Eksposisi Kitab Samuel yang
Pertama
oleh : Pdt. Budi Asali M.Div.
1) Keadaan
Israel pada saat itu.
Ay 24: ‘Ketika orang-orang Israel terdesak
pada hari itu’.
Ini adalah terjemahan yang bukan hanya salah tetapi juga tidak
masuk akal / tidak sesuai dengan kontex. Israel tidak sedang terdesak dalam
pertempuran, karena kontex sebelumnya menunjukkan Filistin mengalami kekacauan
dan melakukan tindakan saling bunuh (ay 14-16,20), dan kontex sesudahnya
(yaitu ay 30,31-32,36,46) menunjukkan bahwa Filistin kalah, lari, dikejar,
dijarah oleh Israel. Juga tujuan Saul mengucapkan kutuk itu adalah supaya tidak
menghambat pengejaran terhadap Filistin, dan karenanya tidak mungkin
diucapkan pada waktu Israel terdesak.
Sekarang mari kita bandingkan dengan
terjemahan-terjemahan Alkitab bahasa Inggris.
KJV/RSV: ‘were
distressed’ (= sedih / mengalami kesukaran).
NIV: ‘were in
distress’ (= ada dalam kesedihan / kesukaran).
NASB: ‘hard-pressed’
(= sangat tertekan).
Keil & Delitzsch maupun Pulpit Commentary mengartikan
‘lelah’.
Baik KJV, RSV, NIV, NASB mengatakan bahwa keadaan ini
disebabkan oleh kutuk Saul tersebut.
NIV: ‘Now the men
of Israel were in distress that day, because Saul had bound the people
under an oath ...’ (= Orang-orang Israel sedih hari itu, karena Saul
telah mengikat orang-orang itu di bawah suatu sumpah).
Matthew Poole mengambil arti seperti terjemahan KJV, RSV,
NIV, NASB ini.
Tetapi Keil & Delitzsch tidak mengartikan seperti
itu. Ia menafsirkan: Pada waktu Israel sedang lelah, maka Saul menyuruh mereka
mengucapkan kutuk tersebut. Jadi tindakan Saul bukanlah penyebab dari kelelahan
itu, tetapi jelas bahwa tindakannya ini memperburuk kelelahan itu.
2) Saul
menyuruh rakyat mengucapkan kutuk (ay 24).
a) Tujuan
Saul.
Tujuan Saul menyuruh rakyat bersumpah seperti itu adalah
supaya perang / pengejaran terhadap tentara Filistin tidak terhalang oleh saat
makan / minum. Tetapi dalam semangatnya untuk berperang ia lupa bahwa manusia
membutuhkan makanan / minuman, dan kalau tidak diberi makanan / minuman akan
kehilangan kekuatan untuk berperang. Ini juga berlaku dalam dunia rohani.
b) Ini
adalah tindakan ceroboh / tergesa-gesa, tanpa pikir panjang.
Sikap / tindakan yang tergesa-gesa / tanpa dipikir panjang
seperti ini akhirnya merugikan (bdk. ay 29-30). Bandingkan dengan
nazarnya Yefta (Hak 11:30-31), dan sumpahnya Herodes (Mat 14:7-10),
dsb.
c) Motivasi
Saul.
Ay 24: ‘sebelum aku membalas dendam terhadap
musuhku’.
Ini menunjukkan motivasi / semangat yang egois dalam mengucapkan sumpah /
kutuk itu. Jadi semangat Saul dalam perang itu adalah demi dirinya sendiri. Dan
banyak orang kristen / hamba Tuhan jaman sekarang juga melakukan perang rohani
dengan motivasi seperti Saul.
Tidak ada dari rakyat yang berani memakan suatu apapun
(ay 24b-26).
Dalam ay 25-26 mereka menemukan madu di hutan,
tetapi mereka takut memakan madu itu karena takut kena kutuk. Ini menyebabkan
mereka sangat letih lesu (ay 31b). Lalu dalam ay 32 mereka makan. Ini
jelas terjadi setelah matahari terbenam, sehingga mereka memang sudah
boleh makan tanpa melanggar kutuk (bdk. ay 24). Tetapi dalam peristiwa ini ada
2 macam dosa yang dilakukan sekaligus, yaitu:
1) Menyembelih
lembu dan anaknya pada hari yang sama (ay 32).
Ini bertentangan dengan Im 22:28.
2) Menyembelih
binatang di tanah, sehingga darahnya tidak bisa keluar semua, dan ini
menyebabkan mereka makan binatang itu dengan darahnya (ay 32).
Ini bertentangan dengan Im 17:10-14. Penyembelihan
yang benar adalah seperti dalam ay 33-34. Tetapi rakyat yang kelaparan itu
tidak mau ‘membuang waktu’ untuk menunggu darah keluar semua.
Apakah jaman sekarang larangan makan darah ini masih
berlaku? Ada pro dan kontra yang sangat hebat dalam hal ini.
Orang-orang yang mengatakan bahwa sampai jaman sekarang
larangan itu masih berlaku, berargumentasi sebagai berikut:
a) Im
7:26,27 17:10-14 19:26 Ul 12:23-25
1Sam 14:31-34.
b) Kej 9:4
bukan ceremonial law, karena pada
saat itu belum ada ceremonial law (=
hukum yang berhubungan dengan upacara keagamaan).
Saya berpendapat bahwa ini merupakan argumentasi yang
terkuat.
c) Kis
15:20,29 Kis 21:25.
Sedangkan orang-orang yang mengatakan bahwa pada jaman ini
larangan itu sudah tidak berlaku, berargumentasi sebagai berikut:
a) Larangan
makan darah adalah ceremonial law
yang sudah tidak berlaku sejak kematian dan kebangkitan Kristus (Ef 2:15).
b) Mark
7:19b Ro 14:14 1Kor 8:8-13 1Kor 10:25-11:1
1Tim 4:1-5.
c) Kis 15:20,29
dan Kis 21:25 dilakukan demi orang-orang Yahudi. Jadi larangan di sini
dipertahankan supaya tidak menyinggung / menjadi batu sandungan bagi orang
Yahudi.
Saya sendiri lebih condong untuk berkata bahwa jaman
sekarang larangan makan darah itu sudah tidak berlaku. Tetapi kalau ada orang
yang berpendapat bahwa ia tidak boleh makan darah, maka memang sebaiknya ia
tidak makan (bdk. Ro 14:23).
Apa yang bisa kita dapatkan dari peristiwa ini?
·
Rasa lapar dan lelah bisa
menyebabkan orang melakukan dosa apapun.
Bandingkan dengan penjarahan dan perampokan yang banyak
terdapat pada masa krisis ekonomi ini.
Karena itu hati-hatilah pada saat lapar / lelah.
·
Rakyat lebih takut terhadap
perintah / larangan raja / Saul dari pada perintah / larangan Tuhan.
Matthew Poole (hal 547) mengatakan bahwa rakyat yang
begitu takut untuk melanggar sumpah / kutuk dari Saul tidak segan-segan untuk
melanggar perintah Allah.
Penerapan:
Banyak orang kristen lebih takut pada perintah / larangan
manusia (boss, pemerintah, orang tua, suami, dsb) dari pada perintah / larangan
Tuhan.
Pada waktu mengetahui dosa rakyat yang sedang terjadi,
maka Saul lalu mengambil tindakan (ay 33-35).
1. Ia
mengecam rakyat.
Ay 33b: ‘kamu berbuat khianat’.
NIV: ‘You have
broken faith’ (= kamu telah merusak / menghancurkan iman).
NASB: ‘You have
acted treacherously’ (= kamu telah berbuat khianat).
Matthew Poole: “He sees their fault, but
not his own, in giving the occasion to it” (= Ia
melihat kesalahan mereka, tetapi tidak kesalahannya sendiri, dalam menyebabkan
terjadinya hal itu) - hal 547.
Pulpit Commentary:
“He censured
and checked them. Would that he had also censured and checked himself! But men
who severely condemn the faults of others are often blind to their own, even
when the former reflect and are occasioned by the latter” (= Ia mencela / mengecam dan memeriksa / memarahi mereka.
Andaikata saja ia juga mencela / mengecam dan memeriksa / memarahi dirinya
sendiri! Tetapi orang yang mengecam kesalahan orang lain dengan keras
seringkali buta terhadap kesalahan mereka sendiri, bahkan pada saat kesalahan
orang lain itu disebabkan oleh kesalahannya sendiri) - hal 255.
Karena itu sebelum mengecam orang lain, periksalah diri
saudara sendiri. Ini sesuai dengan Mat 7:3-5 - “Mengapakah
engkau melihat selumbar di mata saudaramu, sedangkan balok di dalam matamu
tidak engkau ketahui? Bagaimanakah engkau dapat berkata kepada saudaramu:
Biarlah aku mengeluarkan selumbar itu dari matamu, padahal ada balok di dalam
matamu. Hai orang munafik, keluarkanlah dahulu balok dari matamu, maka engkau
akan melihat dengan jelas untuk mengeluarkan selumbar itu dari mata saudaramu”.
2. Ia
menyuruh rakyat menyembelih binatang di atas sebuah batu besar di hadapannya
(ay 33c-34).
Fungsi dari batu besar (ay 33-34) adalah:
a. Untuk
menyembelih binatang. Dengan meletakkan binatang yang disembelih itu di atas
batu, maka darahnya bisa keluar dengan lebih cepat, dibandingkan kalau
penyembelihan dilakukan di atas tanah yang datar.
b. Untuk
pengawasan. Semua penyembelihan dilakukan di sana, dan ini memudahkan
pengawasan. Kalau semua orang menyembelih sendiri-sendiri, sukar melakukan
pengawasan.
3. Ia
mendirikan mezbah bagi Tuhan (ay 35).
a. Fungsi
/ tujuan mezbah itu.
Ada yang mengatakan bahwa mezbah ini digunakan untuk
mengucap syukur; ada pula yang mengatakan bahwa mezbah ini digunakan untuk
pengakuan dosa. Saya berpendapat bahwa pandangan terakhir ini lebih sesuai
dengan kontex, yang sedang menceritakan dosa bangsa Israel.
b. Itu
adalah mezbah pertama yang ia dirikan bagi Tuhan.
NIV: ‘it was the
first time he had done this’ (= itu adalah untuk pertama kalinya ia
melakukan hal itu).
Matthew Poole: “The same was the first
altar, though he had occasion to do so oft ere this time. So this is noted as
another evidence of his neglect of God and his worship. It is true, Saul
sacrificed before this, as at Gilgal; but that was upon an old altar, erected
by others” (= Itu adalah mezbah yang
pertama, sekalipun ia mempunyai kesempatan untuk sering melakukannya sebelum
saat ini. Jadi ini dicatat sebagai bukti yang lain dari pengabaiannya terhadap
Allah dan penyembahan terhadap Allah. Saul memang memberikan korban sebelum
saat ini, seperti di Gilgal; tetapi itu dilakukan di atas mezbah lama yang
didirikan orang lain) - hal 548.
1) Yonatan
melanggar kutukan / sumpah Saul.
Yonatan tidak mendengar kutuk / sumpah itu, dan karena
itu ia memakan madu yang ditemukan di hutan itu (ay 27). Karena ia tidak
mendengar kutuk / sumpah ayahnya, maka jelas bahwa sebetulnya ia tidak bisa
disalahkan.
Madu itu membuat ‘matanya menjadi terang’ (ay 27b).
Maksudnya ia menjadi segar kembali.
2) Akibatnya,
pada waktu Saul menanyakan kehendak Tuhan, Tuhan tidak menjawab (ay 37).
Penggunaan Urim dan Tumim untuk mencari kehendak Tuhan
memang bisa menunjuk ‘Ya’, atau ‘Tidak’, atau ‘netral’ (tidak menjawab).
3) Dari
tidak menjawabnya Tuhan, Saul menyimpulkan pasti ada dosa (ay 38).
Karena itu sekarang ia berusaha mengetahui apa dosa itu.
4) Sekalipun
belum mengetahui siapa yang salah dan apa kesalahannya, ia sudah menjatuhkan
hukuman mati (ay 39). Ini lagi-lagi merupakan tindakan gegabah yang tidak
dipikir baik-baik lebih dulu.
5) Ia
meminta petunjuk Tuhan melalui Urim dan Tumim / undian (ay 41-42).
Ay 41: Kitab Suci Indonesia mengambil terjemahan LXX /
Septuaginta, yang menyebutkan penggunaan Urim dan Tumim. Ini berbeda dengan NIV
yang mengambil dari manuscript Ibrani, yang tidak secara explicit menyebutkan
Urim dan Tumim, tetapi hanya menyebutkan penggunaan undian. Tetapi ini tetap
mungkin menunjuk pada penggunaan Urim dan Tumim.
NIV: “Then Saul
prayed to the LORD, the God of Israel, ‘Give me the right answer.’ And Jonathan
and Saul were taken by lot, and the men were cleared” (= Lalu Saul
berdoa kepada TUHAN, Allah Israel, ‘Berilah aku jawaban yang benar’. Dan
Yonatan dan Saul kena undi, dan rakyat dibebaskan).
Lalu dalam ay 42 undian dilanjutkan hanya antara Saul dan
Yonatan, dan akhirnya Yonatan yang terkena undian tersebut. Sesuatu yang luar
biasa dalam diri Yonatan adalah bahwa ia rela mati!
6) Saul
ingin konsisten dengan kata-katanya yang gegabah dalam ay 39 tadi, dan ingin
menjatuhi Yonatan dengan hukuman mati (ay 44).
Ini lagi-lagi merupakan tindakan salah yang gegabah /
tidak dipikir panjang. Kalaupun Yonatan harus disalahkan, karena Yonatan
berdosa secara tak sengaja, maka ada cara penebusan dosa dalam Im 4:22-26.
Dan seharusnya Saul sadar bahwa ini disebabkan kesalahannya mengucapkan sumpah
/ kutuk secara sembarangan, dan ia seharusnya melakukan Im 5:4-6.
Matthew Poole (hal 548) mengatakan: Saul yang di sini
begitu keras sehingga mau membunuh anaknya sendiri yang saleh, beriman dan
berani, ternyata nanti justru tidak membunuh raja Agag (1Sam 15) yang
diperintahkan untuk dibunuh oleh Allah. Dalam kasus Agag, ia dengan mudah
mengabaikan perintah Tuhan yang benar dan masuk akal, tetapi di sini ia tidak
bisa mengabaikan pelanggaran terhadap perintahnya sendiri yang bodoh, ceroboh
dan tergesa-gesa. Mengapa? Karena di sini yang dipertaruhkan adalah otoritas /
gengsinya sebagai raja, sedangkan dalam kasus Agag yang dipertaruhkan cuma
otoritas Allah.
7) Rakyat
yang tadinya berdiam diri / tidak mau membocorkan ‘kesalahan’ Yonatan (ay 39b),
sekarang serentak menentang Saul dan melindungi Yonatan (ay 45).
Kemenangan Yonatan yang didapatnya ‘dengan pertolongan
Allah’, dijadikan argumentasi oleh rakyat untuk mengatakan bahwa Allah pasti
tidak menghendaki kematian Yonatan. Akhirnya Saul terpaksa membebaskan Yonatan.
Pertanyaannya: Yonatan ini salah atau tidak? Kalau dia
memang salah, dengan ia dibebaskan begitu saja, bukankah seharusnya Allah tetap
menarik kehadiranNya dan pimpinanNya atas bangsa Israel, dan bahkan menghukum
Yonatan? Tetapi ternyata semua ini tidak terjadi. Sebaliknya kalau Yonatan
memang tidak salah, lalu mengapa dalam ay 37 Allah tidak menjawab Saul? Dan
pada waktu Saul meminta petunjuk dengan menggunakan undian / Urim dan Tumim,
mengapa Allah mengarahkan pengundian itu kepada Yonatan (bdk.
Amsal 16:33)? Mengapa Allah tidak mengarahkan undian itu kepada Saul saja?
a) Adam
Clarke (hal 253) mengatakan bahwa rupanya pada waktu mereka minta petunjuk
kepada Tuhan, mereka bertanya: ‘Tuhan, Siapa yang melanggar kutuk / larangan raja?’.
Dengan demikian tentu Tuhan tidak bisa mengarahkan undian kepada Saul, karena
Saul memang tidak melanggar kutuk. Tuhan harus mengarahkan undi itu kepada
Yonatan, karena sekalipun ia tidak mengetahui larangan itu, ia tetap melanggar
larangan itu.
b) Rupanya
untuk menunjukkan bahwa sekali suatu sumpah / kutuk diucapkan, Tuhan
memperhatikan kutuk / sumpah itu.
Jadi, bagian ini mengingatkan kita betapa keramatnya
suatu sumpah / kutuk, dan karena itu kita tidak boleh main-main / sembarangan
dengan sumpah / kutuk! (Matthew Poole, hal 548).
Tetapi Tuhan tidak menghendaki kematian Yonatan, dan
karenanya Ia bekerja melalui seluruh rakyat yang lalu menolak / memprotes
keputusan Saul untuk menghukum mati Yonatan, sehingga Saul membatalkan hukuman
mati itu. Jadi sekalipun Allah mengarahkan undian kepada Yonatan, tetapi
akhirnya Saullah yang dihajarNya.
Jangan
meniru Saul dengan bertindak gegabah / tanpa dipikir panjang. Juga jangan
main-main dengan sumpah / kutuk, karena Tuhan memperhatikan hal itu!
-AMIN-
email us at : gkri_exodus@lycos.com