Eksposisi Kitab Samuel yang
Pertama
oleh : Pdt. Budi Asali M.Div.
1) Terjemahan ay 1.
KJV: ‘Saul reigned
one year; and when he had reigned two years over Israel’ (= Saul memerintah
satu tahun; dan pada waktu ia telah memerintah 2 tahun atas Israel).
NASB: ‘Saul was
forty years old when he began to reign, and he reigned thirty two years over Israel’ (= Saul berumur 40 tahun
pada waktu ia mulai memerintah, dan ia memerintah 32 tahun atas Israel).
ASV: ‘Saul was
[forty] years old when he began to reign, and when he had reigned two years
over Israel’ [= Saul berumur (40)
tahun pada waktu ia mulai memerintah, dan pada waktu ia telah memerintah dua
tahun atas Israel].
NIV: ‘Saul was
thirty1 years old when he become king, and he reigned over Israel
forty2 two years’ (= Saul berumur 30 1 tahun pada
waktu ia menjadi raja, dan ia memerintah atas Israel empat puluh 2
dua tahun).
Footnote NIV: 1
A few late manuscripts of the Septuagint; Hebrew does not have thirty. 2
See the round number in Acts 13:21; Hebrew does not have forty (= 1
Beberapa manuscript Septuaginta yang belakangan; Ibrani tidak mempunyai ‘tiga
puluh’. 2 Lihatlah bilangan bulat dalam Kis 13:21; Ibrani tidak
mempunyai ‘empat puluh’).
RSV/Lit: ‘Saul was
... 1 years old when he began to reign; and he reigned ... 2
and two years over Israel’ (= Saul berumur ... 1 tahun pada
waktu ia mulai memerintah; dan ia memerintah ... 2 dan dua tahun
atas Israel).
Footnote RSV: 1
The number is lacking in Heb. 2 Two is not the entire number.
Something has dropped out (= 1 Bilangannya hilang / tak ada
dalam Ibraninya. 2 Dua bukanlah seluruh bilangan. Sesuatu telah
hilang).
Dari footnote RSV ini kita bisa melihat bahwa terjemahan
menjadi berbeda-beda, karena memang dalam manuscript Ibraninya ada
bagian-bagian yang kosong / hilang. Mungkin manuscript yang disalin begitu
kabur pada bagian ini, sehingga penyalinnya lalu mengosongi bagian ini.
2) Saul
ada dalam peperangan melawan Filistin.
Dengan membandingkan ay 2 dengan ay 5 kita bisa
melihat bahwa tentara Filistin jauh lebih banyak dari tentara Israel.
Ay 5: ‘tiga ribu kereta’.
NIV: ‘three
thousand chariots’ (= tiga ribu kereta).
Footnote NIV: ‘Some
Septuagint manuscripts and Syriac; Hebrew thirty thousand’ (= Beberapa
manuscript Septuaginta dan Syriac; Ibrani tiga puluh ribu).
KJV/RSV/NASB/ASV: ‘thirty
thousand chariots’ (= tiga puluh ribu kereta).
Ada yang menganggap di sini pasti terjadi kesalahan
pengcopyan, seharusnya hanya 3.000, bukan 30.000. Alasannya:
·
jumlah 30.000 kereta
terlalu banyak. Tidak ada kaisar / raja manapun yang mempunyai 30.000 kereta.
·
jumlah 30.000 kereta itu
tidak seimbang dengan 6.000 pasukan berkuda (ay 5). Ini sama seperti kalau
jaman sekarang ada negara yang mempunyai 1000 kapal induk, tetapi hanya 50
kapal perusak. Ini tidak masuk akal.
Tetapi Matthew Poole menganggap bahwa mungkin 30.000 itu
bukan keretanya, tetapi tentara yang ada di atas kereta.
Yang manapun yang benar, ini tetap menunjukkan bahwa
tentara Filistin jauh lebih banyak dan lebih kuat dari tentara Israel.
Penerapan:
Dalam dunia rohani, hal seperti ini sering terjadi. Kalau
kita membandingkan jumlah jemaat kita dengan jumlah jemaat agama lain, atau
jumlah jemaat gereja-gereja yang Liberal, Kharismatik extrim dsb, kita kalah
jumlah. Tetapi hal ini tidak seharusnya membuat kita menjadi kecewa, kecil
hati, dsb.
Apa yang seharusnya dilakukan oleh Israel dalam
menghadapi kekuatan lawan yang jauh lebih besar itu?
a) Menyiapkan
tentara seperti dalam ay 2, adalah sesuatu yang harus dilakukan.
Penerapan:
Ada orang yang berpendapat bahwa dalam menghadapi
kerusuhan orang kristen harus ‘berserah’, dan tidak melakukan apa-apa. Saya
berpendapat bahwa ini salah. Untuk menghadapi kerusuhan, kita harus melakukan
persiapan sebisa mungkin. Tetapi, dalam melakukan persiapan, jangan melakukan
persiapan yang:
¨
bertentangan dengan Tuhan /
Firman Tuhan. Misalnya dengan latihan tenaga dalam atau black magic (= ilmu hitam).
¨
bertentangan dengan hukum
negara (bdk. Ro 13:1-2), misalnya dengan membeli senjata api tanpa ijin,
atau membawa senjata tajam di mobil.
Latihan bela diri dan mempunyai senjata tajam atau
senapan angin di rumah, atau membawa senjata tumpul di mobil, itu diijinkan.
Bandingkan ini dengan apa yang dilakukan orang Yahudi pada jaman Ester, pada
waktu bangsa mereka mau dimusnahkan (Ester 8-9).
Tetapi kalau saudara sudah melakukan persiapan, jangan
beriman / bersandar pada persiapan saudara itu! Bdk. Yes 31:1 Yer 17:5-8.
b) Tetap
percaya / beriman kepada Tuhan, seperti Yonatan dalam 1Sam 14:6, atau
seperti Elisa dalam 2Raja 6:16. Ini tidak dilakukan oleh Israel,
sebaliknya mereka bersikap seperti murid-murid Yesus waktu mengalami badai
(Mat 8:23-27), atau seperti Petrus waktu berjalan di atas air
(Mat 14:30-31). Mereka menjadi takut / tawar hati dalam peperangan itu,
dan bahkan banyak yang lari.
Dalam ay 6-7a dikatakan bahwa rakyat bersembunyi /
lari, tetapi dalam ay 7b dikatakan bahwa rakyat masih mengikuti Saul. Ini
terlihat kontradiksi karena salah terjemahan. Dalam NIV, yang lari dalam ay
6-7a adalah ‘the men of Israel’ (=
orang-orang Israel) dan ‘some Hebrews’
(= beberapa orang Ibrani) yang menunjuk kepada rakyat biasa, tetapi yang masih
tetap mengikuti Saul dalam ay 7b adalah ‘all the troops’ (= seluruh pasukan), yang menunjuk pada tentara
Israel. Tetapi dalam ay 8, tentara juga mulai lari. Lari yang seperti ini
jelas dosa karena menunjukkan ketidakpercayaan. Dan perlu diingat juga bahwa
sikap tawar hati, takut, dsb ini adalah sikap yang mudah menular! Karena itu
kalau dalam perang melawan setan saudara tawar hati, kecewa, malas-malasan, dsb,
bereskanlah hal itu secepatnya!
Kedua hal di atas ini harus dilakukan dalam setiap
situasi, misalnya dalam krisis ekonomi, maka kita harus:
*
mencari pekerjaan /
penghasilan tambahan, menghemat uang, dsb.
*
beriman kepada Tuhan.
Hanya kalau Allah memerintahkan kita untuk tidak
melakukan apa-apa (seperti dalam Kel 14:13-14), atau dalam situasi dimana
kita memang tidak bisa berbuat apa-apa (seperti di padang gurun Israel
tidak bisa mengusahakan makanan atau minuman), maka yang point a) boleh
dibuang, dan kita hanya beriman saja.
3) Tadinya
orang Israel minta raja supaya raja itu bisa memimpin mereka dalam perang
(8:19-20), tentu saja dengan harapan mereka akan menang dalam perang itu.
Tetapi sekarang kenyataannya sekalipun mereka sudah mempunyai raja, tetapi dalam
perang itu mereka terjepit / terdesak (ay 5-7).
Matthew Poole: “And hereby God intended to
teach them the vanity of all carnal confidence in men; and that they did not
one jot less need the help and favour of God now than they did before, when
they had no king” (= Dan dengan ini Allah
bermaksud mengajar mereka kesia-siaan dari semua keyakinan daging dalam
manusia; dan bahwa pada saat ini mereka tidak membutuhkan pertolongan dan
kebaikan Allah lebih sedikit satu titikpun dari pada sebelumnya, pada waktu
mereka tidak mempunyai raja).
Penerapan:
Waktu saudara tidak mempunyai istri saudara mengalami
godaan untuk berzinah, dan saudara berpikir: ‘Ah andaikata saya mempunyai
istri, godaan ini akan hilang’. Tetapi pada waktu saudara sudah mempunyai
istri, ternyata godaan itu masih ada, dan mungkin bahkan bertambah kuat. Juga
waktu tidak mempunyai uang ada godaan untuk tamak / mengejar uang. Saudara
berpikir: ‘Ah andaikata saya banyak uang, pasti godaan itu hilang’. Tetapi
setelah mempunyai banyak uang, ternyata godaan untuk tamak / mengejar uang itu
bukan hanya masih ada, tetapi bahkan makin bertambah kuat. Jadi, sebetulnya
dalam setiap sikon, kita sama tergantungnya pada pertolongan Tuhan!
4) Saul
gagal dalam ujian (ay 7-10).
a) Ada
perjanjian dengan Samuel untuk menunggu selama 7 hari (ay 8).
Para penafsir bertentangan pendapat tentang janji ini.
Ada yang beranggapan bahwa ini menunjuk pada janji dalam 1Sam 10:8, dan
ada yang menganggap ini menunjuk pada janji yang lain yang tidak ditulis dalam
Kitab Suci.
b) Ay 8:
hari ke 7 belum habis, jadi sebetulnya Samuel tidak menyalahi janji. Jadi Saul
hanya menunggu 6 hari penuh + sebagian dari hari ke 7.
Ay 10a: ‘Baru saja ia habis
mempersembahkan korban bakaran, maka tampaklah Samuel datang’. Ini menunjukkan bahwa kesabaran / ketekunan Saul dalam
menunggu, sebetulnya hanya perlu ditambah sedikit waktu saja!
Pulpit Commentary:
“Men
sometimes wait long for the fulfilment of Divine promises, but not long enough;
and their lack of perseverance shows weakness or absence of faith” (= Kadang-kadang manusia menunggu lama untuk penggenapan janji
ilahi, tetapi tidak cukup lama; dan kurangnya ketekunan mereka menunjukkan
kelemahan atau tidak adanya iman).
Pulpit Commentary:
“O that he
had waited a little longer! ‘Saul lost his kingdom for want of two or three
hours’ patience’” (= O andaikata ia menunggu
sedikit lebih lama! ‘Saul kehilangan kerajaannya karena kekurangan kesabaran
dua atau tiga jam’).
Daily Bible Commentary:
“The last
five minutes of waiting are often the most difficult!” (= Menunggu pada lima menit yang terakhir seringkali adalah
yang paling sukar).
Penerapan:
Sabarlah dalam menunggu penggenapan janji Tuhan,
pertolongan Tuhan, atau jawaban doa, baik dalam persoalan ekonomi, jodoh, dsb.
Tuhan senang menolong pada saat sudah hampir terlambat!
c) Apa
sebetulnya kesalahan Saul?
Ada yang mengatakan kesalahannya bukan hanya kurang sabar
menunggu Samuel, yang merupakan tanda ketidakpercayaan, tetapi juga karena ia, sebagai
seorang raja dan bukan imam, berani mempersembahkan korban kepada Tuhan. Tetapi
ay 9-10 tidak harus diartikan bahwa Saul sendiri yang mempersembahkan
korban, tetapi bisa diartikan bahwa Saul menyuruh imam mempersembahkan korban.
Saya lebih setuju dengan pandangan kedua ini, karena:
·
Kalau dikatakan Saul
mempersembahkan korban, maka memang bisa diartikan bahwa Saul menyuruh imam
untuk mempersembahkan korban. Bdk. 1Raja 3:4 dimana dikatakan bahwa Salomo
mempersembahkan korban, padahal pasti ia menyuruh imam mempersembahkan korban.
Juga bdk. 1Sam 1:3
2Sam 24:25 1Raja 8:63.
Illustrasi: kalau
dikatakan bahwa si A membangun rumah, maka tentu tidak diartikan bahwa si A
membangun sendiri rumah itu. Tetapi bisa diartikan bahwa si A menggunakan
pemborong / tukang batu untuk membangun rumah.
·
Dari 1Sam 14:3
terlihat adanya imam Ahia bersama dengan Saul, dan karena itu ia bisa menyuruh
imam ini untuk mempersembahkan korban.
·
Dalam dialog antara Samuel
dan Saul dalam ay 11-14 tidak ada teguran tentang Saul melanggar hak imam dalam
mempersembahkan korban. Bandingkan ini dengan 1Taw 26:18 dimana raja Uzia
ditegur oleh imam Azarya karena melanggar hak imam tersebut.
Kesimpulannya: kesalahan Saul ‘hanya’ karena
ketidaksabaran menunggu dan ketidakpercayaan, bukan karena pelanggaran hak imam
dalam mempersembahkan korban.
1) Samuel
bertanya: ‘Apa yang telah kauperbuat?’ (ay 11).
Ini jelas merupakan pertanyaan yang bersifat teguran,
padahal Saul melakukan sesuatu yang secara lahiriah kelihatannya baik, yaitu
mempersembahkan korban kepada Tuhan.
Pulpit Commentary:
“A burnt
offering was a symbol and expression of consecration, and when offered aright,
in a spirit of obedience, it honoured God and obtained his blessing; but when
wrongly offered it was worthless, dishonour him, and was abomination in his
sight (ch. 15:22; Prov. 21:27; Isa 1:13). It is the same with other outward
forms of service” [= Korban bakaran
merupakan suatu simbol dan pernyataan penyerahan diri, dan jika dipersembahkan
dengan benar, dalam roh ketaatan, itu menghormati Allah dan mendapatkan
berkatNya; tetapi jika dipersembahkan secara salah, itu tidak berharga, tak
menghormati Dia, dan merupakan kejijikan dalam pandanganNya (pasal 15:22; Amsal
21:27; Yes 1:13)].
Karena itu dalam melakukan Kebaktian, Saat Teduh,
mengikuti Perjamuan Kudus, Pemahaman Alkitab, dsb, saudara juga harus
memperhatikan sikap hati, motivasi, tujuan saudara dalam melakukan hal-hal itu!
2) Jawaban
/ alasan Saul untuk tidak menunggu Samuel (ay 11b-12).
a) Rakyat
terserak-serak meninggalkan dia. Ini menyalahkan rakyat!
b) ‘Engkau
tidak datang pada waktu yang telah ditentukan’ (ay 11b). Ini menyalahkan
Samuel, padahal Samuel tidak salah.
c) Orang
Filistin telah berkumpul dan sebentar lagi akan menyerang (ay 11c-12a). Jadi
Saul menggunakan ‘bahaya’ / ‘keadaan darurat’ sebagai alasan untuk berbuat
dosa.
Pulpit Commentary:
“The question
implies rebuke, which Saul answers by pleading his danger. ... But it was the
reality of the danger which put his faith and obedience to the trial” (= Pertanyaan ini secara tak langsung merupakan teguran /
hardikan, yang dijawab oleh Saul dengan menggunakan bahayanya sebagai dalih.
... Tetapi justru kenyataan adanya bahaya itu yang meletakkan imannya dan
ketaatannya pada ujian).
Keadaan bahaya / darurat memang merupakan saat dimana
Setan mencobai kita / Tuhan menguji kita.
Pulpit Commentary:
“The tempter
says, ‘It is better to steal than to starve, better to sin than perish.’” (= Penggoda berkata: ‘Lebih baik mencuri dari pada mati
kelaparan, lebih baik berbuat dosa dari pada mati’).
Penerapan:
Dalam krisis moneter, banyak orang ‘terpaksa’ berbuat
dosa, mulai mencuri, merampok, korupsi, menjadi pelacur, atau berusaha mendapatkan
uang dengan cara yang tidak halal, bekerja pada hari Minggu sehingga tidak ke
gereja, dsb. Padahal situasi seperti ini sebetulnya merupakan ujian bagi kita
apakah kita hanya mau taat kepada Tuhan dalam keadaan enak, atau dalam setiap
keadaan!
d) Aku
belum minta belas kasihan Tuhan (ay 12b).
Kesimpulan dari jawaban Saul ini: Saul bukannya mengaku
salah dan minta ampun, tetapi sebaliknya mencari segala macam dalih! Ini sama
seperti Adam dan Hawa dalam Kej 3:12-13. Bdk. Maz 32:1-5.
3) Jawaban
Samuel (ay 13-14).
a) ‘Perbuatanmu
itu bodoh’ (ay 13a).
Saul ‘terpaksa’ berbuat dosa (ay 8-12), tetapi
Samuel berkata bahwa itu adalah tindakan bodoh! Padahal Saul mungkin mengira
bahwa ia telah bertindak bijaksana. Hati-hatilah dengan ‘kebijaksanaan’ yang
bodoh! Seharusnya Saul bersikap seperti Yesus dalam Mat 4:1-4, atau
seperti Yonatan dalam 1Sam 14:6.
b) Ay
13b-14.
Ay 13b: ‘sebab sedianya TUHAN mengokohkan kerajaanmu
atas orang Israel untuk selama-lamanya’. Ini seakan-akan menunjukkan adanya
perubahan rencana Allah.
NIV: ‘You have not
kept the command the LORD your God gave you; if you had, he would have
established your kingdom over Israel for all time’ (= Engkau telah tidak
memelihara perintah yang diberikan TUHAN Allahmu kepadamu; seandainya engkau
memeliharanya, engkau telah meneguhkan kerajaanmu atas Israel untuk
selama-lamanya).
Jadi, ini cuma seandainya! Ingat juga bahwa dalam
Kej 49:10 kerajaan Israel sudah dijanjikan / dinubuatkan untuk Yehuda,
bukan untuk suku Benyamin dari mana Saul berasal! Ketidaktaatan Saul di sini
harus terjadi supaya Tuhan bisa menggenapi janjinya dalam Kej 49:10 itu.
c) Ay 13-14:
Ini hanya menunjukkan bahwa keturunan Saul tidak akan menjadi raja Israel
menggantikan Saul, tetapi tidak menunjukkan bahwa Allah memecat Saul sebagai
raja. Setelah kesalahan kedua nanti (1Sam 15) barulah Saul sendiri ditolak
menjadi raja.
d) Mengapa
Tuhan menghukum kesalahan yang kelihatannya begitu kecil dengan hukuman yang
begitu berat? Jawab:
1. Manusia
tidak mampu menilai adil tidaknya hukuman Tuhan. Kita hanya melihat luarnya,
tetapi Allah melihat segala sesuatu. Allah melihat betapa jahatnya pikiran dan
hati Saul pada waktu melakukan hal ini, betapa tidak percayanya ia kepada
Tuhan, dan betapa rendahnya otoritas Tuhan / FirmanNya / nabiNya dalam hati
Saul.
2. Ini
adalah kesalahan pertama dari Saul sejak ia menjadi raja / sejak adanya
kerajaan Israel.
Matthew Poole: “And it hath been ever held
a piece of wisdom in all lawgivers, severely to punish the first violation of
their laws, to secure their honour and obedience, and to affright and caution
offenders for the future” (= Merupakan hikmat yang
selalu dipegang dalam semua pemberi hukum untuk menghukum dengan keras
pelanggaran pertama dari hukum-hukum mereka, untuk memastikan hormat dan
ketaatan mereka, dan untuk menakut-nakuti dan memperingatkan pada pelanggar
untuk masa yang akan datang).
Contoh lain:
·
hukuman berat bagi Kain,
pembunuh pertama (Kej 4:10-14).
·
hukuman berat bagi imam
yang pertama kalinya membubuhkan api asing (Im 10:1-2).
·
hukuman berat bagi
pelanggar pertama hukum hari Sabat (Bil 15:32-36).
·
hukuman berat bagi pendusta
pertama dalam gereja, yaitu Ananias dan Safira (Kis 5:1-11).
3. Ada
kemungkinan bahwa sebetulnya hukuman ini belum merupakan keputusan terakhir,
dan bisa dibalik / dibatalkan seandainya Saul betul-betul bertobat (bdk. dengan
pemberitahuan tentang kehancuran Niniwe dalam Yunus 3:4 yang akhirnya
tidak jadi dilaksanakan). Penolakan akhir terjadi dalam 1Sam 15, setelah
Saul melakukan kesalahan lagi.
4. Tuhan
kadang-kadang memang menghukum dosa yang kecil dengan hukuman yang berat, untuk
menunjukkan bahwa sebetulnya itulah hukuman dari dosa yang kecil. Dengan
demikian kita akan:
·
lebih melihat betapa banyak
kita berhutang kepada Allah, karena kita sudah melakukan dosa-dosa yang banyak
dan besar, tetapi tidak mendapat hukuman yang hebat!
·
kita akan berhenti
meremehkan dosa!
Tetaplah
setia dan percaya kepada Tuhan dalam keadaan darurat!
-AMIN-
email us at : gkri_exodus@lycos.com