Eksposisi Kitab Samuel yang
Pertama
oleh : Pdt. Budi Asali M.Div.
Pada
waktu Yesus mengabulkan doa dari 10 orang yang sakit kusta, maka 9 diantaranya
melupakan Tuhan secara total (Luk 17:11-19). Cerita hari ini menunjukkan bahwa
Hana (dan juga Elkana) bukanlah orang seperti itu. Dalam 1Sam 1:19-20 kita
melihat bahwa Tuhan mengabulkan doa / keinginan mereka dengan memberikan kepada
mereka seorang bayi laki-laki. Apa yang lalu dilakukan oleh Hana (dan Elkana)?
Nama ‘Samuel’ berarti ‘asked
of God’ (= diminta dari Allah).
Memang orang bisa saja memberi suatu nama kepada anaknya
tanpa mempedulikan artinya, tetapi disini Hana memberikan nama Samuel “sebab katanya: ‘Aku telah memintanya dari pada TUHAN’” (ay 20).
Jadi, pemberian nama ini sudah menunjukkan bahwa pada
waktu Hana mendapatkan apa yang diinginkannya / dikabulkan doanya ia tidak lupa
kepada Tuhan, dan ia sadar / percaya bahwa bayi itu memang merupakan pemberian
Tuhan sebagai jawaban doanya.
Penerapan:
Pada waktu kita menerima berkat Tuhan / jawaban doa,
bagaimana kita menyebut berkat itu bisa menunjukkan apakah kita percaya bahwa
itu adalah pemberian Allah atau tidak.
Misalnya kita pergi ke luar kota dan berdoa supaya Tuhan
melindungi. Di tengah jalan kita nyaris mengalami kecelakaan, dan kita
menyebutnya sebagai ‘hokgi’ / nasib mujur. Ini tidak menunjukkan bahwa kita
menyadari bahwa luputnya kita dari kecelakaan itu adalah berkat dari Tuhan!
1) Elkana
menepati nazarnya kepada Tuhan (1:21).
Kata-kata ‘korban nazarnya’ dalam KJV/RSV/NIV/NASB adalah
‘his
vow’. Jadi jelas bahwa ini tidak mempersoalkan nazar Hana (karena tidak di-katakan
‘her vow’), tetapi nazar
Elkana sendiri (yang tidak diceritakan sebelumnya).
2) Hana
mengambil keputusan untuk menepati nazarnya dengan menyerah-kan Samuel kepada
Tuhan seumur hidupnya (1:21-22 bdk. 1:11).
Kalau dalam 1:22 dikatakan bahwa Hana tidak ikut pergi ke
Kemah Suci, jangan menganggap bahwa ini menunjukkan bahwa setelah menerima
berkat dari Tuhan, Hana justru berbuat dosa / menjauhkan diri dari Tuhan. Juga
jangan menganggap ini sebagai ijin bagi ibu yang melahirkan untuk tidak
berbakti kepada Tuhan. Mengapa? Karena pada jaman itu, pergi ke Kemah Suci /
Bait Allah 3 x dalam setahun, hanya diperintahkan kepada orang Israel laki-laki
saja (Kel 23:17)! Perempuan boleh ikut, tetapi tidak diharuskan!
3) Elkana
menyetujui keputusan istrinya untuk menepati nazarnya (1:23a).
Dalam Bil 30:6-7 dikatakan bahwa nazar seorang istri
harus disetujui oleh suami, kalau tidak maka nazar itu batal.
Kata-kata ‘Tuhan kiranya menepati janjiNya’ mungkin
menunjuk pada janji Tuhan kepada mereka tentang Samuel yang tidak tercatat
dalam Kitab Suci (yang terjadi antara saat Hana berdoa di Kemah Suci dan saat
dia mendapatkan anak).
4) Setelah
penyapihan anak, Hana tetap tidak berubah dari keputusannya itu dan ia
menyerahkan anaknya kepada Tuhan seumur hidupnya (1:23b-28).
a) Kalau
dilihat dari kitab Apocrypha, maka dikatakan dalam 2Makabe 7:27 bahwa pada saat
itu, penyapihan dilakukan pada saat anak berusia 3 tahun.
Catatan: saya
menggunakan Apocrypha, bukan berarti bahwa saya menerima Apocrypha sebagai Firman
Tuhan. Saya hanya menggunakannya sebagai suatu kitab kuno melalui mana kita
bisa mempelajari tradisi jaman dahulu. Tetapi tentu saja otoritas maupun
tingkat kebenarannya tidak bisa disamakan dengan Alkitab.
b) Setelah
waktu yang begitu lama, dan pada saat anak itu sedang lucu-lucunya, sehingga
tentu berat bagi Hana untuk memberikan anak itu kepada Tuhan, Hana tetap tidak
berubah dari keputusannya dan ia menyerahkan anaknya kepada Tuhan untuk seumur
hidupnya.
c) 1:24
- ‘lembu jantan berusia 3 tahun’.
Ada manuscript yang menuliskan ‘3 lembu jantan’.
Kalau dilihat dari banyaknya tepung, yaitu 1 efa, maka
mungkin yang benar adalah 3 lembu jantan (bdk. Bil 15:8-10 yang
menunjukkan bahwa tepung yang dibutuhkan untuk 1 ekor lembu seharusnya hanya
0,3 efa).
Kesimpulan: baik
Hana maupun Elkana menepati nazarnya kepada Tuhan (Bdk.
Pengkhotbah 5:4-6).
Dalam Maz 116:17-19 ditunjukkan tentang orang yang
menepati nazar dengan pujian kepada Tuhan, dan ini menunjukkan bahwa ia
menepati nazarnya kepada Tuhan bukan dengan perasaan terpaksa, menyesal, dsb,
tetapi dengan syukur, pujian dan sukacita. (bdk. 1Sam 2:1 yang menunjukkan
Hana berdoa memuji Tuhan, sehingga jelas menunjukkan bahwa ia menepati nazar
dengan sukacita / syukur).
Apa saja yang ia ucapkan dalam doa /
nyanyian pujian ini?
1) Pengakuan
bahwa Tuhanlah yang memberikan berkat / pertolongan itu kepada Dia (2:1).
Ini terlihat dari kata-kata ‘oleh TUHAN’ (2:1a) dan
‘pertolonganMu’ (2:1b).
Sadarlah bahwa Tuhan memang menghendaki pengakuan kita!
Bdk. Amsal 3:6 - “Akuilah Dia dalam segala
lakumu, maka Ia akan meluruskan jalanmu”.
2) Pujian
kepada Tuhan (2:2,3b,10).
·
Tuhan itu kudus (2:2a).
·
Tuhan itu unik (2:2b).
·
Tuhan itu perlindungan kita
(2:2c).
·
Tuhan itu maha tahu (2:3b).
·
Tuhan itu mahakuasa dan
adil (2:10).
3) Tuhan
sering membalik nasib manusia (2:3-8).
Bandingkan dengan ucapan bahagia dalam
Luk 6:20-26.
·
Ini tentu tidak boleh
diartikan bahwa semua orang yang sekarang
kaya nantinya akan menderita, dan semua
orang yang sekarang miskin nantinya akan enak.
Yang dimaksud dengan orang yang mula-mula menderita,
jelas adalah orang yang percaya. Sedangkan yang dimaksud dengan orang yang
sekarang enak, tetapi nanti menderita, jelas adalah orang fasik yang tidak
percaya kepada Tuhan. Ini terlihat dengan jelas dari 2:9-10.
Calvin: “These passages show the
ancient fathers to have known well that, however the saints were buffeted
about, their final end was to be life and salvation, while the way of the wicked
is a pleasant felicity by which they gradually slip into the whirlpool of
death” (= Text-text ini
menunjukkan bahwa bapa-bapa kuno mengetahui benar bahwa, bagaimanapun
orang-orang kudus dipukuli, tujuan akhir mereka adalah kehidupan dan
keselamatan, sementara jalan orang fasik adalah kebahagiaan yang menyenangkan
dengan mana mereka perlahan-lahan meluncur ke dalam pusaran air kematian) - ‘Institutes of
the Christian Religion’, Book II, chapter X, no 18. Bdk. Mat 7:13-14 Maz 73:1-20 Yer 12:1-4.
·
Ini menunjukkan bahwa orang
percaya yang ikut Tuhan memang sering ada dalam penderitaan, kemiskinan,
kesukaran, dsb. Sebaliknya, orang fasik yang tidak percaya kepada Tuhan
seringkali justru mengalami nasib yang baik. Tetapi keadaan tidak akan
selama-lamanya seperti itu. Ada waktunya Tuhan akan membalik nasib mereka,
kalau tidak dalam hidup yang sekarang ini (misalnya kehidupan Daud), pastilah
dalam kehidupan yang akan datang (bdk. Luk 16:19-31). Bdk. juga dengan
Maz 73!
·
Pengertian dan kesadaran
tentang hal ini penting, karena kalau tidak kita mungkin sekali akan hidup
dalam sungut-sungut, kekecewaan, kesedihan, bahkan kejengkelan terhadap Tuhan!
Tetapi kalau kita mengerti hal ini, dalam penderitaanpun kita bisa tetap
percaya, berharap, bahkan memuji dan bersyukur kepada Tuhan!
Hana
(dan Elkana) menanggapi berkat dari Tuhan dengan cara yang benar. Bagaimana
sikap saudara dan apa yang saudara lakukan kalau saudara menerima berkat /
jawaban doa dari Tuhan?
-AMIN-
email us at : gkri_exodus@lycos.com