Eksposisi Kitab Samuel yang
Pertama
oleh : Pdt. Budi Asali M.Div.
Keil & Delitzsch: “The following events show
how, on the one hand, the Lord gave pledges to His servant David that he would eventually
become king, but yet on the other hand plunged him into deeper and deeper
trouble, that He might refine him and train him to be a king after His own
heart” (= Kejadian-kejadian berikut
menunjukkan bagaimana, pada satu sisi, Tuhan memberikan janji-janji kepada
HambaNya Daud bahwa akhirnya ia akan menjadi raja, tetapi di sisi lain
melemparkan dia ke dalam kesukaran yang makin lama makin dalam, supaya Ia bisa
memurnikan dia dan melatih dia untuk menjadi seorang raja yang mengikuti
hatiNya).
1) Orang Filistin memerangi Kehila dan menjarahnya.
Ay 1: “Diberitahukanlah
kepada Daud, begini: ‘Ketahuilah, orang Filistin berperang melawan
Matthew Henry: “Probably
it was the departure both of God and David from Saul that encouraged the
Philistines to make this incursion. When princes begin to persecute God’s
people and ministers, let them expect no other than vexation on all sides. The
way for any country to be quiet is to let God's church be quiet in it. If Saul
fight against David, the Philistines shall fight against his country”
(= Mungkin karena Allah dan Daud meninggalkan Saul maka hal itu memberi
semangat kepada orang-orang Filistin untuk membuat serangan ini. Pada waktu
pangeran-pangeran / raja-raja mulai menganiaya umat dan pelayan-pelayan Allah,
hendaklah mereka mengharapkan tidak lain dari pada gangguan pada semua sisi.
Jalan untuk negara manapun untuk bisa tenang adalah membiarkan gereja Allah
tenang di dalamnya. Jika Saul berperang melawan Daud, orang-orang Filistin akan
berperang melawan negaranya).
2) Daud bertanya kepada Tuhan apakah ia boleh memerangi orang-orang
Filistin tersebut.
Ay 2: “Lalu bertanyalah
Daud kepada TUHAN: ‘Apakah aku akan pergi mengalahkan orang Filistin
itu?’ Jawab TUHAN kepada Daud: ‘Pergilah, kalahkanlah orang
Filistin itu dan selamatkanlah Kehila.’”.
a) Dengan cara apa Daud menanyakan hal ini kepada Tuhan?
Bdk.
ay 6: “Ketika Abyatar bin Ahimelekh melarikan diri kepada
Daud ke Kehila, ia turun dengan membawa efod di tangannya”.
1. Orang-orang yang berpendapat bahwa Abyatar,
sang imam besar baru datang kepada Daud dalam ay 6, jadi di sini Daud menanyakan
kehendak Tuhan dengan cara lain. Mungkin dengan menggunakan nabi Gad.
Matthew Henry: “Here
notice is taken (v. 6) that it was while David remained in Keilah, after he had
cleared it of the Philistines, that Abiathar came to him with the ephod in his
hand, that is, the high priest’s ephod, in which the urim and thummin
were. It was a great comfort to David, in his banishment, that when he
could not go to the house of God he had some of the choicest treasures of that
house brought to him, the high priest and his breast-plate of judgment”
(= ).
2.
Keil & Delitzsch: “In
v. 6 a supplementary remark is added in explanation of the expression
‘inquired of the Lord,’ to the effect that, when Abiathar fled to
David to Keilah, the ephod had come to him. The words ‘to David to
Keilah’ are not to be understood as signifying that Abiathar did not come
to David till he was in Keilah, but that when he fled after David (1 Sam
22:20), he met with him as he was already preparing for the march of Keilah,
and immediately proceeded with him thither. For whilst it is not stated in
1 Sam 22:20 that Abiathar came to David in the wood of Hareth, but the place of
meeting is left indefinite, the fact that David had already inquired of Jehovah
(i. e., through the oracle of the high priest) with reference to the march to
Keilah, compels us to assume that Abiathar had come to him before he left the
mountains for Keilah. So that the brief expression ‘to David to
Keilah,’ which is left indefinite because of its brevity, must be
interpreted in accordance with this fact”
(= ).
Pulpit Commentary: “The
object of this verse is to explain how it was that David (in vers. 2 and 4) was
able to inquire of Jehovah. The words ‘to Keilah’ ... do not mean
that it was at Keilah that Abiathar joined David, but that he came in time to
go thither with him” (= ) - hal 432.
b) Perhatikan hati yang begitu mulia dari Daud.
Sekalipun ia dimusuhi oleh Saul dengan tentaranya, dan ia menjadi buronan
negara, dan ia kerepotan untuk menyelamatkan nyawanya sendiri, ia tetap
mencintai negara, bangsa dan Tuhannya, dan ia tetap berperang demi negara,
bangsa dan Tuhannya.
Bandingkan dengan:
·
kebanyakan orang Kristen yang karena sudah kerepotan dengan
urusan pekerjaan / keluarga / study dsb, lalu tidak mau melayani. Bahkan ada
yang juga membuang Pemahaman Alkitab, kebaktian, dan sebagainya.
·
kebanyakan orang kristen yang kalau gegeran dengan pendeta /
majelis / orang kristen yang lain, lalu ngambek dan tidak mau melayani /
berperang lagi!
Adam Clarke: “The
adventure mentioned here was truly noble. Had not David loved his country, and
been above all motives of private and personal revenge, he would have rejoiced in
this invasion of Judah as producing a strong diversion in his favour, and
embroiling his inveterate enemy. In most cases, a man with David’s wrongs
would have joined with the enemies of his country, and avenged himself on the
author of his adversities; but he thinks of nothing but helping Keilah, and
using his power and influence in behalf of his brethren! This is a rare
instance of disinterested heroism”
(= Petualangan yang disebutkan di sini betul-betul mulia. Seandainya Daud tidak
mencintai negaranya, dan berada di atas semua motivasi balas dendam pribadi, ia
akan bersukacita dalam penyerangan terhadap Yehuda ini, karena menghasilkan
suatu pengalihan perhatian yang besar untuk keuntungannya, dan melibatkan
musuhnya yang mendarah daging. Dalam kebanyakan kasus, seseorang dengan keadaan
yang buruk seperti Daud akan bergabung dengan musuh dari negaranya, dan
membalaskan dendamnya pada pencipta dari kesengsaraanya; tetapi ia tidak
memikirkan apapun kecuali menolong Kehila, dan menggunakan kekuatan dan pengaruhnya
demi saudara-saudaranya! Ini merupakan contoh yang jarang dari kepahlawanan
yang tanpa pamrih).
c) Kesalehan Daud terlihat dari fakta bahwa ia
senantiasa minta petunjuk Tuhan, dan mentaatinya.
Pulpit Commentary: “There
perhaps never was a life, except that of our Saviour, in which habitual
submission to a supreme will was more conspicuous. ... His unwillingness to
take the step without being sure of the will of God was a revelation to those
who sought his services of what was constant in his experience. The question
was not, ‘Can I gain wider reputation, or win
Pulpit Commentary: “The
difference between a really good man and one of formal godliness comes out in
this, that the one always feels as though another and higher will was present
and supreme over his own, while the other only thinks of that superior will on
special occasions when painful events fill him with fear”
(= Perbedaan antara seseorang yang sungguh-sungguh baik / saleh dan seseorang
dengan kesalehan lahiriah terlihat dalam hal ini, bahwa yang satu selalu
merasakan seakan-akan ada suatu kehendak yang lain dan lebih tinggi yang hadir
dan mengatasi kehendaknya sendiri, sementara yang lain hanya berpikir tentang
kehendak yang lebih tinggi itu pada peristiwa-peristiwa khusus dimana
peristiwa-peristiwa yang menyakitkan memenuhinya dengan rasa takut) - hal 434.
Jadi penafsir ini mengatakan
bahwa orang-orang yang sungguh-sungguh saleh akan selalu menyadari bahwa di
atas kehendaknya sendiri ada kehendak dari Tuhan, dan ia selalu berusaha
menemukan kehendak Tuhan itu dan mentaatinya.
Sedangkan orang yang hanya
mempunyai kesalehan lahiriah, hanya kadang-kadang saja memikirkan kehendak
Tuhan, dan pada umumnya hidup sesuai kehendaknya sendiri.
Bayangkan: kalau saudara, bukan
kadang-kadang, tetapi sama sekali tidak pernah memikirkan kehendak Tuhan, dan
selalu hidup menuruti kehendak saudara sendiri, saudara termasuk golongan yang
mana? Lebih buruk dari orang yang hanya mempunyai kesalehan lahiriah?
3)
Ay 3: “Tetapi
orang-orang Daud berkata kepadanya: ‘Ingatlah, sedangkan di sini di
Yehuda kita sudah dalam ketakutan, apalagi kalau kita pergi ke Kehila, melawan
barisan perang orang Filistin.’”.
Setiap kali kita mau melakukan
kehendak Tuhan, selalu ada orang-orang, bahkan yang dekat dengan kita dan yang
adalah orang-orang kristen, yang menghalangi / menentang kita. Misalnya, pada
waktu Yesus meminta Yohanes Pembaptis membaptisNya, Yohanes Pembaptis sendiri
mula-mula menolak untuk membaptis Yesus (Mat 3:13-14). Juga pada waktu
Yesus mau menuju
Pada waktu seseorang mendapat
pimpinan / kehendak Tuhan, orang-orang yang menghalangi ini sering membantah
dengan menggunakan logika / perasaan, dan sebagainya. Ini tidak benar. Logika
hanya perlu digunakan untuk mengerti kehendak Tuhan, dan setelah mengerti, kita
harus tunduk, dan bukannya menilai kehendak Tuhan itu dengan menggunakan logika
kita.
Kalau mau ngomong soal logika,
maka bantahan dari orang-orang Daud ini sangat logis. Mereka sudah ketakutan
melawan Saul, mengapa mencari musuh orang Filistin? Tetapi toh pandangan Daudlah
yang sesuai dengan kehendak Tuhan!
Dalam keadaan repot /
kekurangan uang, kita punya kecenderungan untuk bersikap seperti orang-orang
Daud ini, dengan tidak mau membantu orang lain. Tetapi belum tentu Tuhan
menghendaki saudara bersikap seperti itu.
Bdk. Mat 14:15-16 - “(15)
Menjelang malam, murid-muridNya datang kepadaNya dan berkata: ‘Tempat ini
sunyi dan hari sudah mulai malam. Suruhlah orang banyak itu pergi supaya mereka
dapat membeli makanan di desa-desa.’ (16) Tetapi Yesus berkata kepada
mereka: ‘Tidak perlu mereka pergi, kamu harus memberi mereka
makan.’”.
Bdk. Yoh 6:7 - “Jawab
Filipus kepadaNya: ‘Roti seharga dua ratus dinar tidak akan cukup untuk
mereka ini, sekalipun masing-masing mendapat sepotong kecil saja.’”.
Jelas bahwa dalam peristiwa itu
Yesus dan para murid sedang tak punya banyak uang. Tetapi Yesus toh menghendaki
para murid untuk memberi makan 5.000 orang itu.
Karena itu, jangan sembarangan
menghubungkan sikon dengan kehendak Tuhan. Ingat bahwa:
a) Pikiran / rencana Tuhan jauh di atas pikiran / rencana kita.
Yes 55:8-9 - “(8)
Sebab rancanganKu bukanlah rancanganmu, dan jalanmu bukanlah jalanKu,
demikianlah firman TUHAN. (9) Seperti tingginya langit dari bumi, demikianlah
tingginya jalanKu dari jalanmu dan rancanganKu dari rancanganmu”.
b) Tuhan senang membuat kita ‘tak
berdaya’, karena itu akan menyebabkan kita bersandar kepadaNya, dan
dengan demikian kemahakuasaan Tuhan yang bekerja.
Dalam hal ini ada teladan dari
Yesus sendiri, misalnya pada waktu Ia ada di kayu salib, Ia tetap memperhatikan
Maria (menyerahkannya kepada Yohanes), dan juga memperhatikan penjahat yang
bertobat itu.
Penerapan:
Kalau waktu sempit, kesibukan
banyak, apakah pasti Tuhan menghendaki saudara tidak ikut Pemahaman Alkitab /
menghentikan pelayanan? Pernahkah saudara menanyakan kepada Tuhan, dan dapat
ijin untuk cuti dari Pemahaman Alkitab / pelayanan?
4) Daud menanyakan lagi kehendak Tuhan demi memuaskan orang-orangnya.
Ay 4: “Lalu bertanya
pulalah Daud kepada TUHAN, maka TUHAN menjawab dia, firmanNya:
‘Bersiaplah, pergilah ke Kehila, sebab Aku akan menyerahkan orang
Filistin itu ke dalam tanganmu.’”.
Matthew Henry menganggap bahwa
Daud menanyakan lagi kehendak Tuhan untuk memuaskan orang-orang yang
menentangnya tadi. Dan kali ini Tuhan bukan hanya menyuruh dia berperang,
tetapi juga memberikan jaminan bahwa ia akan mengalahkan orang-orang Filistin
tersebut. Sebetulnya dalam ay 2 pada waktu / memerintahkannya pergi ke
Kehila dan mengalahkan orang-orang Filistin, janji itu sudah ada secara
implicit. Tetapi di sini, janji kemenangan itu diberikan secara explicit.
Ini kelihatannya mengubah
orang-orang yang menentangnya sehingga mereka tunduk pada kehendak / perintah
Tuhan tersebut.
Bahwa orang-orang ini mau
diajak bersama-sama menanyakan hal itu kepada Tuhan, dan lalu mau tunduk
setelah mendapat jawaban dari kehendak Tuhan, menunjukkan bahwa mereka bukanlah
orang-orang yang tegar tengkuk.
5) Hasil peperangan: Daud mengalahkan Filistin, dan menyelamatkan
Kehila.
Ay 5: “Kemudian pergilah
Daud dengan orang-orangnya ke Kehila; ia berperang melawan orang Filistin itu,
dihalaunya ternak mereka dan ditimbulkannya kekalahan besar di antara mereka.
Demikianlah Daud menyelamatkan penduduk Kehila”.
Memang di sini, karena mentaati
kehendak Tuhan, Daud langsung mengalami kemenangan yang besar. Tetapi ingat
bahwa tidak selalu akan terjadi demikian. Kadang-kadang sekalipun kita mentaati
kehendak Tuhan, yang terjadi adalah:
a) Kekalahan dulu, baru kemenangan.
Contoh yang menyolok adalah
Hak 19-21.
b) Kekalahan total (kelihatannya).
Contoh: pelayanan Yesaya sesuai
kehendak Tuhan, tetapi boleh dikatakan ia tidak mentobatkan siapapun, sesuai
dengan yang telah dinubuatkan oleh Tuhan (Bdk. Yes 6:9-10).
Kalau terjadi yang seperti ini,
lagi-lagi ingatlah bahwa pikiran Allah sangat berbeda dengan pikiran kita,
sehingga apa yang bagi kita merupakan suatu kekalahan, bagi Tuhan bisa dianggap
sebagai suatu kesuksesan!
1) Sikap
Saul.
a) Saul
mendengar kabar bahwa Daud ada di Kehila, dan menyimpulkan bahwa Allah
memberkati dia dengan menyerahkan Daud ke tangannya.
Ay 7: “Kepada Saul
diberitahukan, bahwa Daud telah masuk Kehila. Lalu berkatalah Saul:
‘Allah telah menyerahkan dia ke dalam tanganku, sebab dengan masuk ke
dalam
1. Seharusnya Saul menghargai Daud atas apa yang
telah dilakukannya dalam menolong Kehila. Tetapi Saul bukannya bersikap seperti
itu, malah sebaliknya.
2. Saul, tanpa menanyakan kehendak Tuhan,
menyimpulkan bahwa Tuhan telah menyerahkan Daud ke tangannya. Ia mengira bahwa
‘berkat’ membuktikan bahwa Tuhan berpihak kepadanya. Ini adalah
kebodohan bercampur dengan sikap tegar tengkuk, karena:
a. Bagaimana mungkin Tuhan berpihak kepadanya,
padahal ia baru saja membantai seluruh
b. Ia sudah ditolak sebagai raja, dan Daud telah
diurapi menjadi raja untuk menggantikan dia.
c. Selama ini ia sudah mengalami banyak peristiwa
yang menunjukkan perlindungan Tuhan yang luar biasa atas Daud, sehingga Daud
selalu lolos dari kejarannya.
Jamieson,
Fausset & Brown: “How
wonderfully slow and unwilling to be convinced by all his experience, that the
special protection of
d. Adanya ‘berkat’ / hal yang
menguntungkan / menyenangkan dalam hidup seseorang, tak membuktikan bahwa Tuhan
berpihak kepada orang itu.
Matthew Henry: “How
Saul abused the God of Israel, in making his providence to patronise and give
countenance to his malicious designs, and thence promising himself success in
them: ... We must not think that one smiling providence either justifies an
unrighteous cause or secures its success”
(= Bagaimana Saul menyalah-gunakan Allah dari
Penerapan:
·
orang-orang gereja
·
sebaliknya, kalau providensia Allah merengut terhadap kita,
dalam arti kita mengalami hal-hal yang tidak enak, jangan terlalu cepat
menganggap bahwa Allah tak berkenan dengan kita, atau memusuhi kita (bdk.
Ayub).
e. Ia percaya pada apa yang ia ingin percayai.
Ini sesuatu yang berbahaya
dalam persoalan mencari kehendak Tuhan. Kita sering mempunyai kecondongan
seperti ini, yaitu mempercayai apa yang ingin kita percayai!
Misalnya, seseorang jatuh
cinta, lalu mencari kehendak Tuhan. Maka, karena ia ingin Tuhan mengijinkan dia
menikah dengan orang yang ia cintai, apapun jawaban Tuhan, ia arahkan artinya
sesuai dengan yang ingin ia percayai. Demikian juga kalau kita sangat
menginginkan suatu pekerjaan, dan sebagainya.
Matthew Poole: “He
easily believed what he greedily desired, though his own experience had oft
showed him how strangely God had delivered him out of his hands, and what a
singular care God had over him” (= Ia dengan mudah
percaya apa yang dengan tamak ia inginkan, sekalipun pengalamannya sendiri
telah sering menunjukkan kepadanya betapa dengan aneh Allah telah melepaskan
Daud dari tangannya, dan perhatian / pemeliharaan luar biasa apa yang Allah
punyai atas Daud)
- hal 569.
b) Saul memanggil seluruh rakyat untuk menyerang.
Ay 8: “Maka Saul memanggil seluruh rakyat pergi
berperang ke Kehila dan mengepung Daud dengan orang-orangnya”.
2) Daud meminta petunjuk Tuhan lagi.
Ketika Daud mengetahui rencana
Saul itu, ia meminta petunjuk Tuhan lagi.
Ay 9: “Ketika diketahui
Daud, bahwa Saul berniat jahat terhadap dia, berkatalah ia kepada imam Abyatar:
‘Bawalah efod itu ke mari.’”.
Daud menanyakan kehendak Tuhan
melalui imam Abyatar, yang menggunakan efod (Urim dan Tumim).
Ay 10-11: “(10) Berkatalah
Daud: ‘TUHAN, Allah
Ay 12: “Kemudian
bertanyalah Daud: ‘Akan diserahkan oleh warga-warga
a)
Kitab Suci
KJV: ‘hath certainly heard’ (= telah mendengar dengan
pasti).
Jadi, mendengarnya yang pasti,
bukan kabarnya. Sekarang ia menanyakan kepada Tuhan, apakah yang telah ia
dengar itu betul atau tidak. Akankah Saul datang ke Kehila?
b) Apa kabar yang ia dengar itu?
Bahwa ‘Saul
berikhtiar untuk datang ke Kehila dan memusnahkan
Perhatikan bahwa ia bukannya
memikirkan bahwa Saul akan datang untuk memusnahkan dirinya, tetapi memusnahkan
Matthew Henry: “He
seems more solicitous for their safety than for his own, and will expose
himself any where rather than they shall be brought into trouble by his being
among them” (= Ia kelihatannya lebih kuatir
untuk keselamatan mereka dari pada keselamatannya sendiri, dan mau membuka
dirinya sendiri di manapun dari pada membawa mereka ke dalam kesukaran dengan
keberadaannya di antara mereka).
Ini menunjukkan:
·
jiwa yang mulia dan rela berkorban dari Daud.
·
ia tidak mau mengulangi kesalahannya pada peristiwa Nob, yang
menyebabkan pembantaian seluruh
c) Daud tidak tahu apakah orang-orang Kehila
akan menyerahkan dirinya kepada Saul atau tidak, dan karena itu ia
menanyakannya kepada Tuhan.
1. Lagi-lagi ada keanehan dalam pertanyaan Daud
berkenaan dengan hal ini. Mengapa Daud menanyakan ‘apakah
orang-orang Kehila akan menyerahkan aku ke dalam tangan Saul’ sebanyak 2x? Mengapa waktu
ditanyakan pertama-kalinya dalam ay 11, tidak dijawab, sehingga harus
ditanyakan untuk kedua-kalinya dalam ay 12, dan baru dijawab? Perhatikan
jawaban Keil & Delitzsch di bawah ini.
Keil & Delitzsch: “It
is evident from vv. 9-12, that when the will of God was sought through the Urim
and Thummim, the person making the inquiry placed the matter before God in
prayer, and received an answer; but always to one particular question. For when David had asked the two
questions given in v. 11, he received the answer to the second question only,
and had to ask the first again (v. 12)”
[= Adalah jelas dari ay 9-12, bahwa pada waktu kehendak Allah dicari melalui
Urim dan Tumim, orang yang membuat pertanyaan meletakkan persoalannya di
hadapan Allah dalam doa, dan menerima suatu jawaban; tetapi selalu terhadap satu pertanyaan tertentu. Karena
pada waktu Daud menanyakan 2 pertanyaan yang diberikan dalam ay 11, ia hanya
menerima jawaban bagi pertanyaan kedua, dan harus menanyakan yang pertama lagi
(ay 12)].
2. Seseorang yang bijaksana dan rohani, pada
saat ragu-ragu, selalu meminta pimpinan / kehendak Tuhan.
Pulpit Commentary: “A
really wise man in seasons of uncertainty, when important interests are at
stake, whether temporal or spiritual, will not rest with speculations on what
may be; but will, like David, inquire of the Lord, so as to regulate his
present action according to God’s knowledge of what is inevitable”
(= Seseorang yang sungguh-sungguh bijaksana pada masa ketidak-pastian, pada
waktu kepentingan yang penting dipertaruhkan, apakah itu sesuatu yang bersifat
sementara atau rohani, tidak akan berhenti dengan spekulasi tentang apa yang
bisa terjadi; tetapi, seperti Daud, akan menanyakan Tuhan, sehingga bisa
mengatur tindakannya pada saat itu, sesuai dengan pengetahuan Allah tentang apa
yang pasti akan terjadi) - hal 441.
d) Tuhan menjawab bahwa orang-orang Kehila akan menyerahkan Daud
kepada Saul.
1. Ini menunjukkan sikap pengecut dan tidak tahu
berterima kasih dari orang-orang Kehila.
Barnes’ Notes: “The
conduct of the men of Keilah would be like that of the men of
Penerapan:
·
Kalau saudara pernah ditolong seseorang, apakah saudara merasa
hutang budi, dan ingin membalas kebaikan orang itu?
·
Satu teman saya baru bercerita kepada saya, bahwa ia menolong
teman yang butuh uang dengan memberikan pinjaman uang, tetapi teman yang
ditolong ini lalu tidak mau bayar! Ini membalas kebaikan dengan kejahatan!
2. Ini menunjukkan bahwa tidak selalu orang yang
berbuat baik, dan melakukan kehendak Tuhan, mendapat balasan yang baik.
Seringkali, seperti yang dialami oleh Daud di sini, orang yang berbuat baik dan
mentaati kehendak Tuhan, justru mengalami balasan yang tidak baik /
penderitaan.
3) Daud meninggalkan Kehila.
Ay 13: “Lalu
bersiaplah Daud dan orang-orangnya, kira-kira enam ratus orang banyaknya,
mereka keluar dari Kehila dan pergi ke mana saja mereka dapat pergi. Apabila
kepada Saul diberitahukan, bahwa Daud telah meluputkan diri dari Kehila, maka
tidak jadilah ia maju berperang”.
a) Pembahasan secara theologis.
Karena Daud meninggalkan
Kehila, maka Saul tidak jadi datang, sehingga orang-orang Kehila juga tak
menyerahkan Daud ke tangan Saul.
Bagaimana kita menafsirkan
bagian ini? Perhatikan penafsiran dari Adam Clarke, seorang Arminian.
Adam Clarke: “In
these verses we find the following questions and answers: - David said, Will
Saul come down to Keilah? And the Lord said, He will come down. Will the men of
Keilah deliver me and my men into the hand of Saul? And the Lord said, They
will deliver thee up. In this short history we find an ample proof that
there is such a thing as contingency
in human affairs; that is God has poised many things between a possibility of
being and not being, leaving it to the will of the creature to turn the scale.
In the above answers of the Lord the following conditions were evidently
implied: - IF thou continue in Keilah, Saul will certainly come down; and IF
Saul come down, the men of Keilah will deliver thee into his hands. Now though
the text positively asserts that Saul would come to Keilah, yet he did not
come; and that the men of Keilah would deliver David into his hand, yet David
was not thus delivered to him. And why? Because David left Keilah; but had he
stayed, Saul would have come down, and the men of Keilah would have betrayed
David. We may observe from this that, however positive a declaration of God may
appear that refers to anything in which man is to be employed, the prediction
is not intended to suspend or destroy free agency, but always comprehends in it
some particular condition” (= Dalam ayat-ayat ini
kita mendapati pertanyaan-pertanyaan dan jawaban-jawaban sebagai berikut: -
Daud berkata: ‘Akankah Saul datang ke Kehila?’. Dan Tuhan berkata:
‘Ia akan datang’. ‘Akankah orang-orang Kehila menyerahkan aku
dan orang-orangku ke dalam tangan Saul?’. Dan Tuhan berkata:
‘Mereka akan menyerahkan engkau’. Dalam sejarah yang singkat ini
kita mendapatkan bukti yang cukup bahwa ada hal yang disebut sebagai contingency dalam kehidupan
manusia; yaitu Allah telah menyeimbangkan banyak hal di antara suatu
kemungkinan ada atau tidak ada, dan menyerahkannya kepada kehendak dari makhluk
ciptaan untuk membalikkan timbangan. Dalam jawaban Tuhan di atas, kondisi
yang berikut ini jelas ditunjukkan secara implicit: - JIKA engkau terus di
Kehila, Saul pasti akan datang; dan JIKA Saul datang, orang-orang Kehila akan
menyerahkan engkau ke dalam tangannya. Sekarang, sekalipun text itu secara pasti menegaskan bahwa Saul akan
datang ke Kehila, tetapi ia tidak datang; dan sekalipun text itu secara pasti menegaskan bahwa orang-orang
Kehila akan menyerahkan Daud ke dalam tangannya, tetapi Daud tidak diserahkan
kepadanya. Dan mengapa? Karena Daud meninggalkan Kehila; tetapi seandainya ia
tinggal, Saul akan datang, dan orang-orang Kehila akan mengkhianati Daud. Dari
sini kita bisa melihat bahwa betapapun
pastinya kelihatannya suatu pernyataan Allah berkenaan dengan apapun dalam
mana manusia akan digunakan, ramalan itu tidak dimaksudkan untuk menyingkirkan
atau menghancurkan kebebasan manusia, tetapi selalu memahami di dalamnya suatu
syarat tertentu).
Catatan: kata ‘contingency’ bisa berarti:
·
sesuatu yang bisa terjadi, bisa tidak.
·
ketergantungan pada hal lain.
·
kebetulan.
Dalam kontext ini, saya kira
yang dimaksudkan adalah 2 arti yang pertama.
Dengan kata-kata ini jelas
bahwa Adam Clarke, orang Arminian ini, ingin menekankan bahwa Allah tidak
menentukan hal-hal itu. Semua tergantung pada kebebasan manusia dan tindakan
manusia.
Penafsiran Adam Clarke ini
salah, dengan alasan:
1. Perhatikan kata-kata yang saya beri garis
bawah ganda dari kata-kata Adam Clarke di atas. Itu semua salah, karena text
Kitab Sucinya tidak menegaskan secara pasti bahwa hal itu akan terjadi. ‘Jika
Daud tinggal, maka Saul akan datang’. Ini bukan penegasan yang pasti, tetapi suatu
kemungkinan.
2. Memang kalau Daud tetap di Kehila, Saul akan
datang, dan kalau Saul datang orang-orang Kehila akan menyerahkan Daud kepada
Saul. Seakan-akan segala sesuatu tergantung pada keputusan Daud, Saul, dan
orang-orang Kehila. Tetapi perlu diingat bahwa pemikiran dan keputusan Daud,
Saul, orang-orang Kehila semua ada di tangan Tuhan! Jadi pada akhirnya, semua
bukan tergantung pada Daud, Daud, orang-orang Kehila dsb, tetapi tergantung
kepada Tuhan.
Argumentasi Clarke ini sama
dengan argumentasi seorang pendeta yang pada waktu mengatakan bahwa Tuhan tidak
menentukan umur seseorang, lalu berargumentasi sebagai berikut: ada seseorang
yang sakit parah dan hidupnya hanya tergantung pada selang infus, alat pacu
jantung, oxigen dan alat bantu pernafasan. Sekarang siapa yang menentukan kapan
orang itu mati? Bukan Tuhan, tetapi dokter dan para keluarganya. Kalau mereka
memutuskan semua pertolongan itu dihentikan, maka orang itu mati. Kalau mereka
memutuskan untuk meneruskan pertolongan itu, maka orang itu terus hidup. Ini
argumentasi yang konyol dan bodoh! Memang orang itu hidup atau mati tergantung
keputusan dari dokter dan keluarga, tetapi jangan pernah lupa bahwa hati dan
pikiran dari dokter dan keluarga itu ada dalam tangan Tuhan, dan karena itu
keputusan mereka, juga ada di tangan Tuhan. Jadi akhirnya, semua tergantung
Tuhan, bukan tergantung manusia!
Bandingkan dengan ayat-ayat di
bawah ini:
·
Amsal 16:1,9 - “(1) Manusia dapat
menimbang-nimbang dalam hati, tetapi jawaban lidah berasal dari pada TUHAN. ...
(9) Hati manusia memikir-mikirkan jalannya, tetapi Tuhanlah yang menentukan
arah langkahnya”.
·
Amsal 19:21 - “Banyaklah rancangan
di hati manusia, tetapi keputusan Tuhanlah yang terlaksana”.
·
Amsal 20:24 - “Langkah orang
ditentukan oleh TUHAN, tetapi bagaimanakah manusia dapat mengerti jalan
hidupnya?”.
·
Amsal 21:1 - “Hati raja seperti
batang air di dalam tangan TUHAN, dialirkanNya ke mana Ia ingini”.
·
Yer 10:23 - “Aku tahu, ya TUHAN, bahwa
manusia tidak berkuasa untuk menentukan jalannya, dan orang yang berjalan tidak
berkuasa untuk menetapkan langkahnya”.
3. Penafsiran yang benar dari cerita ini adalah:
Tuhan bukan hanya tahu apa yang betul-betul akan terjadi, tetapi juga apa yang
akan terjadi seandainya Daud tidak meninggalkan Kehila.
b) Pembahasan secara praktis.
1. Setelah mengetahui sikap pengecut dan
bersifat mengkhianat dari orang-orang Kehila, kalau saudara menjadi Daud,
mungkin saudara akan melakukan hal-hal ini:
·
tetap di Kehila, supaya seluruh
·
membunuhi orang-orang Kehila dulu, baru lari meninggalkan
Kehila.
Tetapi lagi-lagi kemuliaan jiwa
Daud terlihat dengan menyolok dengan dia tidak melakukan hal-hal ini, tetapi
segera meninggalkan Kehila.
2. Mengapa Daud tidak menanyakan kehendak Tuhan,
apakah ia harus meninggalkan Kehila atau tidak?
·
mungkin karena kadang-kadang memang harus digunakan akal sehat.
Pada waktu bahaya mendatang, kita harus menyingkir.
·
tetapi lebih penting dari alasan pertama di atas, ada alasan
kedua, yaitu: Daud tidak mau berperang melawan Saul, raja yang diurapi oleh
Tuhan, dan melawan bangsanya sendiri. Karena itu, tidak ada jalan lain kecuali
menyingkir dari Kehila.
3. Daud selamat, karena ia meminta petunjuk Tuhan, dan mentaatinya.
Ini menunjukkan betapa
pentingnya mencari kehendak Tuhan dan mentaatinya. Maukah saudara mencari
kehendak Tuhan, dan mentaatinya?
Kita sudah melihat betapa
pentingnya mencari kehendak Tuhan dan mentaatinya. Bukan hanya orang-orang
percaya pada jaman dulu, atau nabi-nabi, rasul-rasul, dan hamba-hamba Tuhan
saja yang bisa mendapatkan pimpinan dari Tuhan, tetapi semua orang kristen yang
sejati.
Pulpit Commentary: “The
fact that in the emergencies of their life God gave specific replies to the
inquiry of his chosen servants, because they were instruments of working out
the great Messianic purposes, is encouragement to believe that he will give
heed to every one whose life is devoted to the same issue, and who is equally
sincere in prayer” (= Fakta bahwa dalam
keadaan-keadaan darurat dari kehidupan mereka, Allah memberikan jawaban yang
spesifik / tertentu terhadap pertanyaan dari pelayan-pelayan pilihanNya, karena
mereka adalah alat-alat untuk melaksanakan rencana yang besar / agung berkenaan
dengan Mesias, merupakan suatu dorongan untuk percaya bahwa Ia akan
memperhatikan setiap orang yang kehidupannya dibaktikan kepada persoalan yang
sama, dan yang sama sungguh-sungguhnya dalam doa) - hal 442.
Jadi, bukan hanya hamba-hamba
Tuhan yang bisa ‘bertanya-jawab’ dengan Tuhan. Saudara juga bisa.
Dalam hal ini ada 2 extrim salah, yang harus dihindari:
·
orang-orang, pada umumnya dari kalangan Pentakosta /
Kharismatik, yang sedikit-sedikit mengatakan ‘Tuhan bicara kepada
saya’,
atau ‘Saya menerima pesan dari Tuhan’, tetapi ternyata yang
dikatakan / dipesankan Tuhan itu salah.
·
orang-orang yang sama sekali tidak percaya bahwa Allah bisa
berbicara dan memberi petunjuk kepada kita.
Kalau kita percaya bahwa Allah
itu hidup dan maha kuasa, kita harus percaya bahwa Ia bisa berbicara kepada
kita dan menunjukkan kehendakNya secara khusus, yang tidak ada dalam Kitab Suci
(tetapi tidak mungkin bertentangan dengan Kitab Suci)!
Maz 23 menunjukkan bahwa
Tuhan adalah gembala bagi semua yang adalah domba / orang percaya. Karena itu
jelas bahwa Ia mau dan bisa memimpin kita dalam hal-hal yang tidak bisa
didapatkan secara langsung dari Kitab Suci.
Syarat-syarat untuk bisa
mendapat petunjuk Tuhan:
1) Saudara adalah anak Allah.
Gembala tidak
memimpin kambing, tetapi memimpin domba!
2) Saudara mau taat pada kehendak Tuhan secara
umum, yang ada dalam Kitab Suci.
Kalau kehendak Tuhan yang umum
dalam Kitab Suci saja saudara tidak mau taat, untuk apa tahu kehendak yang
khusus, yang tak ada dalam Kitab Suci?
Bandingkan dengan:
·
Maz 25:9,12 - “(9) Ia membimbing orang-orang
yang rendah hati menurut hukum, dan Ia mengajarkan jalanNya kepada orang-orang
yang rendah hati. ... (12) Siapakah orang yang takut akan TUHAN?
Kepadanya TUHAN menunjukkan jalan yang harus dipilihnya”.
·
Maz 37:23 - “TUHAN menetapkan
langkah-langkah orang yang hidupnya berkenan kepadaNya”.
KJV: ‘The
steps of a good man are ordered by the LORD: and he delighteth in his
way’ (= Langkah-langkah seorang yang baik / saleh diatur oleh
TUHAN: dan Ia berkenan dengan jalannya).
Barnes’
Notes: “‘The
steps of a good man are ordered by the LORD.’ Margin,
‘established.’ The word rendered ‘ordered’ means to
stand erect; to set up; to found; to adjust, fit, direct. The idea here is,
that all which pertains to the journey of a good man through life is directed,
ordered, fitted, or arranged by the Lord. That is, his course of life is under
the divine guidance and control. ... The word ‘steps’ here means
his course of life; the way in which he goes” (= ‘Langkah-langkah seorang yang baik / saleh
diatur oleh TUHAN’. Catatan tepi, ‘diteguhkan’. Kata yang
diterjemahkan ‘diatur’ berarti ‘berdiri tegak’,
‘mendirikan’, ‘mendirikan’, ‘menyesuaikan’,
‘mencocokkan’, ‘mengarahkan’. Gagasan / artinya
di sini adalah bahwa semua yang berkenaan dengan perjalanan dari seorang yang
baik / saleh dalam sepanjang hidupnya diarahkan, diatur, disesuaikan, atau
ditata oleh Tuhan. Yaitu, jalan hidupnya ada di bawah pimpinan dan
kontrol ilahi. ... Kata ‘langkah’ di sini berarti ‘jalan
hidupnya’; jalan dalam mana ia pergi / hidup).
Matthew
Henry: “‘The
steps of a good man are ordered by the Lord.’ By his grace and Holy
Spirit he directs the thoughts, affections, and designs of good men. ...
Observe, God orders the steps of a good man; not only his way in general, by
his written word, but his particular steps, by the whispers of conscience,
saying, This is the way, walk in it. He does not always show him his way at a
distance, but leads him step by step, as children are led, and so keeps him in
a continual dependence upon his guidance” (= ‘Langkah-langkah seorang yang baik / saleh
diatur oleh TUHAN’. Dengan kasih karunia dan Roh KudusNya Ia mengarahkan
pemikiran, perasaan, dan rencana / tujuan dari orang-orang yang baik / saleh.
... Perhatikan, Allah mengatur langkah-langkah dari orang yang baik / saleh;
bukan hanya jalannya secara umum, dengan firman tertulisNya, tetapi
langkah-langkah khususnya, dengan bisikan dari hati nurani, yang mengatakan,
‘Inilah jalannya, berjalanlah di sana’. Ia tidak selalu menunjukkan kepadanya jalanNya dari jarak jauh, tetapi
memimpinnya langkah demi langkah, seperti anak-anak dibimbing, dan dengan
demikian menjaga dia dalam suatu ketergantungan yang terus menerus pada
bimbinganNya).
Bagian
yang saya garis bawah ganda itu penting. Tidak biasanya Tuhan menunjukkan jalan
yang masih jauh. Ia memimpin langkah demi langkah. Misalnya dalam kasus
·
Amsal 3:5-6 - “(5) Percayalah
kepada TUHAN dengan segenap hatimu, dan janganlah bersandar kepada pengertianmu
sendiri. (6) Akuilah Dia dalam segala lakumu, maka Ia akan meluruskan
jalanmu”.
·
1Sam 28:6 - “Dan
Saul bertanya kepada TUHAN, tetapi TUHAN tidak menjawab dia, baik dengan mimpi,
baik dengan Urim, baik dengan perantaraan para nabi”.
Saul yang sudah hidup dalam dosa, bertanya kepada Tuhan, dan
Tuhan tidak mau menjawab.
·
Ro 12:1-2 - “(1) Karena itu, saudara-saudara, demi kemurahan
Allah aku menasihatkan kamu, supaya kamu mempersembahkan
tubuhmu sebagai persembahan yang hidup, yang kudus dan yang berkenan kepada
Allah: itu adalah ibadahmu yang sejati. (2) Janganlah kamu menjadi serupa
dengan dunia ini, tetapi berubahlah oleh pembaharuan budimu, sehingga
kamu dapat membedakan manakah kehendak Allah: apa yang baik, yang berkenan
kepada Allah dan yang sempurna”.
Yang saya beri garis bawah ganda menunjukkan
persyaratannya, dan kalau itu dipenuhi, maka bagian yang saya beri garis bawah
tunggal akan terjadi.
Ini tidak berarti bahwa hidup
saudara harus suci murni, karena kalau demikian, tidak ada orang yang bisa mengetahui
kehendak Tuhan. Tetapi ini berarti bahwa tidak boleh ada dosa yang saudara
pegangi dengan cara yang tegar tengkuk.
3) Saudara betul-betul ingin mengetahui kehendak
Tuhan dalam hal tertentu, dan saudara mau mentaati kehendak Tuhan itu.
Pulpit Commentary: “Those
who seek guidance of God in a right spirit never fail to obtain
it” (= Mereka yang mencari pimpinan Allah dengan
pemikiran yang benar tidak pernah gagal untuk mendapatkannya) - hal 443.
Richard L. Strauss: “Horses and mules have
never been famous for their cooperative spirit. ... The horse may express it by
refusing to stop. ... The mule usually expresses it by refusing to go. ... That
is exactly why God said, ‘Do not be as the horse or as the mule which
have no understanding.’ The greatest obstacle to knowing God’s plan
for our lives is the persistence of our own unbending purposes and preferences.
Dealing with that stubborn will may be the most important single factor in
discerning and doing the will of God” (= Kuda dan bagal tidak pernah terkenal karena sifat menurut
mereka. ... Kuda bisa menyatakannya dengan menolak untuk berhenti. ... Bagal
biasanya menyatakannya dengan menolak untuk berjalan. ... Itu sebabnya mengapa
Allah berkata: ‘Janganlah seperti kuda atau bagal yang tidak
berakal’. Halangan terbesar untuk mengetahui rencana Allah bagi hidup
kita adalah sikap keras kepala dari rencana / tujuan dan pilihan / kesukaan
kita sendiri yang tidak bisa dibengkokkan. Menangani kemauan yang keras
kepala itu mungkin merupakan suatu faktor yang paling penting dalam membedakan
dan melakukan kehendak Allah) - ‘How to really
know the will of God’, hal 57.
Maz 32:9 - “Janganlah
seperti kuda atau bagal yang tidak berakal, yang kegarangannya harus
dikendalikan dengan tali les dan kekang, kalau tidak, ia tidak akan mendekati
engkau”.
a) Kebanyakan orang kristen tidak menginginkan
kehendak Tuhan. Biasanya mereka memutuskan untuk diri mereka sendiri apa yang
akan mereka lakukan dan mereka lalu minta Tuhan menyertai dan memberkati apa
yang mereka lakukan itu. Dengan kata lain, mereka minta supaya Allah merestui
kehendak mereka. Ini salah! Tetapi coba renungkan: apakah bukan ini yang
biasanya saudara lakukan? Misalnya dalam mencari pacar, menentukan sekolah /
study / pekerjaan, membeli rumah, memilih pelayanan, dsb?
b)
c)
d) Yang benar adalah: saudara harus menanyakan
kehendak Allah dengan suatu tekad bahwa apapun yang Tuhan perintahkan saudara
mau menurutinya! Kalau ini ada pada saudara maka Allah mau menunjukkan
kehendakNya kepada saudara!
4)
Contoh ketidak-tekunan pada
waktu meminta petunjuk Tuhan, ada dalam 1Sam 14:18-19 - “(18)
Lalu kata Saul kepada Ahia: ‘Bawalah baju efod ke mari.’ Karena
pada waktu itu dialah yang memakai baju efod di antara orang Israel.
(19) Tetapi sedang Saul berbicara kepada imam itu, maka kian lama kian
bertambahlah keributan di perkemahan orang Filistin, sehingga Saul berkata pula
kepada imam itu: ‘Biarlah!’”.
Di sini Saul minta petunjuk
kepada Tuhan.
·
‘baju efod’ (14:18). Ini diambil dari LXX
/ Septuaginta.
KJV/RSV/NIV/NASB: ‘the ark of God’ (= tabut
Allah).
Mungkin di sini ada kesalahan
pada pengcopyan awal, karena ‘tabut Allah’ tidak pernah digunakan untuk
mencari kehendak Allah, tetapi ‘baju efod’ memang dipakai untuk tujuan itu
(Kel 28:28-30).
Tindakan minta petunjuk Tuhan
ini jelas merupakan tindakan yang baik, tetapi tidak jelas petunjuk apa yang
diminta oleh Saul.
·
tetapi sementara Saul berusaha mencari kehendak Tuhan itu,
keributan di perkemahan Filistin makin bertambah, dan Saul lalu berkata kepada
imam Ahia: ‘Biarlah’ (14:19). Ini salah terjemahan!
KJV/RSV/NIV/NASB: ‘Withdraw thine / your hand’
(= Tariklah tanganmu).
Rupanya karena keributan
menjadi makin hebat, Saul lalu membatalkan perintah kepada imam untuk
menanyakan kehendak Tuhan. Ini lagi-lagi menunjukkan sikap terburu-buru / tidak
sabar dari Saul.
Penerapan:
Banyak orang bergumul mencari
kehendak Tuhan, tetapi karena waktu / keadaan mendesak, mereka lalu
menghentikan usaha mencari kehendak Tuhan itu, dan berjalan tanpa pimpinan
Tuhan. Misalnya: seseorang bergumul tentang jodoh. Tetapi karena usia yang
makin banyak, dan keluarga yang mendesak untuk cepat-cepat kawin, maka akhirnya
ia berjalan tanpa pimpinan Tuhan.
1) Undian.
a) Ayat-ayat pembanding / pendukung:
Amsal 16:33 - “Undi dibuang di pangkuan, tetapi setiap
keputusannya berasal dari pada TUHAN”. Bdk. Amsal 18:18.
Matthew
Henry tentang Amsal 16:33: “The
divine
b)
Wycliffe Bible Commentary
(tentang Amsal 16:33): “Greenstone rightly
concludes (versus Toy and Delitzsch) that this is not a special sanction of
lots to determine matters, much less to determine the divine will. It is merely
a declaration that the lot - the most capricious of human acts - is controlled
by the all-powerful God” [= Greenstone menyimpulkan
dengan benar (versus Toy dan Delitzsch) bahwa ini bukanlah suatu persetujuan
khusus tentang undian untuk menentukan persoalan-persoalan, apa lagi untuk
menentukan kehendak ilahi. Itu semata-mata merupakan suatu pernyataan bahwa
undian - tindakan manusia yang paling tidak terduga - dikontrol oleh Allah yang
maha kuasa].
Kalau kata-kata di atas ini
benar, lalu bagaimana kita menafsirkan peristiwa-peristiwa dalam Kitab Suci
dimana mereka menggunakan undian untuk menentukan kehendak Tuhan? Misalnya:
·
cara pembagian tanah Kanaan kepada suku-suku
·
cara Yosua menemukan pencuri barang-barang dari Yerikho
(Yos 7:16-18).
·
cara mendapatkan Saul menjadi raja, kelihatannya juga dilakukan
dengan undian (1Sam 10:17-21).
·
cara menemukan Yunus sebagai orang yang menyebabkan terjadinya
malapetaka / badai (Yunus 1:7).
·
cara para rasul menetapkan orang yang menggantikan Yudas
Iskariot (Kis 1:23-26).
c) Apakah jaman sekarang cara menggunakan undian
ini masih bisa dipakai untuk mencari kehendak Tuhan?
Adam Clarke: “How
far it may be proper now to put difficult matters to the lot, after earnest
prayer and supplication, I cannot say”
(= Sejauh mana pada jaman sekarang ini kita memutuskan persoalan-persoalan yang
sukar dengan menggunakan undian, setelah doa dan permohonan yang
sungguh-sungguh, saya tidak bisa mengatakan).
Saya berpendapat bahwa secara
umum cara ini sudah tidak lagi bisa digunakan pada jaman sekarang, karena
setelah Kitab Suci lengkap, pada umumnya Tuhan memimpin melalui Kitab Suci.
Tetapi saya tidak memutlakkan, karena Tuhan bisa saja melakukan kalau Ia
mau, dan Tuhan sering bermurah hati kepada orang yang bodoh.
2) Efod, dengan Urim dan Tumimnya (ay 9).
a) Apakah Efod, Urim dan Tumim itu?
Efod adalah jubah / pakaian
imam besar, dan pada tutup dadanya ada Urim dan Tumim.
Kel 28:30 - “Dan
di dalam tutup dada pernyataan keputusan itu haruslah kautaruh Urim
dan Tumim; haruslah itu di atas jantung Harun, apabila ia masuk menghadap
TUHAN, dan Harun harus tetap membawa keputusan bagi orang Israel di atas
jantungnya, di hadapan TUHAN”.
Bil 27:21 - “Ia
(Yosua) harus berdiri di depan imam
Eleazar, supaya Eleazar menanyakan keputusan Urim bagi dia di hadapan
TUHAN; atas titahnya mereka akan keluar dan atas titahnya mereka akan masuk, ia
beserta semua orang
b) Tentang bentuk dan cara kerja dari Efod
dengan Urim dan Tumimnya, sama sekali tidak ada kejelasan.
Unger’s Bible Dictionary
dengan topik ‘Urim and Thummim’: “Even such early writers as
Josephus, Philo, and the rabbis do not furnish any precise information as to
what the Urim and Thummim really were. On every side we meet confessions of
ignorance. ... The process of consulting Jehovah by Urim and Thummim is not
given in Scripture” (= Bahkan penulis-penulis
awal seperti Josephus, Philo, dan rabi-rabi tidak memberi informasi yang persis
berkenaan dengan apa sebetulnya Urim dan Tumim itu. Pada setiap sisi kami
bertemu dengan pengakuan tentang ketidak-tahuan. ... Proses dari menanyakan
kepada Yehovah dengan Urim dan Tumim tidak diberikan dalam Kitab Suci).
The New Bible Dictionary, hal
1306, mengatakan bahwa mungkin cara menggunakan Urim dan Tumim adalah
dengan pengundian, dan mungkin Urim dan Tumim itu berbentuk 2 coin, yang
masing-masing punya 2 sisi, yang satu disebut Urim dan yang satunya Tumim. Pada
waktu kedua coin dilempar, maka:
·
kalau kedua-duanya menunjukkan Urim, itu dianggap sebagai
jawaban ‘Tidak’.
·
kalau keduanya menunjukkan Tumim dianggap sebagai jawaban
‘Ya’.
·
kalau yang satu menunjukkan Urim dan satunya menunjukkan Tumim,
dianggap sebagai ‘Tidak ada jawaban’.
The International Standard
Bible Encyclopedia, vol IV: “The Urim and Thummim
belonged to God; they were entrusted to Levi (Dt. 33:8) in the person of the
high priest and stored in his breastpiece (Ex. 28:30; Lev. 8:8), which was
fastened on the EPHOD. ... The form of the Urim and Thummim and the manner
of their use are exceedingly difficult to determine. ... At present the
most widely accepted view understands the Urim and Thummim as a lot oracle
... The key evidence is 1S. 14:41, ... There are also problems with the lot
theory as such. ... the use of a lot (with a possible ‘yes,’
‘no,’ or ‘no-answer’ response) is difficult to picture
when God’s answer contained more information than the question (e.g., 1S.
10:22), and it is unimaginable in 2S. 5:23f. ... Judging from the type of
answer given, one could conclude that the divine gift of prophetic inspiration
was involved. ... Nowhere does the OT state how the Urim and Thummim
were used” [= Urim dan Tumim adalah milik
Allah; dan itu dipercayakan kepada Lewi (Ul 33:8) dalam diri dari imam besar,
dan disimpan dalam tutup dadanya (Kel 28:30; Im 8:8), yang dilekatkan pada efod. ... Bentuk dari Urim dan Tumim
dan cara penggunaan mereka sangat sukar untuk ditentukan. ... Pada saat
ini pandangan yang paling banyak diterima memahami Urim dan Tumim sebagai
jawaban (melalui) undian.
Bukti utama adalah 1Sam 14:41,
... Juga ada problem dengan teori undian seperti itu. ... penggunaan dari suatu
undi (dengan kemungkinan tanggapan ‘ya’, ‘tidak’, atau
‘tidak ada jawaban’) sukar dibayangkan pada saat jawaban Allah
mengandung lebih banyak infomasi dari pertanyaannya (misalnya, 1Sam 10:22), dan
tidak bisa dibayangkan dalam 2Sam 5:23-dst. ... Menilai dari jenis jawaban
yang diberikan, seseorang bisa menyimpulkan bahwa karunia ilahi yang bersifat
ilham nubuatan terlibat. ... Tidak ada satu tempatpun dalam Perjanjian
Lama dimana dinyatakan bagaimana Urim dan Tumim digunakan] - hal 957,958.
Ul 33:8 - “Tentang
Lewi ia berkata: ‘Biarlah Tumim dan UrimMu menjadi kepunyaan orang yang
Kaukasihi, yang telah Kaucoba di Masa, dengan siapa Engkau berbantah dekat mata
air Meriba”.
Kel 28:30 - “Dan
di dalam tutup dada pernyataan keputusan itu haruslah kautaruh Urim dan Tumim;
haruslah itu di atas jantung Harun, apabila ia masuk menghadap TUHAN, dan Harun
harus tetap membawa keputusan bagi orang Israel di atas jantungnya, di hadapan
TUHAN”.
Im 8:8 - “Dikenakannyalah
tutup dada kepadanya dan dibubuhnya di dalam tutup dada itu Urim dan
Tumim”.
Sekarang mari kita perhatikan
1Sam 14:41 yang ia katakan sebagai bukti utama, bahwa Urim dan Tumim adalah
suatu pengundian.
1Sam 14:41 - “Lalu
berkatalah Saul: ‘Ya, TUHAN, Allah
Catatan: dalam 1Sam 14:41 ini,
Kitab Suci
NIV: “Then Saul prayed to the LORD, the God of
Sekarang kita melihat ayat-ayat
yang ia katakan sebagai problem terhadap ‘teori undian’ ini.
1Sam 10:22 - “Sebab
itu ditanyakan pulalah kepada TUHAN: ‘Apa orang itu juga datang ke
mari?’ TUHAN menjawab: ‘Sesungguhnya ia bersembunyi di antara
barang-barang.’”.
2Sam 5:23-24 - “(23)
maka bertanyalah Daud kepada TUHAN, dan Ia menjawab: ‘Janganlah maju,
tetapi buatlah gerakan lingkaran sampai ke belakang mereka, sehingga engkau
dapat menyerang mereka dari jurusan pohon-pohon kertau. (24) Dan bila engkau
mendengar bunyi derap langkah di puncak pohon-pohon kertau itu, maka haruslah
engkau bertindak cepat, sebab pada waktu itu TUHAN telah keluar berperang di
depanmu untuk memukul kalah tentara orang Filistin.’”.
Ia menganggap bahwa kalau Urim
dan Tumim itu hanya berupa pengundian, maka paling-paling hanya bisa mengatakan
‘Ya’, ‘Tidak’, atau ‘Tidak menjawab’. Bahwa
dalam text-text di atas ini bisa ada jawaban seperti itu, menurut dia
menunjukkan bahwa Urim dan Tumim bukan hanya merupakan suatu pengundian, tetapi
mengandung pemberian nubuat sebagai jawaban dari Tuhan.
Tetapi saya berpendapat bahwa
bukti ini tidak cukup kuat, karena bisa saja ditafsirkan bahwa text itu hanya
menyingkat cerita dan tidak memberikan seluruh tanya jawab dengan Tuhan secara
terperinci.
c) Kapan berakhirnya penggunaan Urim dan Tumim?
Ezra 2:63 / Neh 7:65
- “Dan tentang mereka diputuskan oleh kepala daerah, bahwa
mereka tidak boleh makan dari persembahan maha kudus, sampai ada seorang
imam bertindak dengan memegang Urim dan Tumim”.
Jamieson,
Fausset & Brown tentang Ezra 2:63: “His language seems to imply that the Urim and
Thummim had been continued until the captivity, and the re-establishment of
that means of consulting God was eagerly and confidently anticipated” (= Bahasa / kata-katanya secara implicit menunjukkan
bahwa Urim dan Tumim berlanjut sampai masa pembuangan, dan peneguhan kembali
dari cara / jalan tersebut untuk bertanya kepada Allah, diharapkan dengan
sungguh-sungguh dan yakin).
Jamieson,
Fausset & Brown tentang Neh 7:65: “Whether the Urim and Thummim was continued until
the Babylonian captivity, is not known, but it is probable; and Nehemiah seems
here to anticipate its restoration” (= Apakah Urim dan Tumim dilanjutkan sampai pembuangan
Babilnia, tidak diketahui, tetapi itu mungkin saja; dan di sini Nehemia
kelihatannya mengharapkan pemulihannya).
Matthew Henry tentang Ezra 2:63: “‘till
there should be a high priest with Urim and Thummin,’ by whom they
might know God’s mind in this matter. This, it seems, was expected and
desired, but it does not appear that ever they were blessed with it under the
second temple. They had the canon of the Old Testament complete, which was better
than Urim; and, by the want of that oracle, they were taught to expect the
Messiah the great Oracle, which the Urim and Thummim was but a type of. Nor
does it appear that the second temple had the ark in it, either the old one or
a new one. Those shadows by degrees vanished, as the substance
approached” (= ‘sampai ada seorang imam
bertindak dengan memegang Urim dan Tumim’, oleh siapa mereka bisa
mengetahui pikiran Allah dalam persoalan ini. Itu kelihatannya diharapkan dan
diinginkan, tetapi tidak terlihat bahwa mereka pernah diberkati dengan hal itu
pada Bait Suci yang kedua. Mereka mempunyai kanon Perjanjian Lama secara
lengkap, yang lebih baik dari Urim, dan dengan tidak adanya wahyu / jawaban
melalui imam itu, mereka diajar untuk mengharapkan Mesias, sang Jawaban / Wahyu
/ Pengantara yang agung, terhadap siapa Urim dan Tumim hanya merupakan suatu
Type. Juga tak terlihat bahwa Bait Suci yang kedua mempunyai tabut perjanjian
di dalamnya, apakah tabut yang lama atau yang baru. Bayangan-bayangan ini menghilang
secara perlahan-lahan, pada saat hakekatnya mendekati ).
Catatan: sebetulnya tidak masuk akal
kalau Anti-Typenya belum datang TYPEnya sudah dibuang! Tetapi tabut juga bisa
hilang, padahal mercy-seat / tutup pendamaian juga merupakan type dari
Kristus.
Wycliffe Bible Commentary
tentang Ezra 2:63: “it seems that God’s
will could no longer be determined in this way after the departure of the
Shekinah glory in 592 B. C. (Ezek 8-11). Zerubbabel’s earnest hope (and
that of all godly Jews) that this tragic situation would not long continue was,
of course, not fulfilled, and the problem of the six families was left
unsolved” [= kelihatannya kehendak Allah
tak lagi bisa ditentukan dengan cara ini setelah pergnya kemuliaan dari
kehadiran Allah pada tahun 592 SM (Yeh 8-11). Harapan yang sungguh-sungguh dari
Zerubabel (dan dari semua orang-orang Yahudi yang saleh) bahwa situasi tragis
ini tak berlangsung lama, tentu saja tidak terpenuhi, dan problem dari 6
keluarga itu tidak terselesaikan].
Keil & Delitzsch tentang
Ezra 2:63:
“This expectation, however, was unfulfilled. ... we find
no single notice of any declaration of the divine will or the divine decision
by Urim and Thummim in the period subsequent to the captivity; but have, on the
contrary, the unanimous testimony of the Rabbis, that after the Babylonian
exile God no longer manifested His will by Urim and Thummim, this kind of
divine revelation being reckoned by them among the five things which were
wanting in the second temple” (= Tetapi harapan ini
tidak terpenuhi. ... kami tidak mendapatkan pemberitahuan tentang pernyataan
apapun tentang kehendak ilahi atau keputusan ilahi dengan Urim dan Tumim dalam
masa setelah pembuangan; tetapi sebaliknya, kami mempunyai kesaksian dengan
suara bulat dari para Rabi, bahwa setelah pembuangan Babilonia, Allah tidak
lagi menyatakan kehendakNya dengan Urim dan Tumim, dan jenis wahyu ilahi ini
dianggap oleh mereka sebagai salah satu dari 5 hal yang hilang dari Bait Suci
yang kedua).
Saya setuju dengan pandangan
dari kelompok kedua.
d) Bagi kita jaman sekarang, Efod dengan Urim
dan Tumimnya sudah pasti tidak lagi bisa dipakai sebagai cara untuk mendapatkan
kehendak Tuhan.
3) Penggunaan tiang awan dan tiang api (Kel 13:21-22).
Tuhan hanya memakai cara ini
pada waktu memimpin bangsa
4) Mujijat, seperti:
·
theophany (Allah yang menunjukkan diri dalam bentuk manusia).
·
malaikat.
·
penglihatan / pendengaran.
·
Tuhan / Roh Kudus berbicara langsung.
·
dll.
Catatan: Ini masih bisa terjadi pada
jaman sekarang, tetapi tidak mungkin terlalu sering, karena kalau demikian,
maka apa gunanya Tuhan memberikan Kitab Suci? Dan ingat, kalau saudara
mendapatkan pimpinan Tuhan melalui hal-hal ini, saudara harus mengechecknya
apakah itu bertentangan dengan dengan Kitab Suci / Firman Tuhan atau tidak!
Kalau bertentangan dengan Kitab Suci / Firman Tuhan, maka itu pasti bukan dari
Tuhan!
5) Mimpi (Yusuf, Firaun, dsb).
Catatan: sama dengan point 4. di atas.
6) Nabi / pelihat.
1Sam 9:6 - “Tetapi
orang ini berkata kepadanya: ‘Tunggu, di
Catatan:
·
Jangan samakan ini dengan pergi kepada dukun, ‘orang
pinter’, suhu, dan sebagainya.
·
Jaman sekarang banyak orang yang bertindak seolah-olah mereka
adalah nabi / pelihat, tetapi palsu!
7) Tanda.
Contoh:
·
Gideon (Hakim 6:36-40).
·
Hamba Abraham waktu mencarikan istri untuk Ishak (Kej
24:12-dst).
·
Yonatan (1Sam 14:6-15).
·
Kasus cemburu / kecurigaan bahwa istri telah berzinah (Bil
5:11-31).
Beberapa hal yang harus
diperhatikan:
a) Dalam contoh-contoh di atas permintaan tanda
selalu bersifat specific / tertentu. Jangan meminta pimpinan Tuhan
dengan berdoa seperti ini: Tuhan kalau memang Engkau menghendaki saya melakukan
hal ini berilah saya tanda (tanpa spesifikasi tanda apa yang ia inginkan).
Mengapa? Karena kalaupun saudara menerima tanda, saudara tidak bisa yakin itu
dari Tuhan atau bukan. Bisa juga terjadi sesuatu yang saudara kira sebagai
tanda dari Tuhan padahal bukan.
b) Kita tidak boleh meminta tanda dengan cara
memojokkan / membatasi Tuhan (baik itu kita sadari atau tidak). Yang saya
maksudkan dengan ‘tanda yang memojokkan / membatasi Allah’ itu
bukanlah tanda yang sukar / tak masuk akal, tetapi kalau kita baik secara
langsung / sadar maupun secara tak langsung / tak sadar, meminta: Tuhan, kalau
Engkau menghendaki jalan yang ini, muluskan jalannya.
Contoh:
·
seseorang berdoa: ‘Tuhan, kalau Engkau menghendaki aku
pacaran dengan dia, berilah tanda dengan menggerakkan hati orang tuanya
mengijinkan hubungan kami’. Bagaimana kalau Tuhan menghendaki, tetapi Ia
mau saudara menempuhnya melalui kesukaran, yaitu tantangan dari orang tuanya?
·
seseorang berdoa: ‘Tuhan, kalau Engkau mengehendaki aku
pergi ke gereja, tolong beri cuaca cerah’. Bagaimana kalau Tuhan
menginginkan saudara ke gereja dalam cuaca hujan, untuk menguji cinta saudara
kepada Dia?
c) Perlu diingat bahwa dalam jaman Kitab Sucipun
Tuhan tidak selalu mau memberi tanda, apalagi pada jaman sekarang! Bandingkan
dengan:
·
Mat 12:38-39 - “(38) Pada waktu itu
berkatalah beberapa ahli Taurat dan orang Farisi kepada Yesus: ‘Guru,
kami ingin melihat suatu tanda dari padaMu.’ (39) Tetapi jawabNya kepada
mereka: ‘Angkatan yang jahat dan tidak setia ini menuntut suatu tanda.
Tetapi kepada mereka tidak akan diberikan tanda selain tanda nabi Yunus”.
·
Mat 16:1-4 - “(1) Kemudian
datanglah orang-orang Farisi dan Saduki hendak mencobai Yesus. Mereka meminta
supaya Ia memperlihatkan suatu tanda dari sorga kepada mereka. (2) Tetapi jawab
Yesus: ‘Pada petang hari karena langit merah, kamu berkata: Hari akan
cerah, (3) dan pada pagi hari, karena langit merah dan redup, kamu berkata:
Hari buruk. Rupa langit kamu tahu membedakannya tetapi tanda-tanda zaman tidak.
(4) Angkatan yang jahat dan tidak setia ini menuntut suatu tanda. Tetapi kepada
mereka tidak akan diberikan tanda selain tanda nabi Yunus.’ Lalu Yesus
meninggalkan mereka dan pergi”.
·
1Kor 1:22-23 - “(22) Orang-orang
Yahudi menghendaki tanda dan orang-orang Yunani mencari hikmat, (23) tetapi
kami memberitakan Kristus yang disalibkan: untuk orang-orang Yahudi suatu batu
sandungan dan untuk orang-orang bukan Yahudi suatu kebodohan”.
Richard L. Strauss: “Scripture relates no
instance of a believer seeking the will of God through signs after the day of
Pentecost. Today we have the permanent indwelling of the Holy Spirit and the
completed revelation of Scripture. We have no need for signs. To devise specific
stipulations and to demand them of God is to reduce God to our mold, to make
him after our own image, to create our own God. Let God be God! He must be free
to deal with us as he pleases” (= Kitab Suci tidak menceritakan satu kejadianpun tentang
seorang percaya yang mencari kehendak Allah melalui tanda-tanda setelah hari
Pentakosta. Pada jaman ini kita dihuni secara tetap oleh Roh Kudus dan kita
mempunyai wahyu Kitab Suci yang lengkap. Kita tidak membutuhkan tanda-tanda. Memikirkan
syarat / ketentuan tertentu dan menuntutnya dari Allah sama dengan merendahkan
Allah pada pembentukan kita, membuat Ia sesuai gambar kita, menciptakan Allah
kita sendiri. Biarlah Allah menjadi Allah. Ia harus bebas memperlakukan
kita sesuai kehendakNya) - ‘How to really
know the will of God’, hal 132.
Saya tidak berani memutlakkan seperti ini. Tuhan
tetap bisa menggunakan tanda kalau Ia mau. Tetapi kita tidak boleh memaksa Dia
untuk menggunakan cara ini.
d) Kalau kita toh mau minta tanda, sebaiknya
kita minta tanda yang berpadanan dengan kehendak Tuhan yang sedang digumulkan
itu.
Contoh: ada seseorang yang merasa
Tuhan memanggil dia menjadi hamba Tuhan, tetapi ia punya hutang, dan istrinya
masih kristen KTP. Maka saya menasehatkan untuk minta tanda berupa pelunasan
hutang dan pertobatan istri. Mengapa? Karena hal-hal ini berpadanan dengan
panggilan jadi hamba Tuhan itu. Ia tidak mungkin pergi ke sekolah Theologia dan
menjadi hamba Tuhan dalam keadaan punya hutang yang tak terbayar dan punya
istri yang kristen KTP!
8) Adanya damai atau tidak adanya damai.
Ini didasarkan atas ajaran
Kitab Suci yang menunjukkan bahwa kalau kita berjalan sesuai dengan kehendak
Tuhan, maka kita akan memiliki damai, dan sebaliknya kalau kita berjalan di
luar kehendak Tuhan kita tidak akan memiliki damai.
Yes 26:3 - “Yang
hatinya teguh Kaujagai dengan damai sejahtera, sebab kepadaMulah ia
percaya”.
Yes 32:17 - “Di
mana ada kebenaran di situ akan tumbuh damai sejahtera, dan akibat kebenaran
ialah ketenangan dan ketenteraman untuk selama-lamanya”.
Yes 48:18,22 - “(18)
Sekiranya engkau memperhatikan perintah-perintahKu, maka damai sejahteramu akan
seperti sungai yang tidak pernah kering, dan kebahagiaanmu akan terus berlimpah
seperti gelombang-gelombang laut yang tidak pernah berhenti, ... (22)
‘Tidak ada damai sejahtera bagi orang-orang fasik!’ firman
TUHAN”.
2Sam 24:10 - “Tetapi
berdebar-debarlah hati Daud, setelah ia menghitung rakyat, lalu
berkatalah Daud kepada TUHAN: ‘Aku telah sangat berdosa karena
melakukan hal ini; maka sekarang, TUHAN, jauhkanlah kiranya kesalahan
hambaMu, sebab perbuatanku itu sangat bodoh.’”.
Gal 6:16 - “Dan
semua orang, yang memberi dirinya dipimpin oleh patokan ini, turunlah
kiranya damai sejahtera dan rahmat atas mereka dan atas Israel milik
Allah”.
Cara ini bisa dipakai tetapi
ada beberapa hal yang perlu diperhatikan:
a) Seringkali kita sukar membedakan damai /
sukacita dari Tuhan dengan kesenangan duniawi. Lebih-lebih dalam persoalan
jatuh cinta, sukacita karena cinta sukar dibedakan dengan sukacita / damai dari
Tuhan!
b) Damai / tidak damai tidak hanya ditentukan
oleh keputusan yang sedang kita gumulkan, tetapi oleh seluruh hidup kita.
Kalaupun dalam hal yang sedang kita gumulkan, kita memilih jalan yang sesuai
kehendak Tuhan, tetapi dalam banyak hal yang lain kita menyimpan dosa, maka
kita tetap tidak akan damai.
c) Orang yang berjalan di luar kehendak Tuhan
bisa mempunyai damai yang palsu.
Contoh:
1. Yunus bisa tidur pada waktu lari dari kehendak Tuhan.
2. Kalau saudara punya pelayanan / pekerjaan
yang menjengkelkan dan memberikan banyak stress pada saudara, maka pada waktu
saudara meninggalkan pelayanan / pekerjaan itu, bisa saja saudara lalu merasa
lega (yang lalu saudara salah-tafsirkan sebagai damai / sukacita), sekalipun
itu bukan kehendak Tuhan!
3. Kalau seseorang menjengkelkan saudara, dan
saudara sudah lama berusaha menguasai diri, tetapi setelah tidak tahan terhadap
tekanan itu, saudara melampiaskan kemarahan saudara kepada orang tersebut, maka
mungkin sekali saudara juga merasa lega, yang lalu saudara salah tafsirkan
sebagai damai dari Tuhan! Padahal pelampiasan kemarahan saudara jelas adalah
dosa!
d) Juga perlu diingat bahwa orang yang berjalan
sesuai kehendak Tuhan bisa mengalami begitu banyak kesukaran / serangan setan /
hal-hal yang menakutkan, yang justru lalu menyebabkan ia gelisah / tidak damai
(karena kurang beriman, dsb).
Contoh dalam Kitab Suci: Mat
8:23-25 Mat 14:22-26 Mat 14:29-30
Kel 14:1-12.
Contoh dalam hidup
sehari-hari:
·
mentaati Tuhan untuk menjadi guru sekolah minggu, tetapi lalu
merasa sumpek karena nakalnya anak-anak sekolah minggu atau karena pelayanan
yang kelihatannya tidak ada gunanya.
·
mentaati Tuhan sehingga justru menjadi melarat, lalu menjadi
takut / kuatir.
Dalam hal ini perlu diingat
bahwa yang salah bukanlah jalan yang dipilih itu, tetapi sikap hati kita pada
waktu memilih jalan yang benar itu.
e) Kalau pada suatu pergumulan kita lalu
mengambil keputusan memilih satu hal tertentu, dan dengan mendadak ada
damai yang memenuhi diri kita, maka mungkin itu bisa diartikan bahwa
damai itu menunjukkan bahwa kita telah memilih hal yang sesuai dengan kehendak
Tuhan [Catatan: saya katakan ‘mungkin’ karena bisa saja terjadi
seperti contoh ke 2 dalam point c) di atas].
Contoh: Waktu saya dipanggil Tuhan,
dan mengambil keputusan untuk menjadi hamba Tuhan, mendadak ada damai yang luar
biasa.
f) Nabi-nabi palsu sering memberikan
penghiburan kosong / dusta yang bisa saja ‘memberikan damai (yang
palsu)’ bagi orang-orang yang mempercayai mereka.
Yer 14:10-14 - “(10)
Beginilah firman TUHAN tentang bangsa ini: ‘Mereka sangat senang
mengembara dan tidak menahan kakinya. Sebab itu TUHAN tidak berkenan kepada
mereka; tetapi sekarang Ia mau mengingat kesalahan mereka dan mau menghukum
dosa mereka.’ (11) TUHAN berfirman kepadaku: ‘Janganlah engkau
berdoa untuk kebaikan bangsa ini! (12) Sekalipun mereka berpuasa, Aku tidak
akan mendengarkan seruan mereka; sekalipun mereka mempersembahkan korban bakaran
dan korban sajian, Aku tidak akan berkenan kepada mereka, melainkan Aku akan
menghabiskan mereka dengan perang, dengan kelaparan dan dengan penyakit
sampar.’ (13) Lalu aku berkata: ‘Aduh, Tuhan ALLAH! Bukankah
para nabi telah berkata kepada mereka: Kamu tidak akan mengalami perang, dan
kelaparan tidak akan menimpa kamu, tetapi Aku akan memberikan kepada kamu damai
sejahtera yang mantap di tempat ini!’ (14) Jawab TUHAN kepadaku: ‘
Yer 6:14 - “Mereka mengobati
luka umatKu dengan memandangnya ringan, katanya: Damai sejahtera! Damai
sejahtera!, tetapi tidak ada damai sejahtera”.
Bdk. Yer 8:11.
Yer 28:9 - “Tetapi
mengenai seorang nabi yang bernubuat tentang damai sejahtera, jika nubuat nabi
itu digenapi, maka barulah ketahuan, bahwa nabi itu benar-benar diutus oleh
TUHAN.’”.
Karena itu kalau saudara sedang mengalami problem berat,
jangan datang kepada sembarang pendeta. Kalau pendeta itu sesat, ia bisa
memberikan penghiburan yang bukan dari Tuhan, tetapi pada saat saudara
mempercayainya, maka itu bisa memberikan damai yang palsu dalam diri saudara, sehingga
saudara lalu mengira bahwa saudara berjalan sesuai kehendak Tuhan, padahal
sebetulnya sama sekali tidak!
9) Adanya dorongan dalam hati kita.
Bandingkan dengan:
·
Kel 25:2 - “‘Katakanlah kepada
orang
·
Kel 35:5,21,22,26,29 - “(5) Ambillah bagi
TUHAN persembahan khusus dari barang kepunyaanmu; setiap orang yang
terdorong hatinya harus membawanya sebagai persembahan khusus kepada TUHAN:
emas, perak, tembaga, ... (21) Sesudah itu datanglah setiap orang yang tergerak
hatinya, setiap orang yang terdorong jiwanya, membawa persembahan khusus
kepada TUHAN untuk pekerjaan melengkapi Kemah Pertemuan dan untuk segala ibadah
di dalamnya dan untuk pakaian kudus itu. (22) Maka datanglah mereka, baik
laki-laki maupun perempuan, setiap orang yang terdorong hatinya, dengan
membawa anting-anting hidung, anting-anting telinga, cincin meterai dan kerongsang,
segala macam barang emas; demikian juga setiap orang yang mempersembahkan
persembahan unjukan dari emas bagi TUHAN. ... (26) Semua perempuan yang
tergerak hatinya oleh karena ia berkeahlian, memintal bulu kambing. ...
(29) Semua laki-laki dan perempuan, yang terdorong hatinya akan membawa
sesuatu untuk segala pekerjaan yang diperintahkan TUHAN dengan perantaraan Musa
untuk dilakukan - mereka itu, yakni orang Israel, membawanya sebagai pemberian
sukarela bagi TUHAN”.
·
Kel 36:2 - “Lalu Musa memanggil
Bezaleel dan Aholiab dan setiap orang yang ahli, yang dalam hatinya telah
ditanam TUHAN keahlian, setiap orang yang tergerak hatinya untuk datang
melakukan pekerjaan itu”.
·
Hak 13:25 - “Mulailah hatinya (Simson)
digerakkan oleh Roh TUHAN di Mahane-Dan yang
terletak di antara Zora dan Esytaol”.
·
1Sam 10:26 - “Saulpun pulang ke
rumahnya, ke Gibea, dan bersama-sama dengan dia ikut pergi orang-orang gagah
perkasa yang hatinya telah digerakkan Allah”.
·
2Taw 36:22 / Ezra 1:1 - “Pada
tahun pertama zaman Koresh, raja negeri Persia, TUHAN menggerakkan hati
Koresh, raja Persia itu untuk menggenapkan firman yang diucapkan oleh
Yeremia, sehingga disiarkan di seluruh kerajaan Koresh secara lisan dan tulisan
pengumuman ini”.
·
Ezra 1:5 - “Maka berkemaslah
kepala-kepala kaum keluarga orang Yehuda dan orang Benyamin, serta para imam
dan orang-orang Lewi, yakni setiap orang yang hatinya digerakkan Allah
untuk berangkat pulang dan mendirikan rumah TUHAN yang ada di Yerusalem”.
·
Ezra 6:14 - “
·
Ezra 7:27 - “Terpujilah TUHAN, Allah
nenek moyang kita, yang dengan demikian menggerakkan hati raja, sehingga ia
menyemarakkan rumah TUHAN yang ada di Yerusalem”.
·
Yes 45:13 - “Akulah yang menggerakkan
Koresh untuk maksud penyelamatan, dan Aku akan meratakan segala jalannya; dialah
yang akan membangun kotaKu dan yang akan melepaskan orang-orangKu yang ada
dalam pembuangan, tanpa bayaran dan tanpa suap,’ firman TUHAN semesta
alam”.
·
Yer 20:9 - “Tetapi apabila aku
berpikir: ‘Aku tidak mau mengingat Dia dan tidak mau mengucapkan firman
lagi demi namaNya’, maka dalam hatiku ada sesuatu yang seperti api
yang menyala-nyala, terkurung dalam tulang-tulangku; aku berlelah-lelah untuk
menahannya, tetapi aku tidak sanggup”.
·
Hagai 1:14 - “TUHAN
menggerakkan semangat Zerubabel bin Sealtiel, bupati Yehuda, dan semangat Yosua
bin Yozadak, imam besar, dan semangat selebihnya dari bangsa itu, maka
datanglah mereka, lalu melakukan pekerjaan pembangunan rumah TUHAN semesta
alam, Allah mereka”.
·
2Pet 1:21 - “sebab tidak pernah nubuat
dihasilkan oleh kehendak manusia, tetapi oleh dorongan Roh Kudus
orang-orang berbicara atas nama Allah”.
·
Yudas 3 - “Saudara-saudaraku yang
kekasih, sementara aku bersungguh-sungguh berusaha menulis kepada kamu tentang
keselamatan kita bersama, aku merasa terdorong untuk menulis ini kepada kamu
dan menasihati kamu, supaya kamu tetap berjuang untuk mempertahankan iman
yang telah disampaikan kepada orang-orang kudus”.
Tetapi ingat, bahwa tidak semua
dorongan yang muncul dalam hati kita datang dari Tuhan. Bisa dari diri kita
sendiri, atau dari setan.
Contoh:
Yes 30:1 - “Celakalah
anak-anak pemberontak, demikianlah firman TUHAN, yang melaksanakan suatu
rancangan yang bukan dari padaKu, yang memasuki suatu persekutuan, yang
bukan oleh dorongan RohKu, sehingga dosa mereka bertambah-tambah”.
Kelihatannya, secara implicit
ayat ini menunjukkan bahwa orang-orang itu memasuki suatu persekutuan oleh
suatu dorongan, hanya saja dorongan itu bukan dari Roh Tuhan.
Bahkan dorongan yang
kelihatannya mulia, yang muncul dari hati yang mengasihi Tuhan, tanpa egoisme,
bisa datang dari orangnya sendiri, bukan dari Tuhan.
Contoh:
¨
dorongan dalam hati Daud untuk mendirikan Bait Suci (2Sam
7:1-17).
¨
Paulus mau memberitakan Injil di Asia / Bitinia, tetapi dilarang
oleh Tuhan (Kis 16:6-7).
Kis 16:6-7 - “(6)
Mereka melintasi tanah Frigia dan tanah
10) ‘Pintu yang
tertutup’ atau ‘pintu yang terbuka’.
Contoh:
·
1Kor 16:9 - “sebab di sini banyak
kesempatan bagiku [KJV:
‘a great door and effectual is opened unto me’ (= sebuah pintu yang besar dan efektif dibuka untuk aku)] untuk mengerjakan pekerjaan yang
besar dan penting, sekalipun ada banyak penentang”.
·
2Kor 2:12 - “Ketika aku tiba di Troas
untuk memberitakan Injil Kristus, aku dapati, bahwa Tuhan telah membuka jalan [KJV: ‘a door was opened unto me of the
Lord’ (= sebuah pintu dibukakan bagiku oleh Tuhan)]
untuk pekerjaan di
·
Kol 4:3 - “Berdoa jugalah untuk kami, supaya
Allah membuka pintu untuk
pemberitaan kami, sehingga kami dapat berbicara tentang rahasia Kristus, yang
karenanya aku dipenjarakan”.
Kalau saudara menggunakan cara
ini perlu diingat bahwa:
a) ‘Pintu yang terbuka’ bisa datang dari setan.
Contoh: Yunus mendapat tempat di
kapal.
Penerapan:
·
kalau saudara berdoa minta pekerjaan / pelayanan, lalu ada
tawaran pekerjaan / pelayanan, jangan terlalu cepat menganggap ‘pintu
terbuka’ itu sebagai datang dari Tuhan.
·
kalau saudara berdoa minta pacar, lalu ada lawan jenis yang
mendekati saudara, itu belum tentu datang dari Tuhan!
b) Kita harus bisa membedakan antara pintu yang betul-betul
ditutup oleh Tuhan dan pintu yang cuma seolah-olah tertutup / ditutup
oleh setan. Kalau pintu memang ditutup oleh Tuhan, maka itu tidak akan bisa
dibuka oleh siapapun (Wah 3:7b), dan itu menunjukkan bahwa memang bukan
kehendak Tuhan kita melewati pintu itu. Tetapi kalau pintu seolah-olah tertutup
/ ditutup oleh setan, maka perlu diingat bahwa:
·
Tuhan lebih berkuasa dari setan, dan karenanya Tuhan bisa
membuka pintu manapun termasuk pintu yang ditutup oleh setan
(Wah 3:7b Kel 14:15-31 - Laut
Teberau dibelah!).
·
iman dan doa bisa memindahkan gunung (Mark 11:22-24)!
Catatan: kadang-kadang pintu yang betul-betul
tertutup sukar / tidak bisa dibedakan dari pintu yang seolah-olah tertutup.
Tetapi seringkali hal itu bisa dibedakan. Misalnya:
¨
saudara jatuh cinta pada seorang gadis, dan tahu-tahu gadis itu
menikah dengan orang lain. Maka ini tentu harus dianggap sebagai pintu yang
betul-betul tertutup!
¨
saudara ingin bekerja di suatu perusahaan, tetapi tahu-tahu
perusahaan itu tutup.
Kita tidak boleh menuntut Tuhan
untuk tetap menggunakan semua cara ini.
Tentang
ay 6 yang berbunyi: “Ketika Abyatar bin Ahimelekh melarikan diri
kepada Daud ke Kehila, ia turun dengan membawa efod di tangannya”, Matthew Henry memberi
komentar sebagai berikut:
“No
sooner is the ephod brought to him than he makes use of it: ‘Bring hither
the ephod.’ We have the scriptures, those lively oracles, in our hands;
let us take advice from them in doubtful cases. ‘Bring hither the
Bible.’” (= Begitu efod dibawa kepadanya,
ia menggunakannya: ‘Bawalah efod itu kemari’. Kita mempunyai Kitab Suci,
sabda Allah yang hidup, dalam tangan kita; hendaklah kita mengambil nasehat
darinya dalam kasus-kasus yang meragukan. ‘Bawalah kemari
Alkitab’.).
Saya tidak memaksudkan kehendak
Tuhan yang umum, yang memang tertulis dalam Kitab Suci. Yang ini dengan
mudah didapatkan hanya dengan belajar Kitab Suci. Tetapi yang saya bicarakan di
sini adalah kehendak Tuhan yang khusus, yang tak bisa didapatkan hanya
dengan belajar Kitab Suci, seperti:
·
siapa jodoh saya? Kalau saya laki-laki maka jodoh saya tentu
harus perempuan dan karena saya kristen maka ia harus orang kristen, tetapi
perempuan kristen yang mana? Tentu harus yang cocok dengan saya dan yang saya
cintai, tetapi bagaimana kalau ada lebih dari satu orang seperti itu? Yang mana
yang harus saya pilih?
·
saya mendapat 2 tawaran pekerjaan yang sama-sama tidak menabrak
acara gereja. Yang mana yang harus saya pilih?
·
saya diterima di 2 sekolah. Yang mana yang harus saya pilih?
Untuk ini ada beberapa cara
yang digunakan:
1) Penggunaan Kitab Suci dengan membuka dan menunjuk secara
sembarangan (‘at random’).
Caranya adalah dengan berdoa
minta pimpinan Tuhan, lalu membuka Kitab Suci secara sembarangan dan menunjuk
ayat secara sembarangan. Ayat ini dianggap sebagai petunjuk / jawaban Tuhan.
Saya berpendapat bahwa Tuhan
tidak pernah mengajar kita menggunakan Kitab Suci dengan cara ini.
Richard L. Strauss: “Some Christians seem to
think the Bible is some sort of sanctified soothsayer, a hallowed horoscope, or
a holy Ouija board. When they have a question or a decision to which they have
not been able to find an answer, in sheer desperation they close their eyes,
empty their minds of any past knowledge of the Word, open the Bible at random,
point to a text, and accept that fragment as divine guidance. Or maybe they use
a casual dive into a Bible promise box to get an answer to their dilemma. ...
Although God did lead men by casting lots on some occasions before his Word was
completed, there is no indication that we should resort to such methods of
chance today” (= Beberapa orang kristen
kelihatannya mengira / menganggap Alkitab sebagai sejenis peramal yang
dikuduskan, horoscope yang disucikan, atau suatu Ouija board yang suci.
Ketika mereka mempunyai pertanyaan atau suatu keputusan terhadap mana mereka
tidak bisa mendapatkan jawab, dalam keputus-asaan mereka menutup mata mereka,
mengosongkan pikiran mereka dari semua pengetahuan yang lalu tentang Firman
Tuhan, membuka Alkitab secara sembarangan, menunjuk pada satu text, dan
menerima bagian / potongan itu sebagai petunjuk ilahi. Atau mungkin mereka
terjun begitu saja ke dalam suatu kotak janji Alkitab untuk mendapatkan jawaban
bagi persoalan mereka. ... Sekalipun Allah memang memimpin manusia dengan
pembuangan undi dalam beberapa peristiwa sebelum FirmanNya dilengkapkan, tidak
ada petunjuk bahwa kita harus mengambil jalan ‘metode kebetulan’
seperti itu pada jaman ini) - ‘How to really
know the will of God’, hal 82-83.
2) Penggunaan buku saat teduh.
Caranya adalah dengan berdoa
menanyakan sesuatu kepada Tuhan, lalu membaca buku saat teduh untuk hari itu,
dan menganggapnya sebagai petunjuk Tuhan.
Jawaban saya:
a) Saya tidak bisa melihat persamaan antara
Firman Tuhan dengan ‘jiam sie’!
b) Saya percaya bahwa penulis buku saat teduh
itu dipimpin oleh Tuhan pada saat ia menulis (tentu saja kita perlu memilih
buku saat teduh yang ditulis oleh orang yang nggenah!). Tuhan tahu kapan saya
akan menggunakan buku saat teduh itu untuk menanyakan kehendak Tuhan dan Tuhan
bisa memimpin penulis buku saat teduh itu untuk menjawab pertanyaan saya.
Hal-hal lain yang perlu diingat
adalah:
1. Harus diperhatikan untuk tidak mengambil
jawabannya dengan cara sembarangan. Jangan hanya melihat pada suatu kata
tertentu, lalu dilepaskan dari kontexnya dan dianggap sebagai jawaban.
Contoh: seorang saudara menanyakan
apakah Tuhan menghendaki saudara membeli rumah atau mobil, dan mendapatkan
jawaban dari Maz 127:1-2 - “(1) Jikalau bukan TUHAN
yang membangun rumah, sia-sialah usaha orang yang membangunnya; jikalau
bukan TUHAN yang mengawal
2. Jawaban harus disesuaikan dengan pertanyaannya.
Karena itu ingat baik-baik pertanyaannya,
lalu lihat apakah jawaban Tuhan itu menjawab pertanyaan itu atau tidak.
3. Dalam mendapatkan jawaban Tuhan melalui saat
teduh ini, kita tak boleh bergantung pada perasaan. Misalnya jawabannya jelas
ya, tetapi kita menolak, karena hati kita tidak merasakan hal itu!
4. Tuhan tidak selalu menjawab pertanyaan
saudara dengan segera.
5. Tuhan tidak selalu menjawab dengan jelas /
meyakinkan. Kalau saudara tidak yakin / masih ragu-ragu maka saudara bisa
bertanya lagi.
Contoh:
·
pergumulan saya menjadi hamba Tuhan.
Saya mendapatkan jawabannya
dari buku saat teduh Streams in the desert, vol 2, tgl 22 Maret. Dalam renungan
itu diceritakan tentang seekor anjing gembala yang rela meninggalkan anaknya
dan bahkan mengorbankan nyawanya demi mencari 3 domba yang sesat / hilang. Lalu
pada bagian akhir saat teduh itu ada tantangan: kalau anjing itu yang hanya
mengharapkan senyum tuannya rela melakukan itu untuk mencari domba yang hilang,
bagaimana dengan engkau?
·
saya mau membeli lemari aluminium, dan mendapatkan jawabannya
dari Mat 20:20-28. Penekanannya dalam ay 22: ‘Kamu
tidak tahu apa yang kamu minta’. Dan seluruh kontext jelas menunjukkan bahwa permintaan
Yohanes dan Yakobus itu ditolak oleh Yesus.
3) Menggunakan khotbah.
Hampir sama seperti no 2) di
atas, tetapi di sini kita meminta jawaban Tuhan melalui khotbah. Tentu saja
kita harus memilih pengkhotbah yang benar-benar Alkitabiah dan Injili, bukan
seadanya pengkhotbah!
Problem dengan cara ini adalah:
kalau khotbahnya seperti khotbah saya yang mencakup banyak hal, saudara bisa
bingung, yang menjawab pertanyaan saudara itu bagian yang mana.
Mencari kehendak Tuhan, dan menyesuaikan hidup kita
dengannya sangat penting. Maukah saudara mencarinya, khususnya melalui
FirmanNya, dan mentaatinya? Tuhan memberkati saudara.
-AMIN-
email us at : gkri_exodus@lycos.com