Eksposisi Kitab Samuel yang
Pertama
oleh : Pdt. Budi Asali M.Div.
Matthew Henry: “We have seen the progress
of David’s troubles; now here we have the progress of Saul’s
wickedness” (= Kita telah melihat kemajuan dari
kesukaran-kesukaran Daud; sekarang di sini kita mendapatkan kemajuan dari
kejahatan Saul).
1) Saul mengadakan ‘kampanye
pemilu’!
a) Ay 7a: “‘Cobalah dengar, ya orang-orang Benyamin!”.
1. Dalam ay 7 ini dikatakan
bahwa kata-kata Saul ditujukan kepada orang-orang Benyamin, dan dari ayat ini
Pulpit Commentary mengatakan (hal 412) bahwa mungkin Saul sudah tidak diikuti
oleh suku-suku lain, selain sukunya sendiri. Saya tidak tahu apakah kata-kata
ini bisa dibenarkan atau tidak.
2. Dari kata-katanya, kelihatannya
Saul ingin orang-orang dari suku Benyamin itu berpihak kepadanya, karena ia
adalah orang Benyamin, bukan kepada Daud, yang dari suku Yehuda. Ini jelas
merupakan suatu tuntutan yang salah!
Tetapi
dalam kenyataannya, kelihatannya memang banyak orang Benyamin yang setia kepada
Saul, bahkan pada saat Saul sudah mati dan Daud sudah naik takhta.
2Sam 16:5-8,13
- “(5) Ketika raja Daud telah sampai
ke Bahurim, keluarlah dari
Jangan
meniru hal seperti ini! Kita tidak boleh berpihak kepada seseorang karena ia
adalah orang yang sama dengan kita dalam:
·
kebangsaannya.
·
sukunya.
·
golongannya.
·
jenis kelaminnya.
·
kondisi ekonominya.
·
partainya.
·
gereja / alirannya.
·
dsb.
Kita
harus berpihak kepada kebenaran / orang yang benar!
b) Ay 7b: “Apakah anak Isai itu juga akan memberikan
kepada kamu sekalian ladang dan kebun anggur, apakah ia akan mengangkat kamu
sekalian menjadi kepala atas pasukan seribu dan atas pasukan seratus”.
Dengan
kata-kata ini Saul menyatakan bahwa mereka seharusnya berpihak kepadanya, bukan
kepada Daud, karena dia, dan bukan Daud, memberikan ladang, pangkat / pekerjaan,
dan sebagainya, kepada mereka. Ini ‘kampanye pemilu’ yang jelas
salah, karena seseorang seharusnya berpihak kepada orang yang benar, bukan
kepada orang yang menguntungkan. Orang Kristen boleh saja terjun dalam dunia
politik, tetapi ingat bahwa kebenaran harus selalu di atas politik!
2) Saul memfitnah.
Ay 8: “sehingga kamu
sekalian mengadakan persepakatan melawan aku dan tidak ada seorangpun yang
menyatakan kepadaku, bahwa anakku mengikat diri dengan anak Isai itu? Tidak ada
seorangpun dari kamu yang cemas karena aku, atau yang menyatakan kepadaku,
bahwa anakku telah menghasut pegawaiku melawan aku menjadi penghadang seperti
sekarang ini.’”.
Ay 8 ini jelas merupakan
suatu fitnahan terhadap Daud dan Yonatan, karena:
·
sekalipun mereka berdua adalah sahabat karib, dan memang
mempunyai persepakatan, tetapi mereka tidak pernah melakukan persepakatan untuk
melawan Saul.
·
Daud tidak pernah menjadi penghadang terhadap Saul. Sebaliknya,
Saullah yang melawan Daud dan ingin membunuhnya.
·
Yonatan tidak pernah menghasut Daud untuk melawan Saul dan
menjadi penghadang terhadap Saul.
Matthew Henry: “thus
the best friends to their prince and country have often been odiously
represented as enemies to both” (= demikianlah
sahabat-sahabat yang terbaik terhadap raja / pangeran dan negara sering
digambarkan secara menjijikkan sebagai musuh-musuh terhadap keduanya).
Mungkin ay 8 ini bukan
fitnahan yang disengaja. Mungkin Saul memang mengira bahwa Yonatan
memang bersekongkol dengan Daud untuk menjatuhkan dia, dan lalu melontarkan
tuduhan seperti itu. Mengapa Saul bisa berpikiran seperti itu?
Matthew Henry: “Saul
took it for granted that Jonathan and David were in a plot against him, his
crown and dignity, and was displeased with his servants that they did not give
him information of it, supposing that they could not but know it; whereas
really there was no such thing. See the nature of a jealous malice, and its
pitiful arts to extort discoveries of things that are not”
(= Saul menganggap pasti bahwa Yonatan dan Daud ada dalam persekongkolan
melawan dia, mahkota dan kewibawaannya, dan sangat tidak senang kepada
pelayan-pelayannya karena mereka tidak memberinya informasi tentangnya, dan ia
menganggap bahwa mereka pasti tahu tentang hal itu; sedangkan sesungguhnya
tidak ada hal seperti itu. Lihatlah sifat dasar dari suatu kebencian karena
cemburu, dan seninya yang menyedihkan untuk memeras penemuan hal-hal yang tidak
ada).
Jadi ini diakibatkan oleh iri
hati / kecemburuan. Sebetulnya iri hati mungkin tidak termasuk dosa yang sangat
hebat, mengingat larangan untuk iri hati ‘hanya’ terdapat dalam
rangking ke 10 dalam 10 hukum Tuhan. Tetapi ingat bahwa dosa ini bisa membawa
saudara kepada dosa-dosa lain yang lebih hebat. Bandingkan dengan:
¨
tokoh-tokoh Yahudi yang juga membenci Yesus karena dengki, dan
akhirnya menyerahkan Dia kepada Pontius Pilatus untuk dibunuh.
Mat 27:18 - “Ia
(Pontius Pilatus) memang mengetahui, bahwa mereka
telah menyerahkan Yesus karena dengki”.
KJV: ‘For
he knew that for envy they had delivered him’ (= Karena ia
tahu bahwa karena iri hati mereka telah menyerahkan Dia).
¨
Kain, yang karena iri hati, lalu membunuh Habel, adiknya sendiri
(Kej 4:1-dst).
Dalam komentarnya tentang
Yak 3:14, Thomas Manton berkata:
“The
whole world, though otherwise empty of men, could not contain two brothers when
one was envied”
(= Seluruh dunia, sekalipun sebetulnya kosong, tidak bisa menampung 2 bersaudara,
dimana yang satu iri hati kepada yang lain).
Renungkan: kalau seluruh dunia tidak
bisa menampung 2 orang dimana yang seorang iri hati kepada yang lain, bisakah 1
gereja menampung 50 atau 100 orang dimana satu sama lain saling iri hati?
Kalau saudara sering iri hati,
sadarilah bahwa itu ditimbulkan dalam hati saudara oleh setan, dan bertobatlah!
Mintalah Tuhan mengampuni dosa itu dan bahkan menyucikan diri saudara dari dosa
itu.
1) Terjemahan/ KJV yang salah.
Ay 9a: “Lalu menjawablah
Doeg, orang
KJV: ‘Then
answered Doeg the Edomite, which was set over the servants of Saul, and
said, ...’ (= Lalu menjawablah Doeg, orang
Ini salah terjemahan! Kitab
Suci
2) Doeg adalah orang
Dalam Kitab Suci ‘orang
·
Bil 20:14 - “Kemudian Musa mengirim
utusan dari Kadesh kepada raja
·
Ul 2:4,8 - “(4) Perintahkanlah kepada
bangsa itu, demikian: Sebentar lagi kamu akan berjalan melalui daerah saudara-saudaramu,
bani Esau, yang diam di Seir; mereka akan takut kepadamu. Tetapi hati-hatilah
sekali; ... (8) Kemudian kita berjalan terus, meninggalkan daerah saudara-saudara
kita, bani Esau yang diam di Seir, meninggalkan jalan dari Araba-Yordan,
yakni dari Elat dan Ezion-Geber. Sesudah itu kita belok dan berjalan terus ke
arah
·
Ul 23:7 - “Janganlah
engkau menganggap keji orang
·
Amos 1:11 - “Beginilah
firman TUHAN: ‘Karena tiga perbuatan jahat
Sedangkan ‘orang
Ismael’,
sepanjang yang saya ketahui, tidak pernah disebut ‘saudara
Ini perlu kita ketahui karena
ada orang Islam yang menafsirkan bahwa kata-kata ‘saudara-saudaramu
/ mereka’
dalam Ul 18:15,18 menunjuk kepada ‘bani Ismael’ (orang Arab),
dan nabi itu menunjuk kepada nabi Muhammad.
Ul 18:15,18 - “(15)
Seorang nabi dari tengah-tengahmu, dari antara saudara-saudaramu, sama seperti aku, akan dibangkitkan
bagimu oleh TUHAN, Allahmu; dialah yang harus kamu dengarkan. ... (18) seorang
nabi akan Kubangkitkan bagi mereka dari antara saudara mereka, seperti engkau ini; Aku akan menaruh
firmanKu dalam mulutnya, dan ia akan mengatakan kepada mereka segala yang
Kuperintahkan kepadanya”.
Kata-kata ‘saudara-saudaramu
/ mereka’
dalam Ul 18:15,18 sama sekali tidak menunjuk kepada bani Ismael, bahkan
juga tidak kepada orang Edom, karena adanya kata-kata ‘sama
seperti aku’
/ ‘seperti engkau ini’ dimana kata ‘aku’ dan ‘engkau’ di sini menunjuk kepada Musa.
Jadi, istilah ‘saudara-saudaramu / mereka’ menunjuk kepada orang
3) Laporan / fitnahan Doeg.
Ay 9-10: “(9) Lalu
menjawablah Doeg, orang
a) Doeg melaporkan kepada Saul bahwa Ahimelekh
memintakan petunjuk Tuhan untuk Daud, dan memberikan bekal dan pedang Goliat
kepadanya.
b)
Tetapi hanya sedikit penafsir
yang beranggapan bahwa kata-kata Doeg pada bagian ini adalah tidak benar. Salah
satu dari penafsir-penafsir itu adalah Albert Barnes.
Barnes’ Notes: “‘He
inquired of the LORD ...’ This was not true, but Ahimelech’s going
to fetch the sword from behind the ephod might have given occasion to the
belief on Doeg’s part that he had put on the ephod to inquire of the Lord
for David” (= ‘Ia menanyakan TUHAN
...’ Ini tidak benar, tetapi kepergian Ahimelekh untuk mengambil pedang
dari belakang efod mungkin menyebabkan Doeg mempercayai bahwa ia telah memakai
efod itu untuk menanyakan Tuhan untuk Daud).
Bdk. 1Sam 21:9 - “Kemudian
berkatalah imam itu: ‘Pedang Goliat, orang Filistin, yang kaupukul kalah
di Lembah Tarbantin, itulah yang ada di sini, terbungkus dalam kain di
belakang efod itu. Jika engkau hendak mengambilnya, ambillah; yang lain
tidak ada, hanya ini.’ Kata Daud: ‘Tidak ada yang seperti itu;
berikanlah itu kepadaku.’”.
Tetapi kebanyakan penafsir
beranggapan bahwa kata-kata Doeg pada bagian ini, sekalipun tidak diceritakan
dalam 1Sam 21:1-9, adalah benar. Ini terlihat dari jawaban Ahimelekh, yang
akan kita pelajari nanti (tetapi jawaban Ahimelekh inipun diperdebatkan).
c) Kalaupun kata-kata Doeg semuanya benar, ia
tetap melaporkan secara kurang ajar, karena ia tidak menceritakan seluruh
kebenaran!
Matthew Henry: “All
this was true; but it was not the whole truth. He ought to have told Saul further
that David had made Ahimelech believe he was then going upon the king’s
business; so that what service he did to David, however it proved, was designed
in honour to Saul, and this would have cleared Ahimelech, whom Saul had in his
power, and would have thrown all the blame upon David, who was out of his
reach” (= Semua ini benar; tetapi itu
bukan seluruh kebenaran. Ia seharusnya memberitahu Saul lebih lanjut bahwa Daud
telah membuat Ahimelekh percaya bahwa pada saat itu ia sedang melakukan urusan
raja; sehingga pelayanan apa yang ia lakukan kepada Daud, bagaimanapun itu
dibuktikan, ditujukan untuk menghormati Saul, dan ini akan membersihkan
Ahimelekh, yang ada dalam kuasa Saul, dan akan melemparkan semua kesalahan
kepada Daud, yang ada di luar jangkauannya).
Jadi, alasan dari tindakan
Ahimelekh membantu Daud, tidak diceritakan oleh Doeg. Padahal, apa alasan
seseorang melakukan sesuatu sering bisa menjadikan sesuatu yang membenarkan
tindakannya, yang kelihatannya salah.
Misalnya: Abraham bisa dianggap sebagai
gila, jahat, psikopat, dsb, pada waktu ia mau membunuh Ishak dan
mempersembahkannya kepada Tuhan. Tetapi kalau kita tahu alasan yang menyebabkan
ia melakukan hal itu, yaitu bahwa Tuhan yang memerintahkan dia (untuk menguji
dia), maka tentu saja kita sama sekali tidak bisa menyalahkan dia. Sebaliknya,
kita akan menganggapnya sebagai seseorang yang hebat dalam iman dan ketaatan
(bdk. Ibr 11:17-19).
Jadi, dengan tidak menceritakan
alasan yang menyebabkan Ahimelekh membantu Daud, Doeg sebetulnya sudah
memfitnah Ahimelekh.
Matthew Henry: “It must not be forgotten here that David at this
time penned Psalm 52, as appears by the title of that psalm, wherein he
represents Doeg not only as malicious and spiteful, but as false and deceitful,
because though what he said was, for the substance of it, true, yet he put
false colours upon it, with a design to do mischief”
(= Tidak boleh dilupakan di sini bahwa Daud pada saat ini menuliskan Maz 52,
seperti terlihat dari judul mazmur itu, dimana ia menggambarkan Doeg bukan
hanya sebagai jahat dan pendendam, tetapi juga sebagai palsu dan bersifat
penipu, karena sekalipun apa yang ia katakan, isinya benar, tetapi ia
memberikan warna yang salah padanya, dengan rencana untuk melakukan kejahatan).
Bdk. Maz 52:1-6 - “(1)
Untuk pemimpin biduan. Nyanyian pengajaran Daud, (2) ketika Doeg, orang
1) Saul memanggil Ahimelekh.
Ay 11-12: “(11) Lalu raja
menyuruh memanggil Ahimelekh bin Ahitub, imam itu, bersama-sama dengan seluruh
keluarganya, para imam yang di Nob; dan datanglah sekaliannya menghadap raja.
(12) Kata Saul: ‘Cobalah dengar, ya anak Ahitub!’ Jawabnya:
‘Ya, tuanku.’”.
Matthew Henry: “Saul
arraigns Ahimelech himself with the utmost disdain and indignation (v. 12):
Hear now, thou son of Ahitub; not so much as calling him by his name, much less
giving him his title of distinction. By this it appears that he had cast off
the fear of God, that he showed no respect at all to his priests, but took a
pleasure in affronting them and insulting them”
[= Saul memanggil Ahimelekh sendiri dengan sikap menghina / meremehkan dan
marah (ay 12): ‘Dengarlah sekarang, engkau anak Ahitub’; ia tidak
memanggil namanya, apalagi memberinya gelar kehormatannya. Dengan ini terlihat
bahwa ia telah membuang semua rasa takut kepada Allah, sehingga ia tidak
menunjukkan rasa hormat sama sekali kepada imam-imamNya, tetapi mendapatkan
kesenangan dalam menghina mereka].
Ini merupakan suatu sikap
merendahkan, dan menunjukkan bahwa Saul telah membuang semua rasa takut kepada
Tuhan.
2) Pertanyaan Saul.
Ay 13: “Kemudian
bertanyalah Saul kepadanya: ‘Mengapa kamu mengadakan persepakatan melawan
aku, engkau dengan anak Isai itu, dengan memberikan roti dan pedang kepadanya,
menanyakan Allah baginya, sehingga ia bangkit melawan aku menjadi penghadang
seperti sekarang ini?’”.
Perhatikan bahwa Saul bertanya:
‘mengapa kamu mengadakan persepakatan melawan aku,
...?’.
Kalau Saul memang mau mengadili
dengan benar, seharusnya ia bertanya: ‘Apakah kamu
mengadakan persepakatan melawan aku, ...?’.
Dari pertanyaannya kelihatannya
Saul sudah menjatuhkan penghakiman, sebelum membuktikan kesalahan Ahimelekh,
dan bahkan sebelum menanyai Ahimelekh. Ia hanya mendengar kabar tentang
kesalahan Ahimelekh dari Doeg, dan sama sekali belum menanyai atau mendengar
apapun dari Ahimelekh, tetapi sudah memvonisnya dalam hati! Tidak heran bahwa
tidak peduli apapun yang dikatakan oleh Ahimelekh, ia tetap menyalahkannya dan
menjatuhkan hukuman mati kepadanya.
Bdk. Kis 24:10 - “Lalu
wali negeri itu memberi isyarat kepada Paulus, bahwa ia boleh berbicara. Maka
berkatalah Paulus: ‘Aku tahu, bahwa sudah bertahun-tahun lamanya engkau
menjadi hakim atas bangsa ini. Karena itu tanpa ragu-ragu aku membela perkaraku
ini di hadapanmu”.
Feliks mempunyai suatu hal yang
baik, yaitu: dalam menangani / mengadili suatu pertikaian, ia selalu mendengar
dari kedua pihak. Setelah mendengar dakwaan dari para pendakwa, ia mau
mendengar pembelaan dari Paulus. Hal seperti ini memang merupakan tradisi
orang-orang Romawi.
Bdk. Kis 25:16 - “Aku
(Feliks) menjawab mereka, bahwa bukanlah
kebiasaan pada orang-orang Roma untuk menyerahkan seorang terdakwa sebagai
suatu anugerah sebelum ia dihadapkan dengan orang-orang yang menuduhnya dan
diberi kesempatan untuk membela diri terhadap tuduhan itu”.
Catatan: kata-kata ‘sebagai
suatu anugerah’ yang saya coret itu seharusnya tidak ada.
Dalam tafsirannya tentang
Kis 25:16 ini Matthew Henry menyebut hukum ini sebagai: “the
law of nature and the fundamental rules of justice”
(= hukum dari alam dan peraturan dasar dari keadilan).
Dan ia menambahkan: “Audi et alteram partem - ‘Hear
the other side,’ had become a proverb among them. This rule we ought to
be governed by in our private censures in common conversation; we must not give
men bad characters, nor condemn their words and actions, till we have heard
what is to be said in their vindication. See Jn. 7:51”
(= Audi et alteram partem -
‘Dengarlah pihak yang lain’, telah menjadi suatu pepatah di antara
mereka. Peraturan ini harus membimbing kita dalam pencelaan / pengecaman
pribadi kita dalam pembicaraan biasa; kita tidak boleh memberi orang ciri
buruk, ataupun mengecam kata-kata dan tindakan-tindakan mereka, sampai kita
mendengar apa yang dikatakan dalam pembelaan mereka).
Bdk. Yoh 7:51 - “‘Apakah
hukum Taurat kita menghukum seseorang, sebelum ia didengar dan sebelum orang
mengetahui apa yang telah dibuatNya?’”.
Bdk. Ul 19:16-19 - “(16)
Apabila seorang saksi jahat menggugat seseorang untuk menuduh dia mengenai
suatu pelanggaran, (17) maka kedua orang yang mempunyai perkara itu haruslah
berdiri di hadapan TUHAN, di hadapan imam-imam dan hakim-hakim yang ada pada
waktu itu. (18) Maka hakim-hakim itu harus memeriksanya baik-baik,
dan apabila ternyata, bahwa saksi itu seorang saksi dusta dan bahwa ia telah
memberi tuduhan dusta terhadap saudaranya, (19) maka kamu harus
memperlakukannya sebagaimana ia bermaksud memperlakukan saudaranya. Demikianlah
harus kauhapuskan yang jahat itu dari tengah-tengahmu”.
Memang tidak dikatakan secara
explicit bahwa sang terdakwa harus didengar pembelaannya, tetapi bahwa ‘kedua
orang itu dihadapkan’, dan bahwa ‘hakim harus memeriksanya
baik-baik’,
jelas menunjukkan bahwa sang terdakwa harus didengarkan pembelaannya.
Lebih-lebih kata-kata ‘apabila ternyata, bahwa
saksi itu seorang saksi dusta’ pasti menunjukkan bahwa sang terdakwa harus diberi
kesempatan membela diri. Kalau tidak, bagaimana bisa diketahui bahwa saksi itu
adalah saksi dusta?
Jadi sebetulnya bukan hanya
hukum Romawi yang mengharuskan hal itu, tetapi hukum Taurat / Firman Tuhan juga
demikian.
Penerapan:
Banyak orang Kristen bersikap
seperti Saul. Baru mendengar gosip / kata-kata orang, yang sama sekali belum
tentu kebenarannya, sudah menjatuhkan penghakiman! Baru melihat seseorang mengucapkan
/ melakukan sesuatu, yang ia anggap salah, dan belum mengetahui alasan /
pembelaan dari orang itu, sudah mengecam orang itu, dan mempunyai kesan yang
jelek tentang orang itu dalam dirinya.
3) Pembelaan Ahimelekh.
Ay 14-15: “(14) Lalu
Ahimelekh menjawab raja: ‘Tetapi siapakah di antara segala pegawaimu yang
dapat dipercaya seperti Daud, apalagi ia menantu raja dan kepala para
pengawalmu, dan dihormati dalam rumahmu? (15) Bukan ini pertama kali aku
menanyakan Allah bagi dia. Sekali-kali tidak! Janganlah kiranya raja
melontarkan tuduhan kepada hambamu ini, bahkan kepada seluruh keluargaku, sebab
hambamu ini tidak tahu apa-apa tentang semuanya itu, baik tentang perkara kecil
maupun perkara besar.’”.
a) Menghadapi tuduhan / fitnahan Saul itu,
Ahimelekh bukannya cuma berdiam diri, tetapi memberikan pembelaan. Perhatikan
bahwa apa yang dilakukan Yesus, yaitu berdiam diri menghadapi fitnahan, tidak
selalu harus kita teladani! Ahimelekh membela diri, demikian juga Paulus (Kis
22:1-dst Kis 23:1-dst Kis 24:10-dst Kis 25:8,10-11 Kis 26:1-dst 1Kor 9:3), Petrus (Kis 2:13-dst),
Stefanus (Kis 6:11-7:53).
b) Ahimelekh membela diri bukan dengan
menyangkal apa yang memang dilakukannya. Sebaliknya, ia mengakuinya, tetapi ia
memberikan alasan mengapa ia melakukan hal tersebut.
Alasannya adalah:
1. Daud adalah orang yang paling dapat dipercaya
dari antara semua pegawai Saul, dan ia adalah menantu Saul, kepala pengawal
Saul, dan adalah orang yang dihormati dalam rumah Saul (ay 14).
2. Ia tidak tahu apa-apa tentang permusuhan
antara Daud dengan Saul, dan bahwa Daud sekarang menjadi seorang buronan. Ini
terlihat dari kata-kata ‘sebab hambamu ini tidak
tahu apa-apa tentang semuanya itu’ (ay 15b).
Dengan demikian, apa yang ia
lakukan untuk Daud, sebetulnya ia lakukan demi Saul.
c) Dalam pembelaan Ahimelekh ini ada bagian yang
diperdebatkan artinya.
Ay 15a: “Bukan
ini pertama kali aku menanyakan Allah bagi dia. Sekali-kali tidak!”.
RSV: ‘Is
today the first time that I have inquired of God for him? No!’ (= Apakah
hari ini adalah yang pertama kalinya aku menanyakan Allah untuk dia? Tidak!).
NIV: ‘Was
that day the first time I inquired of God for him? Of course not!’ (=
Apakah hari itu adalah hari pertama aku menanyakan Allah untuk dia? Tentu saja
tidak!).
Kelihatannya
RSV dan NIV sama dengan Kitab Suci
KJV: ‘Did
I then begin to enquire of God for him? be it far from me’ (=
Apakah saat itu aku mulai menanyakan Allah untuk dia? jauhlah itu dari
padaku).
NASB: ‘Did
I just begin to inquire of God for him today? Far be it from me!’ (=
Apakah aku mulai menanyakan Allah untuk dia hari ini? Jauhlah itu dari
padaku!).
1. Ahimelekh menyangkal bahwa pada saat itu ia
untuk pertama-kalinya menanyakan petunjuk Tuhan bagi Daud (Barnes Notes).
Barnes’ Notes: “it
is much better to understand the words as Ahimelech’s solemn denial of
having inquired of the Lord for David, a duty which he owed to Saul alone as
king of
Catatan: saya menyangsikan bahwa
tindakan menanyakan Tuhan itu merupakan suatu kewajiban yang hanya boleh
dilakukan bagi raja.
2. Ahimelekh menyatakan bahwa sebelum peristiwa
ini ia sudah sering menanyakan petunjuk Tuhan bagi Daud.
Adam Clarke: “He
probably means that his inquiring now for David was no new thing, having often
done so before, and without ever being informed it was either wrong in itself,
or displeasing to the king” (= Ia mungkin memaksudkan
bahwa tindakannya menanyakan untuk Daud sekarang bukanlah hal yang baru, karena
ia telah sering melakukan demikian sebelumnya, dan tanpa pernah diberitahu
bahwa itu adalah salah dalam dirinya sendiri, atau tidak menyenangkan untuk
raja).
Mayoritas penafsir mengambil
pandangan ini, dan saya setuju dengan pandangan kedua ini.
d) Sesuatu yang bagus dalam diri Ahimelekh
adalah bahwa dalam membela dirinya ia tidak mau menunjukkan kejelekan Daud yang
membohongi dirinya.
4) Keputusan Saul.
Ay 16: “Tetapi raja
berkata: ‘Engkau mesti dibunuh, Ahimelekh, engkau dan seluruh
keluargamu.’”.
Bandingkan juga kata-kata Saul ‘mereka
tahu’
(ay 17b) dengan kata-kata Ahimelekh ‘hambamu ini tidak
tahu apa-apa’ (ay 15b).
Saul tidak bisa menjawab
argumentasi dari Ahimelekh, tetapi tetap menyalahkan dan menjatuhkan hukuman
mati untuk dia. Ia tidak mempedulikan pembelaan Ahimelekh yang begitu
meyakinkan. Ia tidak peduli bahwa ia tidak bisa membuktikan kesalahan
Ahimelekh. Ia tetap menyalahkan, dan menjatuhkan hukuman mati, bukan hanya
terhadap Ahimelekh, tetapi juga terhadap seluruh keluarganya! Tidak ada yang
lebih tidak adil dari ini!
5) Pelaksanaan keputusan Saul.
a) Saul
memerintahkan tentaranya untuk membunuh para imam Tuhan, tetapi tentaranya
menolak untuk melakukannya.
Ay 17: “Lalu raja
memerintahkan kepada bentara yang berdiri di dekatnya: ‘Majulah dan
bunuhlah para imam TUHAN itu sebab mereka membantu Daud; sebab walaupun mereka
tahu, bahwa ia melarikan diri, mereka tidak memberitahukan hal itu
kepadaku.’ Tetapi para pegawai raja tidak mau mengangkat tangannya untuk
memarang imam-imam TUHAN itu”.
1. Perintah raja yang biadab.
Pulpit Commentary: “in
spite of his transparent innocence, Saul orders the slaughter not only of
God’s high priest, but of the whole body of the priesthood whom he had
placed at Nob” (= sekalipun terlihat secara
jelas ketidak-bersalahan dari Ahimelekh, Saul memerintahkan pembantaian bukan
saja terhadap imam besar Allah, tetapi terhadap seluruh tubuh keimaman yang
telah ia tempatkan di Nob) - hal 412.
Matthew Henry: “never
was the command of a prince more barbarously given: Turn and slay the
priests of the Lord. ... to call them the priests of the Lord, when he ordered
his footmen to cut their throats, looked as if, upon that very account, he
hated them. God having rejected him, and ordered another to be anointed in his
room, he seems well pleased with this opportunity of being revenged on the priests
of the Lord, since God himself was out of his reach”
(= tidak pernah ada perintah dari seorang pangeran / raja yang diberikan
dengan lebih biadab: Berbaliklah dan bunuhlah imam-imam Tuhan itu. ...
menyebut mereka imam-imam Tuhan, pada waktu ia memerintahkan tentaranya untuk
menggorok leher mereka, dari cerita ini terlihat seakan-akan, ia membenci
mereka. Karena Allah telah menolak dia, dan memerintahkan seseorang lain untuk
diurapi untuk menggantikannya, ia kelihatannya senang dengan kesempatan untuk membalas
dendam kepada imam-imam Tuhan, karena Allah sendiri ada di luar jangkauannya).
2. Penolakan yang mulia / terhormat dari pada tentara.
Merupakan sesuatu yang luar
biasa bahwa tentara Saul berani menolak perintah Saul.
Matthew Henry: “never
was the command of a prince more honourably disobeyed. The footmen had more
sense and grace than their master. Though they might expect to be turned out of
their places, if not punished and put to death for their refusal, yet, come on
them what would, they would not offer to fall upon the priests of the Lord,
such a reverence had they for their office, and such a conviction of their
innocence” (= tidak pernah ada perintah
dari seorang pangeran / raja yang tidak ditaati secara lebih terhormat.
Tentara-tentara lebih mempunyai pikiran dan kasih karunia dari pada tuan
mereka. Sekalipun mereka bisa mengharapkan untuk diusir / dikeluarkan dari
tempat mereka, jika tidak dihukum dan dibunuh karena penolakan mereka, tetapi
apapun yang terjadi, mereka tidak mau menawarkan diri untuk menyerang imam-imam
Tuhan, mereka memiliki rasa hormat yang seperti untuk jabatan imam-imam itu,
dan keyakinan sedemikian rupa akan ketidak-bersalahan mereka).
Bdk. Kis 5:29 - “Tetapi
Petrus dan rasul-rasul itu menjawab, katanya: ‘Kita harus lebih taat
kepada Allah dari pada kepada manusia”.
Penerapan:
Kalau saudara mendapat perintah
dari orang tua, guru / dosen, boss / atasan saudara, dan itu bertentangan
dengan perintah dari Tuhan, yang mana yang saudara taati?
b) Saul memerintahkan Doeg untuk membunuh para imam, dan Doeg
mentaatinya.
Ay 18: “Lalu berkatalah
raja kepada Doeg: ‘Majulah engkau dan paranglah para imam itu.’
Maka majulah Doeg, orang Edom itu, lalu memarang para imam itu. Ia membunuh
pada hari itu delapan puluh lima orang, yang
memakai baju efod dari kain lenan”.
1. Doeg sendiri disuruh melaksanakan hukuman mati tersebut.
Bdk. Ul 17:7 - “Saksi-saksi
itulah yang pertama-tama menggerakkan tangan mereka untuk membunuh dia,
kemudian seluruh rakyat. Demikianlah harus kauhapuskan yang jahat itu dari
tengah-tengahmu.’”.
2. Ay 18: ‘delapan puluh
Adam Clarke: “‘Fourscore
and five persons.’ The Septuagint reads triakosious
kai pente andras, three hundred and five men; and Josephus has three
hundred and eighty-five men. Probably the eighty-five were priests; the three
hundred, the families of the priests; three hundred and eighty-five being the
whole population of Nob” (= ‘Delapan puluh
3. Ay 18: ‘yang memakai baju efod dari
kain lenan’.
Adam Clarke: “‘That
did wear a linen ephod.’ That is, persons who did actually administer, or
had a right to administer, in sacred things. The linen ephod was the ordinary
clothing of the priests” (= ‘yang memakai
baju efod dari kain lenan’. Yaitu, orang-orang yang sungguh-sungguh
melayani, dalam hal-hal keramat / kudus. Efod dari kain lenan merupakan pakaian
biasa dari imam-imam).
c) Saul bahkan juga membunuh semua penduduk Nob
(keluarga dari para imam itu) dan semua ternaknya.
Ay 19: “Juga penduduk
Nob,
Ketidak-adilan dan kejahatan
Saul makin nyata dalam membunuh bukan hanya Ahimelekh, tetapi juga semua imam
yang lain, dan bahkan juga seluruh penduduk
Mungkin Saul membenarkan
tindakan ini dengan menggunakan Ul 13:12-15 - “(12)
Apabila di salah satu kota yang diberikan TUHAN, Allahmu, kepadamu untuk diam
di sana, kaudengar orang berkata: (13) Ada orang-orang dursila tampil dari
tengah-tengahmu, yang telah menyesatkan penduduk kota mereka dengan
berkata: Mari kita berbakti kepada allah lain yang tidak kamu kenal, (14) maka
haruslah engkau memeriksa, menyelidiki dan menanyakan baik-baik. Jikalau
ternyata benar dan sudah pasti, bahwa kekejian itu dilakukan di tengah-tengahmu,
(15) maka bunuhlah dengan mata pedang penduduk
Tetapi text ini berbicara
tentang penyesatan, dan orang-orang
Adam Clarke: “This
is one of the worst acts in the life of Saul; his malice was implacable, and
his wrath was cruel, and there is no motive of justice or policy by which such a
barbarous act can be justified” (= Ini adalah salah satu
dari tindakan terburuk dalam kehidupan Saul; kebencian / kedengkiannya bersifat
kepala batu, dan kemurkaannya kejam, dan tidak ada motivasi keadilan atau
politik dengan mana suatu tindakan biadab seperti itu bisa dibenarkan).
6) Tuhan mengijinkan pembunuhan terhadap
Ahimelekh untuk menggenapi nubuatNya dalam:
·
1Sam 2:30-33 - “(30) Sebab itu -
demikianlah firman TUHAN, Allah
·
1Sam 3:11-14 - “(11) Lalu
berfirmanlah TUHAN kepada Samuel: ‘Ketahuilah, Aku akan melakukan
sesuatu di Israel, sehingga setiap orang yang mendengarnya, akan bising kedua
telinganya. (12) Pada waktu itu Aku akan menepati kepada Eli segala yang
telah Kufirmankan tentang keluarganya, dari mula sampai akhir. (13) Sebab
telah Kuberitahukan kepadanya, bahwa Aku akan menghukum keluarganya untuk
selamanya karena dosa yang telah diketahuinya, yakni bahwa anak-anaknya
telah menghujat Allah, tetapi ia tidak memarahi mereka! (14) Sebab itu Aku
telah bersumpah kepada keluarga Eli, bahwa dosa keluarga Eli takkan dihapuskan
dengan korban sembelihan atau dengan korban sajian untuk
selamanya.’”.
Ahimelekh memang termasuk
keturunan Eli.
1Sam 14:3 - “Ahia, anak Ahitub,
saudara Ikabod, anak Pinehas, anak Eli, imam TUHAN di Silo, dialah yang memakai
baju efod pada waktu itu. Tetapi rakyat tidak tahu tentang perginya Yonatan
itu”.
Baik Ahia maupun Ahimelekh adalah anak dari Ahitub, yang
dari ayat tersebut terlihat jelas sebagai keturunan Eli.
1) Anak Ahimelekh, yang bernama
Abyatar, lolos dari pembantaian tersebut, dan ia lari kepada Daud.
Ay 20-21: “(20) Tetapi
seorang anak Ahimelekh bin Ahitub, namanya Abyatar luput; ia melarikan diri
menjadi pengikut Daud. (21) Ketika Abyatar memberitahukan kepada Daud, bahwa
Saul telah membunuh para imam TUHAN”.
Kata-kata
Abyatar dalam ay 21, yang mengatakan bahwa ‘Saul telah membunuh para imam Tuhan’, bukan
merupakan dusta. Pada waktu Saul menyuruh orang untuk membunuh para imam, itu
sama dengan dia sendiri yang membunuh mereka.
2) Kata-kata Daud kepada Abyatar.
Ay 22-23: “(22) berkatalah
Daud kepada Abyatar: ‘Memang pada hari itu juga ketika Doeg, orang
·
Ay 22: ‘Doeg,
orang
Matthew
Henry: “He
calls him Doeg the Edomite, because he retained the heart of an Edomite, though,
by embracing the profession of the Jewish religion, he had put on the mask of
an Israelite” (= Ia
menyebutnya Doeg orang Edom, karena ia mempertahankan hati dari orang Edom,
sekalipun, dengan memeluk pengakuan dari agama Yahudi, ia telah mengenakan
topeng dari seorang Israel).
·
Kata-kata Daud dalam ay 22b
menunjukkan bahwa ia mengakui kesalahannya, dan menyesalinya. Dan kata-katanya
dalam ay 23 menunjukkan bahwa ia akan membela Abyatar dengan nyawanya.
3) Daud mendapat keuntungan dari seluruh peristiwa
ini.
Matthew
Henry: “David
had now not only a prophet, but a priest, a high-priest, with him, ... Yet it
appears (by 1Sam 28:6) that Saul had a high priest too, for he had a urim to
consult: it is supposed that he preferred Ahitub the father of Zadok, of the
family of Eleazar (1 Chr. 6:8), for even those that hate the power of godliness
yet will not be without the form” [= Daud sekarang bukan hanya mempunyai seorang nabi,
tetapi seorang imam, seorang imam besar, ... Tetapi terlihat (dari 1Sam 28:6)
bahwa Saul mempunyai seorang imam besar juga, karena ia mempunyai urim untuk
ditanyai: diduga bahwa ia lebih memilih Ahitub, bapa dari Zadok, dari
keluarga Eleazar (1Taw 6:8), karena bahkan mereka yang membenci kuasa dari
kesalehan, tetap tidak mau kalau ia tidak mempunyai bentuknya].
Catatan: Ahitub
di sini berbeda dengan Ahitub yang adalah ayah dari Ahimelekh (Unger’s
Bible Dictionary, hal 35).
-AMIN-
email us at : gkri_exodus@lycos.com