Eksposisi Kitab Samuel yang
Pertama
oleh : Pdt. Budi Asali M.Div.
1) Ay
1-2 berkata bahwa ayah Saul bernama Kisy, bin Abiel, bin Zeror, bin Bekhorat,
bin Afiah.
Kata ‘bin’ dalam bahasa Ibraninya adalah BEN, yang berarti
‘anak laki-laki’.
Jadi ay 1-2 mengatakan bahwa silsilah Saul adalah sebagai
berikut: Saul - Kisy - Abiel - Zeror - Bekhorat - Afiah.
Tetapi kalau kita melihat dalam 1Taw 8:33 dan
1Taw 9:39 dikatakan bahwa ‘Ner memperanakkan Kisy; Kisy memperanakkan
Saul’.
Ada 2 kemungkinan untuk mengharmoniskan:
a) Perlu
diingat bahwa pada jaman itu seseorang sering mempunyai lebih dari satu nama.
Karena itu bisa saja Ner dan Abiel adalah orang yang sama.
b) Kata-kata
‘Ner memperanakkan Kusy’ bisa diartikan ‘Ner menurunkan Kusy’.
Jadi bisa saja Ner bukan ayah dari Kusy, tetapi nenek moyangnya. Bahwa hal
seperti ini sering terjadi terlihat dari:
·
Kej 46:16-18 dimana
ada 3 generasi yang dalam Kitab Suci Indonesia disebut sebagai ‘keturunan
Zilpa’. Tetapi terjemahan yang hurufiah seharusnya adalah ‘sons of Zilpa’ (= anak-anak Zilpa). Jelas bahwa di sini ‘anak’
diartikan sebagai ‘keturunan’.
·
2Taw 28:1 dimana Daud
disebut sebagai ‘bapa leluhur’ Ahas.
NIV memberikan terjemahan hurufiah ‘David, his father’ (= Daud bapanya). Di sini, ‘bapa’ diartikan
sebagai ‘nenek moyang’.
2) Saul
mempunyai bentuk fisik yang baik (ay 2).
Tetapi jelas bukan karena hal ini Tuhan memilih dia untuk
menjadi raja (bdk. 1Sam 16:6-7).
A) Peninjauan
dari sudut manusia (ay 3-14).
1) Kisy,
ayah Saul kehilangan keledai-keledai betinanya dan ia menyuruh Saul untuk
mencari keledai-keledai itu (ay 3). Lalu Saul dan bujangnya pergi mencari
keledai-keledai itu. Mereka berjalan melalui pegunungan Efraim, tanah Salisa,
tanah Sahalim, dan akhirnya sam-pai ke tanah Zuf (ay 4-5a).
2) Di
tanah Zuf, Saul mengajak bujangnya untuk pulang, karena ia tidak ingin ayahnya
menguatirkan dirinya (ay 5). Ini adalah sesuatu yang baik dalam diri Saul, yang
harus diteladani khususnya oleh kita yang masih muda. Kalau sedang keluyuran
jangan sampai lupa waktu sehingga membuat orang tua kuatir!
3) Tetapi
bujangnya mengusulkan untuk pergi kepada seorang abdi Allah di kota di dekat
tempat itu dengan harapan bahwa abdi Allah itu bisa memberitahukan kepada
mereka tentang keledai-keledai yang hilang itu (ay 6).
Sebetulnya ini adalah usul yang bodoh, karena kalau semua
orang menanyakan tentang barangnya atau binatangnya yang hilang kepada hamba
Tuhan, bisakah saudara bayangkan repotnya hamba Tuhan itu menangani hal-hal
yang tidak penting seperti itu?
4) Saul
menanyakan pemberian apa yang akan mereka berikan kepada abdi Allah itu (ay 7),
dan bujangnya menjawab bahwa ia mempunyai 1/4 syikal perak yang bisa diberikan kepada
abdi Allah itu (ay 8). Karena itu Saul akhirnya setuju untuk pergi kepada
abdi Allah itu (ay 10).
Catatan: Pada saat
itu memang ada suatu kebiasaan untuk selalu membawa suatu pemberian kalau mau menghadap
kepada seorang nabi / hamba Tuhan / orang terhormat (bdk. 1Sam 16:20). Tetapi
tentu saja ini tidak harus berlaku bagi kita pada jaman ini.
5) Di
tengah jalan mereka bertemu dengan gadis-gadis yang keluar hendak menimba air,
dan mereka menanyakan tentang nabi / pelihat itu (pada saat itu nabi disebut
dengan istilah ‘pelihat’ - ay 9). Lalu gadis-gadis itu memberi petunjuk kepada
mereka, sehingga akhirnya Saul dan bujangnya menemukan Samuel (ay 14).
Penerapan:
Apakah saudara mau menunjukkan jalan kalau ada orang yang
bertanya kepada saudara? Kalau saudara mau menunjukkan jalan di dunia ini
kepada yang membutuhkan, bagaimana kalau ada orang yang membutuhkan petunjuk
tentang jalan ke surga? Maukah saudara menunjukkan jalan kepada mereka? Bdk. Ro
10:13-15.
B) Peninjauan
dari sudut Allah (ay 15-16).
1) Pertemuan
Saul dan Samuel sudah ditetapkan oleh Allah (ay 15-16a).
a) Dari
sudut manusia, kelihatannya kebetulan saja Saul bisa ber-temu dengan Samuel,
tetapi dari sudut Allah, semua itu sudah ditetapkan oleh Allah (ay 15-16).
Mungkin saudara berkata bahwa ay 15-16 tidak menunjukkan adanya penetapan
lebih dulu (foreordination), tetapi
pengetahuan lebih dulu (foreknowledge).
Tetapi perlu diingat bahwa apa yang Allah tahu lebih dulu itu tidak mungkin
salah, sehingga pasti terjadi. Dengan demikian semua itu sudah tertentu, dan
kalau sudah tertentu pasti ada yang menentukan, dan tidak bisa tidak pasti
Allahlah yang menentukan.
Loraine Boettner: “Foreknowledge implies
certainty and certainty implies foreordination” (= Pengetahuan lebih dulu secara tidak langsung menunjuk pada
kepastian, dan kepastian secara tidak langsung menunjuk pada penetapan lebih
dulu) - ‘The Reformed Doctrine of Predestination’, hal 44.
Penjelasan:
Bayangkan saat dimana alam semesta, malaikat, manusia, dsb belum diciptakan.
Yang ada hanyalah Allah sendiri. Pada saat itu, karena Allah itu maha tahu,
maka Ia sudah tahu segala sesuatu (dalam arti kata yang mutlak) yang akan
terjadi, termasuk dosa. Semua yang Ia tahu akan terjadi itu pasti terjadi
persis seperti yang Ia ketahui. Dengan kata lain, semua itu sudah tertentu
pada saat itu. Kalau sudah tertentu, pasti ada yang menentukan. Karena pada
saat itu hanya ada Allah sendiri, maka jelas bahwa Ialah yang menentukan semua
itu.
Pulpit Commentary:
“But the
speciality of this instance is the information that the meeting of Saul and
Samuel was pre-ordained of God. Hence the incident is an illustration of the
double side of what to men may appear to be only ordinary human occurences. An
uninformed person would have said that it was accidental that the asses went
astray, and that maidens directed Saul to their city, where Samuel happened to
be. To Saul it so appeared; but, guided by the inspired narrative, we know that
the ‘accidents’ was ‘fore-ordained’ without destroying its really accidental
character” (= Tetapi kekhususan dari
kejadian ini adalah informasi bahwa pertemuan Saul dengan Samuel sudah
ditetapkan lebih dulu oleh Allah. Karena itu peristiwa ini merupakan suatu
illustrasi tentang sisi ganda dari apa yang bagi manusia terlihat sebagai
kejadian manusiawi biasa. Seorang yang bodoh / tidak mempunyai pengetahuan
dalam hal ini akan mengatakan bahwa adalah suatu kebetulan kalau
keledai-keledai itu tersesat, dan bahwa gadis-gadis mengarahkan Saul ke kota
mereka, dimana Samuel saat itu berada. Bagi Saul kelihatannya juga kebetulan;
tetapi, dibimbing oleh cerita yang diilhamkan ini, kita tahu bahwa ‘peristiwa
kebetulan’ itu sudah ditetapkan lebih dulu tanpa menghancurkan sifat
kebetulannya).
Pulpit Commentary:
“In the
instance before us this is obvious, for it was ordained that Samuel should meet
with Saul on that very day, though they were so far apart (vers. 15,16).
Whether it was ‘chance’ that took Saul to that city or some influence exerted on
him is easily answered by the fact that it was God’s purpose for Samuel to see
and anoint him. God’s fore-ordination does not wait on ‘chance’. The same
reasoning would show that even the course taken by the asses, though free, was
not without God’s action” [= Dalam kejadian di depan
kita hal ini nyata, karena sudah ditetapkan lebih dulu bahwa Samuel harus
bertemu dengan Saul pada hari itu juga, sekalipun mereka terpisah begitu jauh
(ay 15-16). Apakah yang membawa Saul ke kota itu adalah suatu ‘kebetulan’ atau
suatu pengaruh yang digunakan padanya dijawab dengan mudah oleh fakta bahwa
adalah merupakan rencana Allah bagi Samuel untuk melihat / menemui dan
mengurapi dia. Penetapan lebih dulu dari Allah tidak menunggu ‘kebetulan’.
Pemikiran / pertimbangan yang sama akan menunjukkan bahwa bahkan jalan yang
diambil oleh keledai-keledai itu, sekalipun bebas, tidaklah lepas dari tindakan
Allah].
b) Sekalipun
Tuhan menetapkan pertemuan Saul dengan Samuel itu, dan Tuhan mengatur sehingga semuanya
itu terjadi, tetapi semua berjalan tanpa pemaksaan.
·
Keledai-keledai itu
tersesat karena kemauan mereka sendiri.
·
Atas keinginannya sendiri,
ayah Saul memilih Saul, bukan anak-anaknya yang lain, untuk mencari
keledai-keledai itu.
·
Saul sendiri mau menuruti
keinginan ayahnya itu.
·
Atas kemauannya sendiri
bujang Saul mengusulkan untuk menemui abdi Allah, dan atas kemauannya sendiri
Saul menuruti usul tersebut.
·
Gadis-gadis menunjukkan
jalan kepada Samuel, juga atas kemauan sendiri.
Jadi terlihat dengan jelas bahwa sekalipun ada penetapan
Tuhan dan pengaturan Tuhan (Providence of
God) sehingga semua penetapan itu terjadi, kehendak bebas tidaklah
dihancurkan. Bagaimana penetapan / pengaturan Tuhan dan kehendak bebas manusia
ini bisa ada bersama-sama memang merupakan suatu mystery yang tidak bisa
dimengerti di dunia ini, tetapi kedua hal ini benar karena diajarkan oleh Kitab
Suci.
Pulpit Commentary:
“We know that
our actions are free, and yet that we are influenced by others. The point of junction
between the external influence and the free act of our will has never been
detected; ... The Scripture doctrine is that God does act on man without
destroying his freedom” (= Kita tahu bahwa
tindakan-tindakan kita bebas, tetapi juga bahwa kita dipengaruhi oleh yang
lain. Titik pertemuan antara pengaruh luar dan tindakan bebas dari kehendak
kita tidak pernah ditemukan; ... Doktrin Kitab Suci adalah bahwa Allah memang
bertindak pada manusia tanpa menghancurkan kebebasannya).
c) Ada
satu hal lagi yang ditambahkan oleh Pulpit Commentary dalam hal ini:
“The recognition of God’s
action comes out in the result. The Divine action is silent, unobserved, often
unknown while in process. Samuel saw it as a reality when Saul stood before
him” [= Pengenalan terhadap
tindakan Allah muncul dalam hasil (akhir)nya. Tindakan ilahi itu tak bersuara,
tak terlihat, sering tak diketahui pada saat dalam proses. Samuel melihat itu
sebagai kenyataan pada saat Saul berdiri di depannya].
Illustrasi:
Tawaran keselamatan itu bagaikan pintu yang diatasnya bertuliskan ‘Percayalah
Yesus dan engkau akan selamat’ (bdk. Yoh 3:16 Kis 16:31). Setelah kita masuk, kita melihat pada bagian
baliknya ada tulisan ‘Engkau telah dipilih sebelum dunia dijadikan’ (Ef
1:4-5,11).
2) Ay 16b:
‘dan ia akan menyelamatkan umatKu dari tangan orang Filistin’.
Ada 2 hal yang perlu dibahas dari bagian ini:
a) Ini
merupakan tujuan dari rencana / penetapan Allah tentang pertemuan Saul dengan Samuel.
Jadi terlihat bahwa tujuan dari rencana / penetapan Allah adalah untuk kebaikan
umatNya.
b) Kata-kata
‘ia akan menyelamatkan umatKu dari tangan orang Filistin’ dalam ay 16b ini
menunjukkan bahwa Israel belum bebas dari tangan orang Filistin. Hal ini
kelihatannya bertentangan dengan 1Sam 7:13-14 yang berbunyi:
“Demikianlah orang Filistin itu ditundukkan dan tidak lagi
memasuki daerah Israel. Tangan TUHAN melawan orang Filistin seumur hidup
Samuel, dan kota-kota yang diambil orang Filistin dari pada Israel, kembali
pula kepada Israel, mulai dari Ekron sampai Gat; dan orang Israel merebut
daerah sekitarnya dari tangan orang Filistin”.
Kalau memang 1Sam 7:13-14 itu benar, lalu mengapa dalam
1Sam 9:16b ini Tuhan merasa perlu mengangkat seorang raja dengan tujuan
menyelamatkan Israel dari tangan orang Filistin? Ada 2 kemungkinan jawaban:
·
1Sam 7:13-14 hanya
menunjukkan bahwa tidak ada lagi penindasan permanen dari orang Filistin,
tetapi tidak berarti orang Filistin berhenti dalam usahanya untuk menguasai Israel
lagi.
Kalau dalam 1Sam 7:13b dikatakan bahwa ‘Tangan TUHAN
melawan orang Filistin seumur hidup Samuel’, maka secara implicit itu menunjukkan bahwa orang Filistin terus berusaha
menyerang, tetapi mereka tidak berhasil menundukkan Israel.
·
Pulpit Commentary: “It is so constantly the habit of the historical books of the
Bible to include the distant and ultimate results of an act in their account of
it, that we must not conclude that what is said in ch. vii. 13-15 was the
immediate consequence of Samuel’s victory” (= Merupakan
kebiasaan dari kitab-kitab sejarah dari Alkitab untuk memasukkan hasil yang
jauh dan hasil akhir dari suatu tindakan dalam penceritaannya, sehingga kita
tidak harus menyimpulkan bahwa apa yang dikatakan dalam pasal 7:13-15 adalah akibat
langsung dari kemenangan Samuel).
1) Ketika
Samuel melihat Saul, Tuhan berkata kepada Samuel bahwa inilah orang yang harus
diurapi menjadi raja Israel (ay 17).
2) Waktu
Saul bertemu Samuel, ia masih tidak tahu bahwa orang itulah pelihat yang ia
cari, sehingga ia menanyakan hal itu kepada Samuel (ay 18).
3) Jawaban
Samuel (ay 18-20):
a) Samuel
menyatakan dirinya sebagai pelihat / nabi yang dicari oleh Saul dan Samuel menyuruh
Saul naik lebih dulu ke bukit untuk makan dengan dia (ay 19).
Catatan: Pada saat
ini pengorbanan di bukit masih merupakan sesuatu yang benar. Tetapi lambat laun
hal itu dikecam, karena:
·
Makin memusatnya ibadah di
Kemah Suci / Bait Allah.
·
pengorbanan di bukit sering
dimasuki praktek kafir, seperti pesta pora gila-gilaan, penyembahan terhadap
alam, dsb.
b) Samuel
memberi pernyataan tentang keledai Saul (ay 20a) dengan tujuan supaya Saul
percaya bahwa ia memang nabi Tuhan. Tentu saja Samuel bisa tahu hal ini karena
Tuhan telah memberitahu dia.
Penerapan:
·
Nabi asli / hamba Tuhan
yang asli tidak harus bisa melakukan hal ini!
·
Kalau seseorang bisa
melakukan hal seperti itu, belum tentu ia nabi asli. Nabi palsupun bisa
melakukan hal seperti ini dengan kuasa setan, dan karena itu jangan terlalu
cepat percaya bahwa seseorang itu pasti hamba Tuhan hanya karena ia bisa
melakukan hal-hal yang ajaib / bersifat supranatural!
c) Kata-kata
Samuel dalam ay 20b menunjukkan secara samar-samar bahwa Saul akan menjadi
raja.
4) Jawaban
Saul (ay 21).
a) Benyamin
disebut sebagai ‘suku yang terkecil’.
Dalam Bil 1:20-34 ada daftar jumlah orang laki-laki
yang berusia 20 tahun ke atas dari semua suku Israel.
Ruben 46.500
orang (ay 21).
Simeon 59.300
orang (ay 23).
Gad 45.600
orang (ay 25).
Yehuda 74.600
orang (ay 27).
Isakhar 54.400
orang (ay 29).
Zebulon 57.400
orang (ay 31).
Efraim 40.500
orang (ay 33).
Manasye 32.200
orang (ay 35).
Benyamin 35.400
orang (ay 37).
Dan 62.700
orang (ay 39).
Asyer 41.500
orang (ay 41).
Naftali 53.400
orang (ay 43).
Dilihat dari daftar ini suku Benyamin sudah nyaris yang
terkecil. Hanya suku Manasye yang lebih kecil dari Benyamin. Tetapi setelah
dalam Hak 19-21, yang terjadi tidak terlalu lama sebelum peristiwa Saul
dijadikan raja dalam 1Sam 9-10 ini, terjadi perang antara suku Benyamin
melawan semua suku Israel yang lain, yang hampir-hampir memunahkan suku
Benyamin, maka jelas bahwa pada saat ini suku Benyamin memang adalah suku
terkecil.
b) Fakta
bahwa Benyamin adalah suku terkecil dan kaum Saul adalah yang paling hina
menjadikan Saul rendah diri, dan merasa tidak layak menjadi raja (ay 21).
Ada 2 extrim:
·
extrim pertama adalah orang
yang tetap terjun dalam pelayanan tertentu sekalipun tidak mampu / tidak memiliki
karunia / tidak dipanggil Tuhan. Ini pasti akan mengacaukan pelayanan itu!
·
extrim kedua adalah orang
yang dipanggil Tuhan dalam suatu pelayanan, tetapi merasa rendah diri / tidak
mampu.
Khususnya pada saat seseorang dipanggil Tuhan untuk
menjadi hamba Tuhan, maka reaksi rendah diri seperti ini sering sekali muncul.
Contoh:
*
Musa dalam Kel 3:11 Kel 4:10.
*
Yeremia dalam Yer 1:6.
Kalau saudara juga sering menanggapi panggilan Tuhan dengan
cara seperti itu, bacalah jawaban Tuhan kepada Musa dan Yeremia, dan baca juga
1Kor 1:25-29 dan 2Kor 3:5.
5) Samuel
mengajak Saul makan dan bercakap-cakap (ay 22-25).
a) Samuel
tidak menjawab keberatan Saul dalam ay 21 tadi.
b) Pada
waktu makan, bagian yang memang disimpan untuk Saul diberikan kepada Saul
(ay 23-24). Ini menunjukkan kepada Saul bahwa kedatangan Saul sudah
diketahui sebelumnya sehingga makanannyapun sudah disiapkan lebih dulu. Semua
ini mungkin sekali dimaksudkan untuk meneguhkan iman Saul dalam mentaati
panggilan Tuhan untuk menjadi raja Israel.
Tuhan
mempunyai rencana bagi Saul dan Tuhan tentu juga punya rencana untuk saudara
(bdk. Ef 2:10). Janganlah puas menjadi orang kristen yang tidak bisa berguna
apa-apa bagi Tuhan. Tetapi juga jangan terjun secara ngawur dalam pelayanan
yang bukan merupakan panggilan Tuhan bagi saudara. Berusahalah mengetahui apa
panggilan / rencana Allah bagi saudara, dan lalu terjunlah dalam pelayanan itu
dengan sungguh-sungguh.
-AMIN-
email us at : gkri_exodus@lycos.com