Eksposisi Kitab Samuel yang
Pertama
oleh : Pdt. Budi Asali M.Div.
1) Ay 1-2
menceritakan tentang sepasang suami istri yang bernama Elkana dan Hana.
2) Ay 1
mengatakan bahwa Elkana berasal dari Ramataim Zofim, dari pegunungan Efraim.
Ada banyak perdebatan tentang kota ini, tetapi banyak penafsir yang berpendapat
bahwa ini adalah kota Rama di Benyamin. Lalu mengapa dikatakan ‘pegunungan
Efraim’ (ay 1)? Karena pegunungan Efraim itu memang meluas sampai daerah
Benyamin (bdk. Hak 4:5). Jadi, kota Rama ini terletak di pegunungan Efraim
yang terletak di daerah suku Benyamin.
3) Ay 1
akhir: Elkana ini adalah ‘seorang Efraim’.
a) Elkana
tidak mungkin dari suku Efraim, tetapi pasti dari suku Lewi.
Alasannya:
·
Samuel, anak Elkana, nanti
menjadi imam, dan karenanya ia pasti dari suku Lewi. Jadi Elkana pasti juga
dari suku Lewi.
·
Ini juga didukung oleh
1Taw 6:22-28 dan 1Taw 6:33-38 yang menunjukkan bahwa Samuel / Elkana
adalah keturunan Kehat, anak Lewi (1Taw 6:1).
Catatan: kalau
melihat perbedaan dalam silsilah-silsilah ini maka ingat bahwa:
*
silsilah bisa meloncat,
karena istilah ‘memperanakkan’ seringkali artinya adalah ‘menurunkan’.
*
satu orang sering punya
lebih dari 1 nama, sehingga bisa saja pada silsilah yang satu digunakan nama
pertama, sedangkan pada silsilah yang lain digunakan nama yang kedua. Ini bisa
menyebabkan seolah-olah ada perbedaan / pertentangan.
*
satu nama yang sama bisa
dimiliki oleh dua orang atau lebih.
b) Kalau
Elkana adalah seorang dari suku Lewi, lalu mengapa ay 1 menyebut dia
‘seorang Efraim’? Karena orang Lewi sering disebut dengan nama suku dimana
mereka tinggal. Ingat bahwa pada pembagian tanah Kanaan, orang Lewi tidak
mendapat daerah tertentu, tetapi hanya diberi kota-kota di daerah suku-suku
yang lain, sehingga mereka tinggal di antara suku-suku yang lain (Bil
35:1-8 Yos 14:4 18:7 21:1-42).
Keil & Delitszch:
“The Levites
were reckoned as belonging to those tribes in the midst of which they lived, so
that there were Judean Levites, Ephraimitish Levites, and so on” (= Orang Lewi dianggap sebagai milik / termasuk suku dimana
mereka tinggal, sehingga ada orang Lewi Yehuda, orang Lewi Efraim, dsb).
Bdk. Hak 17:7 - “Maka ada seorang muda dari Betlehem
- Yehuda, dari kaum Yehuda; ia seorang Lewi dan tinggal di sana
sebagai pendatang”.
KJV: “And there was
a young man out of Bethlehem-judah of the
family of Judah, who was a Levite ...”
(= Dan di sana ada seorang muda dari Betlehem-Yehuda dari keluarga Yehuda,
yang adalah seorang Lewi ...).
c) Tetapi,
mengapa disebut ‘orang Efraim’ bukannya ‘orang Benyamin’? Bukankah ia tinggal
di Rama di Benyamin?
Jawab: mungkin saja tadinya ia tinggal dan dibesarkan di
Efraim (sehingga disebut orang Efraim), tetapi lalu pindah ke Benyamin.
4) Tiap-tiap
tahun Elkana dan keluarganya pergi ke Silo untuk mempersembahkan korban
(ay 3 bdk. Ul 16:16). Korban yang dimaksud mungkin sekali adalah
korban keselamatan (Im 7:11-21), sehingga daging korban dimakan
bersama-sama (ay 4-5).
Dalam pembagian daging korban itu, dalam Kitab Suci
Indonesia dikatakan bahwa Hana mendapat ‘hanya satu bagian’ (ay 5).
NIV/NASB/NKJV: a
double portion (= porsi dobel).
KJV: a worthy
portion (= porsi yang berharga).
RSV: only one
portion (= hanya satu porsi).
Literal: one
portion of two faces (= satu porsi yang bermuka dua).
Adanya kata-kata ‘of
two faces’ (= yang bermuka dua), menyebabkan saya lebih setuju dengan
terjemahan NIV/NASB/NKJV.
Jadi, ayat ini menunjukkan bahwa dalam pembagian daging
korban itu, Hana diistimewakan.
1) Elkana
mempunyai istri kedua yaitu Penina (ay 2).
Ini jelas merupakan hal yang menyakitkan bagi Hana.
Sekalipun dalam Kitab Suci ada istri-istri yang memberikan seorang perempuan
untuk menjadi istri tambahan bagi suaminya (seperti Sara memberikan Hagar
kepada Abraham, Rahel dan Lea memberikan Bilha dan Zilpa kepada Yakub), tetapi
ini jelas merupakan hal yang tidak umum. Pada umumnya, seorang istri pasti akan
menderita / sakit hati kalau suaminya kawin lagi.
2) Hana
tidak mempunyai anak, tetapi Penina mempunyai banyak anak (ay 2b).
a) Pada
saat itu, bagi orang Israel adalah sesuatu yang hina kalau seorang perempuan
tidak bisa mempunyai anak. Mengapa? Adam Clarke menjawab: karena setiap
perempuan ingin Mesias diturunkan dari dia. Kalau ia tidak bisa mempunyai anak,
maka harapan ini tidak mungkin terlaksana. Memang ini aneh, karena Mesias pasti
muncul dari suku Yehuda (Kej 49:10), sehingga perempuan dari suku yang
lain tidak mungkin bisa menurunkan Mesias. Tetapi mungkin pada saat itu mereka
belum tahu bahwa Mesias harus muncul dari suku Yehuda.
b) Andaikata
Penina juga tidak mempunyai anak, maka mungkin sekali Hana tidak terlalu
menderita. Tetapi ternyata saingannya ini mempunyai anak, dan bahkan mempunyai
banyak anak. Ini tentu menyebabkan ia makin menderita, dan makin merasa tidak
berharga di hadapan suaminya.
3) Penina
terus menghina Hana (ay 6,7).
a) Dari
ay 6-7 ini terlihat bahwa Hana adalah seorang yang sabar dan berhati
lembut; ia tidak menjadi marah lalu melabrak Penina.
b) Hana
juga tidak lalu menyalahkan Elkana.
Bandingkan ini dengan Kej 16:5, dimana Sara
menyalahkan Abraham dengan mengatakan bahwa penderitaannya adalah tanggung
jawab Abraham, padahal ia sendiri yang menyuruh Abraham mengambil Hagar.
c) Elkana
tidak menegur Penina.
Ia cuma menghibur Hana dengan hiburan kosong (ay 8).
Bagaimana mungkin bagi Hana ia bisa lebih berharga dari 10 anak laki-laki kalau
ia ternyata kawin lagi?
Bahwa Elkana tidak menegur Penina, tentu merupakan
penderitaan tambahan bagi Hana, dan juga menyebabkan Penina makin berani
menghina Hana.
Penerapan:
Kalau hal itu ada dalam kuasa saudara, jangan membiarkan
penindasan / penghinaan terhadap seseorang. Adalah sesuatu yang salah kalau kita
hanya menghibur orang yang dihina / ditindas, tetapi membiarkan / tidak menegur
orang yang menindas / menghina. Hal ini bisa saudara terapkan terhadap
anak-anak saudara atau pegawai-pegawai saudara, jika yang satu menghina /
menindas yang lain.
4) Penderitaan
Hana berlangsung lama.
Ay 7: ‘dari tahun ke tahun’.
Anak Tuhan memang bisa saja mengalami penderitaan yang
banyak, berat dan lama, sekalipun hidupnya benar di hadapan Tuhan. Karena itu,
kalau saudara betul-betul beriman dan mengikut Tuhan dengan setia, janganlah
terlalu heran kalau saudara mengalami penderitaan yang hebat, banyak dan
berlarut-larut.
1) Hana
berdoa kepada ‘TUHAN semesta alam’ untuk meminta seorang anak laki-laki (ay
11).
Istilah ‘TUHAN semesta alam’ oleh NIV diterjemahkan
dengan istilah ‘The LORD Almighty’.
Ini sebetulnya salah, karena dalam bahasa Ibrani kata-kata yang dipakai adalah
YAHWEH TSEBAOTH yang artinya adalah ‘The
LORD of hosts’ (Dalam ay 3 istilah itu keluar untuk pertama-kalinya
dalam Kitab Suci). Istilah ‘hosts’ (=
rombongan besar) bisa menunjuk pada 2 hal:
·
matahari, bulan, bintang
(bdk. Yes 14:26).
Kalau dipilih arti ini, maka istilah ini menunjukkan
Yahweh sebagai penguasa semua benda angkasa yang disembah agama kafir.
·
malaikat (bdk. Kej 32:2).
Bdk. Maz 148:2-3 (‘segala tentaraNya’ = his hosts).
Yang manapun arti yang benar, istilah ini tetap
menunjukkan kehebatan, kebesaran dan kemahakuasaan Tuhan.
Jadi, pada waktu Hana berdoa untuk problem yang besar, ia
menggunakan sebutan yang menunjukkan kehebatan, kebesaran dan kemahakuasaan
Tuhan. Ini sesuatu yang penting dalam doa! Dari pada selalu menyebut ‘Tuhan’
atau ‘Bapa’ atau ‘Allah’, lebih baik gunakanlah sebutan untuk Tuhan yang sesuai
dengan kebutuhan saudara. Tentu saja jangan menggunakan sembarang sebutan,
tetapi gunakanlah sebutan yang Alkitabiah.
Misalnya:
¨
kalau saudara sedang
membutuhkan bimbingan untuk memilih jalan yang benar, sebutlah Dia dengan
sebutan ‘Gembala yang baik’.
¨
kalau iman saudara sedang goncang
karena adanya bahaya, sebutlah Dia dengan sebutan ‘batu karang’ atau ‘kota
benteng’.
¨
kalau saudara sedang
membutuhkan kesembuhan dari penyakit, sebutlah Dia dengan sebutan ‘Dokter di
atas segala dokter’.
¨
kalau saudara sedang
membutuhkan kasih sayang, pengampunan dosa, sebutlah Dia dengan sebutan ‘Bapa’.
Memang kalau saudara belum terbiasa, maka saudara harus
berpikir pada waktu berdoa, sehingga kelihatannya mengganggu doa saudara.
Tetapi lama kelamaan saudara tidak lagi membutuhkan waktu untuk berpikir.
Jangan menganggap bahwa menyebut seperti ini tidak ada
gunanya. Karena pada waktu saudara menggunakan sebutan yang cocok untuk
kebutuhan saudara, maka saudara seolah-olah sedang berkhotbah kepada diri
saudara sendiri melalui doa itu. Ini bisa menguatkan iman saudara, sehingga
dalam menaikkan doa itu saudara bisa lebih beriman.
2) Doanya
disertai suatu nazar bahwa ia akan menyerahkan anak itu menjadi nazir Allah
yang melayani Tuhan seumur hidupnya (ay 11 bdk. Bil 6:1-21).
Sekalipun saya percaya bahwa di sini nazar Hana ini
sesuai dengan kehendak Tuhan, tetapi saya tidak percaya bahwa kita boleh meniru
nazar seperti ini.
Alasannya:
·
nazar seharusnya hanya
melibatkan diri saudara sendiri, bukan orang lain. Bandingkan dengan nazar
Yefta yang akhirnya mengorbankan anak perempuan tunggalnya (Hak 11:29-40).
·
seseorang menjadi hamba
Tuhan kalau ada panggilan Tuhan. Bagai-mana kalau kita bernazar akan
menyerahkan anak kita menjadi hamba Tuhan, tetapi ternyata Tuhan tidak
memanggil anak itu menjadi hambaNya?
3) Hana
berdoa dalam hati, sambil menangis (ay 10,12-13).
Ini tidak lazim, karena pada saat itu biasanya orang
berdoa dengan suara keras. Ini menyebabkan imam Eli mengira bahwa Hana sedang
mabuk, dan ia lalu menegur Hana (ay 14).
a) Bahwa
Eli bisa mengira Hana sedang mabuk (padahal Hana ada di Kemah Suci),
menunjukkan bahwa mungkin pada saat itu sering ada orang yang pergi ke Kemah
Suci dalam keadaan mabuk, dan ini menunjukkan kebobrokan rohani pada saat itu.
Tidak heran, karena saat itu anak-anak Eli yang brengsek sedang jadi imam (ay
3b 2:29 3:13).
b) Ini
adalah tindakan menghakimi, karena Eli menegur Hana tanpa me-ngetahui duduk
perkaranya dengan jelas.
Seseorang mengatakan: “There should be proof before reproof” (= Harus ada bukti sebelum teguran / celaan).
Catatan: dalam
bahasa Inggris ada permainan kata antara ‘proof’
(= bukti) dan ‘reproof’ (= teguran /
celaan), tetapi permainan kata ini hilang pada waktu kalimat ini diterjemahkan
ke bahasa Indonesia.
c) Eli
buta terhadap kesalahannya sendiri (2:29 bdk. Mat 7:1-5) dan lemah
terhadap kesalahan anak-anaknya (2:22-25,29 3:13), tetapi keras terhadap kesalahan orang lain (Hana).
Ini sikap yang tidak adil / tidak benar, dan karenanya
jangan meniru sikap seperti ini.
d) Dalam
keadaan sedih seperti itupun, Hana tetap menunjukkan diri sebagai orang yang
sabar, lembut dan bisa menguasai dirinya, pada waktu menghadapi teguran Eli
yang tidak pada tempatnya itu. Tanpa marah, dan tetap dengan hormat, ia
menjelaskan persoalannya kepada Eli (ay 15-16). Perhatikan sebutan
‘hambamu’ untuk dirinya sendiri (ay 16,18), dan ‘tuanku’ untuk imam Eli
(ay 15), yang jelas menunjukkan rasa hormat yang besar terhadap Eli,
sekalipun Eli baru saja menuduhnya secara sembarangan.
Renungkan: Kalau
ada seorang hamba Tuhan (bukan nabi palsu) melakukan kesalahan kepada saudara,
apakah saudara mempunyai sikap yang sama dengan sikap Hana?
1) Mendengar
penjelasan Hana itu, Eli lalu memberikan janji bahwa doa Hana akan dikabulkan
(ay 17). Tidak jelas apakah ini ia berikan sekedar untuk menutupi rasa
malunya, atau karena ia betul-betul mendapatkannya dari Tuhan.
2) Hana
tidak sedih lagi, dan ia mau makan (ay 18b).
Ini suatu contoh yang baik, dimana setelah berdoa dan
menyerahkan bebannya kepada Tuhan, ia tidak sedih lagi.
Seringkali orang kristen berdoa, dan menyerahkan beban
kepada Tuhan, tetapi setelah selesai berdoa, bebannya diambil kembali, sehingga
ia tetap sedih. Ini salah! Bandingkan dengan 1Pet 5:7 dimana dikatakan
‘serahkanlah’ bukan ‘titipkanlah’!
3) Tuhan
membuat Hana mengandung lalu melahirkan anak laki-laki yang diberi nama Samuel
(ay 19-20).
a) Adanya
janji Tuhan (ay 17) maupun iman (ay 18), tidak menyebabkan mereka
tidak berusaha. Mereka berusaha untuk membuat Hana mengandung dengan jalan
melakukan persetubuhan (ay 19 - ‘Elkana bersetubuh dengan Hana’).
b) Sekalipun
mereka berusaha, jelas bahwa keberhasilan mereka adalah karena berkat dari
Tuhan.
Ay 19 yang mengatakan ‘TUHAN ingat kepadanya’, juga
ay 5b yang menyatakan bahwa ‘TUHAN telah menutup kandungannya’, menunjukkan
bahwa berhasil atau tidaknya mereka mendapatkan anak, sepenuhnya tergantung
dari ada atau tidaknya berkat dari Tuhan. Bandingkan dengan Maz 127:1-3
berbunyi: “Jikalau bukan TUHAN yang membangun rumah,
sia-sialah usaha orang yang membangunnya; jikalau bukan TUHAN yang mengawal
kota, sia-sialah pengawal berjaga-jaga. Sia-sialah kamu bangun pagi-pagi dan
duduk-duduk sampai jauh malam, dan makan roti yang diperoleh dengan susah payah
- sebab Ia memberikannya kepada yang dicintaiNya pada waktu tidur.
Sesungguhnya, anak-anak lelaki adalah milik pusaka dari pada TUHAN, dan buah
kandungan adalah suatu upah”.
Penerapan:
Kalau saudara menginginkan sesuatu, maka lakukanlah usaha
maximal (sepanjang usaha itu bukan dosa), tetapi setelah itu janganlah
bersandar pada usaha saudara itu, tetapi bersandarlah kepada Tuhan!
Melalui cerita ini kita bisa melihat bahwa segala
penderitaan Hana ada maksudnya, dan berguna untuk kebaikan Hana sendiri.
Apa gunanya penderitaannya itu?
1) Supaya
Hana berdoa dan menjadi lebih dekat dengan Tuhan.
Karena itu, kalau saudara mengalami problem /
penderitaan, anggaplah itu sebagai panggilan dari Tuhan untuk berdoa / mendekat
kepada Dia.
2) Supaya
ada sukacita yang luar biasa.
Andaikata mereka punya anak biasa maka memang akan ada
sukacita, tetapi ini sukacita yang biasa-biasa saja. Tetapi kalau mereka baru
mendapatkan anak setelah lama menunggu, maka akan ada sukacita yang lebih
besar. Dan kalau mereka baru mendapatkan anak setelah lama menunggu, dan anak
itu merupakan jawaban doa, maka mereka mendapat sukacita yang lebih besar lagi.
Bandingkan ini dengan Yoh 16:24 yang berbunyi: “Sampai sekarang kamu belum meminta sesuatupun dalam namaKu.
Mintalah maka kamu akan menerima, supaya penuhlah sukacitamu”.
Karena itu, kalau saudara ingin mempunyai sukacita yang
lebih banyak dan lebih besar, lebih banyaklah dalam berdoa / meminta sesuatu
kepada Tuhan.
3) Supaya
ia bernazar, lalu memberikan Samuel kepada Tuhan, sehingga menjadi imam dan
hakim atas Israel.
Kesimpulannya: penderitaan selalu ada maksudnya dan pasti
berguna untuk kebaikan saudara sendiri. Ini sesuai dengan Ro 8:28 yang berbunyi:
“Kita tahu sekarang, bahwa Allah turut bekerja dalam segala
sesuatu untuk mendatangkan kebaikan bagi mereka yang mengasihi Dia, yaitu
mereka yang terpanggil sesuai dengan rencana Allah”.
Karena itu janganlah kecewa, sedih, putus asa, atau
mundur dari Tuhan pada waktu menghadapi penderitaan! Sebaliknya tetaplah
percaya, tetaplah bersukacita, dan mendekatlah kepada Tuhan dengan banyak
berdoa.
-AMIN-
email us at : gkri_exodus@lycos.com