Eksposisi Kitab Samuel yang
Pertama
oleh : Pdt. Budi Asali M.Div.
1) Daud tinggal di
Ay 1: “Daud pergi dari
Matthew Henry: “David,
having thus escaped, took shelter in some natural fortresses, which he found in
the wilderness of En-gedi, v. 29. And this Dr. Lightfoot thinks was the
wilderness of Judah, in which David was when he penned Psalm 63, which breathes
as much pious and devout affection as almost any of his psalms; for in all
places and in all conditions he still kept up his communion with God”
(= Daud, yang telah lolos dengan cara itu, berlindung di beberapa hutan
alamiah, yang ia temukan di padang gurun En-Gedi, ay 1. Dan Dr. Lightfoot
beranggapan bahwa ini adalah padang gurun Yehuda, dimana Daud ada ketika ia
menuliskan Mazmur 63, yang menghembuskan perasaan yang saleh dan taat seperti
hampir semua dari mazmur-mazmurnya, karena di semua tempat dan segala
kondisi ia tetap memelihara persekutuannya dengan Allah).
Catatan: Ay 1 dalam Kitab Suci
Indonesia dalam Kitab Suci Inggris diletakkan dalam 1Sam 23 (ay 29),
lalu ay 2 dalam Kitab Suci Indonesia diletakkan sebagai ay 1 dalam
Kitab Suci Inggris, sehingga semua ayat dalam pasal ini berbeda satu angka
dibandingkan dengan Kitab Suci Inggris.
Maz 63:1-12 - “(1)
Mazmur Daud, ketika ia ada di
2) Saul mengejar Daud ke
Ay 2-3: “(2) Ketika Saul
pulang sesudah memburu orang Filistin itu, diberitahukanlah kepadanya,
demikian: ‘Ketahuilah, Daud ada di
a) Kelihatannya Saul berhasil mengatasi
orang-orang Filistin, dan ini menunjukkan bahwa orang brengsek bisa mengalami
kesuksesan!
Maz 73:3-5,12 - “(3) Sebab aku cemburu
kepada pembual-pembual, kalau aku melihat kemujuran orang-orang fasik. (4)
Sebab kesakitan tidak ada pada mereka, sehat dan gemuk tubuh mereka; (5) mereka
tidak mengalami kesusahan manusia, dan mereka tidak kena tulah seperti orang
lain. ... (12) Sesungguhnya, itulah orang-orang fasik: mereka menambah harta
benda dan senang selamanya!”.
Yer 12:1-2 - “(1)
Engkau memang benar, ya TUHAN, bilamana aku berbantah dengan Engkau! Tetapi aku
mau berbicara dengan Engkau tentang keadilan: Mengapakah mujur hidup
orang-orang fasik, sentosa semua orang yang berlaku tidak setia? (2) Engkau
membuat mereka tumbuh, dan merekapun juga berakar, mereka tumbuh subur dan
menghasilkan buah juga. Memang selalu Engkau di mulut mereka, tetapi jauh dari
hati mereka”.
b) Begitu menyelesaikan masalah Filistin, Saul langsung memburu Daud
lagi.
Matthew Henry membandingkan hal
ini dengan orang-orang dalam Yer 7:10 - “kemudian kamu datang
berdiri di hadapanKu di rumah yang atasnya namaKu diserukan, sambil berkata: Kita
selamat, supaya dapat pula melakukan segala perbuatan yang keji ini!”.
c) Tempat itu dinamakan Gunung Batu Kambing Hutan (ay 3b).
Matthew Poole
mengatakan bahwa tempat ini disenangi oleh kambing gunung / liar, dan sangat
curam dan berbahaya. Tetapi Saul, dalam kebencian dan kemarahannya mau mengejar Daud
sampai ke tempat seperti itu. Kalau orang-orang jahat mau
berkorban seperti itu, adalah menyedihkan kalau orang-orang Kristen tak mau
berkorban untuk melakukan sesuatu yang baik.
d) Saul mengejar dengan menggunakan 3000 orang.
Jamieson,
Fausset & Brown: “The
large force he took with him seemed to give him every prospect of succeeding.
But the overruling providence of God frustrated all his vigilance” (= Kekuatan / pasukan yang besar yang ia bawa dengannya kelihatannya memberinya setiap harapan
keberhasilan. Tetapi providensia Allah yang mengatasi
menggagalkan semua kewaspadaannya).
Pulpit Commentary: “Saul
seemed to have every facility for gaining his object. No one disputed his will.
Armed men by thousands followed him in pursuit of David; and Saul knew how to
lead men, and how to fight. ... Yet he could never reach David to arrest or to
smite him. ... He actually entered the cave in which David and his men lay hid,
and did not see him. This was no mere luck. It was God who preserved David and
baffled the malice of Saul. And in the tragical history of persecution the
restraining hand of God has often been shown. As Saul was allowed to kill the
priests but not to kill David, so has the Lord allowed many a tyrant to go so
far, but no farther. Jezebel could make away with
Naboth, but not with Elijah. Herod could kill St. James, but
not with St. Peter. The Roman Catholic persecutors could burn Huss, but
not Wickliffe; George Wishart, but not John Knox. There has been a cord of
Divine control round every oppressor, and whenever God saw meet he has simply
drawn that cord, and so has restrained the remainder of wrath, defeated the
devices of cruelty” (= Saul kelihatannya
mempunyai semua fasilitas untuk mendapatkan tujuannya. Tak
seorangpun membantah kemauannya. Ribuan orang yang bersenjata
mengikutinya dalam pengejaran terhadap Daud; dan Saul tahu bagaimana memimpin
orang, dan bagaimana bertempur. ... Tetapi ia tidak
pernah bisa menjangkau Daud untuk menangkap atau menghancurkan / membunuhnya.
... Ia betul-betul memasuki gua dalam mana Daud dan
orang-orangnya bersembunyi, dan tidak melihat dia. Ini bukan sekedar nasib
baik. Allahlah yang melindungi Daud dan membingungkan
kebencian Saul. Dan dalam sejarah yang tragis dari penganiayaan, tangan
Allah yang mengekang telah sering ditunjukkan. Seperti Saul diijinkan untuk
membunuh imam-imam tetapi tidak diijinkan membunuh Daud, demikian juga Tuhan
mengijinkan banyak tiran untuk berjalan sampai titik
tertentu, tetapi tidak lebih jauh lagi. Izebel bisa membunuh Nabot, tetapi
tidak Elia. Herodes bisa membunuh Yakobus, tetapi tidak Petrus. Penganiaya-penganiaya Roma Katolik bisa membakar Huss, tetapi tidak
1) Saul masuk
ke dalam gua dimana Daud dan orang-orangnya bersembunyi.
Ay 4: “Ia sampai ke
kandang-kandang domba di tepi jalan. Di sana ada gua
dan Saul masuk ke dalamnya untuk membuang hajat, tetapi Daud dan
orang-orangnya duduk di bagian belakang gua itu”.
a) Bagaimana Saul bisa begitu ceroboh, dan tak memeriksa gua itu
lebih dulu?
Clarke mengatakan bahwa tradisi
Yahudi mengatakan bahwa Allah membuat seekor laba-laba membuat sarangnya di
mulut gua, dan Saul, yang melihat hal ini, menganggap gua itu aman, karena
tidak mungkin ada orang yang bisa masuk gua itu tanpa merusak sarang laba-laba
tersebut. Ini memang hanya tradisi. Allah bisa
menggunakan cara apapun untuk membuat Saul menjadi
ceroboh.
b) Bagaimana Saul bisa tidak melihat Daud dan
orang-orangnya di dalam gua itu?
Barnes mengatakan bahwa gua-gua
di
c) Kata-kata ‘untuk membuang
hajat’
dipertentangkan dalam penterjemahan maupun artinya.
2) Nasehat dari orang-orang Daud kepada Daud
Ay 5a: “Lalu berkatalah
orang-orangnya kepada Daud: ‘Telah tiba hari yang dikatakan TUHAN
kepadamu: Sesungguhnya, Aku menyerahkan musuhmu ke dalam tanganmu, maka
perbuatlah kepadanya apa yang kaupandang baik.’”.
Apakah Daud
memang pernah mendapatkan Firman Tuhan seperti ini?
Keil & Delitzsch: “Although
these words might refer to some divine oracle which David had received through
a prophet, Gad for example, what follows clearly shows that David had received
no such oracle; and the meaning of his men was simply this, ... the speakers
regarded the leadings of providence by which Saul had been brought into
David’s power as a divine intimation to David himself to take this
opportunity of slaying his deadly enemy, and called this intimation a word of
Jehovah” (= Sekalipun kata-kata ini bisa
menunjuk kepada sabda ilahi yang telah diterima oleh Daud melalui seorang nabi,
misalnya Gad, apa yang selanjutnya terjadi jelas menunjukkan bahwa Daud tidak
menerima sabda seperti itu; dan maksud dari orang-orangnya hanyalah ini, ... para
pembicara menganggap bimbingan dari providensia dengan mana Saul telah dibawa
ke dalam kuasa dari Daud sebagai suatu isyarat bagi Daud sendiri untuk
menggunakan kesempatan untuk membunuh musuhnya yang mematikan ini, dan menyebut
isyarat ini sebagai firman dari Yehovah).
Memang ‘bimbingan’ dari
providensia Allah belum tentu bisa dianggap sebagai kehendak Tuhan yang Ia ingin kita lakukan.
Contoh:
·
kalau seadanya kejadian bisa ditafsirkan seperti penafsiran para anak
buah Daud, maka pada waktu Yusuf digoda istri Potifar, iapun boleh berzinah dengannya,
karena itu pasti kehendak Allah!
·
3 x saya memberikan kepada Steve disket berisikan file Saksi
Yehuwa tentang Allah Tritunggal, tetapi 3 x juga ada sesuatu yang salah
sehingga tak bisa dibuka / dimasukkan internet. Apakah kita harus menyimpulkan
dari sini bahwa itu adalah kehendak Allah, dalam arti Allah tak menghendaki
file tersebut masuk internet? Tidak, saya lebih anggap itu sebagai serangan
setan, yang harus terus dilawan dan dikalahkan.
Illustrasi: pendeta duduk di kereta api di depan seorang gadis cantik dan sexy. Ia terus berdoa minta dikuatkan oleh Tuhan supaya jangan
jatuh ke dalam perzinahan. Tetapi godaan itu terus menerus
menekan. Suatu saat kereta api itu mendadak
mengerem, sehingga gadis itu terpental dari tempat duduknya ke pangkuan pendeta
tersebut. Ia menyambut gadis itu dengan kedua
tangannya dan berkata: ‘Ya Tuhan, jadilah kehendakMu’.
Ini contoh
yang salah, seperti yang ingin dilakukan oleh orang-orang Daud.
3) Tindakan Daud.
Ay 5b-6: “(5b) Maka Daud bangun,
lalu memotong punca jubah Saul dengan diam-diam. (6) Kemudian berdebar-debarlah
hati Daud, karena ia telah memotong punca Saul”.
a) Daud menolak nasehat dari orang-orangnya; ia tidak mau membunuh Saul.
Pulpit Commentary: “with
a noble self-control he refuses to take the matter into his own hand, and
leaves unto God in trusting faith the executions of his purposes”
(= dengan penguasaan diri yang mulia ia menolak untuk menangani persoalan itu
sendiri, dan menyerahkan kepada Allah dalam iman yang percaya pelaksanaan dari
rencanaNya) -
hal 460.
Ini kontras dengan orang-orang
yang ‘membantu Tuhan’ seperti:
·
Sara yang berikan Hagar kepada Abraham
·
Ribka yang suruh Yakub dustai Ishak.
1. Apa alasan Daud untuk tidak membunuh Saul?
Ay 7: “lalu berkatalah ia kepada orang-orangnya: ‘Dijauhkan Tuhanlah kiranya
dari padaku untuk melakukan hal yang demikian kepada tuanku, kepada orang yang
diurapi TUHAN, yakni menjamah dia, sebab dialah orang yang diurapi
TUHAN.’”.
Pulpit Commentary: “David
bases his allegiance to Saul on religious grounds. He was Jehovah’s
Messiah, and as such his persons was sacred. To this principle David
steadfastly adhered (see ch. 26:9; 2Sam 1:16)”
[= Daud mendasarkan kesetiaannya kepada Saul pada dasar-dasar agama. Ia (Saul)
adalah Mesias (orang yang diurapi) dari Yehovah, dan
orang-orang seperti itu adalah kudus / keramat. Pada prinsip ini Daud melekat
dengan setia (lihat pasal 26:9; 2Sam 1:16)] - hal 460.
1Sam 26:9 - “Tetapi
kata Daud kepada Abisai: ‘Jangan musnahkan dia, sebab siapakah yang dapat
menjamah orang yang diurapi TUHAN, dan bebas dari hukuman?’”.
2Sam 1:16 - “Dan
Daud berkata kepadanya: ‘Kautanggung sendiri darahmu, sebab mulutmulah
yang menjadi saksi menentang engkau, karena berkata: Aku telah membunuh orang
yang diurapi TUHAN.’”.
Bandingkan juga dengan 1Taw 16:22
- “Jangan mengusik orang-orang yang Kuurapi, dan jangan
berbuat jahat terhadap nabi-nabiKu!”.
Bandingkan dengan Maz 105:15 yang bunyinya persis seperti 1Taw 16:22..
2. Daud bukan hanya tidak mau membunuh Saul,
tetapi ia juga melarang anak buahnya membunuh Saul.
Ay 8a: “Dan Daud mencegah
orang-orangnya dengan perkataan itu; ia tidak mengizinkan mereka bangkit
menyerang Saul.”.
Dari ay 8a ini terlihat
bahwa bukan hanya Daud sendiri tidak mau membunuh Saul, tetapi ia juga melarang anak buahnya untuk membunuh Saul.
Seringkali kita tak mau
melakukan suatu tindakan yang kita anggap dosa, tetapi kita mau kalau orang
lain melakukannya untuk kita. Ini tidak konsisten, tetapi
sering terjadi.
Pulpit Commentary: “with
strong faith in an over-ruling
b) Daud hanya hanya memotong punca jubah Saul
lalu pergi.
Ay 5b-6: “(5b) Maka Daud
bangun, lalu memotong punca jubah Saul dengan diam-diam. (6) Kemudian berdebar-debarlah
hati Daud, karena ia telah memotong punca Saul”.
Seandainya Daud membunuh Saul
dan lalu hatinya berdebar-debar, maka itu merupakan
sesuatu yang lumrah. Tetapi Daud tak membunuh atau melukai
Saul. Ia hanya memotong punca jubahnya, tetapi
untuk tindakan inipun hatinya berdebar-debar yang menunjukkan bahwa hati
nuraninya menegur dia. Ia menyesali hal ini karena ia menganggap tindakan itu
sebagai tindakan yang menghina kewibawaan Saul. Ini
menunjukkan betapa pekanya hati nurani Daud terhadap dosa.
Matthew Henry: “Note,
It is a good thing to have a heart within us smiting us for sins that seem
little; it is a sign that conscience is awake and tender, and will be the means
of preventing greater sins” (= Perhatikan, Merupakan
sesuatu yang baik untuk mempunyai suatu hati dalam kita yang memukul / menegur
kita untuk dosa-dosa yang kelihatannya kecil; itu merupakan suatu tanda bahwa
hati nurani itu terjaga / bangun dan lembut, dan akan menjadi cara untuk
mencegah dosa-dosa yang lebih besar).
Pulpit Commentary: “Even
for this his heart smote him. So tender was his conscience that he condemned
himself for even deviating so slightly from the respect due to the anointed
king” (= Bahkan untuk hal ini hatinya memukul dia.
Begitu lembut hati nuraninya sehingga mengecam dirinya sendiri, bahkan untuk
penyimpangan yang begitu sedikit dari rasa hormat yang seharusnya diberikan
kepada raja yang diurapi) - hal 460.
Lebih-lebih
mengingat bahwa Saul bukanlah seorang imam atau nabi, tetapi hanya seorang
raja, dan bahkan seorang raja brengsek yang telah ditolak oleh Tuhan, maka
sikap hati Daud ini merupakan sesuatu yang luar biasa. Bandingkan
dengan banyak orang Kristen pada saat ini yang berani bersikap kurang ajar
kepada, dan memotong leher dari, para hamba-hamba Tuhan yang sejati.
1) Daud memanggil Saul dan menunjukkan hormat kepadanya.
Ay 8b-9: “(8b) Sementara
itu Saul telah bangun meninggalkan gua itu hendak melanjutkan perjalanannya.
(9) Kemudian bangunlah Daud, ia keluar dari dalam gua
itu dan berseru kepada Saul dari belakang, katanya: ‘Tuanku raja!’
Saul menoleh ke belakang, lalu Daud berlutut dengan mukanya ke tanah dan sujud
menyembah”.
2) Daud menyatakan tentang orang-orang yang ‘membakar’
Saul.
Ay 10: “Lalu berkatalah
Daud kepada Saul: ‘Mengapa engkau mendengarkan perkataan orang-orang yang
mengatakan: Sesungguhnya Daud mengikhtiarkan celakamu?”.
Barnes’ Notes: “David
was quite aware that there were flatterers at Saul’s court who were
continually inflaming the King’s mind by their false accusations against
him. This explains the language of many of the Psalms, e. g. Ps. 10; 11; 12;
35; and many more” (= Daud cukup sadar bahwa ada
penjilat-penjilat di istana Saul yang terus menerus ‘membakar’
pikiran sang raja dengan tuduhan-tuduhan palsu terhadap dia. Ini menjelaskan
bahasa dari banyak mazmur-mazmur, contoh Maz 10; 11; 12; 35; dan lebih banyak
lagi).
Dari ayat ini
terlihat bahwa ada orang-orang yang ‘ngobongi’ Saul sehingga makin
benci Daud.
Apakah saudara juga sering melakukan hal seperti ini, yang
menyebabkan 2 orang menjadi bermusuhan / makin bermusuhan? Kalau saudara adalah orang seperti ini cepatlah bertobat sebelum
Tuhan menghancurkan saudara. Kalau saudara adalah
orang yang mudah ‘dibakar’, sadarilah bahwa saudara adalah orang
yang bodoh seperti Saul. Jangan sembarangan percaya
kata-kata orang-orang brengsek yang ‘membakar’ saudara.
3) Daud memberitahu Saul bahwa tadi ia bisa membunuhnya, tetapi ia tidak melakukannya.
Ay 11: “Ketahuilah, pada hari ini matamu sendiri
melihat, bahwa TUHAN sekarang menyerahkan engkau ke dalam tanganku dalam gua
itu; ada orang yang telah menyuruh aku membunuh engkau, tetapi aku merasa
sayang kepadamu karena pikirku: Aku tidak akan
menjamah tuanku itu, sebab dialah orang yang diurapi TUHAN”.
a) Dari kata-kata ini terlihat
bahwa ada orang yang berusaha ‘membakar’ Daud, tetapi berbeda
dengan Saul yang membiarkan dirinya ‘dibakar’, Daud tidak demikian.
Jadilah orang seperti Daud, bukan seperti Saul.
b) ‘tetapi aku merasa sayang kepadamu’.
KJV: ‘but
mine eye spared thee’ (= tetapi mataku menyelamatkan engkau).
NIV: ‘but
I spared you’ (= tetapi aku menyelamatkan engkau).
c) Providensia Allah tak boleh diikuti secara
membuta.
Pulpit Commentary: “Had
David killed Saul, it would have seemed as if it were ordered by
Catatan: saya tak percaya pada
terjemahan Latin Vulgate di sini.
Penerapan:
·
Kalau saudara sedang butuh uang, dan ada kesempatan terbuka
untuk mendapatkan uang dengan cara yang tidak jujur,
apakah itu saudara anggap sebagai pimpinan / berkat dari Tuhan, atau sebagai
pencobaan yang harus saudara atasi / kalahkan?
·
Kalau saudara mencari dan berdoa untuk seorang pacar, dan lalu
muncul seorang non kristen yang jatuh cinta kepada
saudara, apakah itu saudara anggap sebagai pimpinan dari Tuhan, atau sebagai
pencobaan yang harus saudara hadapi dan kalahkan?
4) Daud memberi bukti yang mendukung kata-katanya tadi.
Ay 12: “Lihatlah dahulu,
ayahku, lihatlah kiranya punca jubahmu dalam tanganku ini! Sebab dari kenyataan
bahwa aku memotong punca jubahmu dengan tidak membunuh engkau, dapatlah
kauketahui dan kaulihat, bahwa tanganku bersih dari pada kejahatan dan
pengkhianatan, dan bahwa aku tidak berbuat dosa terhadap engkau, walaupun
engkau ini mengejar-ngejar aku untuk mencabut nyawaku”.
Daud beri bukti bahwa berbeda
dengan pemikiran Saul / laporan yang diterima Saul bahwa Daud berusaha mencelakakan
dia, sebaliknya ia menjaga Saul. Saul
percaya sebentar tetapi lalu kembali mengejar Daud lagi. Orang yang dikuasai iri hati / kecemburuan, memang sering menjadi
tidak punya logika.
5) Daud berani menjadikan Tuhan sebagai hakim antara dia dengan Saul.
Ay 13-16: “(13) TUHAN
kiranya menjadi hakim di antara aku dan engkau, TUHAN kiranya membalaskan aku
kepadamu, tetapi tanganku tidak akan memukul engkau;
(14) seperti peribahasa orang tua-tua mengatakan: Dari orang fasik timbul
kefasikan. Tetapi tanganku tidak akan memukul engkau.
(15) Terhadap siapakah raja
a) Ini menunjukkan bahwa Daud sama sekali
tak bersalah dalam persoalan ini.
Biasanya pada
waktu terjadi pertengkaran, kedua pihak mempunyai kesalahan. Kalau demikian faktanya, Daud
tak akan berani meminta Allah menjadi Hakim di antara mereka (ay 13,16). Bahwa ia berani melakukan hal
itu, menunjukkan bahwa dalam kasus ini ia sama sekali tidak bersalah.
b) Daud menyebut dirinya sebagai ‘anjing mati’ dan ‘kutu’ (ay 15)..
Jamieson,
Fausset & Brown: “This
language, ‘a dead dog, a flea’ - terms by which, like Eastern
people, he strongly expressed a sense of his lowliness” (= Bahasa ini, ‘seekor anjing mati, kutu’ -
istilah-istilah dengan mana, seperti orang-orang Timur, ia
menyatakan dengan kuat suatu kesan dari kerendahannya).
Keil & Delitzsch: “By
these similes David meant to describe himself as a perfectly harmless and
insignificant man, of whom Saul had no occasion to be afraid, and whom the king
of
Saul takut kepada Daud padahal
Daud adalah seseorang yang sama sekali tidak
membahayakan. Ini tidak aneh, karena orang fasik bisa takut
bahkan pada saat tidak ada sesuatu apapun yang menakutkan.
Im 26:36-37 - “(36)
Dan mengenai mereka yang masih tinggal hidup dari antaramu, Aku akan
mendatangkan kecemasan ke dalam hati mereka di dalam negeri-negeri musuh
mereka, sehingga bunyi daun yang ditiupkan anginpun akan mengejar mereka,
dan mereka akan lari seperti orang lari menjauhi pedang, dan mereka akan rebah,
sungguhpun tidak ada orang yang mengejar. (37) Dan mereka
akan jatuh tersandung seorang kepada seorang seolah-olah hendak menjauhi
pedang, sungguhpun yang mengejar tidak ada, dan kamu tidak akan dapat bertahan
di hadapan musuh-musuhmu”.
Amsal 28:1
- “Orang fasik lari, walaupun tidak ada yang mengejarnya,
tetapi orang benar merasa aman seperti singa muda”.
Apakah
saudara seperti orang fasik yang takut pada segala sesuatu, atau seperti orang
benar yang merasa aman dalam segala keadaan?
Ay 17-22: “(17) Setelah Daud
selesai menyampaikan perkataan itu kepada Saul, berkatalah Saul: ‘Suaramukah
itu, ya anakku Daud?’ Sesudah itu dengan suara nyaring
menangislah Saul. (18) Katanya kepada Daud: ‘Engkau lebih benar
dari pada aku, sebab engkau telah melakukan yang baik kepadaku, padahal aku
melakukan yang jahat kepadamu. (19) Telah kautunjukkan pada hari ini, betapa
engkau telah melakukan yang baik kepadaku: walaupun TUHAN telah menyerahkan aku
ke dalam tanganmu, engkau tidak membunuh aku. (20) Apabila seseorang mendapat
musuhnya, masakan dilepaskannya dia berjalan dengan selamat? TUHAN kiranya
membalaskan kepadamu kebaikan ganti apa yang
kaulakukan kepadaku pada hari ini. (21) Oleh karena itu, sesungguhnya aku tahu,
bahwa engkau pasti menjadi raja dan jabatan raja
1) Sikap Daud dan kata-katanya yang lembut
melunakkan Saul (sekalipun hanya untuk sementara waktu). Bdk.
Amsal 25:15 - “Dengan
kesabaran seorang penguasa dapat diyakinkan dan lidah lembut mematahkan
tulang”.
2) Tangisan Saul bukanlah tanda pertobatan yang sejati.
Matthew Henry: “as
one that relented at the thought of his own folly and ingratitude, he lifted up
his voice and wept, v. 16. Many mourn for their sins that do not truly
repent of them, weep bitterly for them, and yet continue in love and league
with them” (= seperti seseorang yang
menyesal / menjadi lunak karena pemikiran tentang kebodohannya dan rasa tak
tahu terima kasihnya sendiri, ia menyaringkan suaranya dan menangis, ay 16. Banyak orang berkabung untuk dosa-dosa mereka yang tidak
sungguh-sungguh bertobat dari dosa-dosa itu, menangis dengan pahit untuk
dosa-dosa itu, tetapi terus mengasihi dan berkumpul / bersatu dengan dosa-dosa
itu).
Jangan
terlalu cepat senang kalau saudara melihat orang yang saudara injili / nasehati
menangis.
Itu bisa menunjukkan bahwa ia betul-betul bertobat,
tetapi tidak selalu demikian.
Kalau saudara
adalah orang yang sering menangis pada waktu mendengar Injil / Firman Tuhan,
jangan terlalu cepat menganggap bahwa saudara sudah betul-betul bertobat. Saul
menangis tetapi tidak sungguh-sungguh bertobat. Yudas
Iskariot menyesal, tetapi tidak sungguh-sungguh bertobat. Pastikanlah bahwa tangisan / penyesalan saudara bukan bersifat semu
dan sementara seperti ini.
3) Saul mengakui bahwa Daud lebih benar dari pada dia.
Matthew Henry: “This
fair confession was enough to prove David innocent (even his enemy himself
being judge), but not enough to prove Saul himself a true penitent. He should
have said, ‘Thou are righteous, but I am wicked’; but the utmost he
will own is this: ‘Thou art more righteous than I’. Bad men will
commonly go no further than this in their confessions; they will own they are
not so good as some others are; there are those that are better than they, and
more righteous” [= Pengakuan yang adil ini cukup
untuk membuktikan Daud tak bersalah (bahkan pada saat musuhnya sendiri yang
menjadi hakim), tetapi tidak cukup untuk membuktikan Saul sendiri sebagai
petobat sejati. Ia seharusnya berkata: ‘Engkau
benar, tetapi aku jahat’; tetapi yang paling banyak mau ia akui
adalah ini: ‘Engkau lebih benar dari aku’. Orang jahat biasanya tak
mau pergi lebih jauh dari pada ini dalam pengakuan mereka; mereka mau mengakui
bahwa mereka tak sebaik seperti beberapa orang lain; ada orang-orang yang lebih
baik dari mereka, dan lebih benar].
4) Daud membalas kejahatan dengan kebaikan.
Bdk. Ro 12:17-21 - “(17)
Janganlah membalas kejahatan dengan kejahatan; lakukanlah apa
yang baik bagi semua orang! (18) Sedapat-dapatnya, kalau hal itu bergantung
padamu, hiduplah dalam perdamaian dengan semua orang! (19) Saudara-saudaraku
yang kekasih, janganlah kamu sendiri menuntut pembalasan, tetapi berilah tempat
kepada murka Allah, sebab ada tertulis: Pembalasan itu adalah hakKu. Akulah
yang akan menuntut pembalasan, firman Tuhan. (20)
Tetapi, jika seterumu lapar, berilah dia makan; jika ia
haus, berilah dia minum! Dengan berbuat demikian kamu menumpukkan bara api di atas kepalanya. (21) Janganlah kamu kalah
terhadap kejahatan, tetapi kalahkanlah kejahatan dengan kebaikan!”.
5) Kata-kata Saul dalam ay 21 menunjukkan
bahwa ia bukan hanya sadar bahwa Allah telah menolak dia, tetapi juga bahwa
Allah telah memilih Daud menjadi raja menggantikannya. Lalu mengapa ia tetap mengejar-ngejar dan ingin membunuh Daud? Karena ia menekan kebenaran!
Pulpit Commentary: “Every
man persisting in a sinful course has to force out truth from thought. ... Sin
makes men dishonest to themselves; under its power
they are not of the truth. They prefer darkness because their deeds are
evil” (= Setiap orang yang bertahan dalam jalan
yang berdosa harus memaksakan kebenaran keluar dari pikiran.
... Dosa membuat manusia tak jujur dengan diri mereka
sendiri; di bawah kuasanya mereka bukan dari kebenaran. Mereka lebih
memilih kegelapan karena tindakan-tindakan mereka jahat) - hal 408,409.
Misalnya: saudara diharuskan
berdusta dalam pekerjaan saudara. Saudara bertahan dalam jalan dosa itu, dan
saudara akan berusaha untuk memaksakan kebenaran
keluar dari
Misalnya dengan berkata: ‘Semua
orang begitu’. ‘Di Indonesia tak
bisa bekerja tanpa menjadi seperti itu’. ‘Yang menyuruh
Atau saudara
tetap bekerja / mempekerjakan orang pada hari Sabat. Saudara membenarkan diri
dengan berkata: ‘Tetapi uangnya saya berikan kepada
Tuhan’,
dan sebagainya.
6) Saul menyuruh Daud bersumpah untuk tidak membunuh keluarganya (ay
22).
Adam Clarke: “‘Swear
now.’ Saul knew that an oath would bind David, though it was insufficient
to bind himself; see 1 Sam. 19:6. He had sworn to his son Jonathan that David
should not be slain; and yet sought by all means in his power to destroy
him!” (= ‘Bersumpahlah sekarang’. Saul
tahu bahwa suatu sumpah akan mengikat Daud, sekalipun
itu tidak cukup untuk mengikat dirinya sendiri; lihat 1Sam 19:6. Ia telah bersumpah kepada anaknya Yonatan bahwa Daud tidak
akan dibunuh; tetapi ia mengusahakan dengan segala cara dalam kuasanya untuk
menghancurkan dia!).
Ay 23: “Lalu bersumpahlah Daud kepada Saul. Kemudian
pulanglah Saul ke rumahnya, sedang Daud dan orang-orangnya pergi ke kubu gunung”.
1) “Lalu bersumpahlah Daud kepada Saul”.
Sumpah tidak dilarang secara
mutlak! Banyak orang berdasarkan kata-kata Yesus dalam Mat 5:34 melarang
sumpah secara mutlak.
Mat 5:33-37 - “(33)
Kamu telah mendengar pula yang difirmankan kepada nenek moyang kita: Jangan
bersumpah palsu, melainkan peganglah sumpahmu di depan Tuhan. (34) Tetapi Aku
berkata kepadamu: Janganlah sekali-kali bersumpah, baik demi langit,
karena langit adalah takhta Allah, (35) maupun demi bumi, karena bumi adalah
tumpuan kakiNya, ataupun demi Yerusalem, karena Yerusalem adalah
Alasan-alasan yang menunjukkan
bahwa sumpah tidak mungkin dilarang secara mutlak:
a) Perjanjian Lama mengijinkan, bahkan mengharuskan sumpah, dalam
hal-hal tertentu.
Ul 6:13 - “Engkau
harus takut akan TUHAN, Allahmu; kepada Dia haruslah
engkau beribadah dan demi namaNya haruslah engkau bersumpah”.
Kel 22:7-8 - “(7)
Apabila seseorang menitipkan kepada temannya uang atau barang, dan itu dicuri
dari rumah orang itu, maka jika pencuri itu terdapat, ia harus membayar ganti
kerugian dua kali lipat. (8) Jika pencuri itu tidak terdapat,
maka tuan rumah harus pergi menghadap Allah untuk bersumpah, bahwa ia
tidak mengulurkan tangannya mengambil harta kepunyaan temannya”.
Kel 22:10-11 - “(10)
Apabila seseorang menitipkan kepada temannya seekor keledai atau lembu atau
seekor domba atau binatang apapun dan binatang itu mati, atau patah kakinya
atau dihalau orang dengan kekerasan, dengan tidak ada orang yang melihatnya,
(11) maka sumpah di hadapan TUHAN harus menentukan di antara kedua orang itu,
apakah ia tidak mengulurkan tangannya mengambil harta kepunyaan temannya, dan
pemilik harus menerima sumpah itu, dan yang lain itu tidak usah membayar ganti
kerugian”.
Bil 5:11-28 - “(11)
TUHAN berfirman kepada Musa: (12) ‘Berbicaralah kepada orang Israel dan
katakanlah kepada mereka: Apabila isteri seseorang berbuat serong dan tidak
setia terhadap suaminya, (13) dan laki-laki lain tidur dan bersetubuh dengan
perempuan itu, dengan tidak diketahui suaminya, karena tinggal rahasia bahwa
perempuan itu mencemarkan dirinya, tidak ada saksi terhadap dia, dia tidak
kedapatan, (14) dan apabila kemudian roh cemburu menguasai suami itu, sehingga
ia menjadi cemburu terhadap isterinya, dan perempuan itu memang telah mencemarkan
dirinya, atau apabila roh cemburu menguasai suami itu, sehingga ia menjadi
cemburu terhadap isterinya, walaupun perempuan itu tidak mencemarkan dirinya,
(15) maka haruslah orang itu membawa isterinya kepada imam. Dan orang itu harus
membawa persembahan karena perempuan itu sebanyak sepersepuluh efa tepung
jelai, yang ke atasnya tidak dituangkannya minyak dan yang tidak dibubuhinya
kemenyan, karena korban itu ialah korban sajian cemburuan, suatu korban
peringatan yang mengingatkan kepada kedurjanaan. (16) Maka haruslah imam
menyuruh perempuan itu mendekat dan menghadapkannya kepada TUHAN. (17) Lalu
imam harus membawa air kudus dalam suatu tempayan
tanah, kemudian harus memungut debu yang ada di lantai Kemah Suci dan
membubuhnya ke dalam air itu. (18) Apabila imam sudah menghadapkan perempuan
itu kepada TUHAN, haruslah ia menguraikan rambut perempuan itu, lalu meletakkan
korban peringatan, yakni korban sajian cemburuan, ke atas telapak tangan
perempuan itu, sedang di tangan imam haruslah ada air pahit yang mendatangkan
kutuk. (19) Maka haruslah imam menyumpah perempuan itu dengan berkata
kepadanya: Jika tidak benar ada laki-laki yang tidur dengan engkau, dan jika
tidak engkau berbuat serong kepada kecemaran, padahal engkau di bawah kuasa
suamimu, maka luputlah engkau dari air pahit yang mendatangkan kutuk ini; (20)
tetapi jika engkau, padahal engkau di bawah kuasa suamimu, berbuat serong dan
mencemarkan dirimu, oleh karena orang lain dari suamimu sendiri bersetubuh
dengan engkau - (21) dalam hal ini haruslah imam menyumpah perempuan itu
dengan sumpah kutuk, dan haruslah imam berkata kepada perempuan itu - maka
TUHAN kiranya membuat engkau menjadi sumpah kutuk di tengah-tengah bangsamu
dengan mengempiskan pahamu dan mengembungkan perutmu, (22) sebab air yang
mendatangkan kutuk ini akan masuk ke dalam tubuhmu untuk mengembungkan perutmu
dan mengempiskan pahamu. Dan haruslah perempuan itu berkata: Amin, amin. (23)
Lalu imam harus menuliskan kutuk itu pada sehelai kertas dan menghapusnya
dengan air pahit itu, (24) dan ia harus memberi
perempuan itu minum air pahit yang mendatangkan kutuk itu, dan air itu akan
masuk ke dalam badannya dan menyebabkan sakit yang pedih. (25) Maka haruslah
imam mengambil korban sajian cemburuan dari tangan perempuan itu lalu mengunjukkannya
ke hadapan TUHAN, dan membawanya ke mezbah. (26) Sesudah itu haruslah imam
mengambil segenggam dari korban sajian itu sebagai bagian ingat-ingatannya dan
membakarnya di atas mezbah, kemudian memberi perempuan itu minum air itu. (27)
Setelah terjadi demikian, apabila perempuan itu memang mencemarkan dirinya dan
berubah setia terhadap suaminya, air yang mendatangkan sumpah serapah itu akan
masuk ke badannya dan menyebabkan sakit yang pedih, sehingga perutnya
mengembung dan pahanya mengempis, dan perempuan itu akan menjadi sumpah kutuk
di antara bangsanya. (28) Tetapi apabila perempuan itu tidak
mencemarkan dirinya, melainkan ia suci, maka ia akan bebas dan akan dapat
beranak.’”.
1Raja 8:31-32 - “(31)
Jika seseorang telah berdosa kepada temannya, lalu diwajibkan mengangkat
sumpah dengan mengutuk dirinya, dan dia datang bersumpah ke depan mezbahMu
di dalam rumah ini, (32) maka Engkaupun kiranya mendengarkannya di sorga dan
bertindak serta mengadili hamba-hambaMu, yakni menyatakan bersalah orang yang
bersalah dengan menanggungkan perbuatannya kepada orang itu sendiri, tetapi
menyatakan benar orang yang benar dengan memberi pembalasan kepadanya yang
sesuai dengan kebenarannya”.
Dan Yesus
tidak mungkin bertentangan dengan Perjanjian Lama.
Bdk. Mat
5:17-19 - “(17) ‘Janganlah kamu menyangka, bahwa Aku datang
untuk meniadakan hukum Taurat atau kitab para nabi.
Aku datang bukan untuk meniadakannya, melainkan untuk menggenapinya. (18)
Karena Aku berkata kepadamu: Sesungguhnya selama belum lenyap langit dan
bumi ini, satu iota atau satu titikpun tidak akan
ditiadakan dari hukum Taurat, sebelum semuanya terjadi. (19) Karena itu siapa
yang meniadakan salah satu perintah hukum Taurat sekalipun yang paling kecil,
dan mengajarkannya demikian kepada orang lain, ia akan menduduki tempat yang
paling rendah di dalam Kerajaan Sorga; tetapi siapa yang melakukan dan
mengajarkan segala perintah-perintah hukum Taurat, ia akan menduduki tempat
yang tinggi di dalam Kerajaan Sorga”.
b) Allah sendiri bersumpah.
Ibr 6:13-17 - “(13)
Sebab ketika Allah memberikan janjiNya kepada
c) Yesus sendiri menghormati sumpah.
Pada waktu Yesus diadili oleh Sanhedrin,
dan Ia disuruh berbicara di bawah sumpah, Ia bukannya menegur mereka yang
menyuruhNya bersumpah, tetapi sebaliknya Ia mau menjawab, padahal tadinya Ia
tidak mau berbicara.
Mat 26:63-64 - “(63)
Tetapi Yesus tetap diam. Lalu kata Imam Besar itu kepadaNya: ‘Demi
Allah yang hidup, katakanlah kepada kami, apakah Engkau Mesias, Anak Allah,
atau tidak.’ (64) Jawab Yesus: ‘Engkau telah mengatakannya.
Akan tetapi, Aku berkata kepadamu, mulai sekarang kamu akan melihat Anak
Manusia duduk di sebelah kanan Yang Mahakuasa dan datang di atas awan-awan di
langit.’”.
d) Dalam Wah 10:5-6 malaikat bersumpah.
Wah 10:5-6 - “Dan
malaikat yang kulihat berdiri di atas laut dan di atas bumi, mengangkat
tangan kanannya ke langit, dan ia bersumpah demi Dia yang hidup sampai
selama-lamanya, yang telah menciptakan langit dan segala isinya, dan bumi
dan segala isinya, dan laut dan segala isinya, katanya: ‘Tidak akan ada
penundaan lagi!”.
e) Paulus sering bersumpah.
Ro 1:9 -
“Karena Allah, yang kulayani dengan segenap hatiku
dalam pemberitaan Injil AnakNya, adalah saksiku, bahwa dalam doaku aku
selalu mengingat kamu”.
Ro 9:1 -
“Aku mengatakan kebenaran dalam Kristus, aku tidak
berdusta. Suara hatiku
turut bersaksi dalam Roh Kudus”.
1Kor 15:31
- “Saudara-saudara, tiap-tiap hari aku berhadapan dengan
maut. Demi kebanggaanku akan
kamu dalam Kristus Yesus, Tuhan kita, aku katakan, bahwa hal ini benar”.
2Kor 1:23
- “Tetapi aku memanggil Allah sebagai saksiku - Ia
mengenal aku -, bahwa sebabnya aku tidak datang ke Korintus ialah untuk
menyayangkan kamu”.
Gal 1:20 - “Di
hadapan Allah kutegaskan: apa yang kutuliskan
kepadamu ini benar, aku tidak berdusta”.
Fil 1:8
- “Sebab Allah adalah saksiku betapa aku dengan kasih
mesra Kristus Yesus merindukan kamu sekalian”.
Betul-betul
tidak terbayangkan bahwa Paulus, yang adalah rasul yang begitu saleh, bisa
berulang kali bersumpah kalau sumpah memang dilarang secara mutlak.
Matthew Henry
mengatakan bahwa Daud menepati sumpah ini. Ia mendukung Mefiboset
(2Sam 9), dan menghukum mati orang-orang yang membunuh Isyboset
(2Sam 4:5-12). Penggantungan 7 keturunan Saul, sebagai
penebusan untuk penghancuran orang-orang
2) “Kemudian pulanglah Saul ke rumahnya”.
Matthew Henry: “Saul,
for the present, desisted from the persecution. He went home convinced, but not
converted; ashamed of his envy of David, yet retaining in his breast that root
of bitterness; vexed that, when at last he had found David, he could not at
that time find in his heart to destroy him, as he had designed. God has many ways to tie the hands of persecutors, when he does not
turn their hearts” (= Saul, untuk saat
ini, berhenti dari penganiayaan.
Ia pulang dengan diyakinkan, tetapi tidak dipertobatkan; malu tentang iri
hatinya kepada Daud, tetapi mempertahankan dalam dadanya akar dari kepahitan
itu; jengkel bahwa, pada waktu akhirnya ia menemukan Daud, pada saat itu ia
tidak bisa dikuatkan untuk menghancurkan dia, seperti yang telah ia rencanakan.
Allah mempunyai banyak jalan / cara untuk mengikat
tangan-tangan dari para penganiaya, pada waktu Ia tidak membalikkan /
mempertobatkan hati mereka).
Pulpit Commentary: “An
evildoer may be thrown into a fit of shame and grief over his
own misconduct, promise amendment with tears, and yet never truly repent.
... Saul had only relented for a little while, not really repented of his
malignant purpose. Softened feeling is one thing, repentance in mind and
purpose another thing” (= Seorang pembuat
kejahatan bisa dilemparkan ke dalam rasa malu dan sedih atas perbuatan jahatnya
sendiri, menjanjikan perbaikan dengan air mata, tetapi tidak pernah
sungguh-sungguh bertobat. ... Saul hanya melunak untuk
waktu yang singkat, tidak sungguh-sungguh bertobat dari tujuannya yang sangat
jahat. Perasaan yang dilunakkan sangat berbeda dengan pertobatan dalam pikiran
dan tujuan) -
hal 474.
Pulpit Commentary: “Not
long afterwards Saul was again in pursuit of David, and his heart was more
obdurate than ever (ch. 26:1). Transient goodness issues in permanent
destruction. ... Men may be near the
Bdk.
Mat 12:43-45 - “(43) ‘Apabila roh
jahat keluar dari manusia, iapun mengembara ke tempat-tempat yang tandus
mencari perhentian. Tetapi ia
tidak mendapatnya. (44) Lalu ia berkata: Aku akan
kembali ke rumah yang telah kutinggalkan itu. Maka pergilah ia
dan mendapati rumah itu kosong, bersih tersapu dan rapih teratur. (45) Lalu ia keluar dan mengajak tujuh roh lain yang lebih jahat dari
padanya dan mereka masuk dan berdiam di situ. Maka akhirnya
keadaan orang itu lebih buruk dari pada keadaannya semula. Demikian juga akan berlaku atas angkatan yang jahat
ini.’”.
Karena itu kalau saudara pernah
dilunakkan oleh Injil / Firman Tuhan tetapi saudara kembali lagi ke jalan
kekafiran, maka saudara akan menjadi orang yang jauh
lebih keras dan jauh lebih sukar untuk dipertobatkan.
Juga kalau saudara dilunakkan /
disadarkan oleh Firman Tuhan terhadap dosa tertentu yang ada dalam hidup
saudara, dan saudara lalu menguranginya / membuangnya, tetapi saudara lalu
kembali lagi kepada dosa itu, biasanya saudara akan menjadi lebih keras dan
lebih sukar untuk dipertobatkan.
Jadi, pastikanlah bahwa saudara
mengalami pertobatan yang sungguh-sungguh, bukan pertobatan yang sementara dan
semu!
3) “sedang Daud dan orang-orangnya pergi ke kubu gunung”.
Jelas bahwa Daud tak
mempercayai bahwa Saul betul-betul bertobat, dan karena itu ia
tak mau ikut dengan Saul, tetapi kembali ke kubu gunung.
Adam Clarke: “David
could not trust Saul with his life; ... He was no longer under the divine
guidance; an evil spirit had full dominion over his soul. What God does not
fill the Devil will occupy” (= Daud tidak bisa
mempercayakan hidupnya kepada Saul; ... Ia tidak lagi
ada di bawah bimbingan ilahi; seorang roh jahat menguasai jiwanya sepenuhnya.
Apa yang tidak diisi oleh Allah, akan dihuni oleh Setan).
a) Memang saudara tidak bisa ada di daerah
netral. Kalau saudara tak diisi dengan sesuatu yang baik, saudara akan diisi oleh sesuatu yang jelek. Kalau saudara tak diisi
/ dikuasai oleh Roh Kudus, saudara akan diisi /
dikuasai oleh setan. Kalau saudara tak diisi oleh Firman Tuhan, saudara akan diisi oleh ajaran yang salah / sesat. Mana pilihan saudara?
b) Daud tahu bahwa Saul sudah dikuasai setan,
dan juga bahwa Saul adalah orang yang mudah berubah-ubah. Karena itu ia tidak mempercayakan dirinya kepada Saul dan tidak mau
ikut pulang bersama Saul, tetapi kembali ke tempat persembunyiannya.
Amsal 14:15
- “Orang yang tak berpengalaman percaya kepada setiap
perkataan, tetapi orang yang bijak memperhatikan langkahnya”.
Penerapan:
Jangan mudah percaya kepada
orang fasik!
-AMIN-
email us at : gkri_exodus@lycos.com