kristus.
Leon Morris (Tyndale): “It seems to mean ‘the teaching which was exemplified in My
steadfastness’” (= Ini kelihatannya berarti ‘ajaran yang ditunjukkan /
diteladankan dalam kesetiaan / ketabahanKu’) - hal 80.
b) Ini
menunjuk pada ketekunan / kesabaran dari para penganut ajaran ini / orang
kristen.
Matthew Poole: “the doctrine of the gospel
is, unquestionably, the word here called ‘the word of the Lord’s patience’,
because it was that word, that doctrine, which (as those time went) could not
be adhered to and observed without much patience in those that adhered to it;
both actively, waiting for the promises revealed in it, and passively, enduring
all manner of trials and crosses” [= tidak diragukan bahwa ajaran Injillah yang
dimaksudkan dengan firman yang di sini disebut ‘firman kesabaran Tuhan’, karena
firman itu, ajaran itu, tidak bisa dianut dan ditaati tanpa banyak kesabaran
dalam mereka yang menganutnya; baik secara aktif, menunggu janji-janji yang
dinyatakan di dalamnya, dan secara pasif, menahan segala macam ujian dan salib] - hal 958.
Herman Hoeksema: “the Word of Christ’s patience, the Word which always exhorted
them to be patient and to suffer and bear the cross for Christ’s sake” (= Firman
dari kesabaran Kristus, Firman yang selalu mendesak mereka untuk sabar dan
untuk menderita dan memikul salib demi Kristus) - hal 127.
Herman Hoeksema: “Patience, in the Scriptural sense of the word, always
presupposes suffering for Christ’s sake, the bearing of the cross” (=
Kesabaran, dalam arti Alkitabiah dari kata itu, selalu mensyaratkan penderitaan
demi Kristus, pemikulan salib) - hal 127.
Herman Hoeksema: “the picture of the little church in Philadelphia reminds us
that the church must not force the fruits when they do not immediately become
evident. Today this is often the case. In her anxiety to force men into the
kingdom the church not so infrequently compromises on the gospel of Jesus
Christ and the truth of the Word of God. It does no longer emphasize the
essential truth. It feels that perhaps men are repelled by the preaching of sin
and total depravity, of wrath and condemnation, not to speak of the fundamental
truths of election and reprobation. These truths, therefore, are no longer preached.
Instead, a certain shallow gospel of love takes its place, in order to attract
men and to force them into the church. Gradually the gospel loses its strength
and its true content. And the result is that rather than bringing the world to
Christ, we bring the church into the world. Philadelphia had not adopted this
method. She had labored faithfully and seen no fruit. For still she was small.
But she had kept the Word of Christ’s patience and had in no wise denied His
name. And therefore, finally, in Philadelphia we have the true picture of the
faithful mission church. Mindful of her smallness and of her dependence on
Christ, mindful that He must open the door, she remains a faithful witness and
does not deny the truth” (= gambaran dari gereja kecil di Filadelfia mengingatkan kita
bahwa gereja tidak boleh memaksakan buah bila buah itu tidak segera menjadi
jelas. Jaman ini hal ini sering terjadi. Dalam keinginan untuk memaksa manusia
ke dalam kerajaan, gereja tidak jarang mengkompromikan injil Yesus Kristus dan
kebenaran Firman Allah. Gereja tidak lagi menekankan kebenaran yang hakiki.
Gereja merasa bahwa mungkin manusia ditolak / dipukul mundur oleh pemberitaan
tentang dosa dan kebejatan total, tentang kemurkaan dan penghukuman, belum lagi
tentang kebenaran dasar dari pemilihan dan penetapan binasa. Karena itu,
kebenaran-kebenaran ini tidak lagi diberitakan. Sebagai gantinya adalah suatu
injil dangkal yang menekankan kasih, supaya bisa menarik manusia dan memaksa
mereka ke dalam gereja. Secara bertahap injil kehilangan kekuatannya dan isi
yang sebenarnya. Dan akibatnya adalah bahwa kita bukannya membawa dunia kepada
Kristus, tetapi membawa gereja kepada dunia. Filadelfia tidak mengadopsi metode
ini. Ia telah bekerja keras dengan setia dan belum melihat hasilnya. Karena ia
tetap kecil. Tetapi ia telah menuruti Firman kesabaran Kristus dan tidak
menyangkal namaNya. Dan karena itu, akhirnya, di Filadelfia kita mempunyai
gambar yang benar dari gereja misi yang setia. Sadar akan kekecilan dirinya dan
akan ketergan-tungannya pada Kristus, sadar bahwa Ia harus membukakan pintu, ia
tetap menjadi saksi yang setia dan tidak menyangkal kebenaran) - hal 129-130.
2) ‘maka Akupun akan melindungi
engkau dari hari pencobaan yang akan datang atas seluruh dunia untuk mencobai
mereka yang diam di bumi”.
Ada bermacam-macam
penafsiran tentang bagian ini:
a) Pandangan Dispensational Futurist.
Steve Gregg: “Dispensational futurists find in this statement a promise of
the pre-tribulation Rapture. Taking ‘the hour or trial which shall come upon
the whole world’ to be suggestive of a global crisis, it is thought that this
refers to a future tribulation period. Since Jesus promises to keep (the
church) from this terrible time, it is argued that the church must be
removed from the earth prior to the tribulation of the last days. However, this
passage is capable of alternative interpretations” [=
Orang-orang Futurist dari golongan Dispensationalis menemukan dalam pernyataan
ini suatu janji tentang Pengangkatan orang suci sebelum masa kesusahan. Mereka
mengartikan ‘hari pencobaan yang akan datang atas seluruh dunia’ sebagai suatu
krisis yang bersifat global, dan menganggapnya sebagai masa kesukaran yang akan
terjadi di masa yang akan datang. Karena Yesus berjanji untuk melindungi
(gereja) dari saat yang mengerikan ini, maka mereka menganggap bahwa
gereja harus disingkirkan dari bumi sebelum masa kesukaran pada akhir jaman.
Tetapi text ini memungkinkan penafsiran yang lain] - hal 76.
Jadi, Dispensational
Futurist menganggap bahwa:
·
pencobaan
ini betul-betul akan menimpa seluruh dunia.
·
perlindungan
Tuhan terhadap orang-orang kristen menunjuk kepada Rapture / pengangkatan orang suci, yang terjadi sebelum masa
kesukaran besar.
Agak berbeda dengan ini,
Homer Hailey hanya menekankan bahwa orang kristen tidak akan terkena pencobaan
itu, tetapi ia tidak mengatakan bahwa ini terjadi melalui Rapture /
pengangkatan orang suci.
Homer Hailey: “‘From the hour of trial,’ from out of the midst of (EK); but
whether by ‘immunity from’, or by ‘being brought safely through’, the
preposition does not clearly define (Alford). The question seems best
determined by the context: the trial that was to come upon the whole inhabited
earth was to test ‘them that dwell upon the earth.’ The word ‘earth’ (GE)
occurs 81 times in the course of the book and is used in numerous ways. It is
frequently used as metonymy for the realm or world of unregenerated men. This
use will be pointed out in various places where the redeemed are distinguished
from ‘them that dwell upon the earth,’ earthlings or earth dwellers. The church
will have its trials which test faith, but it will be kept from trials which
would affect the earthlings, the world of the unregenerated. Those of the
world, those in conflict with Christ and His church, will be, in this instance,
the ones tried ” [= ‘Dari hari pencobaan’,
dari tengah-tengah pencobaan itu (EK); tetapi apakah ini menunjukkan
bahwa mereka akan kebal terhadap pencobaan itu / tidak terkena pencobaan itu
atau bahwa mereka akan dibawa secara aman melalui pencobaan itu, kata depannya
tidak menegaskan secara jelas (Alford). Kelihatannya merupakan hal yang terbaik
kalau persoalan / keraguan itu ditentukan oleh kontex: pencobaan yang akan
datang kepada seluruh bumi yang didiami adalah untuk mencobai / menguji ‘mereka
yang diam di bumi’. Kata ‘bumi’ (GE) muncul 81 x dalam kitab ini dan digunakan
dalam banyak cara. Itu sering digunakan sebagai nama lain untuk dunia orang
yang belum dilahirbarukan. Penggunaan ini bisa ditunjukkan dalam pelbagai
tempat dimana orang yang ditebus dibedakan dari ‘mereka yang tinggal / diam di
bumi’, orang yang tinggal di bumi atau penghuni bumi. Gereja bisa mempunyai
pencobaannya yang menguji iman, tetapi gereja akan dijaga dari
pencobaan-pencobaan yang akan mempengaruhi orang yang tinggal di bumi, dunia
orang yang tidak dilahirbarukan. Orang-orang dari dunia, orang-orang yang
berten-tangan dengan Kristus dan GerejaNya, dalam hal ini, adalah orang-orang
yang dicobai]
- hal 152-153.
Ada keberatan terhadap pandangan Dispensationalist
Futurist ini:
¨
‘seluruh dunia’ tidak harus
berarti ‘seluruh dunia’.
Barnes’ Notes: “The phrase here used -
‘all the world’ - may either denote the whole world; or the whole Roman empire;
or a large district or country; or the land of Judea. ... Here, perhaps, all
that is implied is, that the trial would be very extensive or general ... It
need not be supposed that the whole world literally was included in it, or even
all the Roman empire, but what was the world to them. ... Tacitus ... mentions
an earthquake that sank twelve cities in Asia Minor in one night, by which,
among others, Philadelphia was deeply affected; and it is possible that there
may have been reference here to that overwhelming calamity. But nothing can be
determined with certainty in regard to this” (= Ungkapan yang digunakan
di sini - ‘atas seluruh dunia’ - bisa menunjukkan ‘seluruh dunia’ atau ‘seluruh
kekaisaran Romawi’ atau ‘suatu daerah atau negara yang besar’ atau ‘tanah
Yudea’. ... Di sini mungkin yang dimaksudkan adalah bahwa pencobaan itu akan
bersifat sangat luas dan umum. ... Kita tidak perlu menganggap bahwa seluruh
dunia secara hurufiah tercakup di dalamnya, atau bahkan seluruh kekaisaran
Romawi, tetapi apa yang merupakan dunia bagi mereka. ... Tacitus ...
menyebutkan sebuah gempa bumi yang menenggelamkan 12 kota di Asia Kecil dalam
satu malam, dan di antara kota-kota yang lain, Filadelfia juga sangat
terpengaruh oleh gempa bumi itu; dan adalah mungkin bahwa kata-kata ini
berkenaan dengan bencana yang sangat besar itu. Tetapi tidak ada yang bisa
ditentukan dengan pasti berkenaan dengan hal ini) - hal 1568. Bdk. Luk 2:1 dimana kata-kata ‘seluruh
dunia’ jelas menunjuk pada ‘wilayah kekaisaran Romawi’.
¨ Steve Gregg mengatakan bahwa golongan lain di luar Dispensatio-nalism
tidak setuju kalau kata-kata ‘hour of trial’ / ‘hari pencobaan’
diidentikkan dengan suatu periode selama beberapa tahun menjelang kiamat.
Bahkan kalau hal ini diterima, Yesus tetap bisa melindungi umatNya tanpa
menyingkirkan mereka melalui Rapture /
pengang-katan orang suci. Bandingkan dengan doa Yesus dalam Yoh 17:15 - “Aku tidak meminta, supaya Engkau mengambil mereka dari dunia, tetapi
supaya Engkau melindungi mereka dari pada yang jahat”.
¨
Herman
Hoeksema:
“It is false, for it is not in
harmony with Scripture. Christ warns His people more than once that this hour
shall come, and that they must remain faithful unto the end. Why all these
warnings of tribulation, with which Scripture abounds, if they that are
faithful shall not be in the hour of temptation? And dangerous this conception
is, because it puts the church to sleep. The church which expects to be
received in the air before the great tribulation comes does not prepare itself
for the battle and for the hour of temptation. That hour shall catch her
unexpectedly. And therefore, we must not labor under this illusion, but must
expect to be in tribulation, and must prepare for the evil day, putting on the
whole armour of God” (= Itu salah, karena itu tidak sesuai dengan Kitab Suci. Kristus
memperingati umatNya lebih dari sekali bahwa saatnya akan datang, dan bahwa
mereka harus tetap setia sampai akhir. Untuk apa semua peringatan yang begitu
banyak dalam Kitab Suci tentang kesusahan / kesukaran ini, jika orang yang
setia tidak akan ada pada saat pencobaan? Dan konsep ini berbahaya, karena
konsep ini menidurkan gereja. Gereja yang mengharapkan untuk diterima di udara
sebelum masa kesukaran besar datang, tidak mempersiapkan dirinya untuk
pertempuran dan untuk saat pencobaan itu. Saat itu akan menjerat mereka secara
tak terduga. Dan karena itu, kita tidak boleh bekerja di bawah khayalan ini,
tetapi harus mengharapkan untuk ada dalam kesukaran, dan harus mempersiapkan
diri untuk hari yang jahat itu, sambil mengenakan seluruh perlengkapan senjata
Allah)
- hal 132.
b) Preterist, yang berpandangan bahwa
mayoritas dari kitab Wahyu itu sudah terjadi, menganggap bahwa krisis di
seluruh kekaisaran Romawi, telah menggenapi ‘hari pencobaan’ ini.
Steve Gregg juga
mengatakan bahwa preterists beranggapan bahwa suatu krisis di seluruh
kekaisaran Romawi sudah cukup sesuai dengan istilah ‘seluruh dunia’ yang
digunakan dalam Wah 3:10 ini. Lagi-lagi bandingkan dengan Luk 2:1
dimana kata-kata ‘di seluruh dunia’ jelas menunjuk pada ‘wilayah kekaisaran
Romawi’.
Steve Gregg: “to test those who dwell on the earth (or ‘land,’ i.e., Israel)
may suggest that there is a crisis that will shake the whole empire and put the
Jews, in particular, into special peril” [= untuk menguji / mencobai
mereka yang diam di bumi (atau ‘tanah / negeri’, yaitu Israel) bisa menunjukkan
bahwa akan ada suatu krisis yang akan menggoncangkan seluruh kekaisaran dan
meletakkan orang-orang Yahudi khususnya ke dalam bahaya yang khusus] - hal 77.
Barnes’ Notes: “To test their character.
It would rather seem from this that the affliction was some form of persecution
as adapted to test the fidelity of those who were affected by it. The
persecutions in the Roman empire would furnish abundant occasions for such a
trial”
(= Untuk mencobai / menguji karakter mereka. Dari sini kelihatannya penderitaan
/ kesusahan itu adalah semacam penganiayaan yang disesuaikan untuk mencobai /
menguji kesetiaan dari mereka yang terkena olehnya. Penganiayaan dalam
kekaisaran Romawi akan memberi banyak peristiwa untuk pencobaan seperti itu) - hal 1568.
Steve Gregg: “Preterism suggests that this judgment on Jerusalem is what is
implied in the promise, I am coming quickly! (verse 11)” [=
Preterisme mengusulkan bahwa penghakiman terhadap Yerusalem ini adalah apa yang
dimaksudkan secara implicit dalam janji ini. Aku datang dengan segera! (ay 11)] - hal 77.
c) Kebanyakan penafsir beranggapan
bahwa orang-orang kristen akan mengalami masa pencobaan ini, tetapi
perlindungan Tuhan menjaga agar mereka tidak dikalahkan oleh pencobaan itu.
Barnes’ Notes: “That is, I will so keep
you that you shall not sink under the trials which will prove a severe
temptation to many. This does not mean that they would be actually kept from
calamity of all kinds, but that they would be kept from the temptation of
apostasy in calamity. He would give them grace to bear up under trials with a
Christian spirit, and in such a manner that their salvation should not be
endangered” (= Yaitu, Aku akan menjaga engkau sehingga engkau tidak akan
tenggelam di bawah pencobaan-pencobaan yang akan menjadi pencobaan yang hebat
untuk banyak orang. Ini tidak berarti bahwa mereka akan betul-betul dijaga dari
segala macam bencana, tetapi bahwa mereka akan dijaga dari pencobaan untuk
murtad dalam bencana. Ia akan memberi mereka kasih karunia untuk bertahan di
bawah pencobaan-pencobaan dengan suatu semangat Kristen, dan dengan cara
sedemikian rupa sehingga keselamatan mereka tidak terancam) - hal 1568.
James B. Ramsey: “To be kept from, ‘out of’ the hour of temptation or trial,
cannot mean not to suffer temptation and trial, but to be saved from its power,
to be kept through it, and brought safely out of it” (=
Dilindungi dari, ‘keluar dari’ hari pencobaan atau ujian, tidak bisa berarti
‘tidak menderita pencobaan dan ujian’, tetapi diselamatkan dari kuasanya,
dijaga / dilindungi melalui pencobaan itu, dan dibawa dengan aman keluar dari
pencobaan itu)
- hal 176.
James B. Ramsey: “this is not to be taken as the prediction of a specific time of
trial that was to come and pass away once for all, but as the announcement of
the fact that none in any age, or place, or circumstances, can escape this
hour. It must come upon all generations, as well as all nations and churches.
No sphere of duty or usefulness, no degree of Christian attainment is secure,
no place in the church so high or so low as to escape it. ... Only in heaven,
and in the new world, wherein dwelleth righteousness, can we hope to escape its
assaults. But all they who faithfully hold fast the word of Christ,
shall be kept by His power, and brought safely out of it” (= ini
tidak boleh dianggap sebagai ramalan tentang saat yang spesifik dari pencobaan
yang akan datang dan berlalu sekali untuk selamanya, tetapi seperti pengumuman
dari fakta itu bahwa tidak ada orang dalam jaman apapun, atau tempat manapun,
atau keadaan apapun, bisa lolos dari saat ini. Itu harus datang pada semua
generasi, bangsa dan gereja. Tak ada bidang kewajiban atau kebergunaan, tidak
ada tingkat pencapaian Kristen yang aman, tidak ada tempat di gereja yang
begitu tinggi atau begitu rendah sehingga bisa lolos darinya. ... Hanya di
surga, dan dalam dunia yang baru, dimana terdapat kebenaran, kita bisa berharap
untuk lolos dari serangannya. Tetapi semua mereka yang dengan setia
berpegang pada Firman Kristus, akan dilindungi / dijaga oleh kuasaNya, dan
dibawa dengan aman keluar darinya) - hal 176-177.
Penerapan:
Sekalipun ada janji
penjagaan sehingga kita tidak murtad atau kehilangan keselamatan, kita tetap
punya tanggung jawab untuk berusaha secara maximal agar tidak kalah oleh
pencobaan itu. Salah satunya yang ditekankan oleh kutipan di atas ini adalah
belajar Firman Tuhan dan berpegang pada Firman Tuhan tersebut.
Herman Hoeksema: “the original may very well be interpreted to signify that the
little church of Philadelphia would indeed be cast into the midst of temptation
and be tried with all the world, but that in that tribulation the Lord would
keep her, so that she would come out of it unharmed” (=
bahasa aslinya bisa diartikan bahwa gereja Filadelfia yang kecil ini
betul-betul akan dilemparkan ke tengah-tengah pencobaan dan dicobai / diuji
bersama seluruh dunia, tetapi bahwa dalam kesukaran itu Tuhan akan melindungi /
menjaganya, sehingga ia akan keluar dari pencobaan itu tanpa terluka /
dirugikan)
- hal 132.
Hoeksema juga mendukung
pandangan / penafsirannya ini dengan ay 11 yang memberi janji dan
perintah: ‘Aku datang segera. Peganglah apa yang ada padamu, supaya tidak
seorangpun mengambil mahkotamu’.
Herman Hoeksema: “it is not when the church escapes persecution, but when she is
in the midst of it that she needs the admonition, coming directly from the
Lord: ‘Hold fast that which thou hast, that no man take thy crown.’” (=
bukan pada saat gereja lolos dari penganiayaan / tidak terkena penganiayaan,
tetapi pada waktu gereja ada di tengah-tengah penganiayaanlah gereja
membutuhkan nasehat / peringatan ini, yang datang langsung dari Tuhan:
‘Peganglah apa yang ada padamu, supaya tidak seorangpun mengambil mahkotamu’) - hal 133.
3) John Stott menghubungkan pencobaan
dalam ay 10 ini dengan pintu terbuka dalam ay 8, dan lalu berkata:
“The third obstacle in the path of the Philadelphian Christians
was the threat of the future tribulation. The thunder clouds of persecution
were gathering. At any time the storm might break. Surely this was no time for
evangelism? This was a time for retrenchment and consolidation, not for
advance? Again, Christ has different ideas. He warns them of coming trial with
one breath, and with the next urges them to step through the open door without
fear” (= Halangan ketiga dalam jalan dari orang-orang Kristen
Filadelfia adalah ancaman kesukaran yang akan datang. Awan guntur dari
penganiayaan sedang berkumpul. Pada setiap saat badai bisa terjadi. Pasti ini
bukan waktu untuk penginjilan? Apakah ini merupakan waktu untuk berlindung dan
menguatkan diri sendiri, bukan untuk maju? Lagi-lagi, Kristus mempunyai gagasan
yang berbeda. Ia memperingatkan mereka tentang pencobaan yang mendatang dengan
satu helaan nafas, dan dengan helaan nafas selanjutnya mendesak mereka untuk
melangkah melalui pintu yang terbuka tanpa rasa takut) - hal 104.
John Stott: “Subtle and specious are the reasons we find to excuse ourselves
the bother of evangelistic endeavour. Our forces are small and feeble, we say.
The opposition is great, and the danger of further unpleasantness real. Let us
not do anything rash or foolish. Let us wait a while until the circumstances
are more propitious. Does not the Bible itself say ‘There is a time to speak
and a time to be silent’? Yes, yes, but the devil himself can misquote and
misapply Scripture like that. Neither the Church’s weakness nor present nor
future opposition should silence us. The Philadephian church had all these
handicaps; yet it was before them that Christ opened the door of service” (=
Licik / tak kentara dan tampaknya bagus alasan-alasan yang kita dapatkan untuk
menghindari kesusahan dari usaha penginjilan. Kita berkata: kekuatan kita kecil
dan lemah. Musuh kita besar dan bahaya dari ketidak-nyamanan yang lebih jauh
adalah nyata. Marilah kita tidak melakukan apapun yang tergesa-gesa atau bodoh.
Baiklah kita menunggu sebentar sampai keadaan lebih menguntungkan. Bukankah
Alkitab sendiri berkata: ‘Ada waktu untuk berbicara dan waktu untuk diam’? Ya,
ya, tetapi setan sendiri bisa melakukan pengutipan secara salah dan penerapan
secara salah dari Kitab Suci seperti itu. Baik kelemahan Gereja ataupun
permusuhan saat ini atau di masa yang akan datang tidak boleh membungkam kita.
Gereja Filadelfia mempunyai semua rintangan-rintangan ini; tetapi adalah di
hadapan mereka Kristus membukakan pintu pelayanan) - hal 104-105.
Dalam majalah ‘NARWASTU’
bulan Juni 2000, hal 20, diceritakan bahwa Pdt. Yusuf Rony menjalin kerja sama
dengan IAIN, dan bahkan dikatakan bahwa “dosen-dosen Islamologi yang
mengajar di tempat kami semuanya dari IAIN Jakarta”. Lalu ditanyakan oleh wartawan / majalah
tersebut: “Apakah dalam kerjasama ini ada misi pekabaran Injilnya?”. Dia menjawab: “Tidak ada.
Jujur sekolah ini tidak mencampurkan misi pekabaran Injil dengan kebebasan
akademik. Beda dengan DOULOS, karena mencampuradukkan, akibatnya tanggung
sendiri”.
Kalau pemberitaan majalah tersebut benar, maka saya
berpendapat bahwa sikap dan kata-kata Pdt. Yusuf Rony ini perlu dikecam karena:
·
bagaimana mungkin ada
sekolah theologia yang mempunyai dosen yang bukan orang kristen? Menurut saya
itu merupakan suatu ‘kegilaan’!
·
sikap tidak memberitakan
Injil tersebut bertentangan dengan 2Tim 4:2 yang berbunyi: “Beritakanlah firman, siap sedialah baik atau tidak baik waktunya,
nyatakanlah apa yang salah, tegorlah dan nasihatilah dengan segala kesabaran
dan pengajaran”, yang jelas menunjukkan bahwa kita harus menggunakan setiap kesempatan
dan setiap saat, bahkan saat yang tidak baik, untuk memberitakan Injil.
Perintah untuk ‘cerdik
seperti ular’
(Mat 10:16) tidak boleh diartikan sebagai ijin untuk tidak memberitakan
Injil, karena kalau demikian akan bertentangan dengan 1Tim 4:2 tersebut di
atas. Lalu harus diartikan bagaimana? Paling-paling cara kita dalam
memberitakan Injil itu yang harus sebijaksana / secerdik mungkin. Tetapi perlu
diingat bahwa bagaimanapun bijaksana / cerdiknya cara yang kita gunakan,
penganiayaan tetap bisa terjadi.
·
ia
bukannya mendukung tetapi sebaliknya mengecam orang / golongan (DOULOS) yang
menderita karena pemberitaan Injil. Seandainya ia hidup pada abad pertama,
beranikah ia mengecam Yohanes Pembaptis yg menegur Herodes (Mat 14:1-11),
atau Petrus dan Yohanes yang tetap memberitakan Injil sekalipun dilarang (Kis
4-5), atau Stefanus (Kis 6-7)?
Ay 11: “Aku
datang segera. Peganglah apa yang ada padamu, supaya tidak seorangpun mengambil
mahkotamu”.
1) ‘Aku
datang segera’.
Geoffrey B. Wilson: “It is clear from 2:16 that ‘I come quickly’ does not refer to
Christ’s final coming in glory, but to his coming to help the Philadelphians in
their hour of need” (= Adalah jelas dari 2:16 bahwa ‘Aku datang segera’ tidak
menunjuk pada kedatangan akhir dari Kristus dalam kemuliaan, tetapi pada
kedatanganNya untuk menolong jemaat Filadelfia pada saat mereka membutuhkannya) - hal 46.
Tetapi juga ada
penafsir-penafsir yang menganggap bahwa ini menunjuk pada kedatangan Yesus yang
keduakalinya.
Yang jelas, berbeda
dengan pemberitaan kedatangan Yesus yang bersifat ancaman kepada gereja
Efesus (2:5b), gereja Pergamus (2:16), dan gereja Sardis (3:3b), maka di sini
janji kedatangan itu bersifat menghibur / menguatkan, sama seperti
kepada gereja Tiatira (2:25).
Memang kalau kita setia
kepada Kristus, kedatangan Kristus (tak peduli itu kedatangan kedua atau bukan)
akan menyenangkan bagi kita. Sebaliknya kalau kita tidak setia, kedatangan
Kristus akan menakutkan bagi kita.
2) ‘Peganglah apa yang ada padamu,
supaya tidak seorangpun mengambil mahkotamu’.
a) Bagaimana seseorang bisa kehilangan mahkota?
Homer Hailey: “The crown may be forfeited by any individual who grows
careless, complacent, self-satisfied, overconfident, or who neglects
opportunity and duty” (= Setiap orang bisa kehilangan mahkota, jika ia menjadi
ceroboh, puas dengan diri sendiri, terlalu yakin, atau menyia-nyiakan
kesempatan dan kewajiban) - hal 153.
Penjelasan:
·
‘hidup
ceroboh’ biasanya berurusan dengan dosa. Lawan katanya adalah hati-hati /
waspada. Kita harus hati-hati dalam memilih gereja, pekerjaan, teman, dan
lebih-lebih pacar / pasangan hidup. Kalau tidak, kita bisa kehilangan mahkota
kita!
·
‘puas
dengan diri sendiri’ bisa berurusan dengan pengertian Firman Tuhan, atau
pelayanan yang dilakukan, atau pengudusan yang telah dicapai. Rasa puas ini
menyebabkan kita tidak berusaha untuk maju lagi. Dan dalam dunia kerohanian,
‘tidak berusaha maju’ menjamin terjadinya kemunduran!
·
‘terlalu
yakin’ mungkin berurusan dengan keyakinan keselamatan, atau dengan kebenaran
yang ia yakini. Ini juga bisa muncul pada saat menghadapi suatu argumentasi /
perdebatan. ‘Yakin’ merupakan sesuatu yang baik, selama ia memang meyakini
sesuatu yang benar. Tetapi ‘terlalu yakin’ merupakan sesuatu yang membahayakan,
karena sikap ini biasanya disertai dengan suatu kecerobohan.
·
‘penyia-nyiaan kesempatan
dan kewajiban’ berurusan belajar Firman Tuhan atau dengan pelayanan. Misalnya
menyia-nyiakan kesempatan untuk ikut dalam Pemahaman Alkitab, atau
menyia-nyiakan kesempatan pelayanan, atau melakukan kewajiban pelayanan saudara
dengan sembarangan dan tanpa tanggung jawab. Bandingkan dengan
Mat 24:45-51 - “Siapakah hamba yang setia
dan bijaksana, yang diangkat oleh tuannya atas orang-orangnya untuk memberikan
mereka makanan pada waktunya? Berbahagialah hamba, yang didapati tuannya
melakukan tugasnya itu, ketika tuannya itu datang. Aku berkata kepadamu:
Sesungguhnya tuannya itu akan mengangkat dia menjadi pengawas segala miliknya.
Akan tetapi apabila hamba itu jahat dan berkata di dalam hatinya: Tuanku tidak
datang-datang, lalu ia mulai memukul hamba-hamba lain, dan makan minum
bersama-sama pemabuk-pemabuk, maka tuan hamba itu akan datang pada hari yang
tidak disangkakannya, dan pada saat yang tidak diketahuinya, dan akan membunuh
dia dan membuat dia senasib dengan orang-orang munafik. Di sanalah akan
terdapat ratapan dan kertakan gigi”.
b) Apa artinya ‘kehilangan mahkota’?
Homer Hailey: “To forfeit the crown is to lose eternal life. The doctrine that
a redeemed child of God cannot so act as to be lost is here clearly denied” (=
Kehilangan mahkota berarti kehilangan hidup kekal. Doktrin / ajaran bahwa anak
Allah yang sudah ditebus tidak bisa bertindak sedemikian rupa sehingga
terhilang, dengan jelas disangkal di sini) - hal 153.
Ini pandangan Arminian
yang bodoh! Siapa yang suruh tafsirkan ‘mahkota’ sebagai ‘hidup kekal’? Kalau
‘mahkota’ ditafsirkan sebagai ‘pahala’ maka tidak akan muncul pandangan
Arminian yang bodoh ini!
Barnes’ Notes: “The truth which is taught
here is, that by negligence or unfaithfulness in duty we may be deprived of the
glory which we might have obtained if we had been faithful to our God and
Saviour” (= Kebenaran yang diajarkan di sini adalah bahwa oleh
pengabaian atau ketidak-setiaan dalam tugas, kita bisa kehilangan kemuliaan
yang akan kita dapatkan seandainya kita setia kepada Allah dan Juruselamat
kita) - hal 1568.
Bandingkan dengan:
·
2Yoh 8 - “Waspadalah, supaya kamu jangan kehilangan
apa yang telah kami kerjakan itu, tetapi supaya kamu mendapat upahmu
sepenuhnya”.
·
1Kor 3:10-15
- “Sesuai dengan kasih karunia
Allah, yang dianugerahkan kepadaku, aku sebagai seorang ahli bangunan yang
cakap telah meletakkan dasar, dan orang lain membangun terus di atasnya. Tetapi
tiap-tiap orang harus memperhatikan, bagaimana ia harus membangun di atasnya.
Karena tidak ada seorangpun yang dapat meletakkan dasar lain dari pada dasar
yang telah diletakkan, yaitu Yesus Kristus. Entahkah orang membangun di atas
dasar ini dengan emas, perak, batu permata, kayu, rumput kering atau jerami,
sekali kelak pekerjaan masing-masing orang akan nampak. Karena hari Tuhan akan
menyatakannya, sebab ia akan nampak dengan api dan bagaimana pekerjaan
masing-masing orang akan diuji oleh api itu. Jika pekerjaan yang dibangun
seseorang tahan uji, ia akan mendapat upah. Jika pekerjaannya terbakar, ia akan
menderita kerugian, tetapi ia sendiri akan diselamatkan, tetapi seperti dari
dalam api”.
Jadi, orang kristen bisa kehilangan
mahkota, dalam arti ia kehilangan pahala / upah, tetapi ia tetap selamat /
masuk surga.
Ay 12: “Barangsiapa
menang, ia akan Kujadikan sokoguru di dalam Bait Suci AllahKu, dan ia tidak
akan keluar lagi dari situ; dan padanya akan Kutuliskan nama AllahKu, nama kota
AllahKu, yaitu Yerusalem baru, yang turun dari sorga dari AllahKu, dan namaKu
yang baru”.
1) ‘Barangsiapa menang, ia akan
Kujadikan sokoguru di dalam Bait Suci AllahKu, dan ia tidak akan keluar lagi
dari situ’.
a) ‘sokoguru’.
Saya tidak mengerti apa arti kata ini dalam bahasa
Indonesia. Kata ini juga digunakan dalam Gal 2:9 yang menyebutkan Yakobus,
Kefas / Petrus, dan Yohanes sebagai sokoguru gereja Yerusalem. Kata bahasa
Inggrisnya lebih mudah untuk dimengerti.
KJV/RSV/NIV/NASB: ‘a pillar’ (= suatu pilar).
Pulpit Commentary:
“A
pillar is constantly used as a figure of strength and durability (see Jer.
1:18; Gal. 2:9)” [= Pilar digunakan secara tetap sebagai gambaran dari kekuatan
dan ketahan-lamaan (lihat Yer 1:18; Gal 2:9)] - hal 112.
Barclay (hal 134)
mengatakan bahwa ada orang yang menafsirkan bahwa ‘pillar’ ini berarti
ketidak-berubahan karakter secara moral. Dalam dunia ini, orang yang paling
kuduspun kadang-kadang bisa bertindak jahat / jelek, misalnya:
·
Abraham
berdusta / menyuruh Sarai berdusta (Kej 12:11-13 Kej 20:2), melakukan polygamy, dsb.
·
Daud,
yang berzinah dan melakukan pembunuhan (1Sam 11).
·
Petrus
yang menyangkal Yesus 3 x (Mat 26:69-75), bersikap munafik (Gal 2:11-14).
·
dll.
Tetapi kalau kita setia
kepada Kristus, maka dalam kehidupan nanti kita akan baik secara tetap.
Mengapa? Karena tidak ada lagi setan, yang telah dilemparkan ke neraka
(Wah 20:10) sehingga tidak lagi bisa menggoda kita, dan karena kita telah
disempurnakan (Ibr 12:23). Kita akan ada di surga dalam keadaan ‘non posse peccare’ [‘not possible to sin’ (= tidak mungkin
berbuat dosa)].
b) ‘Bait Suci’.
Pulpit Commentary:
“The
temple is NAOS, the shrine, the dwelling-place of God, not HIERON, the whole
extent of the sacred buildings. The latter word occurs often in St. John’
Gospel, but never in the Apocalypse. The temple in the Revelation is the abode
of God”
(= Untuk kata ‘Bait Suci’ digunakan kata NAOS, tempat kudus, tempat tinggal
Allah, bukan HIERON, seluruh bangunan kudus. Kata yang terakhir sering muncul
dalam Injil Yohanes, tetapi tidak pernah dalam kitab Wahyu. Bait Suci dalam
kitab Wahyu adalah tempat tinggal Allah)
- hal 112.
Leon Morris (Tyndale): “This is, of course, symbolical and there is no contradiction
with 21:22, which tells us that there will be no Temple in heaven. John is not
in the slightest concerned to keep the details of one vision consistent with
those of another. In each he is making a point with emphasis, and we should not
try to dovetail one vision into the details of another. Here his point is that
the believer who overcomes will be permanently in the presence of God” (=
Tentu saja ini bersifat simbolis dan tidak bertentangan dengan 21:22, yang
menceritakan kepada kita bahwa tidak ada Bait Suci di surga. Yohanes sedikitpun
tidak mengusahakan supaya perincian dari penglihatan yang satu konsisten dengan
yang lain. Dalam setiap penglihatan ia membuat suatu penekanan tertentu dan
kita tidak boleh berusaha untuk mencocokkan satu penglihatan dengan detail-detail dari penglihatan yang
lain. Di sini penekanannya adalah bahwa orang percaya yang menang akan secara
permanen ada di hadapan Allah) - hal 80-81.
Herman Hoeksema: “Is it necessary to mention in this connection that there is no
reference here to a literal temple, made with hands? If temple is taken
literally, pillars must also be taken in the same sense. And it would be a poor
consolation indeed for the people of God to learn that they will all be changed
into pillars in the future. No, the sense is symbolical. Temple is symbolic of
the dwelling of God with man, of His most intimate communion, of the full
realization of God’s covenant of friendship. God’s temple is His people, living
in most intimate communion and union with Himself. The pillar is figure of
abiding firmness. The Lord Himself supplies the commentary on this expression
when He adds: ‘and he shall go out no more.’ To be made pillars in the temple
of God, therefore, is to enter lastingly and abidingly into the eternal
covenant communion with God, the God of Jesus Christ our Lord. They that
overcome in the present struggle, they that are firm in the hour of trial,
shall finally enter into that eternal covenant communion with God which is
eternal” (= Perlukah disebutkan bahwa ini tidak ada hubungannya dengan
Bait Suci secara hurufiah, yang dibuat oleh tangan manusia? Jika ‘Bait Suci’
diartikan secara hurufiah, maka ‘pilar’ juga harus diartikan dalam arti yang
sama. Dan akan merupakan suatu penghiburan yang jelek bagi umat Allah bahwa
mereka akan berubah menjadi ‘pilar’ di masa yang akan datang. Tidak, artinya
adalah secara simbolis. ‘Bait Suci’ merupakan simbol dari tempat tinggal Allah
dengan manusia, simbol dari persekutuanNya yang paling intim, simbol dari
realisasi dari perjanjian persahabatan Allah. Bait Suci Allah adalah umatNya,
yang hidup dalam persekutuan dan persatuan yang paling intim dengan diriNya
sendiri. ‘Pilar’ merupakan gambaran dari keteguhan / ke-tetap-an yang kekal.
Tuhan sendiri menyuplai tafsiran tentang ungkapan ini pada waktu Ia
menambahkan: ‘dan ia tidak akan keluar lagi dari situ’. Karena itu, ‘dibuat
menjadi pilar dalam Bait Suci Allah’ berarti masuk secara kekal ke dalam
perjanjian persekutuan yang kekal dengan Allah, Allah dari Yesus Kristus Tuhan
kita. Mereka yang menang dalam pergumulan saat ini, mereka yang teguh pada saat
pencobaan, akhirnya akan masuk ke dalam perjanjian persekutuan yang kekal
dengan Allah yang kekal) - hal 134.
Homer Hailey (hal 154)
mengatakan bahwa kata ‘Bait Suci’ bisa diartikan ‘gereja’ atau ‘surga’. Dan ada
2 alasan mengapa ia memilih ‘surga’, yaitu:
·
Tidak
mungkin diartikan ‘gereja’ karena ia berpendapat bahwa:
“As long as one is in the flesh he can lose his crown (verse
11); he can go out of the temple if he so wills” [= Selama seseorang ada dalam daging ia
bisa kehilangan mahkotanya (ay 11); ia bisa keluar dari Bait Suci jika ia
menghendaki demikian] - hal 154.
Ini lagi-lagi merupakan
pandangan Arminiannya yang bodoh. Bdk. Yoh 10:27-30.
·
Kata
‘Bait Suci’ (Yunani: NAOS) digunakan 16 x dalam kitab Wahyu, dan kecuali dalam
Wah 11:1,2 dimana hampir pasti itu digunakan untuk menunjuk kepada
‘gereja’, maka kata itu selalu menunjuk kepada ‘surga’.
Ia menambahkan:
“John’s saying, ‘I saw no temple therein’ (21:22), does not
invalidate the above conclusion, for the whole of heaven is one eternal temple
and he who overcomes has a permanent place in it” [=
Kata-kata Yohanes ‘Aku tidak melihat Bait Suci di dalamnya’ (21:22), tidak
membuat kesimpulan di atas tidak berlaku, karena seluruh surga merupakan satu
Bait Suci yang kekal dan ia yang menang mempunyai tempat yang permanen di
dalamnya]
- hal 154.
c) ‘Ia tidak akan keluar lagi dari
situ’.
Steve Gregg: “Such pillars are earthquake-proof, so that, unlike the citizens
of Philadelphia, who had frequently been driven out of their city by quakes,
the overcomer shall go out no more” (= Pilar-pilar seperti itu tahan
gempa, sehingga berbeda dengan warga Filadelfia yang sering dipaksa keluar dari
kota mereka oleh gempa, sang pemenang tidak akan keluar lagi) - hal 77.
John Stott: “Philadelphian Christians might live in fear of earthquake
shocks, but nothing will shake them when they stand as pillars in heaven” (=
Orang-orang Kristen Filadelfia boleh hidup dalam ketakutan terhadap goncangan
gempa bumi, tetapi tidak ada suatu apapun yang akan menggoncangkan mereka pada
waktu mereka berdiri sebagai pilar di surga) - hal 113.
John Stott: “So become a pilgrim in this life, and you will be a pillar in
the next. Dare to go out through the door of service, and you will never go out
of the security of paradise. ... Be content to wander as a sheep in and out
finding pasture, and you will dwell in the house of the Lord for ever. That is
the prospect before all those who will go forth valiantly through open doors,
wage war for Christ against the powers of evil and conquer in the fight” (=
Jadi, jadilah seorang musafir dalam hidup ini, dan engkau akan menjadi pilar
dalam hidup yang akan datang. Beranilah untuk keluar melalui pintu pelayanan,
dan engkau tidak akan pernah keluar dari keamanan dari surga. ... Puaslah untuk
mengembara sebagai seekor domba untuk menemukan padang rumput, dan engkau akan
tinggal dalam rumah Tuhan selama-lamanya. Itulah harapan / pandangan di hadapan
semua orang yang mau maju dengan berani melalui pintu yang terbuka, berperang
untuk Kristus melawan kuasa kejahatan dan menang dalam pertempuran /
peperangan)
- hal 113.
Barnes’ Notes: “The main truth here is,
that if we reach heaven, our happiness will be secure for ever” (= Kebenaran utama di sini
adalah bahwa jika kita mencapai surga, kebahagiaan kita akan aman / terjamin
selamanya) - hal 1568.
Sebetulnya, asal kita sudah betul-betul percaya dan
diselamatkan, sekalipun kita belum masuk surga, tetapi kita tetap aman.
Loraine Boettner: “The saints in heaven are
happier but no more secure than are true believers here in this world” (= Orang-orang kudus di
surga lebih bahagia tetapi tidak lebih aman / terjamin dari pada orang percaya
yang sejati dalam dunia ini) - ‘The
Reformed Doctrine of Predestination’, hal 183.
Kata-kata Loraine Boettner ini tidak dimaksudkan untuk
mengajarkan bahwa orang yang sudah masuk surga sama tidak amannya dengan
orang percaya yang masih hidup di dunia. Sebaliknya, ini dimaksudkan untuk
mengajarkan bahwa orang percaya yang masih hidup di bumi sama amannya
dengan orang yang sudah masuk surga. Mengapa? Karena keselamatan tidak bisa
hilang (bdk. Yoh 10:27-28)! Jadi, kita hanya kalah dalam kebahagiaan, tetapi
tidak dalam keamanan / terjaminnya keselamatan.
Tetapi tentu saja ini tidak berarti bahwa kita boleh
hidup secara sembrono. Kita tetap harus hidup waspada, dengan banyak belajar
Firman Tuhan, berdoa, menguduskan diri, waspada terhadap ajaran sesat, dsb, seakan-akan
kita bisa kehilangan keselamatan.
2) ‘dan padanya akan Kutuliskan nama
AllahKu, nama kota AllahKu, yaitu Yerusalem baru, yang turun dari sorga dari
AllahKu, dan namaKu yang baru’.
a) Tentang ‘nama AllahKu’, ‘nama kota Allahku’, dan ‘namaKu yang baru’.
Leon Morris (Tyndale): “‘The name of God’ indicates that the overcomer belongs to God.
That of ‘the city of my God’ signifies that he has citizenship rights in the
‘new Jerusalem’ (cf. Gal. 4:26, Heb. 11:10, 12:22, 13:14). ‘My new name’
possibly refers to the new state of affairs brought about by the consummation
of redemption. Then Christ appears in a character in which He could not appear
until this consummation was reached” [= ‘Nama Allah’ menunjukkan bahwa
si pemenang adalah milik Allah. ‘Nama kota AllahKu’ berarti bahwa ia mempunyai
hak-hak kewarganegaraan dalam ‘Yerusalem yang baru’ (bdk. Gal 4:26 Ibr 11:10 12:22 13:14).
‘NamaKu yang baru’ mungkin menunjuk pada keadaan yang baru yang dihasilkan oleh
penyempurnaan penebusan. Pada waktu itu Kristus tampil dalam suatu karakter /
keadaan dalam mana Ia tidak bisa tampil sampai penyempurnaan ini tercapai] - hal 81.
Steve Gregg: “The writing of the New Jerusalem upon the believer suggests
citizenship there (cf. Ps. 87:5-6)” [= Penulisan Yerusalem yang baru
pada orang percaya menunjukkan kewarganegaraan di sana (bdk. Maz 87:5-6)] - hal 77.
b) ‘Yerusalem baru, yang turun dari sorga dari AllahKu’.
·
Ini
tidak boleh ditafsirkan secara hurufiah.
Barnes’ Notes: “It is a departure from all
proper laws of interpretation to explain this literally, as if a city should be
actually let down from heaven; and equally so to infer from this passage, and
the others of similar import in this book, that a city will be literally reared
for the residence of the saints” (= Merupakan suatu penyimpangan dari semua
hukum-hukum penafsiran yang benar untuk menjelaskan hal ini secara hurufiah,
seakan-akan suatu kota betul-betul diturunkan dari surga; dan juga merupakan
penyimpangan yang sama kalau kita menyimpulkan dari text ini, dan hal-hal lain
yang mirip artinya dalam kitab ini, bahwa suatu kota akan secara hurufiah
didirikan untuk tempat tinggal dari orang-orang kudus) - hal 1568.
·
ini
merupakan gambaran dari ‘gereja’ yang memang ‘mempunyai asal usul di surga’.
Barnes’ Notes: “‘New Jerusalem’. Jerusalem
was the place where the temple was reared, and where the worship of God was
celebrated. It thus came to be synonymous with the church - the dwelling place
of God on earth. ‘Which cometh down out of heaven from my God’. ... Of course,
this must be a figurative representation, but the idea is plain. It is, (1)
that the church is, in accordance with settled Scripture language, represented
as a city - the abode of God on earth. (2) That this, instead of being built
here, or having an earthly origin, has its origin in heaven. It is as if it had
been constructed there, and then sent down to earth ready formed. ... The
comparison of the church with beautiful city, and the fact that it has its
origin in heaven, is all that is fairly implied in the passage” [= ‘Yerusalem yang baru’.
Yerusalem merupakan tempat dimana Bait Suci didirikan, dan tempat dimana
penyembahan kepada Allah dilakukan. Jadi itu menjadi kata yang sama artinya
dengan gereja - tempat tinggal Allah di bumi. ‘Yang turun dari surga dari
Allahku’. ... Tentu saja ini merupakan suatu penggambaran simbolis, tetapi
gagasannya / maksudnya jelas. Yaitu, (1) bahwa gereja, sesuai dengan
bahasa Kitab Suci yang tetap, digambarkan sebagai sebuah kota - tempat tinggal
Allah di bumi. (2) Bahwa ini, bukannya dibangun di sini, atau mempunyai
asal usul duniawi, tetapi mempunyai asal usulnya di surga. Seakan-akan gereja
dibentuk di sana, dan lalu diturunkan ke bumi dalam keadaan telah dibentuk. ...
Perbandingan gereja dengan kota yang indah, dan fakta bahwa itu mempunyai asal
usul di surga, merupakan semua yang dimaksudkan secara jelas oleh text ini] - hal 1568.
Herman Hoeksema: “It is not necessary to go into details as to the reality and
the meaning of this new Jerusalem. Suffice it to say that it represents the society
of the elect in glory, the body of Christ, the complete assembly of all the
saints” (= Tidak diperlukan untuk menyelidiki secara terperinci
berkenaan dengan realita dan arti dari Yerusalem yang baru ini. Cukup untuk
mengatakan bahwa itu mewakili masyarakat orang pilihan dalam kemuliaan, tubuh
Kristus, perkumpulan yang lengkap dari semua orang kudus) - hal 135.
Pulpit Commentary:
“The
name ‘new Jerusalem’ is always coupled in the Revelation with the phrase,
‘coming down from heaven’ (see ch. 21:2,10). The spirituality and holiness of
the Church is thus set forth, since its being is wholly due to God, in its
creation and sustenance” [= Nama ‘Yerusalem yang baru’ dalam kitab Wahyu selalu
digandengkan dengan ungkapan ‘turun dari surga’ (lihat pasal 21:2,10). Dengan
demikian sifat rohani dan kekudusan dari Gereja dinyatakan, karena
keberadaannya sepenuh-nya disebabkan oleh Allah, dalam penciptaannya dan
pemeliharaannya] - hal 113.
3) Kesimpulan
yang diberikan oleh Barnes tentang ay 12 ini.
Barnes’ Notes: “The reward, therefore,
promised here is, that he who by persevering fidelity showed that he was a real
friend of the Saviour, would be honoured with a permanent abode in the holy
city of his habitation. In the church redeemed and triumphant he would have a
perpetual dwelling; and wherever he should be, there would be given him sure
pledges that he belonged to him, and was recognised as a citizen of the
heavenly world. To no higher honour could any man aspire; and yet that it is
an honour to which the most humble and lowly may attain by faith in the Son of
God” (= Karena itu, pahala yang dijanjikan di sini adalah bahwa ia
yang dengan kesetiaan yang tekun menunjukkan bahwa ia adalah sahabat yang sejati
dari sang Juruselamat, akan dihormati dengan tempat tinggal permanen dalam kota
kudus ini. Dalam gereja yang ditebus dan menang ia akan mendapat tempat tinggal
kekal; dan dimanapun ia ada, di sana diberikan kepadanya janji yang pasti bahwa
ia adalah milikNya, dan diakui sebagai warga negara dari dunia surgawi. Tidak
ada kehormatan yang lebih tinggi yang bisa diinginkan oleh siapapun juga;
tetapi itulah kehormatan yang didapatkan oleh orang yang paling kecil / tidak
penting dan rendah oleh iman kepada Anak Allah) - hal 1568.
Penerapan:
Kalaupun sekarang saudara berada dalam keadaan rendah
(miskin, tidak berkedudukan, bodoh, dsb), asalkan saudara betul-betul adalah
orang yang percaya, maka nanti saudara akan menjadi orang yang terhormat di
surga. Bandingkan dengan cerita tentang Lazarus dan orang kaya
(Luk 16:19-31). Pada saat di dalam dunia, maka orang kaya itu yang
terhormat, dan Lazarus sangat miskin dan hina. Tetapi dalam kekekalan, keadaan
menjadi terbalik! Biarlah ini menjadi penghiburan bagi saudara dalam
penderitaan dan kehinaan saudara saat ini.
Ay 13: “Siapa
bertelinga, hendaklah ia mendengarkan apa yang dikatakan Roh kepada
jemaat-jemaat”.
Pulpit
Commentary (hal 114) mengatakan bahwa dari 7 gereja dalam Wah 2-3, hanya gereja
Filadelfia yang bertahan sampai jaman sekarang, dan itu menunjukkan bahwa
mereka memang mendengarkan / memperhatikan apa yang dinasehatkan dalam surat
ini kepada mereka.
Steve
Gregg: “In the systems of the
historicists and some futurists, Philadelphia is taken to be the church at the
time of the Great Awakening (from 1793) and beyond. This began with the era of
Wesley, Finney, and Moody, whose activities ranged from the early 18th
to the late 19th centuries. The ‘open door’ that Christ had placed
before this church refers to the great opportunity for evangelistic harvesting.
This period will continue until the return of Christ, overlapped in the latter
days by the Laodicean period” [= Dalam sistim dari Historisist dan sebagian futurist,
Filadelfia diartikan sebagai gereja pada masa Kebangunan Besar (dari 1793) dan
selanjutnya. Ini dimulai dengan jaman Wesley, Finney, dan Moody, yang
aktivitasnya berkisar dari awal abad 18 sampai akhir abad 19. ‘Pintu yang
terbuka’ yang telah ditempatkan oleh Kristus di hadapan gereja ini menunjuk
pada kesempatan untuk penuaian penginjilan. Periode ini akan berlanjut sampai
kembalinya Kristus, bertumpukan pada hari-hari terakhir dengan periode
Laodikia] - hal 77.
-AMIN-
email
us at : gkri_exodus@lycos.com