Eksposisi Kitab Samuel yang
Pertama
oleh : Pdt. Budi Asali M.Div.
Ay 1,3: Yonatan mengasihi
Daud seperti jiwanya / dirinya sendiri.
Persahabatan Daud dan Yonatan
merupakan persahabatan yang luar biasa, dan dipakai untuk menggambarkan
hubungan kita dengan Kristus.
Ayat-ayat lain yang berhubungan
dengan persahabatan Daud dan Yonatan adalah:
·
1Sam 19:1-7 20:1-43
yang menunjukkan pembelaan Yonatan terhadap Daud, yang menyebabkan ia sendiri
hampir dibunuh oleh Saul.
·
2Sam 1:11-12,17-27 yang menunjukkan kesedihan dan ratapan
Daud karena kematian Yonatan. Perhatikan khususnya 2Sam 1:26 dimana Daud
mengatakan bahwa cinta Yonatan lebih ajaib dari cinta seorang perempuan.
·
2Sam 9:1-13 dimana Daud memelihara Mefiboset, anak dari
Yonatan, karena kasihnya kepada Yonatan.
1) Persahabatan adalah sesuatu yang penting
dalam kehidupan manusia; artinya setiap orang harus mempunyai sahabat.
Pulpit Commentary: “Friendship in some
degree is a necessity of man’s life. A perfectly solitary being, whose feelings
cling to no one, and around whom no one clings, is truly lost” (= Dalam tingkat yang tertentu
persahabatan merupakan kebutuhan / keharusan dari kehidupan manusia. Seseorang
yang menyendiri secara sempurna, yang perasaannya tidak merangkul siapapun, dan
yang tidak dirangkul oleh siapapun, betul-betul terhilang) - hal 343.
Mengapa demikian? Karena
manusia memang diciptakan sebagai makhluk sosial (Kej 2:18-21, perhatikan
khususnya ay 18 dan ay 20b).
2) Apa yang menyebabkan terjadinya persahabatan?
Pulpit Commentary: “one is drawn to
another not only by the affinity of common tastes and qualities, but
because of a recognition and admiration of qualities that are lacking in
self. We seek to supplement the deficiencies of our own life by taking into
ourselves, as far as possible, the excellences of another life, and friendship
is the means to this end” (= seseorang ditarik kepada yang lain bukan hanya oleh daya
pemersatu dari selera dan kwalitas yang sama, tetapi karena pengakuan
dan kekaguman akan suatu kwalitas yang tidak ada dalam dirinya sendiri.
Kita berusaha untuk menambah kekurangan-kekurangan dari kehidupan kita sendiri
dengan mengambil bagi diri kita sendiri, sejauh mungkin, keunggulan-keunggulan
dari kehidupan orang lain, dan persahabatan adalah cara untuk mencapai tujuan
ini) - hal
343.
Memang seringkali kita mencari
sahabat yang mempunyai selera atau kwalitas yang sama dengan kita. Misalnya
sama-sama senang nonton bioskop, atau sama-sama pandai. Tetapi kadang-kadang
kita justru bersahabat dengan seseorang karena kita melihat dalam diri orang
itu sesuatu yang baik / indah dan yang mengagumkan bagi kita, yang tidak ada
dalam diri kita. Misalnya kita kagum akan kerohanian atau kebijaksanaan
seseorang, sehingga kita mau bersahabat dengan dia.
Dalam kasus Daud dan Yonatan,
mungkin Yonatan melihat dalam diri Daud (yang baru mengalahkan Goliat), suatu
keberanian dan iman yang tidak ada dalam dirinya sendiri (sekalipun ia sendiri
bukanlah pengecut atau orang tak beriman - bdk. 1Sam 14:6-15), dan ini
menyebabkan ia menjadikan Daud sahabatnya.
Pulpit Commentary kutip
kata-kata seorang yang bernama Willet: “There are three things that
engender friendship - profit, pleasure, virtue. The first two do not beget true
friendship, for as soon as the profit or pleasure ceaseth, friendship is gone;
but virtue only maketh love and friendship to continue” (= Ada tiga hal yang menimbulkan
persahabatan - keuntungan, kesenangan, kebaikan / sifat baik. Dua yang pertama
tidak melahirkan persahabatan yang sejati, karena begitu keuntungan atau
kesenangan itu berhenti, persahabatan itu hilang; tetapi kebaikan / sifat baik
saja membuat kasih dan persahabatan berlanjut) - hal 351.
Kalau kita bersahabat dengan
seseorang berdasarkan keuntungan atau kesenangan, maka kita akan sering
‘menggunakan’ atau ‘memanfaatkan’ sahabat kita untuk
keuntungan / kesenangan kita. Lambat atau cepat ini akan meretakkan
persahabatan itu.
3) Hal-hal yang harus ada dalam suatu persahabatan yang baik.
Pulpit Commentary: “The friendship of
David and Jonathan embraced all that enters into ordinary friendship, - appreciation,
love, confidence, tenderness, fidelity, unsuspicious
intercourse, - with an additional religious element. ... In David
and Jonathan we recognize, besides the usual essentials of friendship, the
responsive action of a common faith in God and delight in his service.
Each saw in the other, as by a higher spiritual insight, a spiritual
kinship”
(= Persahabatan Daud dan Yonatan mencakup semua yang termasuk dalam
persahabatan biasa, - penghargaan, kasih, kepercayaan, kelembutan,
kesetiaan, pergaulan / hubungan tanpa kecurigaan, - dengan
suatu tambahan elemen yang agamawi. ... Dalam Daud dan Yonatan kita
mengenali, selain hal-hal penting biasa dari persahabatan, tindakan menanggapi
dari iman yang sama kepada Allah dan kesenangan dalam pelayananNya.
Masing-masing melihat dalam diri yang lain, seperti oleh suatu pengertian /
pengetahuan rohani yang lebih tinggi, suatu pertalian rohani) - hal 343.
Kita akan membahas beberapa hal
dari kutipan di atas.
a) Penghargaan (ay 4). Kita harus memberi
penghargaan atas apa yang baik dalam diri sahabat kita, atau atas hal baik yang
ia lakukan. Hal salah yang sering terjadi adalah selalu mengkritik pada waktu
sahabatnya salah, tetapi hanya berdiam diri pada waktu sahabatnya melakukan
sesuatu yang baik. Mungkin ia menghargai tetapi ia tidak mau menyatakan hal itu
(menghargai dalam hati). Ini tidak cukup; kita harus menyatakan penghargaan
itu.
Dalam kasus Yonatan dan Daud,
maka pemberian pakaian dan peralatan perang Yonatan kepada Daud (ay 4)
mungkin sekali merupakan penghargaan, atau bahkan penghormatan, kepada Daud
yang sudah berhasil mengalahkan Goliat.
b) Kasih. Bdk. dengan ay 1,3 yang
mengatakan bahwa Yonatan mengasihi Daud seperti jiwanya / dirinya sendiri.
Kasih menyebabkan kita bisa mengampuni kesalahan sahabat kita; kasih tidak iri
hati (1Kor 13:4), kasih kadang-kadang memukul dengan maksud baik (Amsal
27:6), dan kasih menyebabkan kita melakukan segala sesuatu bukan untuk
keuntungan / kesenangan diri kita sendiri, tetapi keuntungan / kesenangan
sahabat kita.
Lawan kata dari kasih adalah
egoisme.
c) Kepercayaan. Supaya bisa ada kepercayaan,
tentu harus ada kejujuran, ketulusan dan keterbukaan satu terhadap yang lain.
Pulpit Commentary: “Now the foundation
of that steadfastness and constancy which we seek in friendship is sincerity;
for nothing is steadfast which is insincere” (= Dasar dari kesetiaan dan
kekonstanan yang kita usahakan dalam persahabatan adalah ketulusan; karena
tidak ada yang setia tetapi tidak tulus) - hal 352.
d) Kelembutan. Ini bertentangan dengan keras dan
kasar. Tetapi ini tidak berarti mudah tersinggung.
e) Kesetiaan.
f) Pergaulan tanpa kecurigaan. Ini berhubungan dengan
kejujuran, ketulusan dan kepercayaan satu terhadap yang lain yang sudah dibahas
di atas. Tetapi ini juga berhubungan dengan sifat mudah curiga yang terdapat
dalam diri orang-orang tertentu, yang tetap ada dalam dirinya sekalipun
sahabatnya jujur, tulus dan terbuka terhadapnya. Kalau sifat seperti ini tidak
dibereskan, ini bisa merusakkan persahabatan.
g) Tambahan elemen agamawi: harus mempunyai iman
yang sama.
Ini memang tak berarti bahwa
kita sama sekali tak boleh berteman dengan orang non kristen. Berteman biasa
tentu boleh, karena kalau tidak, siapa yang memberitakan Injil kepada mereka?
Tetapi bersahabat / berteman secara akrab, seharusnya dilakukan dengan sesama
saudara seiman.
Charles Haddon Spurgeon: “It is ill for an
heir of heaven to be a great friend with the heirs of hell. It has a bad look
when a courtier is too intimate with his king’s enemies” (= Adalah buruk bagi seorang ahli
waris surga untuk menjadi sahabat karib dengan ahli waris neraka. Kelihatannya
jelek jika anggota istana terlalu dekat dengan musuh-musuh raja) - ‘Morning and Evening’, Oct 14, evening.
Satu hal lagi yang sangat
penting dalam persahabatan adalah pemeliharaan persahabatan.
Pulpit Commentary: “The noblest form of
friendship needs culture if it is to be permanent” (= Bentuk persahabatan yang
paling mulia memerlukan pemeliharaan jika hal itu mau dijadikan permanen) - hal 344.
Apa saja yang harus dilakukan
untuk menjaga / memelihara persahabatan?
·
menganggap penting persahabatan itu. Ini menyebabkan kita tidak
gampang-gampang membubarkan persabahatan itu.
·
saling mendoakan.
·
dengan sama-sama melayani Tuhan, kalau bisa dalam bidang yang
sama.
Tidak mudah untuk bisa
melakukan hal-hal di atas, dan karena itu Pulpit Commentary mengatakan:
“Of
true friendship observe that it exists only in noble souls. Both Jonathan and
David were virtuous, generous, and devout. They were one in ‘the love of
virtue and the fear of God.’ Persons destitute of these principles can
neither esteem the excellence of others nor be esteemed for their own” (= Tentang persahabatan yang
benar perhatikan bahwa itu ada hanya dalam jiwa-jiwa yang mulia. Baik Yonatan
maupun Daud adalah orang-orang yang baik, murah hati dan religius / saleh.
Mereka itu satu di dalam ‘kasih terhadap kebaikan / sifat baik dan rasa
takut terhadap Allah’. Orang-orang yang tidak mempunyai elemen-elemen
penting ini tidak bisa menghargai keunggulan dari orang lain ataupun dihargai
keunggulan mereka sendiri) - hal 351.
Kalau tadi kita sudah
mempelajari persahabatan Daud dan Yonatan yang begitu mulia, sekarang kita
melihat hal yang begitu kontras. Saul yang tadinya mengasihi Daud dan dekat
dengan Daud, iri hati kepada Daud, lalu menjadi benci kepada Daud, dan bahkan
melakukan beberapa usaha pembunuhan terhadap Daud.
Pulpit Commentary: “How extraordinary
are the moral contrasts which are often presented in human life! The friendship
of Jonathan here stands in opposition to the envy of Saul” (= Alangkah luar biasanya kontras
moral yang sering dipertunjukkan dalam kehidupan manusia! Persahabatan Yonatan
di sini berlawanan dengan iri hatinya Saul) - hal 353.
1) Munculnya iri hati dalam diri Saul terhadap Daud (ay 6-9).
Rakyat memuji Daud lebih dari
Saul (ay 7), dan ini menyebabkan:
a) Saul iri hati (ay 8a).
Pulpit Commentary: “He who is apt to
feel indignation, feels pain at those who are undeservedly successful; but the
envious man, going beyond him, feels pain at every one’s success” (= Ia yang condong untuk merasa
jengkel / marah, merasa sakit kepada mereka yang mendapatkan kesuksesan padahal
mereka tidak layak untuk itu; tetapi orang yang condong pada iri hati,
melakukan lebih dari itu, merasa sakit terhadap sukses dari setiap orang) - hal 353.
Kalau saudara mudah merasa iri
hati, bawalah hal itu ke hadapan Tuhan, dan bereskanlah!
b) Saul mulai curiga bahwa Daud akan menjadi
raja menggantikan dia (ay 8b: ‘akhir-akhirnya
jabatan raja itupun jatuh kepadanya’).
Kata-kata Samuel tentang penolakan
Saul sebagai raja dan pemilihan seseorang lain untuk menggantikannya
(1Sam 15:28) sudah lewat beberapa tahun, tetapi itu tetap diingat oleh
Saul. Mungkin selama ini ia selalu memperhatikan siapa kiranya orang yang bisa
dipilih Tuhan untuk menggantikan dia. Sekarang melihat Daud berhasil
mengalahkan Goliat, dan selalu menang perang sehingga dipuji oleh rakyat lebih
dari dirinya sendiri, maka ia mulai mengira bahwa Daudlah orang itu.
2) Usaha-usaha pembunuhan yang dilakukan oleh
Saul terhadap Daud.
a) Ikut campur tangannya setan (ay 10)
menyebabkan Saul melakukan usaha pembunuhan yang pertama terhadap Daud
(ay 11).
Ay 10: ‘kerasukan’.
KJV: ‘prophesied’ (= bernubuat).
NIV: ‘was prophesying’ (= sedang bernubuat).
Keil & Delitzsch (hal
189-190) mengatakan bahwa ini seharusnya diterjemahkan ‘to rave’ (= mengoceh seperti orang gila). Tetapi
beberapa penafsir tidak setuju dengan itu dan mereka mengatakan bahwa ini
adalah nubuat yang terjadi karena pengaruh / pekerjaan roh jahat.
Pulpit Commentary: “The conjugation
employed here (Hithpahel) is never used of real, true prophecy (which is always
the Niphal), but of a bastard imitation of it. Really Saul was in a state of
frenzy, unable to master himself, speaking words of which he knew not the
meaning, and acting like a man possessed. In all this there was something akin
to the powerful emotions which agitated the true prophet, only it was not a
holy influence, but one springing from violent passions and a disturbed state
of the mind”
[= Bentuk kata kerja yang dipakai di sini (Hithpahel) tidak pernah dipakai
terhadap nubuat yang sejati dan benar (yang selalu ada dalam bentuk Niphal),
tetapi terhadap suatu peniruan yang haram / tidak asli terhadapnya. Saul
benar-benar ada dalam keadaan liar / gila, tidak mampu menguasai dirinya
sendiri, mengucapkan kata-kata yang artinya tidak ia mengerti, dan bertindak
seperti orang kerasukan. Dalam semua ini ada sesuatu yang sama dengan perasaan
yang kuat yang menggerakkan nabi asli, hanya saja itu bukanlah pengaruh yang
kudus, tetapi pengaruh yang muncul dari nafsu yang bengis / keras dan keadaan
pikiran yang terganggu] - hal 341.
Adanya nubuat-nubuat yang asli
dan yang palsu menyebabkan kita harus memperhatikan 1Tes 5:20-21 - “dan janganlah anggap rendah
nubuat-nubuat. Ujilah segala sesuatu dan peganglah yang baik”.
Dalam keadaan
‘bernubuat’ itu roh jahat menguasai Saul sedemikian rupa sehingga
ia lalu melemparkan tombaknya kepada Daud, tetapi Daud berhasil menghindarkan
diri dari usaha pembunuhan itu (ay 11). Ini bukan sekedar karena kehebatan
Daud atau sekedar mujur, tetapi merupakan pekerjaan Tuhan (ay 12).
b) Saul mengangkat Daud menjadi kepala pasukan
1000 dan menempatkan di garis depan (ay 13), tentu saja dengan tujuan
supaya Daud mati dalam pertempuran (bdk. 2Sam 11:14-17). Tetapi yang
terjadi justru adalah Daud selalu berhasil dalam perangnya, lagi-lagi karena
adanya penyertaan Tuhan (ay 14).
c) Saul menawarkan anak perempuannya untuk
menjadi istri Daud dengan mas kawin berupa 100 kulit khatan orang Filistin (ay
17-26).
1. Penjelasan dari beberapa ayat.
·
Ay 17: padahal tadinya ini sudah dijanjikan kepada orang
yang berhasil mengalahkan Goliat. Jadi ini seharusnya sudah merupakan hak dari
Daud. Dengan mengadakan perjanjian lagi, Saul sudah menjilat ludahnya sendiri.
·
Ay 19: pernikahan ini merupakan pengkhianatan terhadap
perjanjian, dan Matthew Poole mengatakan bahwa karena itu pernikahan ini
dikutuk oleh Tuhan, dan semua anak-anak hasil pernikahan ini mati dibunuh dalam
2Sam 21.
·
Ay 21: ‘keduakalinya’. Yang pertama adalah
perjanjian untuk memberikan Merab, yang telah tidak ditaati oleh Saul.
2. Rencana pembunuhan ini begitu licik, karena
disamarkan di bawah:
·
kebaikan, dimana ia mau menjadikan Daud sebagai menantunya (bdk.
ay 22b).
·
semangat untuk membunuh para musuh Tuhan (bdk. ay 17b).
Pulpit Commentary: “It is said that
insane persons often display unusual cunning and skill in compassing their
ends”
(= Dikatakan bahwa orang-orang gila sering menunjukkan kelicikan dan kepandaian
/ ketrampilan yang luar biasa dalam mencapai tujuan mereka) - hal 347.
Pulpit Commentary: “The covering of
murderous intent, with professions of kindness and esteem. Open hostility is
bad enough in an evil cause, but to play the hypocrite for compassing a cruel
purpose is the blackest of crimes (Ps. 10:7). To be clothed as an angel of
light is not confined to Satan” [= Penutupan / penyembunyian dari maksud pembunuhan, dengan
pengakuan kebaikan dan penghargaan. Permusuhan terbuka dengan alasan yang jahat
sudah cukup buruk, tetapi berperan sebagai orang munafik untuk mencapai tujuan
yang kejam merupakan kejahatan yang paling hitam (Maz 10:7). Berpakaian
sebagai malaikat terang tidak terbatas hanya pada Setan] - hal 348.
3. Daud setuju (ay 26) karena ia tidak tahu akan
rencana jahat Saul, dan disamping itu ia berpikir bahwa kalau ia bisa
melaksanakan keinginan Saul itu dan menjadi menantu Saul, itu bukan hanya
kehormatan tetapi itu bisa membereskan kebencian Saul terhadapnya.
Daud boleh dikatakan tertipu
oleh siasat jahat Saul, karena ia adalah seorang yang tulus / jujur dan masih
muda sehingga belum berpengalaman.
Pulpit Commentary: “Larger experience
makes men cautious; but it is better to be deceived a hundred times than to
lead a life of continual suspicion” (= Pengalaman yang lebih luas membuat manusia berhati-hati;
tetapi adalah lebih baik ditipu 100 kali dari pada mengarah pada kehidupan yang
terus menerus curiga) - hal 355.
4. Lagi-lagi usaha Saul gagal, karena Daud
berhasil mendapatkan 200 kulit khatan orang Filistin (ay 27a).
Dalam ay 27a ini LXX /
Septuaginta menuliskan hanya 100. Bdk. 2Sam 3:14 yang juga mengatakan 100. Ini
sebabkan Adam Clarke (hal 272) menganggap bahwa mungkin sekali
‘100’ merupakan pembacaan yang benar. Saya sendiri tetap setuju
dengan ‘200’, dan saya berpendapat bahwa 2Sam 3:14 Daud
membicarakan perjanjian dalam ay 25-26, bukan berbicara tentang fakta yang
akhirnya terjadi dalam ay 27.
Tentu keberhasilan Daud ini
juga disebabkan oleh penyertaan Tuhan (ay 28).
Keberhasilan Daud digambarkan
secara menanjak sebagai berikut:
·
Ay 5: ‘selalu berhasil’.
·
Ay 14: ‘berhasil di segala perjalanannya’.
·
Ay 15: ‘sangat berhasil’.
·
Ay 30: ‘lebih berhasil dari semua pegawai Saul’.
Sebaliknya Saul mengalami
penurunan sebagai berikut:
¨
Ay 12: ‘Saul menjadi takut kepada Daud’.
¨
Ay 15: ‘makin takutlah ia kepadanya’.
¨
Ay 29: ‘Maka makin takutlah Saul kepada Daud’.
5. Keberhasilan Daud ini menyebabkan ia
mendapatkan Mikhal sebagai isterinya (ay 27b).
Tetapi ini tidak menyebabkan
Saul berhenti memusuhi atau berusaha membunuhnya. Perhatikan ay 29b yang
mengatakan bahwa ‘Saul
tetap menjadi musuh Daud seumur hidupnya’.
Betul-betul tragis bahwa
persahabatan / hubungan baik yang mula-mula ada di antara Saul dengan Daud
(bdk. 1Sam 16:21-22 18:2,5) harus
berakhir secara begitu menyedihkan.
Hubungan yang mana yang saudara inginkan dalam hidup
saudara? Seperti Yonatan dengan Daud, atau seperti Saul dengan Daud?
-AMIN-
email us at : gkri_exodus@lycos.com