Eksposisi Kitab Samuel yang
Pertama
oleh : Pdt. Budi Asali M.Div.
Adam Clarke (hal 262)
mengatakan bahwa 1Sam 17:12-31,41,54-58 dan 1Sam
18:1-5,10-11,17-19 tidak ada dalam Septuaginta / LXX. Semua
ini ada dalam manuscript yang namanya Codex Alexandrinus, tetapi anehnya
manuscript dari mana Codex Alexandrinus disalin, tidak mempunyai ayat-ayat itu.
Karena itu ia mengatakan bahwa ada yang meragukan
keaslian ayat-ayat ini, dan ia sendiri yakin bahwa ayat-ayat ini tidak asli.
Tentang ay 12 Barnes’
Notes memberikan komentar sebagai berikut
“This
and the following vv. down to the end of v. 31 are omitted in the
Jadi jelas
bahwa bertentangan dengan Clarke di atas, Barnes’ Notes menganggap bahwa
ayat-ayat itu asli, tetapi dihapuskan oleh Septuaginta, untuk membuang
ketidak-konsistenan.
Keil & Delitzsch: “But the notion, that
the section in question are interpolations that have crept into the text,
cannot be sustained on the authority of the Septuagint version; since the
arbitrary manner in which the translators of this version made omissions or
additions at pleasure is obvious to any one” (= Tetapi dugaan / pikiran bahwa
bagian yang dibicarakan ini adalah penambahan yang telah masuk ke dalam text,
tidak bisa didukung oleh otoritas dari versi Septuaginta; karena cara
sewenang-wenang dengan mana penterjemah dari versi ini melakukan penghapusan
atau penambahan sesukanya adalah jelas bagi siapapun) - Footnote, hal 177.
Saya sendiri lebih condong pada
Barnes’ Notes dan Keil & Delitzsch yang menganggap bahwa ayat-ayat
ini asli!
1) 3 anak Isai ikut perang (ay 13-14).
Pulpit Commentary: “The circumstances of
2) Daud tidak ikut perang; ia masih
menggembalakan domba.
Ay 15: ‘Daud
selalu pulang dari pada Saul untuk menggembalakan kambing domba ayahnya di
Betlehem’.
Ini menunjukkan bahwa pada saat ini Daud belum menjadi
pelayan / pembawa senjata Saul (bdk. 16:21-22).
Pulpit Commentary: “the statements made
in ch. 16:21-23 belong to the time immediately after the combat with
Goliath, and not before” (= pernyataan yang dibuat dalam pasal 16:21-23 seharusnya
terjadi segera setelah perkelahian dengan Goliat, dan bukan sebelumnya) - hal 318.
3) Isai mengutus Daud untuk mengunjungi 3
kakaknya di
Pulpit Commentary: “Jesse’s
forethought and David’s readiness contributed to the strength and
encouragement of the absent warriors. Likewise every one in
Penerapan:
Kalau saudara sendiri tidak mau
ikut perang, setidaknya jangan menghalangi yang mau perang, dan lebih-lebih
jangan menyerang orang kristen yang perang, misalnya
dengan mengkritik tanpa ada henti-hentinya. Dengan demikian saudara justru
menjadi alat setan untuk menentang orang kristen yang
perang demi Kristus. Saudara seharusnya justru mendukung dengan dukungan moril,
materiel, dan khususnya dukungan doa!
4) Sampainya Daud ke
The New Bible Commentary
Revised: “His
arrival on the battle-scene was therefore due to divine overruling” (= Karena itu, kedatangannya
dalam kancah pertempuran disebabkan oleh pengaturan ilahi) - hal 296.
1) Waktu ada di
2) Janji Saul bagi orang yang bisa mengalahkan Goliat.
Mungkin karena
tidak ada yang berani menghadapi Goliat ini, maka Saul lalu menjanjikan hadiah
bagi orang yang bisa mengalahkan Goliat (ay 25).
Ay 25: dibebaskan dari pajak.
NIV: ‘exempt ... from taxes’ (= dibebaskan dari pajak).
KJV/RSV/NASB: ‘free’ (= bebas).
Barnes
mengatakan bahwa sebetulnya artinya cuma ‘free / bebas’, dan yang dimaksudkan adalah bebas dari segala
kewajiban dalam 8:11-17.
Janji dalam ay 25 ini,
khususnya berkenaan dengan pemberian anak perempuan raja untuk menjadi istri
orang yang mengalahkan Goliat, nantinya tidak dipenuhi!
Ay 25 ini menunjukkan bahwa
pada waktu Saul menghadapi problem Goliat ini, ia
bukannya bersandar kepada Tuhan, tetapi mencari manusia yang bisa disandari.
3) Keyakinan Daud (ay 26b).
Ay 26b: 2 hal yang memberikan
keyakinan kepada Daud.
a)
Orang itu orang tak bersunat, berarti ia
bukan umat Allah.
b)
4) Eliab marah kepada Daud (ay 28).
Ay 28: ‘sifat
pemberanimu’.
Ini salah terjemahan.
NIV: ‘how conceited you are’ (= betapa sombongnya engkau).
KJV: ‘thy pride’ (= kesombonganmu).
RSV: ‘your presumption’ (= kepongahanmu).
NASB: ‘your insolence’ (= keangkuhanmu).
Keil & Delitzsch: “Eliab sought for the
splinter in his brother’s eye, and was not aware of the beam in his own.
The very things with which he charged his brother - presumption and wickedness
of heart - were most apparent in his scornful reproof” (= Eliab mencari selumbar di mata
saudaranya, dan tidak menyadari akan balok dalam
matanya sendiri. Hal-hal yang ia tuduhkan kepada
saudaranya - kesombongan dan hati yang jahat - justru terlihat dengan jelas
dalam celaannya yang penuh penghinaan) - hal 181.
Eliab justru
marah kepada Daud. Ia bukan hanya membalas air susu
dengan air tuba (karena Daud datang membawa oleh-oleh bagi dia), tetapi juga
menentang saudaranya yang ingin berjuang bagi Tuhan! Mungkin ini dilakukan
karena ia iri hati melihat Daud, dan bukannya dia,
yang diurapi oleh Samuel.
Memang kalau kita
berkobar-kobar untuk berperang melawan setan demi Tuhan, maka hampir bisa
dipastikan akan ada ‘orang dekat’
(keluarga, sesama orang kristen) yang menentang kita!
Pulpit Commentary: “The contemptuous
reproach of a brother. From him at least better things might have been
expected. But natural affection often vanishes before envy and anger (Gen.
4:8), and is transformed into intense hatred. ‘There is no enemy so ready
or so spiteful as the domestical’ (Hall)” [= Celaan yang merendahkan /
menghina dari seorang saudara. Dari dia setidaknya diharapkan
hal yang lebih baik. Tetapi kasih sayang alami sering
hilang di hadapan iri hati dan kemarahan (Kej 4:8), dan diubahkan menjadi
kebencian yang hebat. ‘Tidak ada musuh yang begitu siap / tersedia
atau begitu pendengki seperti musuh dalam rumah tangga’ (Hall)] - hal 333.
5) Sikap Daud menghadapi kemarahan dan
penghinaan Eliab (ay 29-31).
Ay 29: ‘Hanya bertanya
saja!’.
NIV: ‘Can’t I even speak?’ (= Tidak bolehkah aku
berbicara?).
RSV: ‘Was it not but a word?’ (= Bukankah itu cuma suatu
perkataan?).
NASB: ‘Was it not just a question?’ (= Bukankah itu cuma
suatu pertanyaan?).
KJV: ‘Is there not a cause?’ (= Tidak adakah alasan /
penyebab di
Pulpit Commentary: “Is it not a word?” (= Bukankah itu adalah suatu
perkataan?) - hal 323.
Maksudnya: saya cuma ngomong,
tetapi tidak berbuat apa-apa.
Tetapi
perhatikan ay 30-dst. Daud tidak mempedulikan kemarahan Eliab.
Ia bukannya berhenti dari semangatnya untuk melawan
Goliat demi Tuhan.
Penerapan:
Sikap seperti ini harus ditiru!
Kalau saudara mau berjuang bagi Tuhan, dan ada orang yang menghalangi saudara,
memaki saudara, menuduh saudara yang bukan-bukan, dsb, sadarilah bahwa itu
merupakan cara setan untuk menggagalkan maksud saudara
itu. Karena itu, jangan membiarkan hal itu menghalangi
saudara dari maksud baik itu.
6) Dialog Daud dengan Saul (ay 32-39).
a) Ay 32: bertentangan dengan sikap seluruh
Penerapan:
Keberanian
Daud melawan Goliat harus kita tiru. Bagaimana kalau saudara berhadapan
dengan seorang nabi palsu yang mempunyai gelar Ph. D.? Beranikah berdebat dengan dia? Bdk. 2Tim
1:6-8 - ‘Allah
memberikan kepada kita bukan roh ketakutan’.
Contoh: seorang jemaat berdebat
dengan seorang dokter katolik, dan ketika dokter katolik itu mau
menghadapkannya dengan pastornya, maka ia mau menghadapkan
pastornya itu dengan saya. Mengapa tidak berani menghadapi pastor itu sendiri? Mengapa takut?
Dari ay 26,36b,45-47 juga
terlihat bahwa Daud melawan Goliat bukan karena ia senang berkelahi, ingin
populer, ingin mendapatkan hadiahnya Saul / anak perempuannya Saul dsb, tetapi
karena ia tidak bisa diam melihat Allah dan umatNya dihina / dihujat. Jika
tidak ada orang yang menangani Goliat yang menghina Tuhan itu, maka ia yang menangani.
Penerapan:
·
Kalau saudara berdebat tentang theologia, jangan sekedar karena
senang berdebat, tetapi karena membela kebenaran / Tuhan!
·
Kalau ada pengajar sesat, dan tidak ada orang yang mau / berani
menangani, maukah saudara menanganinya?
b) Ay 33: sekarang ada halangan / kata-kata yang
mengecilkan hati dari Saul.
Setelah tadi
gagal dalam usahanya untuk menghalangi Daud melalui Eliab, sekarang setan
berusaha melalui Saul. Setan begitu tekun menghalangi dan menyerang kita, dan karena
itu kita juga harus tekun dalam melawan dia!
c) Ay 34-37: jawaban Daud.
1. Ia menceritakan pengalaman penggembalaannya
dimana ia pernah mengalahkan singa maupun beruang.
Ay 34: ‘Apabila
datang singa atau beruang’.
‘Stream in the
Desert’, vol 1, February 23, memberikan suatu renungan tentang bagian ini
yang berbunyi sebagai berikut:
“It
is a source of inspiration and strength to come in touch with the youthful
David, trusting God. Through faith in God he conquered a lion and a bear, and
afterwards overthrew the mighty Goliath. When that lion came to despoil that
flock, it came as a wondrous opportunity to David. If he had failed or faltered
he would have missed God’s opportunity for him and probably would never
have come to be God’s chosen king of
Ay 35: ‘menangkap
janggutnya’.
Pulpit Commentary: “Neither
the bear nor the lion has a beard, and the word really means ‘the
chin,’ ‘the place where the beard grows.’ The Chaldee
translates ‘the lower jaw’, and the Septuagint ‘the
throat’”
(= Baik beruang maupun singa tidak mempunyai janggut, dan arti kata itu
sebenarnya adalah ‘dagu’, ‘tempat dimana janggut
tumbuh’. Orang Chaldee menterjemahkan ‘rahang bawah’, dan
Septuaginta menterjemahkan ‘tenggorokan’) - hal 324.
2. Jelas sekali bahwa Daud mempunyai keyakinan terhadap Tuhan.
·
Ini didasarkan atas pengalaman pribadinya (mengalahkan singa dan
beruang).
Charles Haddon Spurgeon: “But, beloved, I
would have you remember that experience does not come to people if they sit quite
still. When David was young in years he was old in experience, because he had
watched the hand of the Lord in its dealings with him. He had not been an idler
among the hills, but a worshipper, a worker, a student, a practical, living man
of God. ... And the bear - that came to David, certainly; but then he did not
sit still and watch the bear, and let it come and roar, and ravin, and then
retreat as it liked; but he struggled with that bear, and he slew him, and thus
he gained his experience by the active discharge of his duty as a shepherd. He
did what he was called upon to do with holy daring, and in so doing he learned
the faithfulness of God. Many men have lions and bears, but no experience. Be
alive, and get something out of all that happens around you. ... What kind of
experience will some professors have when they come to be sixty or seventy
years of age? They never laboured in the Sunday School to teach a child, never
stood up to preach Christ, never penetrated a lodging-house, nor entered a midnight-meeting
to try and find out a wanderer for Jesus. These have no experience; they are
hollow as drums. They have done nothing; their spiritual life has been a
blank”
(= Tetapi saudara yang kekasih, saya mau mengingatkan kamu bahwa pengalaman
tidak datang kepada orang-orang jika mereka duduk diam. Pada saat Daud masih
muda ia sudah tua dalam pengalaman, karena ia
memperhatikan tangan Tuhan dalam menanganinya. Ia
bukanlah seseorang yang malas di antara bukit-bukit, tetapi seorang penyembah,
seorang pekerja, seorang pelajar, seorang dari Allah yang hidup dan praktis.
... Dan tentu saja si beruangnyalah yang datang kepada Daud; tetapi ia tidak
lalu duduk diam dan memperhatikan si beruang, dan membiarkannya datang dan
meraung, dan memangsa, dan lalu kembali sesukanya; tetapi ia bertarung melawan
beruang itu, dan membunuhnya, dan dengan demikian ia memperoleh pengalamannya
oleh pelaksanaan kewajibannya sebagai gembala. Ia melakukan apa
yang merupakan panggilannya dengan keberanian yang kudus, dan dengan berbuat
demikian ia mempelajari kesetiaan Allah. Banyak orang
mempunyai singa-singa dan beruang-beruang, tetapi tidak mempunyai pengalaman.
Hiduplah, dan dapatkan sesuatu dari semua yang terjadi di
sekitarmu. ... Pengalaman macam apa yang
dimiliki oleh beberapa profesor pada saat mereka berusia 60 atau 70 tahun?
Mereka tidak pernah bekerja di Sekolah Minggu untuk mengajar anak, tidak pernah
berdiri untuk memberitakan Kristus, tidak pernah memasuki rumah pemondokan,
atau memasuki pertemuan tengah malam untuk mencoba dan menemukan seorang
pengembara bagi Yesus. Mereka ini tidak mempunyai pengalaman;
mereka kosong seperti drum. Mereka tidak melakukan apa-apa, kehidupan
rohani mereka merupakan suatu kekosongan) - ‘Spurgeon’s
Expository Encyclopedia’, vol 6, hal 61,62.
Penerapan:
Kalau saudara tidak pernah mau
melayani Tuhan, tidak pernah memberitakan Injil, dan pada waktu ada pengajar
sesat seperti orang-orang dari ‘gereja lokal’ (gereja Sidang Jemaat
Kristus), Saksi Yehovah, Pdt. Bambang Noorsena / gereja Orthodox Syria, saudara
memilih untuk diam atau bahkan lari, maka sampai matipun saudara tidak akan
mempunyai pengalaman apa-apa!
·
Dalam keyakinannya ini ada gabungan antara manusia (ay 36 -
‘oleh hambamu ini’) dan ilahi (ay 37 - ‘TUHAN
yang telah melepaskan aku’).
Charles Haddon Spurgeon: “Work as if you were
to be saved by your works; and then trust Christ only, since it is only by
faith in him that you are capable of a single good work” (= Bekerjalah / berusahalah
seakan-akan engkau akan diselamatkan oleh perbuatan / usahamu; dan lalu
percayalah kepada Kristus saja, karena hanya oleh iman kepada Dia maka engkau
bisa melakukan suatu perbuatan baik) - ‘Spurgeon’s
Expository Encyclopedia’, vol 6, hal 63.
Pulpit Commentary: “The power of God is
adequate to any human need. ... The people at Elah, on seeing Goliath, thought
of his strength. The reverse effect produced in the mind of David by
Goliath’s boast was the thought of the eternal power” (= Kuasa Allah itu cukup untuk
setiap kebutuhan manusia. ... Orang-orang
di Elah / Tarbantin, pada waktu melihat Goliat, memikirkan kekuatannya.
Hasil sebaliknya dihasilkan dalam pikiran Daud oleh kesombongan Goliat yaitu
pemikiran tentang kuasa ilahi) - hal 327.
Catatan: ay 2: ‘lembah
Tarbantin’. KJV/RSV/NIV/NASB: ‘the
·
Keyakinan Daud didasarkan atas ketidakberubahan Allah (ay 37).
Daud berbeda dengan
Charles Haddon Spurgeon: “I want you, my dear
brother, to feel that if God has blessed you in the past he will bless you still.
... Are we going to be discouraged now? Here is another crisis, and there is
another difficulty; are you dismayed? ... Old battles lend us new weapons.
Yesterday’s griefs are the mothers of today’s joys. An old
affliction may prove to be the best cure for new distress” (= Saudaraku yang kekasih, aku
mau supaya engkau merasakan bahwa jika Allah telah memberkati engkau di masa
lampau Ia tetap akan memberkati engkau. ... Apakah
kita akan menjadi kecil hati sekarang? Di sini ada
krisis yang lain, dan di
Penerapan:
Kita sudah
alami krismon selama hampir 2 tahun, dan saudara masih tetap hidup / tidak mati
kelaparan. Perlukah kuatir menghadapi krismon yang masih berlanjut ini atau
bahkan pemilu?
·
Daud berkelahi dengan Goliat boleh dikatakan karena ia diarahkan oleh Providence of God / pengaturan Allah. Ia diarahkan untuk sampai ke
3. Jadi ay 34-dst menunjukkan Daud tetap
tidak mau menghentikan niatnya untuk melawan Goliat sekalipun ada kata-kata
yang mengecilkan hati dari Saul
d) Akhirnya Saul mengijinkan Daud untuk
berkelahi melawan Goliat (ay 37b), dan ia lalu
menyuruh Daud menggunakan pakaian perangnya (ay 38).
Perlu
diketahui bahwa membutuhkan banyak praktek / latihan untuk bisa memakai pakaian
perang jaman dulu. Karena Daud tak pernah berlatih memakai pakaian itu, tentu saja
ia tidak bisa menggunakannya (ay 39).
7) Daud membunuh Goliat (ay 40-51).
a) Ay 40: Daud memilih batu yang licin, bukan
yang mempunyai sudut yang tajam-tajam, supaya batu itu bisa meluncur dengan
baik dari pengumbannya.
b) Ay 42: jangan tiru Goliat dengan menganggap rendah lawan.
c) Ay 43: Goliat hanya menyebut tongkat.
Ini mungkin menunjukkan bahwa ia tidak melihat
pengumban yang dibawa Daud. Mungkin Daud memang
menyembunyikan pengumbannya.
d) Terjadi saling ejek antara Daud dan Goliat
(ay 43-47).
Kita hanya akan
menyoroti kata-kata Daud saja (ay 45-47).
·
‘dengan nama Tuhan’
(ay 45), artinya dengan keyakinan akan pertolongan Tuhan.
Pulpit Commentary: “He did not compare
himself with Goliath, but he compared Goliath with Jehovah” (= Ia tidak
membandingkan dirinya sendiri dengan Goliat, tetapi ia membandingkan Goliat
dengan Yehovah)
- hal 336.
·
Hati-hati dengan ay 45,47! Ini tak
berarti bahwa Daud mengandalkan Tuhan sedemikian rupa sehingga tidak
mempersiapkan diri dengan baik. Bahwa ia mempersiapkan diri dengan
sebaik-baiknya terlihat dari fakta bahwa ia membawa pengumban, yang merupakan
senjata terbaik menghadapi orang setinggi Goliat, dan juga dari ay 40
dimana ia memilih batu-batu terbaik untuk dipakai. Tetapi sekalipun ia mempersiapkan diri dengan sebaik-baiknya, sandarannya
tetap adalah Tuhan!
Dalam segala
hal, kita harus berjuang / berusaha secara maximal (kecuali memang tidak ada
apapun yang bisa dilakukan, atau Tuhan melarang kita melakukan apapun, seperti
dalam Kel 14:13-14), tetapi kita tetap harus bersandar kepada Tuhan.
Bdk. juga ay 45-47 ini dengan
Maz 44:2-8!!!
Penerapan:
Ini berlaku
dalam pelayanan / penginjilan, dalam menghadapi ujian, dsb.
e) Mungkin karena Goliat melihat Daud membawa hanya
tongkat, dan tak melihat pengumban, Goliat meremehkan Daud dan membuka
ketopongnya, sehingga dahinya terbuka terhadap serangan Daud. Dan Daud memanfaatkan hal itu (ay 48-50).
Adam Clarke: “Except his face,
Goliath was everywhere covered with strong armour. Either he had no beaver to
his helmet, or it was lifted up so as to expose his forehead; but it does not
appear that the ancient helmets had any covering for the face. The Septuagint
however supposes that the stone passed through the helmet, and sank into his
forehead. ... To some this has appeared perfectly improbable; but we are
assured by ancient writers that scarcely any thing could resist the force of
the sling”
(= Kecuali mukanya, setiap bagian dari Goliat dilindungi oleh senjata pelindung
yang kuat. Atau ia tidak mempunyai penutup depan pada
helm / ketopongnya, atau bagian itu telah diangkat sehingga menyebabkan dahinya
terbuka; tetapi kelihatannya helm / ketopong kuno tidak mempunyai penutup untuk
muka. Tetapi Septuaginta menganggap bahwa batu itu menembus helm / ketopong,
dan terbenam di dahinya. ... Bagi sebagian orang ini dianggap sama sekali tidak mungkin; tetapi kami diyakinkan oleh
penulis-penulis kuno bahwa hampir tidak ada benda apapun bisa menahan kekuatan
dari pengumban)
- hal 265.
Clarke juga mengutip kata-kata
Diodorus Siculus, yang berkata sbb:
“The
Baleares, in time of war, sling greater stones than any other people, and with
such a force, that they seem as if projected from a catapult. Therefore, in
assault made on fortified towns, they grievously wound the besieged; and in
battle they break in pieces the shields, helmets, and every species of armour
by which the body is defended. And they are such exact marksmen that they
scarcely ever miss that at which they aim” (= Orang-orang Baleares, pada
masa peperangan, mengumban batu-batu yang lebih besar dari yang dilakukan orang
lain, dan dengan kekuatan sedemikian rupa, sehingga batu-batu itu kelihatannya
dilontarkan dari sebuah katapel. Karena itu, dalam penyerangan yang dilakukan terhadap
kota-kota berkubu, mereka memberikan luka yang menyedihkan terhadap orang yang
dikepung; dan dalam pertempuran mereka menghancurkan perisai-perisai, helm-helm
/ ketopong-ketopong, dan setiap senjata pelindung dengan apa
tubuh dipertahankan / dilindungi. Dan mereka adalah penembak jitu sedemikian
rupa sehingga mereka hampir tidak pernah luput dari sasaran yang mereka tuju) - hal 265-266.
Dan tentang ketepatan dalam
menggunakan pengumban ini Adam Clarke mengutip kata-kata orang yang sama yang berkata sbb:
“They
attain to this perfection by frequent exercise from their childhood; for while
they are young and under their mother’s care, they are obliged to learn
to sling; for they fasten bread for a mark at the top of the pole; and till the
child hit the bread he must remain fasting; and when he has hit it, the mother
gives it to him to eat” (= Mereka mencapai kesempurnaan seperti ini oleh latihan
berulangkali sejak masa kanak-kanak mereka; karena pada waktu mereka masih muda
dan ada dalam perhatian / pemeliharaan ibu mereka, mereka diharuskan untuk
mengumban; karena para ibu itu meletakkan roti sebagai sasaran pada puncak
sebuah tiang; dan sampai anak itu mengenai roti itu ia harus tetap berpuasa;
dan pada waktu ia telah mengenainya, maka sang ibu memberikan roti itu
kepadanya untuk dimakan) - hal 266.
Pulpit Commentary: “And in those days,
before firearms were invented, men by constant practice ‘could sling
stones at a hair-breadth, and not miss’ (Judges 20:16)” [= Dan pada jaman itu, sebelum
senjata api ditemukan, manusia oleh latihan
terus-menerus ‘bisa mengumban batu-batu dengan tidak meleset sehelai
rambutpun’ (Hakim-hakim 20:16)] - hal 325.
Pulpit Commentary: “It was just because
the sling and the stone were not the weapons of Goliath that they were best
fitted to David’s purpose. They could be used at a distance from the
enemy; they made his superior resources of no avail; they virtually reduced him
to the dimensions and condition of an ordinary man; they did more, they
rendered his extraordinary size a disadvantage; the larger he was, the better
for the mark. David, moreover, had been accustomed in his shepherd life to the
sling; it had been the amusement of his solitary hours, and had served for his
own protection and that of his flock; so that he brought to his encounter with
Goliath an accuracy of aim and a strength and steadiness of arm that rendered
him a most formidable opponent” (= Justru karena pengumban dan batu bukanlah senjata dari
Goliat maka mereka merupakan senjata yang paling cocok untuk tujuan Daud.
Mereka bisa digunakan pada suatu jarak dari musuh; mereka menyebabkan
keunggulan Goliat tidak ada gunanya; mereka sebetulnya menurunkan dia kepada
ukuran dan kondisi dari orang biasa; mereka bahkan melakukan lebih dari pada
itu, mereka membuat ukurannya yang luar biasa sebagai suatu kerugian; makin
besar ia, makin baik ia sebagai sasaran. Lebih dari
itu, Daud, dalam hidupnya sebagai seorang gembala, telah terbiasa untuk
mengumban; itu merupakan hiburannya pada saat sendirian dan berguna untuk
perlindungan dirinya sendiri dan untuk kawanan ternaknya; sehingga ia membawa
pada pertemuannya dengan Goliat suatu ketepatan menembak dan lengan yang kuat
dan stabil yang membuatnya menjadi lawan yang paling berat) - hal 336.
f) Ay 48-51:
Pulpit Commentary: “The deft fingers
that once drew sweet music from the harp now used the stone that brought
Saul’s enemy to the earth” (= Jari-jari yang cekatan yang pernah mengeluarkan musik yang manis dari kecapinya sekarang menggunakan batu yang
menjatuhkan musuh Saul ke tanah) - hal 332.
Penerapan:
Orang kristen
kadang-kadang bersikap sebagai penghibur (menangis bersama dengan orang yang
menangis - Ro 12:15b), tetapi kadang-kadang harus bisa keras terhadap
orang-orang jahat / sesat / nabi palsu.
8) Ay 51-53: ketika Goliat mati, orang
Filistin lari ketakutan (mereka tak mau penuhi janji Goliat dalam ay 9a),
sebaliknya ketika Daud menang orang
Dari sini kita belajar bahwa apa yang kita lakukan mempengaruhi orang di sekitar kita.
Kalau kita patah semangat dan malas melayani / perang bagi Tuhan, maka itu
menyebabkan orang kristen lain juga demikian.
Sebaliknya kalau kita bersemangat dan berani berperang demi Tuhan, maka orang kristen lain juga akan termotivasi untuk melakukan hal yang
sama.
Memang kita tidak lagi
melakukan peperangan jasmani seperti yang dilakukan oleh orang
-AMIN-
email us at : gkri_exodus@lycos.com