Eksposisi Kitab Samuel yang
Pertama
oleh : Pdt. Budi Asali M.Div.
1) Kesedihan yang
berlarut-larut dari Samuel (ay 1).
a) Kesedihan
Samuel mungkin sekali bukan hanya untuk Saul, tetapi juga memikirkan bangsa
b) Kesedihan
Samuel menunjukkan kesalehan Samuel.
Kesedihan Samuel sebetulnya menunjukkan bahwa Samuel
adalah orang yang saleh, karena ia sedih melihat
kejatuhan Saul / kekacauan bangsanya. Kalau saudara melihat kejatuhan seorang
kristen / pemimpin kristen atau kekacauan suatu gereja, dan saudara tidak
menjadi sedih, apalagi jika saudara bahkan menjadi senang (karena kehilangan
‘saingan’!), itu menunjukkan bahwa saudara tidak mempunyai kasih,
dan juga tidak mempunyai beban untuk Kerajaan Allah.
c) Tetapi
bagaimanapun juga, dari ay 1 ini kita melihat bahwa Tuhan tidak
menghendaki kesedihan Samuel itu dibiarkan terus berlarut-larut.
Pulpit Commentary:
“The
grief of Samuel was prolonged almost to a sinful extent ... God now warns Samuel
to mourn no longer. Saul’s rejection has become final, and God’s
prophet must sacrifice his personal feelings, and prepare to carry out the
purpose indicated in ch 13:14; 15:28” (= Kesedihan
Samuel diperpanjang hampir sampai pada tingkat yang bersifat dosa ... Sekarang
Allah memperingati Samuel untuk tidak berkabung lebih lama lagi. Penolakan Saul
telah menjadi suatu keputusan terakhir yang tak bisa berubah, dan nabi Allah
harus mengorbankan perasaan pribadinya, dan bersiap untuk melaksanakan rencana /
tujuan yang ditunjukkan dalam pasal 13:14; 15:28) - hal 294.
Keil & Delitzsch:
“The
words ... show that the prophet had not yet been able to reconcile himself to
the hidden ways of the Lord” (= Kata-kata
ini ... menunjukkan bahwa sang nabi belum bisa mendamaikan dirinya sendiri
dengan jalan yang tersembunyi dari Tuhan)
- hal 167.
2) Tuhan
memerintahkan Samuel untuk mengurapi salah satu anak Isai menjadi raja
Tetapi Samuel takut bahwa kalau ia
melakukan hal itu Saul akan membunuh dia (ay 2a). Dan Tuhan lalu
memberikan jalan keluar dalam ay 2b-3: “Bawalah
seekor lembu muda dan katakan: Aku datang untuk mempersembahkan korban kepada Tuhan. Kemudian undanglah Isai ke
upacara pengorbanan itu, lalu Aku akan memberitahukan
kepadamu apa yang harus kauperbuat. Urapilah bagiKu orang
yang akan Kusebut kepadamu”.
Dari bagian ini terlihat bahwa sekalipun Samuel datang ke
Betlehem untuk mengurapi seorang anak Isai menjadi raja, tetapi untuk
menghindari kemarahan Saul, maka Tuhan menyuruhnya mengatakan bahwa ia datang untuk mempersembahkan korban kepada Tuhan.
a) Apakah di sini
Tuhan memerintahkan suatu dusta?
Sama sekali tidak, karena sekalipun Samuel memang datang
dengan tujuan utama untuk mengurapi salah satu anak Isai menjadi raja, tetapi ia juga datang untuk mempersembahkan korban kepada Tuhan.
Jadi di sini ia bukannya diperintahkan untuk
mengatakan sesuatu yang tidak benar, tetapi ia hanya diperintahkan untuk
mengatakan sebagian dari kebenaran, dan menyembunyikan / tidak mengatakan
sebagian lainnya.
Perhatikan beberapa
komentar di bawah ini tentang persoalan ini.
Pulpit Commentary:
“The
question has been asked, Was there in this any
duplicity? In answer we may ask another question: Is it always necessary, or even right, to tell in all cases the whole
truth?” (= Suatu pertanyaan telah
ditanyakan: apakah dalam peristiwa ini ada sikap bermuka dua? Dalam menjawab pertanyaan ini kami bisa menanyakan pertanyaan lain:
apakah selalu perlu, atau bahkan benar, untuk menceritakan seluruh kebenaran
dalam semua kasus?) - hal 295.
Kalau dalam kasus ini Samuel mengatakan ‘the whole truth’ (= seluruh
kebenaran) kepada Saul, itu bukan hanya akan
membahayakan dirinya sendiri, tetapi juga Isai dan keluarganya, khususnya Daud
sendiri.
Contoh: seorang
suami yang, tanpa ditanya istrinya, tahu-tahu ‘dengan jujur’
mengatakan kepada istrinya bahwa ia tertarik / jatuh
cinta kepada wanita lain. Ini merupakan kejujuran yang tidak bijaksana, dan
bahkan bodoh! Ingat bahwa Kitab Suci mengajar kita untuk bukan hanya tulus / innocent (= tak berdosa) seperti
merpati, tetapi juga cerdik seperti ular (Mat 10:16).
Barnes’ Notes: “It was not the
purpose of God that Samuel should stir up a civil war, by setting up David as
Saul’s rival. Secrecy, therefore, was a necessary part of the transaction.
But secrecy and concealment are not the same as duplicity and falsehood.
Concealment of a good purpose, for a good purpose, is clearly
justifiable” (= Bukanlah rencana /
tujuan Allah bahwa Samuel menggerakkan perang saudara, dengan mengangkat / meletakkan
Daud sebagai saingan Saul. Karena itu, kerahasiaan merupakan bagian penting
dari transaksi ini. Tetapi kerahasiaan dan penyembunyian tidaklah sama dengan sikap / perbuatan bermuka dua dan kebohongan /
dusta. Penyembunyian suatu rencana yang baik, untuk suatu tujuan yang baik,
jelas bisa dibenarkan) - hal 40.
John Murray, dalam bukunya yang berjudul ‘Principles
of Conduct’, hal 139-140, membahas
bagian ini, dan ia mengatakan beberapa hal:
·
“Without question here is the divine authorization for
concealment by means of a statement other than that which would have disclosed
the main purpose of Samuel’s visit to Jesse” (= Tak diragukan lagi di sini ada pemberian otoritas / hak
ilahi untuk penyembunyian, dengan memberikan pernyataan yang lain dari
pernyataan yang akan membuka / membongkar tujuan utama kunjungan Samuel kepada
Isai).
·
“He did not speak what was contrary to fact. There was no
untruth in what the Lord autorized” (= Ia tidak mengatakan sesuatu yang bertentangan dengan fakta.
Tidak ada ketidakbenaran dalam apa yang Tuhan
otoritaskan).
·
“This incident makes clear that it is proper under
certain circumstances to conceal or withhold part of the truth” (= Kejadian ini membuat jelas bahwa adalah benar dalam
keadaan tertentu untuk menyembunyikan atau menahan sebagian dari kebenaran).
·
“there is no untruth involved. It
is necessary to guard jealously the distinction between partial truth and
untruth” (= Di
Adam Clarke: “he did not tell the
principal design of his coming; had he done so, it would have produced evil and
no good: and though no man, in any circumstances, should ever tell a lie,
yet in all circumstances, he is not obliged to tell the whole truth, though
in every circumstance he must tell nothing but the truth, and in every case
so tell the truth that the hearer shall not believe a lie by it” (= ia tidak memberitahu rencana utama kedatangannya; andaikata
ia memberitahukan hal itu, itu akan menghasilkan bencana dan bukan kebaikan:
dan sekalipun tidak seorangpun, dalam keadaan apapun, boleh mengatakan suatu
dusta, tetapi ia tidak wajib mengatakan seluruh kebenaran dalam semua keadaan,
sekalipun dalam setiap keadaan ia harus menceritakan tidak lain dari kebenaran,
dan dalam setiap kasus menceritakan kebenaran sedemikian rupa sehingga
pendengarnya tidak akan mempercayai suatu dusta oleh penceritaan itu) - hal 258.
b) Penceritaan
sebagian dari kebenaran, tidak selalu bisa dibenarkan.
Penceritaan sebagian kebenaran bahkan bisa menjadi suatu
fitnah, misalnya: kalau ada orang memukul saya, dan saya lalu membalas. Saudara
lalu menceritakan peristiwa itu dengan mengatakan: ‘Pak Budi memukul
orang’, tetapi saudara tidak
menceritakan bahwa orang itu memukul lebih dahulu. Maka ini
jelas merupakan fitnah yang menjelekkan saya, karena sekalipun ‘balas memukul’
adalah salah, tetapi tidak sesalah ‘memukul
tanpa dipukul lebih dulu’.
Karena itu hati-hati dalam penceritaan
sebagian dari kebenaran. Ini hanya
boleh dilakukan:
1. Pada
waktu menghadapi orang jahat yang tidak layak mendapat ‘seluruh
kebenaran’. Samuel menghadapi Saul yang jahat, dan karenanya ia boleh mengatakan sebagian kebenaran. Tetapi
ini tidak boleh dilakukan pada waktu menghadapi orang yang tidak jahat, yang
sebetulnya berhak mendapatkan seluruh kebenaran.
Contoh:
·
Seorang anak
dilarang pergi ke suatu tempat tertentu oleh orang tuanya, tetapi ia tetap pergi ke tempat itu, dan lalu waktu mau pulang ia mampir
dahulu ke rumah temannya (yang ini tidak dilarang oleh orang tuanya). Pada
waktu pulang dan ditanya: ‘Dari mana kamu?’, ia menjawab: ‘Dari rumah
teman’.
Saya berpendapat bahwa sekalipun secara
strict / ketat kata-kata ini bukan
suatu dusta / ketidakbenaran, tetapi tetap merupakan dosa. Mengapa? Karena
orang tuanya bukanlah orang jahat yang tidak berhak mendapatkan seluruh
kebenaran.
·
2. Pada
saat penceritaan sebagian kebenaran itu tidak bersifat menipu pendengarnya,
sehingga ia berubah pandangan dari ‘pandangan
yang benar’ menjadi ‘pandangan yang salah’ (Catatan:
‘benar’ dan ‘salah’ di sini adalah benar dan salah dalam
hubungannya dengan fakta).
Contoh: dalam
Kej 12:11-13, Abram (Abraham), yang kuatir kalau-kalau orang Mesir akan
membunuhnya untuk mengambil istrinya, meminta Sara, istrinya, untuk mengaku
sebagai saudaranya. Perhatikan juga Kej 20:12 dimana
dijelaskan bahwa Sara memang setengah saudara dengan Abram. Jadi, apa yang dikatakan oleh Abram / Sara kepada orang Mesir,
sebetulnya bukan dusta / ketidak-benaran, tetapi ‘half truth’ (= setengah kebenaran), karena
bagaimanapun Sara sudah menjadi istri Abram, dan hal ini tidak diceritakan.
Tetapi, ada perbedaan yang sangat tipis
(tetapi sangat menentukan dosa atau tidak) antara perbuatan Abram dalam
Kej 12 itu dengan perbuatan Samuel dalam 1Sam 16 ini. Dalam 1Sam 16:1-5, Saul sama
sekali tidak tahu apa-apa tentang pengurapan Daud. Jadi, pada waktu Samuel
menceritakan sebagian kebenaran, ia hanya
‘menyembunyikan sebagian kebenaran’. Tetapi dalam
Kej 12, orang Mesir pasti menduga bahwa Sara adalah istri Abram.
Sehingga kata-kata Abram bukan hanya menyembunyikan kebenaran, tetapi juga
bertujuan menipu / menyesatkan orang-orang Mesir itu, sehingga mereka pindah
dari ‘pikiran yang benar’ (bahwa Sara adalah istri Abram) menuju
‘pikiran yang salah’ (bahwa Sara bukan istri Abram)!
Ini menyebabkan kebanyakan penafsir beranggapan bahwa
tindakan Abram / Sara di sini adalah dosa!
c) Apakah
Saul tidak akan curiga bahwa tahu-tahu Samuel datang
ke Betlehem untuk mempersembahkan korban kepada Tuhan?
Pulpit Commentary:
“It is
plain that such sacrifices were not unusual, or Saul would have demanded a
reason for Samuel’s conduct. As the ark remained so long in obscurity at
Kirjath-jearim, and the solemn services of the tabernacle were not restored
until Saul at some period of his reign removed it to Nob, possibly Samuel may
have instituted this practice of occasionally holding sacrifices, now at one
place and now at another, to keep alive a sense of religion in the hearts of
the people; and probably on such occasions he taught them the great truths of
the law, thus combining in his person the offices of prophet and priest” (= Adalah jelas bahwa korban seperti itu merupakan hal biasa,
atau Saul akan menuntut alasan bagi tindakan Samuel itu. Karena tabut
perjanjian tetap ada begitu lama dalam ketidak-dikenalan di Kiryat-yearim, dan
pelayanan / ibadah yang khidmat / sakral dari kemah suci belum dipulihkan
sampai Saul pada masa tertentu dari pemerintahannya memindahkannya ke Nob,
mungkin Samuel telah mengadakan praktek untuk kadang-kadang melakukan
pengorbanan seperti ini, sekarang di tempat ini dan lain kali di tempat lain,
untuk tetap menghidupkan perasaan agama dalam hati bangsa itu; dan mungkin pada
peristiwa seperti itu ia mengajar mereka kebenaran-kebanaran besar / penting
dari hukum Taurat, dan dengan demikian mengombinasikan dalam dirinya fungsi /
jabatan dari nabi dan imam) - hal 295.
1) Samuel mentaati
perintah Tuhan, dan ia pergi ke Betlehem (ay 4-5).
a) Para tua-tua
Mereka gemetar / takut karena menyangka
bahwa kedatangan Samuel adalah untuk membawa hukuman disebabkan karena dosa
yang telah mereka lakukan (seperti Yunus datang ke Niniwe).
b) Tetapi
Samuel mengatakan bahwa ia datang ‘dalam damai’ (ay 4b-5a - sebetulnya bukan ‘membawa
selamat’ seperti dalam terjemahan
c) Samuel
berkata bahwa ia datang untuk mempersembahkan korban
kepada Tuhan, dan menguduskan Isai dan anak-anaknya dan mengundang mereka
datang ke upacara pengorbanan itu (ay 5).
Ini merupakan sesuatu yang perlu
diperhatikan. Setiap kali kita
menghadap Tuhan, kita perlu disucikan! Pengudusan pada saat
itu mencakup hal-hal lahiriah seperti mencuci pakaian (bdk. Kel 19:10). Kita tentu tidak perlu lagi melakukan penyucian lahiriah, tetapi
kita perlu melakukan penyucian batin / hati.
2) Tujuh anak
pertama dari Isai tidak dipilih oleh Tuhan (ay 6-10).
a) Samuel salah
sangka (ay 6-7).
·
Ay 6 yang
menunjukkan bahwa Samuel mengira bahwa Eliab, anak sulung Isai, adalah pilihan
Tuhan, menunjukkan bahwa seorang nabi tidak inerrant
(= tidak bisa salah) dalam pemikiran / kata-kata / tindakan (bdk.
2Sam 7:1-17 yang menunjukkan nabi Natan mula-mula memberikan nasehat yang
salah kepada Daud). Bandingkan ini dengan doktrin ‘Infallibility of the Pope’ (= ketidak-bersalahan Paus)
dalam Gereja Roma Katolik.
Nabi / rasul / penulis Kitab Suci hanya
inerrant pada waktu mereka dipakai
Tuhan untuk menuliskan Kitab Suci.
·
Ay 7: “Janganlah pandang parasnya atau perawakannya yang tinggi,
sebab Aku telah menolaknya. Bukan yang dilihat manusia yang dilihat Allah;
manusia melihat apa yang di depan mata, tetapi TUHAN
melihat hati”.
*
Samuel mula-mula
mengira Eliab yang berperawakan tinggi sebagai pilihan Tuhan, mungkin karena ia mengingat Saul yang tinggi besar (1Sam 10:23).
*
Pada waktu kita manusia
memilih sesuatu / seseorang biasanya kita memilih sesuatu / seseorang yang
kelihatan bagus dari luar. Misalnya memilih pacar, buku, gereja, dsb. Tetapi
pada waktu Tuhan memilih Ia melihat dalamnya. Kita
harus meniru hal ini!
*
Ini seakan-akan
menunjukkan bahwa Tuhan memilih tergantung orang. Tetapi jangan lupa bahwa yang
menjadikan orangnya mempunyai hati yang benar adalah Tuhan sendiri. Dan karena
itu ini tetap tidak menunjukkan bahwa Tuhan memilih tergantung manusia!
Pulpit Commentary:
“David’s
superiority to his brothers was intrinsic, and the result not of luck, but of
grace” (= Kesuperioran Daud
terhadap saudara-saudaranya bersifat hakiki, dan merupakan hasil / akibat dari
kasih karunia, bukan dari kemujuran) -
hal 313.
b) Demikian
seterusnya anak ke 2 sampai anak ke 7 juga tidak dipilih oleh Tuhan
(ay 8-10).
3) Penolakan Tuhan atas 7 anak Isai menyebabkan
Samuel menanyakan adanya anak yang lain lagi (ay 11a), dan Isai menjawab
bahwa masih ada satu lagi, yaitu yang bungsu, yang sedang menggembalakan
kambing domba (ay 11b).
a) Dari
sini terlihat jelas bahwa Daud adalah anak ke 8.
Tetapi ini kelihatannya bertentangan
dengan 1Taw 2:13-15, yang menyatakan bahwa Isai mempunyai 7 anak dan Daud
adalah anak yang ke 7. Bagaimana mengharmoniskan kedua bagian ini?
Matthew Poole: “It is true, there
are but seven of them named 1Chron. 2:13-15, but that may be because one of
them was either born of a concubine, or an obscure person; or one that died
immediately after this time” (= Memang
benar bahwa hanya tujuh dari mereka yang disebutkan dalam 1Taw 2:13-15, tetapi
itu mungkin disebabkan karena satu dari mereka atau dilahirkan oleh seorang
gundik / selir, atau merupakan orang yang tidak terlalu dikenal; atau orang itu
mati segera setelah saat ini) - hal 553.
Dalam tafsirannya tentang 1Taw 2:15:
·
Barnes’
Notes: “Probably one of the sons shown to Samuel at
·
Pulpit Commentary: “The explanation of the absence of the name here may be
that he died early and without issue, and would accordingly be the less wanted
in a genealogical register” (=
Penjelasan tentang absennya nama itu di sini mungkin adalah bahwa ia mati pada
waktu muda dan tidak mempunyai keturunan, dan karena itu tidak dibutuhkan dalam
suatu daftar silsilah) - hal 19.
b) Rupanya
pada saat itu Daud mungkin masih sangat muda, sehingga dianggap tidak perlu
ikut acara itu.
Pulpit Commentary:
“David
must have been very young, and many years have elapsed between his anointing
and his summons to Saul’s presence and combat with Goliath” (= Daud pasti masih sangat muda, dan bertahun-tahun telah lewat
antara pengurapannya dan pemanggilan terhadapnya ke hadapan Saul dan
perkelahiannya dengan Goliat) - hal 296.
c) Daud sedang
menggembalakan kambing domba.
·
persiapan pelayanan.
Bahwa Daud menggembalakan kambing
domba, memberinya banyak waktu luang sehingga digunakan untuk main kecapi. Ini nanti berguna bagi dia dalam melayani Saul
(1Sam 16:17,18,23). Pengalamannya
dalam menggembalakan kambing domba, melibatkannya dalam perkelahian melawan
binatang buas, dan ini nanti berguna bagi dia pada waktu melawan Goliat
(1Sam 17:34-37). Juga penggembalaan yang ia lakukan terhadap
kambing domba, berguna pada waktu ia menjadi raja / menggembalakan
Jadi Tuhan membentuk Daud dalam hidupnya sejak muda /
kecil, supaya nanti bisa Ia pakai dalam pelayanan yang
Ia kehendaki.
Pulpit Commentary:
“David
kept the flock intrusted to him, and, as a king, he shepherded the flock of
Catatan: bagian
terakhir itu dikutip dari 2Sam 24:17 - “Sesungguhnya,
aku telah berdosa, dan aku telah membuat kesalahan, tetapi domba-domba ini,
apakah yang dilakukan mereka? Biarlah kiranya tanganMu
menimpa aku dan keluargaku”.
Bdk. juga dengan ayat
paralelnya yaitu 1Taw 21:17 - ”Bukankah
aku ini yang menyuruh menghitung rakyat dan aku sendirilah yang telah berdosa
dan yang melakukan kejahatan, tetapi domba-domba ini, apakah yang dilakukan
mereka? Ya TUHAN, Allahku, biarlah kiranya tanganMu menimpa
aku dan kaum keluargaku, tetapi janganlah tulah menimpa umatMu”.
·
persiapan sebagai penulis Kitab Suci / Mazmur.
penulisan Kitab Suci jelas membutuhkan orang yang cukup rohani,
dan untuk memenuhi persyaratan ini Tuhan antara lain menggunakan ibu Daud
sendiri, yang oleh Daud disebut sebagai ‘hamba perempuan’ dari
Tuhan (Maz 86:16 116:16). Ibunya jelas berperan dalam mendidik Daud menjadi orang yang
rohani.
Penulisan kitab Mazmur, jelas
membutuhkan orang yang mempunyai jiwa seni, khususnya dalam persoalan musik dan
syair. Dan Tuhan
membentuk Daud sebagai orang yang mencintai musik dan syair, dan ini nanti
dipakai dalam menyusun Mazmur.
Juga pengalaman Daud dalam penggembalaan terhadap kambing
domba berguna pada waktu ia dipakai Tuhan menulis
banyak bagian dari Mazmur, khususnya Maz 23. Sebagai gembala, ia banyak melihat langit. Langit pada malam hari muncul
dalam Maz 8:4 dan langit pada pagi / siang hari muncul dalam Maz 19:2-7.
Binatang-binatang di
Juga pengalaman Daud selanjutnya banyak yang masuk ke
dalam Mazmur-Mazmur yang ia tuliskan, seperti penderitaannya yang hebat
(Maz 22), maupun dosa, kebandelannya yang ditunjukkan dengan tidak mau
mengakui dosa, dan juga penyesalan dosanya (Maz 32:1-5 Maz 51).
Satu hal yang perlu diketahui adalah: pada waktu Tuhan
mau memakai seseorang menjadi penulis Kitab Suci, Ia membentuk orang itu
sehingga sekalipun nanti karakter / kepribadian, pemikiran dan pengalamannya
masuk ke dalam Kitab Suci, tetapi semua itu tetap persis cocok dengan kehendak
Tuhan.
E. J. Young mengutip kata-kata B. B. Warfield sebagai
berikut:
“As light that passes
through the coloured glass of a cathedral window, we are told, is light from
heaven, but is stained by the tints of the glass through which it passes; so
any word of God which is passed through the mind and soul of a man must come
out discoloured by the personality through which it is given, and just to that
degree ceases to be the pure word of God. But what if this personality has
itself been formed by God into precisely the personality it is, for the express
purpose of communicating to the word given through it just the colouring which
it gives it? What if the colours of the stained-glass window have been designed
by the architect for express purpose of giving to the light that floods the
cathedral precisely the tone and quality it receives from them? What if the
word of God that comes to His people is framed by God into the word of God it
is, precisely by means of the qualities of the men formed by Him for the
purpose, through which it is given?” (=
Sebagaimana sinar yang melalui kaca berwarna dari jendela suatu katedral,
adalah sinar dari surga, tetapi dikotori oleh warna-warna dari kaca yang
dilaluinya; begitu juga dikatakan bahwa firman Allah yang melalui pikiran dan
jiwa manusia pasti keluar dengan dikotori oleh kepribadian melalui mana firman
itu diberikan, dan sampai pada tingkat itu berhenti menjadi firman yang murni
dari Allah. Tetapi bagaimana jika kepribadian ini telah
dibentuk oleh Allah menjadi kepribadian yang persis cocok sehingga mewarnai
firman yang melaluinya sesuai tujuan Allah? Bagaimana jika warna dari
jendela dengan kaca berwarna telah direncanakan oleh sang arsitek, dengan
tujuan memberikan sinar yang memasuki katedral itu sifat dan kwalitet yang
diterimanya dari warna-warna itu, persis seperti yang dikehendakinya? Bagaimana
jika firman Allah yang datang kepada umatNya dibentuk oleh Allah menjadi firman
Allah, dengan memakai kwalitet dari orang-orang yang dibentuk olehNya untuk
tujuan itu, melalui siapa firman itu diberikan?) - ‘Thy Word
Is Truth’, hal 64.
4) Tuhan menyuruh
Samuel mengurapi Daud (ay 12-13).
a) Pemilihan Daud untuk menggantikan Saul ini
menunjukkan bahwa Tuhan tidak pernah kekurangan orang untuk dipakai melayani
Dia.
Pulpit Commentary:
“The
Lord is never without resource. If Saul fail, the God of
Tuhan mau memakai setiap saudara, tetapi kalau saudara
tidak mau menyediakan diri untuk melayaniNya, maka Ia
tidak pernah kekurangan sumber. Ia akan memakai orang
lain, dan ini menyebabkan saudara kehilangan berkat yang seharusnya akan
saudara terima jika saudara mau melayaniNya.
b) Pemilihan
Tuhan atas Daud, dan bukan atas kakak-kakaknya, menunjukkan:
·
Kedaulatan Allah
dalam memilih, dimana Ia memilih yang muda / termuda, bukan yang tua / sulung
(bdk. pemilihan Yakub atas Esau dalam Kej 25:23 Maleakhi 1:2b-3a Ro 9:10-13, dan juga pemilihan Efraim atas
Manasye dalam Kej 48:13-20).
·
Tuhan sering memilih
orang yang tidak diperhitungkan oleh manusia.
Daud adalah anak bungsu, ia
masih sangat muda, sehingga keluarganya bahkan tidak mengijinkan ia ikut dalam
pertemuan dengan Samuel. Jelas ia cukup diremehkan,
dan peremehan terhadapnya ini terlihat lagi dalam 1Sam 17:28. Tetapi Tuhan justru memilih dia. Bdk. 1Kor 1:25-31.
Bdk. juga dengan Maz 118:22 / 1Pet 2:7b - “Batu yang telah dibuang oleh tukang-tukang bangunan,
telah menjadi batu penjuru”.
Juga bdk. dengan Yes 53:2b-3 - “Ia tidak tampan dan semaraknyapun tidak ada sehingga kita
memandang dia, dan rupapun tidak, sehingga kita menginginkannya. Ia dihina dan
dihindari orang, seorang yang penuh kesengsaraan dan yang biasa menderita
kesakitan; ia sangat dihina, sehingga orang menutup
mukanya terhadap Dia dan bagi kitapun dia tidak masuk hitungan”.
c) Ay 13:
mungkin seluruh keluarga, termasuk Daud tidak mengerti dan tidak diberitahu apa arti pengurapan ini.
d) Ay 13b:
Roh TUHAN berkuasa atas Daud, untuk memperlengkapi Daud bagi tugas
pelayanannya. Bdk. Kel 31:1-3 Bil
11:16-17 Bil 24:2 Bil 27:18
Ul 34:9 Hak 3:10 Hak 6:34
Hak 11:29 Hak 14:6,19 15:14.
Memang, kalau Tuhan memilih saudara untuk suatu pelayanan
tertentu, Ia pasti memperlengkapi saudara dalam
pelayanan itu. Karena itu jangan takut untuk menanggapi
panggilan Tuhan.
-AMIN-
email us at : gkri_exodus@lycos.com