Eksposisi Kitab Samuel yang
Pertama
oleh : Pdt. Budi Asali M.Div.
1) Ay
1a: Ada 2 penafsiran tentang ay 1a ini:
a) Ada
satu dua penafsir (Keil & Delitzsch, Matthew Poole) yang berpendapat bahwa
ay 1a ini memang termasuk dalam 1Sam 4, dan penafsirannya harus dihubungkan
dengan 1Sam 4:1b-dst.
Jadi lalu dikatakan bahwa ‘perkataan Samuel’ dalam
ay 1a ini merupakan instruksi untuk berperang yang menyebabkan Israel
berperang melawan Filistin dalam ay 1b-2.
Kalau penafsiran ini benar maka ini menunjukkan bahwa
sekalipun bangsa Israel berperang atas instruksi seorang nabi, tetapi karena
dalam diri mereka tidak terjadi pertobatan, Tuhan tetap tidak menyertai mereka,
sehingga mereka kalah.
b) Mayoritas
penafsir berpendapat bahwa ay 1a ini sebetulnya termasuk dalam 1Sam 3,
dan harus dihubungkan dengan 1Sam 3:19-21, sehingga tidak ada hubungannya
dengan 1Sam 4:1b-dst.
Saya setuju dengan penafsiran ini, dengan alasan:
·
ay 1a ini lebih cocok
dihubungkan dengan 1Sam 3:19-21, karena 1Sam 3:19-21 ini berbicara
tentang firman Tuhan, kenabian Samuel dsb.
·
dalam 1Sam 4 ini
kelihatannya Samuel belum mempunyai otoritas apa-apa (kalau ia mempunyai otoritas,
tidak mungkin ia membiarkan Israel membawa tabut Allah dalam berperang),
sehingga tidak mungkin ia mempunyai otoritas untuk memerintahkan perang.
2) Dalam
perang itu Israel berkemah di Eben-Haezer (ay 1b).
Penggunaan nama di sini berlaku surut, karena sebetulnya
pemberian nama tersebut baru terjadi 20 tahun setelah peristiwa ini (bdk.
7:12).
Hal seperti ini sering terjadi, misalnya: Yudas sudah
disebut sebagai ‘yang mengkhianati Dia’ (Mat 10:4) sebelum ia melakukan hal
itu.
Semua ini bisa terjadi karena para penulis Kitab Suci
menulis setelah peristiwanya terjadi.
3) Dalam
perang ini Israel kalah dan 4000 orang Israel tewas (ay 2).
4) Reaksi
/ sikap Israel menghadapi kekalahan itu (ay 3-5):
a) Mereka
bertanya-tanya: ‘Mengapa TUHAN membuat kita terpukul kalah oleh orang Filistin
pada hari ini?’ (ay 3a).
·
Mereka percaya bahwa
Tuhanlah yang membuat mereka kalah. Ini pandangan Reformed dan ini benar. Semua
yang terjadi hanya bisa terjadi karena pengaturan Tuhan.
Tetapi sekalipun mereka mempunyai pandangan teologis yang
benar, hidup mereka tidak benar! Apakah saudara juga adalah orang yang seperti itu?
·
Berbeda dengan Yosua yang
pada waktu kalah dari Ai lalu bertanya kepada Tuhan / melakukan introspeksi
(Yos 7:7-9), mereka hanya bertanya seorang kepada yang lain, dan tidak
melakukan introspeksi.
Penerapan:
Kalau ada penderitaan / bencana, lakukanlah introspeksi!
Mengapa? Karena sekalipun penderitaan / bencana tidak selalu terjadi karena
adanya dosa, tetapi penderitaan / bencana itu bisa terjadi karena adanya dosa.
Dan kalau penderitaan / bencana itu memang terjadi karena adanya dosa, maka
penderitaan / bencana itu tidak akan hilang sebelum saudara bertobat dari dosa
itu.
·
Pertanyaan mereka ini
sebetulnya ada jawabnya secara jelas dalam Taurat Musa. Bacalah
Ul 28:7,25
Im 26:3,7-8,14,17 Bdk. 1Sam 7:3. Bdk. juga dengan Maz 78:56-64.
Jelas dari semua ini bahwa mereka kalah karena adanya
dosa!
b) Para
tua-tua Israel memutuskan untuk membawa tabut Allah dalam perang itu, dan
nasehat ini dituruti oleh Israel (ay 3b-4).
·
Mereka tidak melapor /
meminta nasehat kepada Samuel, nabi muda itu (3:19-4:1a), tetapi mengabaikannya.
Mereka lebih percaya pada para tua-tua, Hofni dan Pinehas (ay 4b), dan Eli (ay
12-17) yang tidak rohani.
Penerapan:
Hal seperti ini ada dalam banyak gereja, dimana orang tua
yang tidak rohani tetap lebih dipercaya dari pada orang muda yang rohani.
Tetapi ini adalah hal yang salah.
Bdk. Maz 119:98-100
1Tim 4:12.
·
Mereka bukan saja tidak
melakukan introspeksi, tetapi mereka juga bahkan tidak berdoa!
·
Mengapa mereka memutuskan
untuk membawa tabut Allah itu? Ada beberapa alasan:
*
Mereka melihat Kitab Suci,
dimana dalam Bil 14:44,45 Israel perang tanpa tabut dan mereka kalah,
sedangkan dalam Yos 6 mereka perang dengan tabut dan mereka menang.
Ayat-ayat lain yang mungkin ada dalam pikiran mereka adalah:
Þ
Yos 3-4, dimana mereka
menyeberangi Sungai Yordan dengan membawa tabut
Þ
Bil 10:35-36.
Penerapan:
Hati-hati dengan dasar Kitab Suci yang ditafsirkan secara
ngawur!
*
Dengan membawa tabut, yang
merupakan simbol kehadiran Allah itu, mereka mau memaksa Tuhan untuk menyertai
dan menolong / memberkati mereka dalam peperangan.
Tetapi di sini mereka hanya mempunyai simbolnya, bukan kehadiran
Allahnya, karena adanya dosa-dosa mereka.
Penerapan:
Dalam Perjamuan Kudus, roti dan anggur ini bisa hanya
menjadi simbol yang kosong kalau kita mengikutinya dengan mempertahankan dosa!
Bdk. 1Kor 11:27-31.
*
Mereka menjadikan tabut itu
seperti jimat / berhala.
Pulpit Commentary: “They looked for deliverance from
the ark of the Lord, rather than from the Lord of the ark” (= mereka
mencari pembebasan / pertolongan dari ‘tabut dari Tuhan’ dan bukan dari ‘Tuhan
dari tabut’).
Penerapan:
Jangan menjadikan Kitab Suci, salib, foto Yesus dsb
sebagai jimat / berhala. Demikian juga dengan roti dan anggur dalam Perjamuan
Kudus!
Contoh: seorang
gadis peranakan Yahudi jengkel melihat saya menjatuhkan / ‘membanting’ Kitab
Suci ke meja pada waktu saya berkhotbah, karena sebagai orang Yahudi ia diajar
untuk menghormati Kitab Suci, mencium Kitab Suci dsb. Ini jelas merupakan
pemberhalaan terhadap Kitab Suci.
Catatan: ini berbeda
dengan suatu situasi dimana orang kristen dipaksa meludahi salib / Kitab Suci.
Ia tidak boleh menuruti paksaan itu demi menyelamatkan nyawa, karena dalam hal
ini arti tindakan itu adalah menyangkal Yesus.
*
Mereka meniru bangsa-bangsa
kafir yang kalau berperang membawa dewa / berhalanya.
·
Eli yang sudah tua dan buta
tidak mencegah mereka / tidak bisa mencegah mereka membawa tabut ke dalam
peperangan. Ia hanya bisa kuatir saja (ay 13).
Penerapan:
Pemimpin yang lemah / tak tegas, tidak akan dihormati /
dihargai / ditaati!
c) Pada
waktu tabut itu sampai diperkemahan mereka, mereka bersorak dengan nyaring,
sehingga bumi bergetar (ini tentu Hyperbole, yaitu gaya bahasa
melebih-lebihkan), dan sorakan itu terdengar oleh orang Filistin (ay 5-6).
Mengapa mereka bersorak? Beberapa
kemungkinan alasan:
·
Secara psikologis, mereka
ingin menguatkan keyakinan diri sendiri / membangkitkan keberanian mereka.
·
Mereka bersorak karena
yakin akan menang / supaya menang.
Bdk. Yos 6:16,20 Hak 7:18,20 dimana sorakan menimbulkan kemenangan.
Tetapi perlu diingat bahwa bersorak bersama Allah berbeda dengan
bersorak tanpa Allah!
·
Mereka ingin menakut-nakuti
musuh (bdk. ay 6-8).
1) Orang
Filistin memang menjadi takut (ay 6-8).
Dalam ay 8 mereka berkata: ‘Inilah juga Allah yang telah
menghajar orang Mesir dengan berbagai-bagai tulah di padang gurun’.
Sebetulnya Tuhan menghajar orang Mesir sebelum Israel
mencapai padang gurun. Jadi kata-kata mereka ini salah, tetapi bukan Kitab Sucinya
yang salah. Kitab Suci menuliskan secara akurat kata-kata mereka yang
salah itu.
2) Tetapi
orang Filistin bukannya menyerah / putus asa, tetapi sebaliknya makin
bersungguh-sungguh dalam perang (ay 9).
Penerapan:
Ini adalah sesuatu yang harus ditiru. Adanya bahaya /
problem, tidak boleh menyebabkan kita mundur / putus asa / kecil hati /
menyerah, tetapi sebaliknya harus menyebabkan kita makin serius dalam berjuang.
Adakah problem dalam pelayanan / kerohanian saudara? Bagaimana sikap saudara
menghadapinya?
3) Orang
Israel mengalami kekalahan yang jauh lebih besar dari kekalahan pertama dalam
ay 2 di atas (ay 10-11).
Dalam peperangan yang ini:
·
orang Israel yang mati
adalah 30.000 orang.
·
Hofni dan Pinehas mati (ini
genapi firman Tuhan dalam 2:34).
·
tabut Allah itu dirampas.
Jadi dari sini terlihat bahwa:
a) Allah
menghajar Israel dengan menggunakan orang kafir.
Penerapan:
Kalau saudara berdosa, jangan heran kalau Tuhan menggunakan
orang kafir untuk menghajar / menindas saudara.
b) Tindakan
Israel membawa tabut dalam peperangan itu sia-sia.
Ada 2 kutipan dari Pulpit Commentary:
·
“The ark of God itself could do nothing for men who by their
sins had driven away the God of the ark” (= tabut
dari Allah itu sendiri tidak dapat berbuat apa-apa untuk orang-orang yang
dengan dosa-dosa mereka telah mengusir Allah dari tabut).
·
“How vain is the possession of the form of religion without its
spirit” (= Betapa sia-sianya
memiliki bentuk agama tanpa rohnya).
Bdk. Mat 5:20
2Tim 3:5.
Penerapan:
Hal yang sama terjadi kalau saudara:
*
Dibaptis / ikut Perjamuan
Kudus tanpa iman.
*
Ikut Kebaktian / Pemahaman
Alkitab, bersaat teduh tanpa kesungguhan / kerinduan kepada Tuhan.
*
Melayani Tuhan tanpa cinta
kepada Tuhan.
1) Eli
(ay 12-18).
a) Satu
hal yang baik / rohani dari Eli terlihat di sini.
Ia ‘berdebar-debar hatinya’ bukan memikirkan tentara
Israel ataupun kedua anaknya (Hofni dan Pinehas), tetapi memikirkan tabut Allah
(ay 13). Dan akhirnya pada waktu mendengar kabar dari si pembawa berita, ia
tetap bertahan pada waktu mendengar bahwa tentara Israel kalah (ay 17a), juga
pada waktu mendengar bahwa kedua anaknya mati (ay 17b), tetapi ia kaget, jatuh
dan mati pada waktu mendengar bahwa tabut Allah itu dirampas musuh (ay 17c-18).
Ini menunjukkan bahwa ia memikirkan Tuhan lebih dari
semua.
b) Kebanyakan
orang, bahkan mungkin semua, berpendapat bahwa Eli tetap selamat, tetapi
seperti ‘dari dalam api’ (bdk. 1Kor 3:15).
Jangan saudara bersikap ‘sok tidak tamak’ dengan berkata bahwa
sudah cukup bagi saudara untuk masuk surga pas-pasan. Ingat bahwa Tuhan pasti
akan lebih senang kalau saudara lulus dengan nilai yang baik, dari pada kalau
saudara lulus pas-pasan!
c) Eli
mempunyai jabatan yang sangat tinggi, yaitu sebagai hakim dan imam besar. Dan
ia melayani cukup lama, yaitu selama 40 tahun (ay 18b). Tetapi sekarang
terlihat bahwa seluruh pelayanannya hancur dan sia-sia (imam besar mati, 2 imam
mati, tabut dirampas, Israel kalah perang).
Ada 2 hal yang perlu diperhatikan:
·
Mengapa semua ini terjadi?
Secara umum Eli bukan orang bejat, tetapi ia mempunyai
kelemahan / dosa yang kelihatan remeh, yaitu dimana ia lemah / kurang tegas
kepada anak-anaknya / bawahannya! Ini menjadi menyebabkan pelayanannya hancur /
sia-sia.
Penerapan:
Dosa remeh dalam diri kita, yang kita biarkan terus, bisa
menyebabkan hidup / pelayanan kita menjadi sia-sia!
·
Kesia-siaan pelayanan Eli
baru terlihat pada akhir hidupnya!
Penerapan:
Kalau saudara memelihara dosa, dan saudara melihat bahwa
pelayanan saudara kelihatannya diberkati Tuhan, maka sadarilah bahwa hancurnya
/ sia-sianya pelayanan saudara bisa terlihat nanti (bdk. 1Kor 3:13-15)!
2) Istri
Pinehas (ay 19-22).
a) Sama
seperti Eli, istri Pinehas ini juga paling memperhatikan berita tentang
dirampasnya tabut Allah oleh musuh.
·
Sekalipun kematian
mertuanya (Eli) dan suaminya (Pinehas), juga menyedihkan hatinya, sehingga
kedua faktor ini juga disebutkan dalam ay 19,21, tetapi jelas ia paling
sedih karena dirampasnya tabut (ay 22).
Penerapan:
Kalau saudara menerima 2 berita duka, yang pertama rumah
saudara terbakar, dan yang kedua gereja saudara tutup. Kira-kira yang mana yang
lebih menyedihkan saudara?
·
Pada waktu
perempuan-perempuan yang menolongnya melahirkan anak berkata bahwa ia
melahirkan anak laki-laki, ia tidak menjawab, bukan karena ia sudah mati,
tetapi karena sukacita karena kelahiran anak itu tidak bisa mengatasi
kesedihannya karena dirampasnya tabut Allah!
Penerapan:
Kalau saudara menerima hadiah mobil baru, dan bersamaan
dengan itu gereja saudara hancur, bagaimana reaksi saudara? Gembira atau sedih?
b) Kesalehan
sering ada di tempat yang tak terduga. Istri Pinehas yang adalah orang bejat
itu, ternyata adalah orang saleh. Mungkin bejatnya suaminya menyebabkan ia
makin mendekat kepada Tuhan.
Penerapan:
·
kalau saudara punya
pasangan yang bejat, jangan menjadikan hal itu alasan untuk ikut bejat /
menjadi kurang rohani. Tirulah istri Pinehas ini!
·
kalau pasangan saudara
adalah orang yang rohani, lebih-lebih lagi saudara harus rohani!
c) Bagaimanapun
juga, pemberian nama Ikabod (artinya: ‘dimanakah kemuliaan’ atau ‘tidak ada
kemuliaan’), adalah sesuatu yang salah.
Alasan saya:
·
Ini bisa memberikan akibat
yang jelek bagi anak itu. Bayangkan kalau ada orang punya anak pada saat
uangnya ludes, dan ia lalu memberi nama anaknya ‘Ludes’, ‘Bangkrut’, ‘Mbo Lui’
atau ‘Krismon’! Ini bisa menjadikan anak itu sebagai bahan tertawaan.
·
Sekalipun:
*
Banyak orang Israel mati.
*
Kedua imam Hofni dan
Pinehas mati.
*
Imam besar Eli mati.
*
Istri Pinehas mati.
*
Tabut Allah dirampas musuh.
tetapi Tuhan bekerja melalui semua ‘kekalahan’ ini dengan
tujuan supaya menang! Dengan hancurnya semua kebrengsekan ini, dan dengan
dibasminya angkatan tua yang brengsek (Catatan: kalau dalam gereja ada angkatan
tua yang brengsek, ini peringatan keras untuk mereka!), maka mulai 1Sam 7,
Allah memulihkan kerohanian Israel melalui Samuel.
Jadi jelas bahwa Allah tidak mungkin kalah / kehilangan
kemuliaan. Ia hanya bekerja melalui ‘kekalahan / kehilangan kemuliaan’ itu
untuk menuju pada kemenangan / kemuliaan (ini seperti salib, yang kelihatannya
adalah suatu kekalahan, tetapi sebetulnya merupakan kemenangan!).
-AMIN-
email us at : gkri_exodus@lycos.com