Eksposisi Kitab Samuel yang
Pertama
oleh : Pdt. Budi Asali M.Div.
Pada
khotbah pertama tentang 1Sam 16:14 pada minggu yang lalu, saya sudah
menunjukkan bahwa ‘roh jahat dari Tuhan’ yang mengganggu Saul adalah setan yang diperintah /
diatur / diijinkan untuk datang kepada Saul dan mengganggu / menguasainya,
membuatnya sumpek / gelisah / marah dsb, sebagai hukuman atas dosa-dosa Saul.
Sekarang
kita akan memperhatikan pengobatan yang diusulkan oleh
hamba-hamba Saul terhadap ‘penyakit’nya itu.
1)
2) Seorang
hamba Saul mengusulkan Daud, yang ia gambarkan dalam
ay 18.
Penggambaran tentang Daud dalam
ay 18b menunjukkan bahwa ada selang waktu cukup lama antara bagian ini
dengan 1Sam 16:1-13. Sekarang ia bukan lagi seorang anak kecil, tetapi ‘pahlawan yang gagah perkasa, seorang prajurit’.
Semua ini bisa terjadi dalam diri Daud
karena adanya Roh Tuhan pada dirinya (ay 13b). Ia bisa mengalahkan beruang, singa, dan bahkan Goliat,
juga karena pertolongan Roh Tuhan itu, seperti yang terjadi dalam diri Simson
(Hak 14:6,19 15:4-5,14-16).
1) Ay 19-20:
Saul meminta Isai supaya anaknya, Daud, menjadi pelayannya; dan Isai
mengirimkan Daud bersama roti, anggur dan anak kambing di atas keledai sebagai
persembahan untuk Saul.
Memang pada waktu itu ada tradisi untuk selalu membawa
sesuatu kalau menghadap raja, nabi dsb (bdk. 1Sam 9:6-8 1Raja 10:1-2,10), tetapi saya
juga percaya bahwa Isai merasa sangat senang bahwa anaknya diminta untuk
melayani Saul.
Penerapan:
Apakah saudara juga bersikap begitu
kalau Tuhan, yang adalah Raja di atas segala raja, meminta saudara atau anak
saudara untuk melayani Dia?
2) Ay 21-22
menunjukkan bahwa Saul sudah menjadikan Daud pelayan dan pembawa senjatanya dan
Saul menyukai Daud.
Ini kelihatannya bertentangan dengan
1Sam 17:55-58, yang menunjukkan bahwa Saul tidak kenal dengan Daud. Karena itu harus disimpulkan bahwa cerita dalam
1Sam 16-17 ini tidak chronologis / tidak sesuai dengan urut-urutan waktu!
Jadi mula-mula terjadi pertemuan Saul dengan Daud dimana Daud bisa menghibur
Saul dengan kecapinya (16:21a,23), tetapi Daud tidak
langsung tinggal di istana Saul. Ia masih pulang dulu
(bdk. 17:15). Setelah itu terjadi perkelahian Daud dengan
Goliat. Tentu saja Saul tidak kenal orang yang main kecapi hanya satu
kali untuknya, sehingga ia menanyakan tentang Daud
(17:55-58). Setelah itu barulah Saul memintanya tinggal di istananya (16:21b-22 bdk. 18:2).
Barnes’ Notes:
“The
words here are the ultimate sequence of David’s first visit to Saul, and
of his skill in music, and are therefore placed here; but they did not really
come to pass till after David’s victory over Goliath (see 18:2). It is
quite conceivable that if David had only played once or twice to Saul, and then
returned to his father’s house for some months, Saul might not recognise
him” [= Kata-kata di sini
merupakan urutan / rentetan yang terakhir dari kunjungan pertama Daud kepada
Saul, dan dari keahliannya dalam musik, dan karena itu ditempatkan di sini;
tetapi itu tidak betul-betul terjadi sampai kemenangan Daud atas Goliat (lihat
18:2). Bisa dimengerti bahwa kalau Daud hanya bermain satu atau dua kali bagi
Saul, dan lalu kembali ke rumah bapanya untuk beberapa bulan, Saul bisa tidak
mengenalinya] - hal 41.
Pulpit Commentary:
“This, and
his being appointed one of Saul’s armour-bearers, happened only after the
lapse of some time. ... It was apparently after the combat with Goliath that
Saul sent to Jesse, and asked that David might be always with him” (= Ini, dan ditetapkannya ia sebagai salah satu pembawa senjata
Saul, terjadi hanya setelah berlalunya beberapa waktu. ... Jelas bahwa setelah
perkelahian dengan Goliat barulah Saul mengirim pesan kepada Isai, dan meminta
supaya Daud boleh selalu bersama dengan dia)
- hal 298.
3) Ini merupakan
persiapan bagi Daud untuk menjadi raja.
Keil & Delitzsch:
“This
guidance on the part of God was a school of preparation to David for his future
calling” (= Pimpinan ini dari pihak
/ sudut Allah merupakan sekolah persiapan bagi Daud untuk panggilannya di masa
yang akan datang)
- hal 172.
Mengapa? Karena di istana ini ia
berhubungan dengan orang kelas atas, dan ini menyebabkan ia bisa mengenal seluk
beluk kerajaan, dan bisa dikenal oleh orang-orang di istana.
Jadi di sini kita melihat pekerjaan
Tuhan, yang menggunakan setan untuk menyerang Saul maupun usul dari para hamba
Saul tentang pengobatan dengan kecapi, supaya Daud bisa dipersiapkan menjadi
raja, sesuai dengan rencanaNya.
Ay 23 menyatakan bahwa pada waktu roh jahat itu
hinggap pada Saul dan Daud memainkan kecapinya, maka Saul merasa lega dan
nyaman, dan roh jahat itu undur dari padanya. Bagian ini
menimbulkan komentar yang positif maupun komentar yang negatif tentang musik.
1) Komentar yang
positif tentang musik.
Pulpit Commentary:
“Martin
Luther found the inspiration of courage in the same manner. ‘Next to
theology,’ he said, ‘I give the first place and the greatest honour
to music.’” (= Martin Luther menemukan
dorongan keberanian dengan cara yang sama. ‘Setelah theologia,’ katanya, ‘Saya memberikan
tempat pertama dan kehormatan terbesar kepada musik’.) - hal 315.
Pulpit Commentary:
“Music
is a means of grace, and when rightly used conveys much spiritual
benefit to men. It is ‘one of the fairest and most glorious gifts of God,
to which Satan is a bitter enemy; for it removes from the heart the weight of
sorrow and the fascination of evil thoughts’ (Luther)” [= Musik adalah suatu alat kasih karunia, dan pada waktu
digunakan secara benar, memberikan banyak manfaat rohani bagi manusia. Itu
merupakan ‘salah satu dari karunia-karunia Allah yang paling cantik dan
mulia, terhadap mana setan merupakan musuh yang pahit; karena itu menyingkirkan
dari hati beban kesedihan dan pesona dari pikiran jahat’ (Luther)] - hal 311.
Pulpit Commentary:
“Elisha,
when chafed and disturbed in spirit, called for a minstrel, and was prepared by
the soothing strains of his harp for prophetic inspiration (2Kings 3:15)” [= Elisa, pada waktu jengkel dan terganggu dalam roh, memanggil
seorang pemusik / pemain kecapi, dan dipersiapkan oleh nada / alunan yang
menenangkan dari kecapinya untuk suatu ilham yang bersifat nubuat (2Raja 3:15)] - hal 311.
2) Komentar
negatif tentang musik.
Saya sendiri merasakan sebagai suatu
kejutan (surprise) bahwa dalam bagian
seperti ini ternyata ada banyak orang yang memberikan komentar yang negatif
tentang musik. Tetapi saya berpendapat
bahwa mereka benar, karena mereka melihat 2 hal:
·
roh jahat itu kembali lagi kepada Saul, bahkan menguasainya
dengan makin hebat (18:10 19:9-10). Ini
menunjukkan ketidak-efektifan musik tersebut dalam menangani
‘penyakit’ Saul.
·
Saul tidak menggunakan
musik itu dengan benar, karena ia tidak bertobat dari
dosanya / tidak kembali kepada Tuhan.
Pulpit Commentary:
“Temporary
alleviations of mental disquietude. The servants of Saul were true philosophers
in seeking diversion for their master. In cases of trouble, diversion from self
and the causes of trouble always affords relief. This is recognised by guilty
men, who seek diversion in business, or pleasure, or public affairs. It is a
rule with some wicked men to plunge more deeply into public or private business
in proportion as conscience has to be quieted. The diversion was of a nature to
soothe the nervous system. Music has in it something refined and pure and
remote from the turmoil and confusion of sinful life. As a curative or
alleviative element in certain sickness its power has not been sufficiently
developed. Saul felt the charm, and for a while the irritation
consequent on internal conflict was toned down. The diversion would have
increased effect if associated with spiritual song. There is evidence that
David cultivated psalmody in his early years; and who can tell the subduing
influence on the restless Saul as David poured forth to his harp strains of
love and trust and hope in God! We see constantly that even the boldest of
impenitent sinners are touched by sweet, simple hymns, which seem to call back
a lost purity, and open up a gleam of hope for the most depraved. ... But in
all cases of mere diversion the benefit is transitory. The old enmity
remains. The old fears come back in force. The true remedy has not been sought.
... The cure for the internal miseries of men lies in self-renunciation and
placing the soul at the mercy of the great Saviour. We must cease to seek rest
and peace apart from his loving embrace” (= Pengurangan ketidaktenangan batin yang bersifat sementara.
Hamba-hamba Saul adalah ahli-ahli filsafat yang sejati dalam mencari hiburan /
pengalihan perhatian untuk tuan mereka. Dalam kasus kesusahan / kesukaran, pengalihan perhatian dari diri
sendiri dan penyebab kesusahan / kesukaran itu, selalu memberikan /
menghasilkan kelegaan. Ini diakui oleh orang-orang
yang bersalah, yang mencari pengalihan perhatian dalam bisnis, atau kesenangan,
atau urusan / pertemuan umum. Merupakan suatu kebiasaan bagi sebagian
orang jahat untuk terjun lebih dalam ke dalam kesibukan umum atau pribadi,
sebanding dengan hati nurani yang harus ditenangkan. Pengalihan
perhatian itu bersifat menenangkan sistim syaraf. Musik
mempunyai dalam dirinya sesuatu yang halus dan murni dan jauh dari kekacauan
dan kebingungan dari kehidupan yang berdosa. Sebagai
elemen penyembuh atau pereda / pengurang dari penyakit-penyakit tertentu
kuasanya belum dikembangkan secara cukup. Saul
merasakan daya tarik / pesona dari musik itu, dan untuk sementara,
kejengkelan, sebagai akibat dari konflik dalam batin, menurun. Hiburan /
pengalihan perhatian itu akan bertambah pengaruhnya
jika dihubungkan dengan nyanyian rohani.
Penerapan:
·
Pada waktu saudara
sendiri mengalami kegelisahan:
*
apakah saudara lalu mencari musik / hiburan / kesibukan untuk
menenangkan hati yang gelisah itu? Hiburan / kesibukan itu bisa berupa
jalan-jalan, piknik, olah raga, kumpul dengan teman-teman, nonton TV / bioskop,
pacaran, dsb.
*
apakah saudara menggunakan rokok / ganja / ecstasy untuk
membuang kesumpekan / kegelisahan itu?
·
Pada waktu saudara
menghadapi orang yang gelisah / tidak damai, janganlah meniru para hamba Saul
dengan sekedar menawarkan obat yang semu dan sementara, baik itu musik,
hiburan, kesibukan, atau hal lain apapun juga. Bawalah orang itu kepada
Kristus!
Pulpit Commentary:
“The
harp, even David’s harp, cannot subdue the power of sin. This requires
the power of David’s God. ... There is need to apply to the Son of David,
who cast out unclean spirits by his word, and brought men to their right mind,
... The blackness of envy, the foulness of hatred, the demons of deceit,
avarice, intemperance, and cruelty are expelled by nothing less than the
grace of Christ” (= Kecapi, bahkan kecapi
Daud, tidak bisa menundukkan kuasa dosa. Ini membutuhkan
kuasa dari Allahnya Daud. ... Ada kebutuhan untuk menggunakan Anak Daud,
yang mengusir roh najis dengan firmanNya, dan membawa orang kembali pada
pikiran yang sehat / benar, ... Kehitaman dari iri hati, kekotoran dari
kebencian, setan penipuan, ketamakan, kehilangan penguasaan diri, dan kekejaman
tidak bisa dibuang / dikeluarkan oleh sesuatu apapun yang kurang dari kasih
karunia Kristus) - hal 316.
Catatan: istilah
‘Anak Daud’ di sini jelas menunjuk kepada Yesus.
Pulpit Commentary:
“‘Did
the music banish the demon? Not so. But the high frame of mind into which the
king was brought by it sufficed to limit at least the sphere of the operation
of the evil spirit within him; while the full, clear, conscious life of faith
on the part of Saul would have altogether destroyed the power of the wicked
one. Besides, the silent intercessions of David sent up to heaven on the wings
of the music of his harp must have contributed not a little to the results with
which his melodies were crowned’ (Krummacher). ‘The Lord was with
him’ (ver. 18)” [= ‘Apakah musik itu
membuang setan? Tidak demikian. Tetapi keadaan mental
/ pikiran yang tinggi ke dalam mana sang raja dibawa olehnya, setidaknya cukup
untuk membatasi bidang operasi dari roh jahat di dalam dirinya; sementara
kehidupan iman yang penuh, jelas, dan sadar dari Saul akan
sudah menghancurkan secara total kuasa dari si jahat. Disamping
itu, doa syafaat yang oleh Daud dinaikkan secara diam-diam ke surga pada sayap
dari musik kecapinya, pasti memberikan sumbangsih yang tidak sedikit terhadap
hasil dengan mana lagu / nyanyiannya dimahkotai’ (Krummacher).
‘Tuhan menyertai dia’ (ay 18)] - hal 312.
Pulpit Commentary:
“Saul
was not completely cured of his malady. A breathing-space was afforded him for
seeking God, and if he had faithfully availed himself of it he might have been permanently
preserved from its return. But he failed to do so. On the
indulgence of envy, ‘the evil spirit from God came upon him’ again
(ch. 18:10; 19:10) with greater power than before (Matt. 12:45),
and that which formerly calmed and gladdened him now excited him to demoniacal
frenzy and murderous passion. ‘It is said that the evil spirit
departed, but not that the good spirit returned. Saul’s trouble was
alleviated, but not removed. The disease was still there. The results of
David’s harp were negative and superficial. So it is with the sinner
still. There are many outward applications which act like spiritual chloroform
upon the soul. They soothe and calm and please, but that is all; they do not go
below the surface, nor touch the deep-seated malady within. Our age is full of
such appliances, literary and religious, all got up for the purpose of soothing
the troubled spirits of men. Excitement, gaiety, balls, theatres, operas,
concerts, ecclesiastical music, dresses, performances, what are all these but
man’s appliances for casting out the evil spirit and healing the
soul’s hurt without having recourse to God’s remedy’ (Bonar,
‘Thoughts and Themes’)” [= Saul
tidak sepenuhnya disembuhkan dari penyakitnya. Ia diberi kesempatan untuk
mencari Allah, dan andaikata ia memanfaatkannya dengan
setia, ia mungkin telah dijaga / dipelihara secara permanen terhadap
kembalinya roh jahat itu. Tetapi ia gagal melakukan
hal itu. Dengan adanya iri hati, ‘roh jahat dari Allah datang
kepadanya’ lagi (pasal 18:10; 19:10) dengan kuasa yang lebih besar
dari sebelumnya (Mat 12:45), dan apa yang
tadinya menenangkan dan menyenangkan dia, sekarang membangkitkannya pada
kegilaan dari setan dan nafsu membunuh. ‘Dikatakan bahwa roh jahat
pergi / meninggalkan, tetapi tidak dikatakan bahwa Roh yang baik kembali. Problem Saul dikurangi tetapi tidak disingkirkan. Penyakit
itu tetap ada di
Perhatikan Mat 12:43-45 yang digunakan dalam kutipan
ini!!!
Mat 12:43-45 - “Apabila
roh jahat keluar dari manusia, iapun mengembara ke tempat-tempat yang tandus
mencari perhentian. Tetapi ia tidak mendapatnya. Lalu ia berkata: Aku akan kembali ke rumah yang telah
kutinggalkan itu. Maka pergilah ia dan mendapati rumah
itu kosong, bersih tersapu dan rapih teratur. Lalu ia
keluar dan mengajak tujuh roh lain yang lebih jahat dari padanya dan mereka
masuk dan berdiam di situ. Maka akhirnya keadaan orang itu
lebih buruk dari pada keadaannya semula. Demikian juga
akan berlaku atas angkatan yang jahat ini”.
Bagian ini bisa ditafsirkan sebagai berikut: orang
berdosa mulai pergi ke gereja, tetapi tetap tidak percaya kepada Yesus.
Akhirnya ia kembali kepada dosanya / murtad dan bahkan
menjadi lebih jahat.
Tetapi bagian ini bisa ditafsirkan
secara hurufiah. Jadi diartikan bahwa
ada seorang yang betul-betul kerasukan setan, lalu setan diusir, tetapi ia
tidak percaya kepada Yesus maupun mengisi dirinya dengan Firman Tuhan, sehingga
setannya kembali dengan mengajak 7 teman yang lebih jahat. Mungkin inilah kasus
Saul! Karena itu penyakit Saul akhirnya memburuk!
Pulpit Commentary:
“the
soothing and elevating effect of a ‘concord of sweet sounds’ must
not be mistaken for the peace and joy of true religion. ... nothing but the
Gospel of Christ and the power of his Spirit can effect the moral and spiritual
renewal of man, and restore him to ‘his right mind’
(Mark 5:15)” [= Hasil penyejukan dan
pengangkatan dari suatu ‘harmoni dari bunyi-bunyi yang manis’ tidak
boleh disalah-mengerti sebagai damai dan sukacita dari agama yang benar. ...
tidak ada apapun selain Injil Kristus dan kuasa dari RohNya yang bisa
menghasilkan pembaharuan moral dan rohani manusia, dan memulihkannya pada
‘pikiran yang benar / sehat / waras’ (Mark 5:15)] - hal 312.
Penerapan:
Ini perlu direnungkan oleh:
·
orang yang merasa ‘tenang / damai’ di dalam
gereja.
·
orang kristen yang mencari / menekankan gereja yang banyak
puji-pujiannya karena di
Kalau
saudara mengalami kesumpekan / kegelisahan dsb, asal saudara sudah betul-betul
percaya kepada Kristus sebagai Tuhan dan Juruselamat, dan kegelisahan itu tidak
disebabkan karena dosa yang sengaja saudara pertahankan, maka musik atau lagu
puji-pujian bisa menolong saudara.
Jadi,
kalau saudara adalah seorang guru sekolah minggu atau pengkhotbah, yang karena
sedang sumpek / gelisah, lalu tidak bisa mempersiapkan Firman Tuhan yang akan
saudara sampaikan, atau kalau saudara yang adalah pelajar / mahasiswa, yang
karena sumpek tidak bisa belajar, atau saudara yang lain yang karena sumpek
lalu tidak bisa bekerja, maka cobalah gunakan musik / lagu pujian. Ini bisa dilakukan dengan menyetel cassette lagu rohani, atau
saudara sendiri menyanyi dan / atau main musik.
Tetapi kalau kegelisahan / kesumpekan itu disebabkan
karena dosa, maka tentu saja saudara harus lebih dulu mengakui dosa / bertobat
dari dosa itu. Tanpa itu, musik tidak
akan berguna.
Lebih-lebih
kalau saudara merasakan kegelisahan / kesumpekan karena saudara bukan orang kristen yang sejati / belum sungguh-sungguh percaya kepada
Yesus sebagai Tuhan dan Juruselamat, maka musik / lagu pujian atau kesenangan
duniawi apapun, paling banter hanya memberi damai yang palsu / ada di permukaan
saja. Datanglah kepada Kristus, yang berkata dalam Yoh 14:27 - “Damai sejahtera Kutinggalkan bagimu. Damai sejahteraKu
Kuberikan kepadamu, dan apa yang Kuberikan tidak seperti yang diberikan oleh
dunia kepadamu”.
Agustinus: “You have made us for yourself, O Lord, and our heart is restless
until it rests in you” (= Engkau telah membuat
kami untukMu sendiri, Ya Tuhan, dan hati kami gelisah / tidak tenang, sampai
hati itu mendapatkan ketenangan dalam Engkau).
-AMIN-
email us at : gkri_exodus@lycos.com