Eksposisi Kitab Samuel yang
Pertama
oleh : Pdt. Budi Asali M.Div.
1) Raja
bangsa Amon, yaitu Nahas, mengepung Yabesy-Gilead (ay 1a).
Tidak pasti apakah ini adalah Nahas yang sama dengan yang
ada di 2Sam 10:2 atau tidak.
2) Karena
merasa tidak bisa melawan Nahas, maka orang Yabesy-Gilead menawarkan damai (ay
1b).
3) Tetapi
Nahas hanya mau berdamai dengan syarat setiap mata kanan orang Yabesy-Gilead
harus dicungkil (ay 2).
Mengapa harus dicungkil mata kanan? Ini bukan semata-mata
karena ia ingin melakukan kekejaman terhadap mereka, tetapi ada taktik di dalamnya.
Taktik apa? Karena dengan dicungkil mata kanannya mereka tetap bisa bekerja
(pada waktu dijadikan budak), tetapi tidak lagi bisa berperang. Mengapa?
·
Perlu diketahui bahwa pada
saat berperang maka seseorang memegang perisai dengan tangan kiri, dan pedang
dengan tangan kanan. Perisai digunakan untuk menutup seluruh tubuh dan sebagian
kepala, termasuk mata kiri. Sedang mata kanan berguna untuk mengintip musuh
yang akan diserang dengan pedang yang ada di tangan kanan. Kalau mata kanan ini
dicungkil, ini akan sangat menyulitkan mereka dalam berperang.
·
Juga kalau menggunakan
panah, maka orang biasanya memegang busur dengan tangan kiri, sedangkan tangan
kanan menarik anak panah dan tali busur. Dalam keadaan demikian, maka pasti
mata kiri ditutup dan mata kanan tetap terbuka untuk membidik sasaran. Kalau
mata kanan dicungkil, maka seseorang akan sukar sekali memanah dengan baik.
Taktik mencungkil mata kanan supaya orangnya tidak bisa
berperang ini, mirip dengan taktik memotong ibu jari tangan (supaya tidak bisa
menggunakan pedang, tombak ataupun panah) dan memotong ibu jari kaki (supaya
sukar berlari) yang ada dalam Hak 1:6-7.
4) Orang
Yabesy-Gilead lalu minta kelonggaran selama 7 hari, dan jika tidak ada yang
bisa menyelamatkan mereka, mereka akan menyerahkan diri (ay 3). Dan
sekalipun tidak dinyatakan, tetapi jelas bahwa Nahas menyetujui permintaan itu.
Mengapa dia menyetujuinya? Rupanya karena ia yakin bahwa tidak ada orang yang
akan bisa menolong orang Yabesy-Gilead.
1) Orang
Yabesy-Gilead lalu mengirim utusan ke Gibea-Saul, dan menyampaikan berita itu
kepada orang Israel di sana (ay 4a). Reaksi Israel adalah: menangis dengan
keras (ay 4b)!
Mungkin tindakan menangis ini menunjukkan sesuatu yang
bagus dalam diri mereka, yaitu mereka peduli terhadap penderitaan / problem
dari orang-orang Yabesy-Gilead (bdk. Ro 12:15 1Kor 12:26). Tetapi mungkin juga mereka menangis karena
mereka menyadari bahwa sebentar lagi, setelah Yabesy-Gilead ditundukkan, maka
pasti Nahas akan memperlakukan mereka secara sama.
Tetapi dalam tindakan menangis ini ada sesuatu sikap
salah, yaitu bahwa mereka berpikir bahwa mereka tidak bisa berbuat apa-apa.
Padahal mereka seharusnya tahu bahwa mereka adalah umat Tuhan, dan Tuhan bisa
menolong mereka. Lebih dari itu, mereka baru mendapat seorang raja untuk
menyelamatkan mereka (bdk. 9:16 10:1,27).
Penerapan:
Jika ada kebutuhan dalam gereja, baik kebutuhan pekerja,
ijin, uang, dsb, ada beberapa macam sikap yang bisa saudara ambil:
·
Acuh tak acuh / tidak
peduli. Ini sikap yang lebih jelek lagi dari sikap Israel di sini!
·
Terbeban, tetapi merasa
tidak bisa berbuat apa-apa, sehingga akhirnya saudara hanya sekedar merasa
sedih dan putus asa.
·
Berdoa dan beriman, dan
melakukan apapun yang bisa saudara lakukan. Ini sikap yang benar!
2) Sikap
dan tindakan Saul (ay 5-11).
a) Saat
itu Saul baru pulang dari padang dengan berjalan di belakang lembunya (ay 5a).
·
Mungkin karena adanya
orang-orang yang menentang Saul menjadi raja, maka saat ini Saul belum
melaksanakan tugasnya sebagai raja.
·
Bagian ini menunjukkan
bahwa ia baru pulang dari membajak sawah / ladangnya. Sekalipun ia sudah
diangkat menjadi raja, tetapi ia tetap rendah hati, dan mau melakukan pekerjaan
rendah.
Penerapan:
Maukah saudara melakukan pelayanan yang rendah?
·
Ini juga menunjukkan bahwa
pada saat itu ia ada dalam keadaan lelah. Tetapi ia tidak mau menjadikan hal
itu sebagai halangan untuk bertindak.
Memang orang yang lelah boleh beristirahat, tetapi dalam
keadaan darurat / urgent, maka kita
harus bisa mengalahkan kelelahan.
b) Saul
lalu mendengar berita tentang orang Yabesy-Gilead, dan pada saat itu Roh Allah berkuasa
atas dia (ay 6a - Lit: descended mightily).
Apa yang lalu terjadi pada Saul? Apakah ia mengalami
Toronto Blessing? Apakah ia lalu berbahasa Roh? Apakah ia menjadi penuh kasih
dan lemah lembut? Tidak sama sekali. Sebaliknya ia menjadi sangat marah (ay 6b
- ‘ dan menyala-nyalalah amarahnya dengan sangat)!
Ini jelas menunjukkan bahwa:
·
Tidak semua kemarahan
adalah dosa (bdk. Mark 3:5 Yoh 2:13-17 Ef 4:26).
·
Ada saat dimana orang
kristen harus marah, dan bahkan penguasaan Roh Kudus justru menyebabkan kita
harus marah!
Saul memberikan teladan kapan harus sabar / menahan kemarahan,
dan kapan harus marah. Pada waktu ada orang yang menghina dirinya sendiri, ia
pura-pura tuli (10:27). Dengan kata lain ia menahan marah, atau bersabar. Ia
tidak mau mempunyai kemarahan yang bersifat egois. Tetapi pada waktu ada orang
lain ditindas, ia menjadi marah.
Penerapan:
Gereja membutuhkan orang-orang kristen yang berani marah
dan bisa marah pada saat yang tepat, misalnya:
*
pada waktu ada nabi palsu
dengan ajaran sesatnya.
*
pada waktu melihat
praktek-praktek yang salah dalam suatu gereja, misalnya korupsi, pengucilan
terhadap orang yang injili / alkitabiah, dsb.
*
pada waktu ada penindasan
terhadap orang lain.
*
pada waktu ada penghinaan /
penghujatan terhadap nama Tuhan. Misalnya: GBI Bukit Zion di Situbondo
ditulisi: “Yesus tai, Yesus Juruselamat tai jahanam, Bunda Maria PKI, perampok
akidah, bangsat tai, kami umat Islam marah besar kalau di tempat ini dibangun
gereja lagi!!!!”
Jangan lupa bahwa kemarahan yang seperti ini tetap
dilandasi oleh kasih, yaitu:
à
kasih kepada Tuhan.
Ingat bahwa sikap sabar dan kasih terhadap orang-orang
yang menghina Tuhan, dan merusak gereja melalui ajaran sesat, merupakan sikap
yang tidak mengasihi Tuhan!
Orang Reformed sering dianggap tidak kasih, karena mereka
marah dan menyerang para nabi palsu yang menyebarkan ajaran sesat. Tuduhan
tidak kasih ini betul-betul tolol, karena justru kasih kepada Tuhanlah yang
membuat kita marah terhadap para nabi palsu itu! Mereka yang tidak marah kepada
nabi palsu itulah yang sebetulnya tidak punya kasih dan semangat bagi Tuhan!
à
kasih kepada orang yang
ditindas.
Kalau seseorang marah melihat orang menindas / menjahati
orang lain, maka jangan menyoroti itu sebagai tindakan tidak kasih terhadap si penindas.
Itu harus disoroti sebagai tindakan kasih terhadap orang yang ditindas.
c) Saul
lalu memotong-motong lembunya dan mengirimkannya ke seluruh daerah Israel,
dengan ancaman: Siapa yang tidak ikut perang dengan Saul dan Samuel,
lembu-lembunya akan diperlakukan secara sama. Dan Tuhan memberkati apa yang
Saul lakukan itu dengan mendatangkan ketakutan kepada bangsa itu sehingga
mereka menuruti kata-kata Saul (ay 7), sehingga terkumpul 330.000 orang (ay 8).
·
Demi Tuhan dan Israel, Saul
rela mengorbankan lembu-lembunya.
Apa yang saudara rela korbankan demi Tuhan dan gereja?
Tuhan sudah rela berkorban nyawa bagi saudara dan karena itu tidak ada
pengorbanan yang terlalu besar yang bisa saudara lakukan bagi Tuhan!
·
Adanya bahaya dan problem,
menyebabkan mereka bersatu.
Ini terlihat dengan lebih jelas dalam terjemahan NIV yang
memberikan terjemahan hurufiah: “Then the
terror of the LORD fell on the people, and they turned out as one man”
(= Lalu ketakutan dari TUHAN datang kepada bangsa itu, dan mereka keluar sebagai
satu orang).
Kalau keadaan enak, sering kita justru gegeran sendiri,
tetapi kalau ada bahaya / problem, kita justru bersatu.
·
Saul menggunakan nama
Samuel untuk menguatkan otoritasnya yang lemah. Dan dari ay 14 kelihatannya
Samuel ikut perang.
·
Ini adalah perang yang
bersifat pembelaan diri.
Dalam Perjanjian Lama ada Holy War (= perang kudus), dimana Israel disuruh oleh Tuhan
membasmi suatu bangsa sebagai hukuman bagi bangsa itu. Misalnya ketika Israel
memasuki Kanaan, mereka disuruh membasmi orang Kanaan. Holy War ini tidak ada lagi dalam Perjanjian Baru, tetapi perang
yang bersifat pembelaan diri masih diijinkan (Just War / perang yang adil / benar), dan demikian juga pembelaan
diri secara pribadi. Dasarnya adalah bahwa kita juga harus mengasihi diri kita
sendiri (Mat 22:39), sehingga tidak boleh membiarkan diri kita dibunuh secara
konyol. Ini tidak bertentangan dengan Mat 5:39, karena ‘menampar’ di sana
bukanlah sesuatu yang membahayakan jiwa kita.
d) Utusan
dari Yabesy-Gilead disuruh kembali untuk memberikan kabar gembira bagi orang
Yabesy-Gilead (ay 9), tetapi mereka juga berkata kepada Nahas: ‘Besok kami
akan keluar menyerahkan diri kepadamu; maka bolehlah kamu lakukan
terhadap kami apapun yang kamu pandang baik’ (ay 10).
Ini adalah taktik perang supaya Nahas tidak waspada,
tetapi ini jelas dusta, karena:
·
mereka janji akan menyerahkan
diri, padahal kenyataannya tidak demikian.
·
mereka berkata bahwa Nahas boleh
melakukan apapun yang ia pandang baik, padahal besoknya mereka tidak
membolehkan ia melakukan keinginannya, tetapi sebaliknya memeranginya.
Jadi, kalau kata-kata mereka kepada Nahas adalah seperti
dalam Kitab Suci Indonesia, maka mereka jelas berdusta dan itu tetap dosa,
sekalipun dilakukan demi taktik perang. Ini merupakan sikap cerdik seperti
ular, tetapi tulusnya juga seperti ular.
Tetapi mari kita lihat terjemahan-terjemahan yang lain:
RSV: ‘Tomorrow we
will give ourselves up to you, and you may do to us whatever seems
good to you’ (= Besok kami akan menyerahkan diri kepadamu, dan kamu
boleh melakukan kepada kami apapun yang kamu pandang baik).
NIV: ‘Tomorrow we
will surrender to you, and you can do to us whatever seems good to
you’ (= Besok kami akan menyerahkan diri kepadamu, dan kamu dapat
melakukan kepada kami apapun yang kamu pandang baik).
NASB: ‘Tomorrow we
will come out to you, and you may do to us whatever seems good to
you’ (= Besok kami akan keluar kepadamu, dan kamu boleh melakukan
kepada kami apapun yang kamu pandang baik).
KJV: ‘Tomorrow we
will come out to you, and you shall do to us whatever seems good to
you’ (= Besok kami akan keluar kepadamu, dan kamu akan melakukan
kepada kami apapun yang kamu pandang baik).
Terjemahan RSV dan NIV boleh dikatakan sama dengan
terjemahan Indonesia, dan karenanya juga merupakan dusta.
Terjemahan NASB berbeda karena tidak mengatakan akan
‘menyerahkan diri kepadamu’, tetapi akan ‘keluar kepadamu’. Tetapi terjemahan
NASB tetap mengandung dusta, karena mengatakan bahwa ‘kamu boleh berbuat
kepada kami apapun yang baik menurutmu’.
Tetapi terjemahan KJV tidak mengandung dusta.
Saya berpendapat bahwa terjemahan KJV yang paling benar,
karena:
¨
pada bagian pertama,
digunakan kata Ibrani NETSE yang berasal dari kata dasar YATSA, yang memang
berarti ‘to go out’ (= keluar).
¨
pada bagian kedua,
digunakan kata Ibrani VAASITEM yang berasal dari kata dasar ASA, yang berarti ‘to do’ (= melakukan). Kata VAASITEM
sekalipun bisa diterjemahkan ‘you can do’
(= kamu dapat melakukan) atau ‘you may
do’ (= kamu boleh melakukan), tetapi juga bisa diterjemahkan ‘you will / shall do’ (= kamu akan
melakukan).
Jadi, mereka memang tidak menceritakan seluruh kebenaran,
tetapi apa yang mereka ceritakan bukanlah dusta. Tidak menceritakan seluruh
kebenaran, kalau itu dilakukan terhadap orang brengsek yang memang tidak layak
mendapatkan seluruh kebenaran, memang diijinkan dalam Kitab Suci. Ini terlihat
dengan jelas dari 1Sam 16:1-2.
e) Saul
mengatur taktik perang, dan lalu menyerang orang Amon dan mengalahkan mereka
(ay 11).
Sekalipun yakin akan penyertaan Tuhan, mereka tetap berusaha
mati-matian. Ini sesuatu yang harus diperhatikan. Adanya iman / keyakinan akan
penyertaan Tuhan tidak boleh membuat kita lalu menjadi malas / tidak berusaha
secara maximal.
1) Reaksi
pendukung Saul.
Mereka ingin membunuh orang-orang yang tadinya menolak
Saul menjadi raja atas mereka (ay 12). Ini orang-orang brengsek yang:
·
ingin merayakan kemenangan
dengan cara yang salah / berdosa.
·
mengadu domba dengan mengingatkan
kesalahan orang lain (bdk. 1Kor 13:7 Amsal 10:12 Mat 5:9).
·
mendorong untuk melakukan
balas dendam.
Renungkan: apakah saudara juga sering melakukan hal
seperti ini?
2) Reaksi
Saul.
Saul lagi-lagi bersikap sangat bijaksana, dan menolak
usul tersebut (ay 13a), dan lebih dari itu ia mengakui bahwa Tuhanlah yang
memberi kemenangan kepada mereka (ay 13b). Ia tidak ‘mabuk’ oleh
kemenangan tersebut dan tidak mau merayakan kemenangan dengan cara yang salah.
Penerapan:
Kalau saudara mendapat berkat Tuhan seperti lulus ujian,
diberi hadiah, mendapat kenaikan gaji, dsb, apakah saudara merayakan hal itu
dengan cara yang benar atau salah?
3) Ajakan
Samuel (ay 14).
Mungkin karena tadinya ada orang-orang yang menentang
Saul, maka ia merasa pelantikan Saul menjadi raja itu perlu diperbaharui.
Israel menuruti nasehat Samuel itu, dan mereka
memperbaharui jabatan Saul sebagai raja dan mereka juga mempersembahkan korban
kepada Tuhan.
Dalam
menghadapi problem, kita harus tetap percaya kepada Tuhan dan berusaha maximal.
Dan setelah menang / berhasil mengatasi problem saudara, jangan merayakannya
dengan cara yang salah, tetapi sadarlah bahwa Tuhanlah yang memberi kemenangan.
-AMIN-
email us at : gkri_exodus@lycos.com