Eksposisi Kitab Samuel yang
Pertama
oleh : Pdt. Budi Asali M.Div.
1) Orang
Filistin meminta nasehat para imam dan petenung mereka (6:1-2).
Dalam 1Sam 5 kita telah melihat bahwa mereka telah memutuskan
untuk mengembalikan tabut itu ke Israel, tetapi mereka tidak tahu cara yang
tepat untuk melakukan hal itu. Mungkin mereka takut kalau caranya salah, Tuhan
akan menghajar mereka dengan lebih hebat. Karena itulah mereka minta nasehat
kepada para imam dan petenung mereka
2) Nasehat
dari para imam dan petenung (6:3-9):
a) Salah
satu hal yang menarik dan bijaksana dalam nasehat ini adalah bahwa mereka mau
belajar dari sejarah / pengalaman orang lain (6:6).
Mereka tahu bahwa Mesir dan Firaun dihajar oleh Tuhan
karena berkeras hati dengan tidak mau membiarkan bangsa Israel pergi, dan
mereka tidak mau mengalami apa yang dialami oleh Mesir / Firaun. Karenanya
mereka menasehati untuk tidak berkeras hati (6:6a).
Penerapan:
Dari pengalaman orang lain, kita harus belajar bukan
hanya untuk melakukan hal yang positif, tetapi juga untuk tidak melakukan hal
yang negatif!
b) Mereka
menasehatkan untuk tidak mengembalikan tabut Allah itu dengan tangan hampa,
tetapi dengan membayar tebusan salah kepada Tuhan (6:3), yaitu: lima borok emas
dan lima tikus emas, sesuai dengan tulah yang Tuhan berikan kepada mereka
(6:4-5).
Orang-orang
kafir ini berusaha membayar tebusan salah, dan ini menunjukkan bahwa manusia sebetulnya
tahu bahwa dosa-dosanya terhadap Allah membutuhkan penebusan! Tetapi sayangnya
mereka memberikan tebusan salah sekehendak mereka sendiri. Satu-satunya tebusan
salah yang bisa memadamkan amarah Tuhan adalah pengorbanan Yesus Kristus di
atas kayu salib! Bdk. 2Kor 5:18-21
1Pet 1:18-19. Karena itulah maka tanpa Kristus tak mungkin ada
keselamatan!
c) Mereka juga menasehatkan untuk mengembalikan tabut itu
dengan menggunakan:
·
sebuah kereta baru (6:7).
Penggunaan kereta baru (bukannya kereta bekas) ini
jelas menunjukkan takut dan hormat mereka kepada Tuhan / tabut.
·
2 ekor lembu yang:
*
menyusui, yang anak-anaknya
ditahan di rumah (6:7).
*
belum pernah kena kuk (6:7)
d) Menguji apakah memang tangan Tuhan yang mendatangkan malapetaka
yang hebat itu atau tidak. Kalau lembu-lembu itu langsung pergi ke Bet Semes
(kota Israel yang terdekat dengan Ekron), maka itu berarti semua itu memang
dari Tuhan, dan kalau tidak, maka semua itu menimpa mereka secara kebetulan
(6:9).
·
Perlu diketahui bahwa
penggunaan 2 ekor lembu yang menyusui dan penahanan anak-anak lembu itu di
rumah, mempunyai hubungan dengan pengujian ini. Mengapa? Karena lembu yang
menyusui tidak akan mau meninggalkan anak-anaknya yang ditahan di rumah. Karena
itu kalau ternyata lembu-lembu itu mau meninggalkan anak-anaknya dan pergi ke
Israel, itu merupakan bukti bahwa tangan Tuhanlah yang melakukan semua itu.
·
Demikian juga dengan
penggunaan lembu yang belum pernah kena kuk. Ini bukan berarti sekedar
penggunaan lembu baru untuk menghormati Tuhan / tabut, tetapi juga berhubungan
dengan pengujian dalam 6:9 ini, karena lembu yang belum pernah memakai kuk,
biasanya berontak pada waktu diberi kuk dan disuruh menarik kereta.
Bahwa mereka melakukan pengujian ini, menunjukkan bahwa
mereka sebetulnya belum 100 % yakin bahwa Tuhanlah yang menyebabkan
malapetaka. Mereka masih menganggap adanya kemungkinan bahwa semua itu terjadi
secara kebetulan (6:9b).
Penerapan:
Ada sesuatu yang bisa kita pelajari dari sini. Kalau kita
mengalami malapetaka, dan kita memperkirakan adanya kemungkinan (belum
pasti) bahwa malapetaka itu terjadi karena ‘suatu hal’ yang kita lakukan (atau
‘suatu hal’ yang tidak kita lakukan), maka kita harus mencoba dengan untuk
‘bertobat dari hal itu’. Dengan demikian kita bisa tahu apakah malapetaka itu
terjadi karena ‘hal itu’ atau tidak.
Catatan: ‘Hal itu’
bukanlah sesuatu yang jelas-jelas adalah dosa. Kalau jelas merupakan dosa, maka
tidak perlu diuji. Kita harus langsung bertobat dari dosa itu. Tetapi kalau
bisa dosa bisa tidak, maka perlu diuji. Misalnya kita pindah gereja, atau
pindah pelayanan, atau memindahkan perpuluhan kita dari gereja A ke gereja B,
dsb.
3) Orang-orang
Filistin mentaati nasehat dari para imam dan petenung mereka (6:10-12).
Apa yang lalu terjadi? Perhatikan 6:12.
Ternyata lembu-lembu itu:
a) Langsung menunju ke Bet Semes dengan tidak menyimpang ke
kanan atau ke kiri.
b) Berjalan sambil menguak.
Kebanyakan penafsir berpendapat bahwa menguaknya
lembu-lembu itu menunjukkan bahwa mereka ingin pergi kepada anak-anaknya,
tetapi karena tangan Tuhan mengarahkan mereka ke Bet Semes, maka mereka
terpaksa pergi ke Bet Semes dengan menguak.
Penerapan:
Kedua lembu ini memang dipaksa oleh Tuhan untuk melayani
/ mentaati Dia. Tetapi terhadap kita manusia, Tuhan berfirman supaya kita tidak
seperti kuda atau bagal yang baru mau menurut kalau dikendalikan dengan kekang
(Maz 32:8-9).
Sebetulnya semua ini juga membuktikan bahwa tidak ada
sesuatu yang terjadi secara kebetulan! Segala sesuatu, tanpa kecuali, diatur
oleh Tuhan / Providence of God. Bdk.
1Raja 22:34
Mat 10:29-31
Kel 21:13 (bdk. Ul 19:4-5).
4) Semua
ini disaksikan oleh para raja orang Filistin yang mengikuti lembu-lembu itu
dari belakang (6:12b,16).
Dengan demikian mereka mendapatkan bukti bahwa semua
malapetaka yang menimpa mereka bukanlah barang kebetulan, tetapi sengaja dilakukan
oleh Tuhan supaya mereka mengembalikan tabut itu.
Tetapi sekalipun mereka melihat semua itu, mereka tetap
tidak mau meninggalkan Dagon dan berpaling kepada Allah Israel!
1) Tabut
Allah bisa kembali sendiri (6:13).
Orang Israel tidak mengusahakan kembalinya tabut itu,
karena mereka takut kepada orang Filistin. Tetapi ternyata berbeda dengan Dagon
yang pada waktu jatuh tidak bisa kembali sendiri dan harus dikembalikan ke
tempatnya oleh para penyembahnya (5:3), maka Allah bisa membuat tabut Allah
pulang sendiri! Bdk. Hak 6:28-32.
2) Sikap
orang Israel pada waktu tabut kembali (6:13-15).
Berbeda dengan ladang orang Filistin yang dihancurkan
oleh tikus, ladang orang Israel ternyata memberikan hasil yang baik, sehingga
mereka bisa menuai gandum (6:13a). Jelas saat itu mereka sedang sangat sibuk
(dengan pekerjaan / hal duniawi), tetapi pada waktu mereka melihat tabut itu
kembali, mereka bersukacita, dan meninggalkan pekerjaan / hal duniawi itu, dan
mengurusi tabut Allah itu! Ini menunjukkan bahwa orang-orang Israel itu
mengutamakan Tuhan / hal rohani di atas pekerjaan mereka / hal duniawi!
Bandingkan tindakan mereka ini dengan tindakan banyak orang yang justru
meninggalkan gereja demi pekerjaan / hal-hal duniawi!
Penerapan:
·
Yang mana yang saudara
utamakan? Tuhan atau pekerjaan? Tuhan atau uang? Tuhan atau study? Tuhan atau
pacar? Tuhan atau anak? Tuhan atau suami / istri? Tuhan atau hobby? Ingat bahwa
Kel 20:3 berkata: Jangan ada padamu allah lain di hadapanKu!
·
Pergi ke Pemahaman Alkitab
tidak bisa, tetapi kalau ke bioskop / pesta pernikahan / orang mati bisa! Ini
mengutamakan hal duniawi lebih dari Tuhan!
·
Kalau hujan tidak bisa ke
gereja, tetapi tetap bisa kerja / sekolah! Ini juga mengutamakan hal duniawi!
3) Kesalahan
orang Israel:
a) Orang
Israel lalu membelah kayu kereta itu dan mempersembahkan lembu-lembu itu
sebagai korban bakaran (6:15).
Seorang penafsir yang bernama Matthew Poole mengatakan
bahwa di sini sebetulnya tindakan mereka sudah mengandung kesalahan, karena
mereka mempersembahkan lembu betina sebagai korban bakaran, sedangkan
Im 1:3 dan Im 22:19 mengatakan bahwa untuk korban bakaran harus
digunakan lembu jantan.
Kesalahan ini masih ditoleransi oleh Tuhan (dalam arti
tidak langsung dihukum), mungkin karena Tuhan melihat bahwa semua itu mereka
lakukan karena semangat mereka bagi Tuhan.
Tetapi bagaimanapun dari sini kita bisa mengambil suatu pelajaran,
yaitu bahwa kita harus hati-hati supaya pada waktu sukacita kita tidak lalu
bertindak sembarangan / tak sesuai Firman Tuhan.
b) Ada
orang-orang Bet Semes yang melihat ke dalam tabut itu.
Tuhan tidak mau menoleransi kesalahan yang ini dan mereka
langsung dihukum mati (6:19), sesuai dengan Bil 4:5-6,15,20.
Beberapa hal yang bisa kita pelajari dari bagian ini:
·
Dalam bagian ini ada
problem tentang berapa jumlah orang yang mati.
Kitab Suci Indonesia, RSV, dan NIV menyebutkan 70 orang
(sesuai pandangan Josephus, ahli sejarah Yahudi), tetapi KJV dan NASB
menyebutkan 50.070 orang (lima puluh ribu tujuh puluh orang).
Syriac dan Arabic
menyebutkan 5.070 orang (lima ribu tujuh puluh orang).
Footnote NIV mengatakan bahwa hanya beberapa manuscript Ibrani
yang menyebutkan 70 orang sedangkan mayoritas manuscript Ibrani dan juga LXX /
Septuaginta menyebutkan 50.070 orang.
Sekalipun didukung oleh mayoritas manuscript, tetapi
bilangan 50.070 itu perlu diragukan karena:
*
kota kecil seperti Bet
Semes jumlah seluruh penduduknya tidak akan mencapai 50.000, dan lebih tidak
mungkin lagi bahwa 50.000 orang semuanya melihat ke dalam tabut.
*
secara hurufiah,
terjemahannya adalah: ‘seventy men, fifty
thousand men’ (= 70 orang, 50.000 orang). Ini aneh, karena biasanya dalam
bahasa Ibrani, bilangan besar diletakkan di depan (fifty thousand men, seventy men).
Ini menyebabkan beberapa penafsir menganggap bahwa
terjadi kesalahan pengcopyan pada
pengcopyan awal.
·
hati-hatilah dengan
keingin-tahuan yang berdosa. Ada keingin-tahuan yang baik, seperti ingin lebih
banyak tahu tentang Firman Tuhan, dsb. Tetapi ada banyak keingin-tahuan yang
salah yang tidak boleh kita turuti.
Penerapan:
Seringkah saudara ingin tahu rahasia orang dengan
menguping pembicaraan orang?
·
Hati-hatilah dengan sikap
sembrono / tidak hormat kepada Tuhan!
Penerapan:
*
datang terlambat.
*
menyambut orang yang
terlambat. Ingat bahwa pada waktu saudara menyambut orang yang datang
terlambat, maka pada saat itu saudara sudah mengabaikan kebaktian yang sedang
berlangsung, sehingga otomatis saudara juga mengabaikan Tuhan.
*
membiarkan anak saudara
ribut dalam kebaktian.
*
mengantuk / melamun /
omong-omong waktu kebaktian.
·
Hal yang memberatkan dosa
mereka ini adalah bahwa Bet Semes adalah kota imam (bdk. Yos 21:16),
sehingga orang-orang Bet Semes itu seharusnya tahu lebih baik tentang peraturan
Tuhan terhadap tabut. Memang berat ringannya hukuman dipengaruhi oleh banyaknya
pengetahuan / terang dalam diri orang yang berbuat dosa itu.
·
Pulpit Commentary: “What is sent as a blessing is often turned by men themselves
into a curse” (= apa yang dikirimkan
sebagai berkat sering diubah oleh manusia menjadi kutuk).
Karena itu, kita harus bersikap benar terhadap berkat
Tuhan, supaya berkat itu tidak menjadi kutuk.
c) Menyingkirkan
tabut dari Bet Semes (6:20-7:1).
·
dari kesalahan yang satu
mereka jatuh pada kesalahan yang lain. Seharusnya mereka melakukan introspeksi
dan bertobat, tetapi mereka malah menyalahkan Allah, dan menganggapnya terlalu
keras sehingga mustahil bahwa mereka bisa tahan berdiri di hadapan Allah
(6:20).
·
Pertanyaan “Kepada siapakah
Ia akan berangkat meninggalkan kita?” (6:20b), menunjukkan bahwa mereka sukar
menemukan daerah yang mau menerima tabut Allah itu.
Penerapan:
Apakah saudara takut melayani Allah karena kerasnya
Allah? (atau karena kerasnya Pak Budi?). Jadi majelis takut, jadi guru sekolah
minggu takut, jadi chairman juga
takut, jadi apa yang tidak takut? Anehnya, mengapa tidak takut jadi orang
kristen yang ngangguran? Apa saudara pikir Allah yang kudus dan keras itu
senang dengan hal itu?
·
Anehnya, mengapa tabut
tidak diletakkan di Silo?
*
Ada yang berkata bahwa mereka
menempatkan tabut di seadanya tempat yang mau menerimanya. Ini menunjukkan
bejatnya Israel, karena mereka memisahkan tabut dengan Kemah Suci di Silo.
*
Ada juga yang berkata bahwa
mungkin karena Silo sudah dihancurkan oleh orang Filistin (bdk.
Maz 78:60-64
Yer 7:12 Yer 26:9 yang
menunjukkan dihancurkannya Silo).
·
Tabut itu akhirnya diambil
oleh orang Kiryat-Yearim (6:21-7:1).
*
Orang Bet Semes meminta
orang Kiryat-Yearim untuk mengambil tabut itu; mereka tidak mau menanggung
resiko dengan mengirimkan tabut itu! Sekalipun banyak yang tidak mau, tetapi
tetap ada yang mau. Yang tidak mau berarti menolak berkat Tuhan, yang mau
berarti menerima berkat Tuhan!
Berusahalah jadi seperti orang Kiryat-Yearim yang tidak
meniru / ikut-ikutan mereka yang takut!
*
Seseorang membandingkan
sikap orang Betsemes dalam 6:20-21 dengan sikap orang Kiryat Yearim di sini dan
berkata sbb:
“Here we have an incidental
contrast a religion characterised by dread, and a religion of true reverence.
The religion of true reverence is a sense of infinite holiness and power toned
by a trustful love” (= Di sini kita menjumpai
suatu kontras antara agama yang bercirikan rasa takut dan agama yang
berdasarkan rasa hormat yang benar. Agama yang didasarkan rasa hormat yang
benar adalah pengertian / perasaan akan kesucian dan kuasa yang tak terbatas
yang diselaraskan dengan kasih yang penuh kepercayaan).
Penerapan:
Apakah saudara mengikut Tuhan dengan takut atau dengan
rasa hormat yang benar?
-AMIN-
email us at : gkri_exodus@lycos.com