Eksposisi Kitab Samuel yang
Pertama
oleh : Pdt. Budi Asali M.Div.
Seorang
penafsir memberikan topik khotbah yang menarik.
Pulpit Commentary: “Honor to the dead and
insult to the living”
[= Penghormatan kepada orang yang mati (Samuel) dan penghinaan kepada orang
yang hidup (Daud)] - hal 479.
Ay 1: “Dan matilah Samuel; seluruh orang
1) Samuel mati.
a) Akhir hidup Samuel.
Matthew
Henry: “Though
he was a great man, and one that was admirably well qualified for public
service, yet he spent the latter end of his days in retirement and obscurity,
not because he was superannuated (for he knew how to preside in a college of
the prophets, 1Sam 19:20), but because Israel had rejected him, for which God
thus justly chastised them, and because his desire was to be quiet and to enjoy
himself and his God in the exercises of devotion now in his advanced years, and
in this desire God graciously indulged him. Let old people be willing to rest
themselves, though it look like burying themselves alive” [= Sekalipun ia adalah orang yang
besar / agung, dan adalah seseorang yang memenuhi syarat secara mengagumkan
dalam pelayanan masyarakat, tetapi ia menghabiskan hari-hari akhirnya dalam
pemencilan dan ketidak-dikenalan, bukan karena ia dihentikan / dipensiunkan
(karena ia tahu bagaimana memimpin dalam sekolah nabi-nabi, 1Sam 19:20), tetapi
karena Israel telah menolak dia, untuk mana Allah secara adil / benar menghajar
mereka, dan karena keinginannya adalah untuk bisa tenang dan menikmati dirinya
sendiri dan Allahnya dalam pelaksaanan pembaktian sekarang dalam saat-saat
tuanya, dan dalam keinginan ini Allah secara murah hati menuruti keinginannya. Hendaklah orang-orang tua mau mengistirahatkan diri mereka sendiri,
sekalipun itu kelihatan seperti mengubur diri mereka hidup-hidup].
b) Jamieson, Fausset & Brown memperkirakan
Samuel mati pada usia 70 tahun.
2)
Dalam hidupnya Samuel sering tak digubris, misalnya pada waktu
Matthew
Henry: “We
will hope that the Israelites lamented Samuel’s death the more bitterly
because they remembered against themselves their own sin and folly in rejecting
him and desiring a king. Note, (1.) Those have hard
hearts who can bury their faithful ministers with dry eyes, who are not
sensible of the loss of those who have prayed for them and taught them the way
of the Lord. (2.) when God’s providence removes our relations and friends
from us we ought to be humbled for our misconduct towards them while they were
with us”
[= Kami berharap bahwa Israel meratapi kematian Samuel dengan makin pahit
karena mereka mengingat terhadap diri mereka sendiri dosa dan ketololan mereka
dalam menolak dia dan menginginkan seorang raja. Perhatikan
(1.) Mereka mempunyai hati yang keras, kalau mereka
bisa mengubur pendeta mereka yang setia tanpa menangis, yang tidak peka terhadap
kehilangan orang-orang yang telah berdoa untuk mereka dan mengajar mereka jalan
Tuhan. (2.) pada waktu providensia Allah
menyingkirkan famili dan teman kita dari kita, kita harus direndahkan karena
tingkah laku kita yang salah terhadap mereka ketika mereka ada bersama kita].
Matthew
Henry mengatakan bahwa ada banyak jasa Samuel yang menyebabkan ia layak ditangisi:
·
pelayanannya
sebagai hakim atas
·
ia
mendirikan sekolah nabi-nabi.
·
ia
selalu berdoa untuk
Pulpit
Commentary: “The
death of truly good men is both a loss and a gain to the world. ... We lose
much when good men die; yet we gain something. The whole life becomes more
impressive in death than during its continuance. ... Many have to bless God for
the death of his saints” (= Kematian dari orang-orang yang betul-betul baik / saleh
merupakan kehilangan dan keuntungan bagi dunia. ... Kita kehilangan banyak ketika orang-orang saleh mati; tetapi kita
mendapatkan sesuatu. Seluruh kehidupan menjadi makin
mengesankan dalam kematian dari pada dalam sepanjang kehidupannya.
Banyak orang harus memuji Allah untuk kematian dari orang-orang kudusNya) -
hal 479-480.
Mungkin
kalau saya mati, akan ada lebih banyak orang bisa
menghargai dan mau mempelajari buku-buku yang saya tulis, dari pada sekarang
pada saat saya masih hidup.
3) Pengaruh kematian Samuel terhadap Daud.
Ay 1b
menunjukkan bahwa Daud lalu pergi lebih jauh, ke
Matthew Henry mengatakan bahwa tempat ini ada di luar wilayah
Pada saat Daud menyingkir itu ke
Ay 2-3: “(2) Ketika itu ada seorang laki-laki di Maon, yang
mempunyai perusahaan di Karmel. Orang itu sangat kaya: ia
mempunyai tiga ribu ekor domba dan seribu ekor kambing. Ia
ada di Karmel pada pengguntingan bulu domba-dombanya. (3) Nama orang itu Nabal
dan nama isterinya Abigail. Perempuan itu bijak dan
cantik, tetapi laki-laki itu kasar dan jahat kelakuannya. Ia
seorang keturunan Kaleb”.
1) Nabal.
Adam
Clarke: “The
word naabaal signifies to be
foolish, base, or villanous” (= Kata Nabal
berarti ‘bodoh’, ‘hina’, atau ‘keji /
kejam’).
Wycliffe
Bible Commentary: “‘Nabal
... folly.’ The Hebrew words for ‘fool’ and
‘folly’ denote not mere stupidity, but moral perversity.
‘Fool’ is an inadequate rendering. The word in Hebrew suggests one
who is insensible to the claims both of God and of man, and who is consequently
at once irreligious and churlish” (= ‘Nabal ... kebodohan’. Kata-kata Ibrani untuk
‘bodoh’ dan ‘kebodohan’ bukan hanya menunjuk kepada
‘ketololan’, tetapi kepada ‘kesesatan moral’. ‘Tolol’ merupakan penterjemahan yang tidak memadai.
Kata ini dalam bahasa Ibrani memberi kesan seseorang yang
tidak peka pada tuntutan Allah dan manusia, dan yang karena itu adalah
seseorang yang tidak religius dan kasar / tak tahu aturan / sukar dikendalikan).
Bdk.
kata ‘Nabal’ dengan ayat-ayat ini:
·
Ayub 2:10 - “Tetapi jawab Ayub
kepadanya: ‘Engkau berbicara seperti perempuan gila! Apakah kita
mau menerima yang baik dari Allah, tetapi tidak mau menerima yang buruk?"
Dalam kesemuanya itu Ayub tidak berbuat dosa dengan bibirnya”.
Kata ‘gila’ ini
seharusnya ‘tolol’.
·
Maz 14:1 - “Untuk pemimpin biduan. Dari
Daud. Orang bebal (Ibrani:
NABAL) berkata dalam hatinya:
‘Tidak ada Allah.’ Busuk dan jijik perbuatan mereka, tidak ada yang
berbuat baik”.
·
Yes 32:5-6 - “(5) Orang bebal (Ibrani: NABAL) tidak akan disebutkan lagi orang yang
berbudi luhur, dan orang penipu tidak akan dikatakan terhormat. (6) Sebab orang
bebal (Ibrani: NABAL) mengatakan kebebalan, dan hatinya merencanakan yang jahat,
yaitu bermaksud murtad dan mengatakan yang menyesatkan tentang TUHAN,
membiarkan kosong perut orang lapar dan orang haus kekurangan minuman”.
Bandingkan
juga dengan perumpamaan tentang orang kaya yang bodoh dalam Luk 12:13-21 -
“(13) Seorang dari orang
banyak itu berkata kepada Yesus: ‘Guru, katakanlah kepada saudaraku
supaya ia berbagi warisan dengan aku.’ (14) Tetapi Yesus berkata
kepadanya: ‘Saudara, siapakah yang telah mengangkat Aku menjadi hakim
atau pengantara atas kamu?’ (15) KataNya lagi kepada mereka:
‘Berjaga-jagalah dan waspadalah terhadap segala ketamakan, sebab walaupun
seorang berlimpah-limpah hartanya, hidupnya tidaklah tergantung dari pada
kekayaannya itu.’ (16) Kemudian Ia mengatakan
kepada mereka suatu perumpamaan, kataNya: ‘
Semuanya
menunjukkan bahwa kata ‘bodoh’ bukan hanya berarti ‘bodoh
secara intelektual’, tetapi juga mengandung arti ‘jahat’.
Keil
& Delitzsch: “His
name was Nabal (i. e., fool): this was hardly his proper name, but was a
surname by which he was popularly designated on account of his folly” [= Namanya adalah Nabal (yaitu
‘tolol’): ini bukan namanya yang sebenarnya, tetapi merupakan nama julukan dengan mana ia ditunjuk secara populer karena
ketololannya].
Pulpit
Commentary: “His
name was either one which he had acquired by his conduct, or if given him by
his parents shows that they were clownish people” (= Namanya didapatkan oleh
kelakuannya, atau jika itu diberikan oleh orang tuanya, menunjukkan bahwa
mereka adalah orang-orang yang senang membadut / melawak) -
hal 476.
2) Ia
adalah seorang keturunan Kaleb (ay 3b).
a) Ia
adalah seorang keturunan Kaleb.
Matthew
Henry: “His
family: He was of the house of Caleb, but was indeed of another spirit. He
inherited Caleb’s estate; for Maon and
Banyak
orang Kristen yang adalah keturunan dari orang Kristen yang saleh, pendeta yang
baik dsb, tetapi mempunyai cara hidup yang memalukan,
sama seperti Nabal ini!
b) Ia
adalah seseorang yang seperti anjing.
Pulpit
Commentary: “The
meaning of the name ‘Caleb’ is literally ‘a
dog.’”
(= Arti dari kata ‘Kaleb’ secara hurufiah adalah ‘seekor
anjing’) - hal 476.
Adam
Clarke: “‘Of
the house of Caleb.’ ... ‘he was a Calebite.’
But since the word keleb signifies
a dog, the Septuagint has understood it as implying a man of a canine
disposition, and translates it thus, kai
ho anthropos kunikos, he was a doggish man. It is understood in the same
way by the Syriac and the Arabic” (= ‘Dari keluarga Kaleb’. ...
‘ia adalah seorang keturunan Kaleb’.
Tetapi karena kata KELEB berarti ‘seekor anjing’, Septuaginta
mengerti bagian ini sebagai menunjuk secara tak langsung pada seseorang yang
mempunyai kecenderungan seperti anjing, dan menterjemahkannya demikian, KAI HO
ANTHROPOS KUNIKOS, ‘ia adalah seseorang yang seperti anjing’. Ini
dimengerti dengan cara yang sama oleh bahasa
3) Ia
adalah seorang yang kaya (ay 2b).
Kata Ibrani yang diterjemahkan ‘kaya’ dalam ay 2b adalah GADOL,
yang arti hurufiahnya adalah ‘besar’.
Matthew
Henry: “His
wealth: He was very great, that is, very rich (for riches make men look great
in the eye of the world), otherwise, to one that takes his measures aright, he
really looked very mean. Riches are common blessings, which God often gives
to Nabals, to whom he gives neither wisdom nor grace” [= Kekayaannya: Ia sangat besar, artinya, sangat kaya (karena kekayaan
membuat manusia kelihatan besar dalam pandangan dunia), sebaliknya, bagi seseorang
yang mengukurnya secara benar, ia sungguh-sungguh kelihatan sangat hina. Kekayaan
merupakan berkat umum, yang Allah berikan kepada Nabal-Nabal, kepada siapa ia tidak memberikan baik hikmat maupun kasih karunia].
4) Istrinya bernama Abigail.
Ia dikatakan sebagai ‘bijak dan cantik’ (ay
3b).
KJV: ‘of good understanding’ (=
dengan pengertian yang baik).
NIV: ‘intelligent’ (= pandai).
Adam
Clarke: “‘The
name of his wife Abigail.’ The joy or exultation of my
father. A woman of sense and beauty, married to the boor mentioned
above, probably because he was rich. Many women have been thus
sacrificed”
(= ‘nama istrinya Abigail’. ‘Sukacita atau
kegirangan dari ayahku’. Seorang perempuan dengan pikiran sehat
dan kecantikan, dinikahkan dengan orang yang tidak sopan yang disebutkan di
atas, mungkin karena ia kaya. Banyak perempuan
dikorbankan dengan cara itu).
Matthew
Henry: “His
wife - Abigail, a woman of great understanding. Her name signifies, ‘the
joy of her father;’ yet he could not promise himself much joy of her when
he married her to such a husband, enquiring more after his wealth than after
his wisdom. Many a child is thrown away upon a great heap of the dirt of
worldly wealth, married to that, and to nothing else that is desirable.
Wisdom is good with an inheritance, but an inheritance is good for little
without wisdom. Many an Abigail is tied to a Nabal; and if it be so, be her
understanding, like Abigail’s, ever so great, it will be little enough
for her exercises” (=
Istrinya - Abgail, seorang perempuan yang pandai / dengan pengertian yang
besar. Namanya berarti ‘sukacita dari ayahnya’ tetapi ia tidak bisa menjanjikan dirinya sendiri sukacita dari dia
pada saat ia menikahkan dia kepada suami seperti itu, lebih mencari kekayaannya
dari pada hikmatnya. Banyak anak dibuang kepada suatu tumpukan besar dari
kotoran kekayaan dunia, dinikahkan kepada hal itu, dan tidak kepada apapun yang
lain yang patut untuk diinginkan. Hikmat merupakan
sesuatu yang baik dengan suatu warisan, tetapi suatu warisan tak ada bagusnya
tanpa hikmat. Banyak Abigail yang diikatkan kepada seorang Nabal; dan jika
demikian, sekalipun ia pandai seperti Abigail, itu
hanya sedikit gunanya).
Dan pada ay 8 akhir Daud menyebut dirinya sendiri ‘anakmu’ pada
waktu mengirim pesan kepada Nabal. Ini mungkin
menunjukkan bahwa Nabal sudah tua. Juga dari ‘serangan
jantung’ yang ia alami (ay 37-38), rasanya
tidak mungkin menunjukkan bahwa ia masih muda. Jadi Abigail dikawinkan dengan orang
tua yang kaya!
Ay 8:
“Tanyakanlah kepada
orang-orangmu, mereka tentu akan memberitahukan kepadamu. Sebab
itu biarlah orang-orang ini mendapat belas kasihanmu; bukankah kami ini datang
pada hari raya? Berikanlah kepada hamba-hambamu ini
dan kepada anakmu Daud apa yang ada padamu.’”.
Ay 37-38:
“(37) Tetapi pada
waktu pagi, ketika sudah hilang mabuk Nabal itu, diceriterakanlah kepadanya
oleh isterinya segala perkara itu. Lalu terhentilah jantungnya dalam dada dan ia membatu. (38) Dan kira-kira sepuluh
hari sesudah itu TUHAN memukul Nabal, sehingga ia mati”.
Pulpit
Commentary: “The
home life of Nabal was evidently not happy, arising partly from utter diversity
of taste, temperament, and culture, and partly from dissimilarity of moral
conduct and religious principle. A low, grovelling disposition, revelling in
sensual indulgence and proud of wealth, could not but embitter the life of a
‘woman of good understanding,’ and of such fine spiritual
perceptions as are indicated by her words to David (vers. 27-31).” [= Kehidupan rumah dari Nabal
jelas tidak bahagia, sebagian muncul karena perbedaan total dari selera,
temperamen, dan kebudayaan, dan sebagian lagi karena perbedaan dari tingkah
laku moral dan prinsip agama. Kecenderungan yang rendah dan merendahkan diri,
yang gemar akan pemuasan nafsu dan sombong akan
kekayaan, hanya bisa membuat pahit kehidupan dari seorang ‘perempuan yang
pandai / bijak’, dan dari pengertian rohani yang begitu baik seperti
ditunjukkan oleh kata-katanya kepada Daud (ay 27-31)] -
hal 481.
Pulpit
Commentary: “There
are unfortunately many such homes. Wise and holy women are held to the
humiliation and sorrow of a lifelong bondage. In modern times the causes of
domestic infelicity are various - fashion, that considers station before
happiness; love of wealth, that lays beauty, sweetness, and culture at the feet
of mammon; inconsiderate haste, acting on partial knowledge of character;
concern for a livelihood irrespective of moral qualities; incompatible
religious sentiments; selfishness on the one side, seeking inordinate
attention, and neglect on the other, heedless of the sacred bond. In many cases
the release is only in death, so utter is the desolation” (= Sungguh sayang bahwa ada
banyak rumah / keluarga seperti itu. Perempuan yang bijaksana dan kudus dipegang / ditahan pada perendahan dan kesedihan dari
belenggu seumur hidup. Pada jaman modern penyebab-penyebab dari
ketidak-bahagiaan rumah tangga bermacam-macam:
·
mode
yang populer, yang mempertimbangkan kedudukan lebih dari kebahagiaan;
·
cinta
kekayaan, yang meletakkan kecantikan, kemanisan, dan kebudayaan pada kaki dari
Mammon;
·
ketergesa-gesaan
tanpa pemikiran yang cukup,
·
bertindak
berdasarkan pengenalan sebagian terhadap tingkah laku / moral seseorang;
·
perhatian
/ pemikiran terhadap mata pencaharian tanpa mempedulikan kwalitet moral;
·
pandangan
agama yang tidak cocok;
·
keegoisan
pada satu pihak, mencari perhatian yang sangat banyak, dan pengabaian pada
pihak yang lain,
·
sikap
tidak mempedulikan ikatan yang keramat / kudus.
Dalam banyak kasus, kelepasannya
hanya ada dalam kematian, begitu total kehancurannya) -
hal 481.
Terlalu
banyak orang tua yang menikahkan anak kepada orang kaya, dengan pemikiran bahwa
itu akan membahagiakan anak. Orang tua seperti itu
seharusnya diberi nama Nabal!
Untuk
orang tua, jangan kawinkan anak karena harta, dan untuk saudara sendiri, jangan
kawin demi harta!
1) Daud mengirim utusan untuk meminta sesuatu kepada Nabal.
Ay 4-9: “(4) Ketika
didengar Daud di
a) Sebetulnya apa hak
Daud meminta seperti itu?
1. Ia dan para
tentaranya menjaga ternak Nabal dari perampok, orang-orang Filistin dan
sebagainya.
Pulpit Commentary: “Probably
such mission were not uncommon, and the large sheep-masters were glad to supply
the wants of one who guarded their flocks and defended them from the incursions
of the desert tribes” (= Mungkin misi seperti
itu bukanlah merupakan sesuatu yang tidak umum, dan tuan dari kelompok besar
domba-domba dengan gembira menyuplai kebutuhan dari seseorang yang menjaga
kawanan ternak mereka dan membela mereka dari serangan dari suku-suku padang
pasir) - hal
476.
Matthew Henry: “they
protected them from being hurt by others. David himself does but intimate this, for he would not boast of his good offices:
Neither was there aught missing to them, v. 7. But Nabal’s servants, to
whom he appealed, went further (v. 16): They were a wall unto us, both by night
and day. David’s soldiers were a guard to Nabal’s shepherds when
the bands of the Philistines robbed the threshing-floors (1Sam 23:1) and would
have robbed the sheep-folds. From those plunderers Nabal’s flocks were
protected by David’s care, and therefore he says, Let us find favour in
thy eyes. Those that have shown kindness may justly expect to receive
kindness” [= mereka melindungi mereka dari
bahaya yang dilakukan orang-orang lain. Daud sendiri hanya mengisyaratkan hal
ini, karena ia tidak mau membanggakan jasa-jasa
baiknya: ‘tidak ada sesuatu yang hilang dari pada mereka’, ay 7.
Tetapi pelayan-pelayan Nabal, kepada siapa ia memohon,
berkata lebih jauh (ay 16): Mereka seperti pagar tembok sekeliling kami siang
malam. Tentara-tentara Daud merupakan pengawal bagi gembala-gembala Nabal pada
waktu gerombolan-gerombolan Filistin merampok tempat pengirikan (1Sam 23:1) dan
akan merampok kawanan domba. Dari
penjarahan-penjarahan itu kawanan ternak Nabal dilindungi oleh pemeliharaan
Daud, dan karena itu ia berkata: ‘biarlah kami
mendapat belas kasihanmu’. Mereka yang telah
menunjukkan kebaikan bisa dengan benar / adil berharap untuk menerima kebaikan].
Catatan: hati-hati dengan kalimat yang
saya garis bawahi itu. Itu tidak berarti bahwa kita boleh
memberikan kebaikan dengan pamrih / mengharapkan balasan. Kita tak boleh berbuat baik dengan pamrih. Tetapi kalau kita
berbuat baik kepada seseorang, dan suatu kali kita membutuhkan pertolongan,
adalah sesuatu yang wajar kalau kita berharap akan
pertolongan dari orang tersebut.
2. Firman Tuhan / hukum Taurat memerintahkan
seseorang untuk mempedulikan orang-orang miskin dan yang ada dalam kebutuhan. Perhatikan text-text Kitab
Suci di bawah ini:
·
Kel 23:11 - “tetapi
pada tahun ketujuh haruslah engkau membiarkannya dan meninggalkannya begitu
saja, supaya orang miskin di antara bangsamu dapat makan, dan apa yang ditinggalkan
mereka haruslah dibiarkan dimakan binatang hutan. Demikian juga kaulakukan
dengan kebun anggurmu dan kebun zaitunmu”.
·
Ul 14:28-29 - “(28) Pada akhir tiga
tahun engkau harus mengeluarkan segala persembahan persepuluhan dari hasil
tanahmu dalam tahun itu dan menaruhnya di dalam kotamu; (29) maka orang Lewi,
karena ia tidak mendapat bagian milik pusaka bersama-sama engkau, dan orang
asing, anak yatim dan janda yang di dalam tempatmu, akan datang makan dan
menjadi kenyang, supaya TUHAN, Allahmu, memberkati engkau di dalam segala
usaha yang dikerjakan tanganmu.’”.
·
Ul 15:7,8,10 - “(7) Jika sekiranya
ada di antaramu seorang miskin, salah seorang saudaramu di dalam salah satu
tempatmu, di negeri yang diberikan kepadamu oleh TUHAN, Allahmu, maka janganlah
engkau menegarkan hati ataupun menggenggam tangan terhadap saudaramu yang
miskin itu, (8) tetapi engkau harus
membuka tangan lebar-lebar baginya dan memberi pinjaman kepadanya dengan
limpahnya, cukup untuk keperluannya, seberapa ia perlukan. ... (10) Engkau harus
memberi kepadanya dengan limpahnya dan janganlah hatimu berdukacita,
apabila engkau memberi kepadanya, sebab oleh karena hal itulah TUHAN, Allahmu,
akan memberkati engkau dalam segala pekerjaanmu dan dalam segala usahamu”.
b) Daud memilih waktu yang baik untuk meminta
sesuatu dari Nabal, yaitu ketika Nabal sedang melakukan pengguntingan bulu
domba (ay 4,7).
Ini seperti
masa panen, dan pasti merupakan masa yang menyenangkan dan juga masa kelimpahan
bagi Nabal.
c) Daud mengirim orang-orangnya dengan pesan
yang sangat sopan (ay 5-6).
Kata Ibrani
yang diterjemahkan ‘selamat’ dalam ay 6 adalah SHALOM.
d) Daud bersikap sopan, rendah hati, dan tidak cerewet /
memilih-milih dalam meminta.
Ay 8b: “Berikanlah
kepada hamba-hambamu ini dan kepada anakmu Daud apa yang ada padamu”.
Matthew Henry: “He
was very modest in his request. Though David was anointed king, he insisted not
upon royal dainties, but, ‘Give whatsoever comes to thy hand, and we will
be thankful for it.’ Beggars must not be choosers. Those that
deserved to have been served first will now be glad of what is left. ... David
demands not what he wanted as a debt, either by way of tribute as he was a
king, or by way of contribution as he was a general, but asks it as a boon to a
friend, that was his humble servant”
(= Ia sangat sopan / rendah hati dalam permintaannya. Sekalipun ia adalah raja yang diurapi, ia tidak menuntut makanan
pilihan untuk raja, tetapi, ‘Berilah apapun yang ada pada tanganmu, dan
kami akan berterima kasih untuk itu’. Pengemis /
peminta tidak boleh menjadi pemilih. Orang yang layak untuk dilayani
pertama sekarang gembira dengan apa yang tersisa. ...
Daud tidak menuntut apa yang ia inginkan sebagai suatu hutang, atau sebagai
upeti karena ia adalah seorang raja, atau sebagai sumbangsih karena ia adalah
seorang jendral, tetapi memintanya sebagai suatu anugerah / kebaikan kepada
seorang teman, yang adalah pelayannya yang rendah).
Bandingkan dengan pengamen yang
marah kalau diberi Rp 50,-.
e) Orang-orang suruhan Daud mengatakan persis seperti yang dipesankan
oleh Daud.
Ay 9: “Ketika
orang-orang Daud sampai ke
2) Nabal menjawab
dengan penghinaan.
Ay 10-11: “(10) Tetapi Nabal
menjawab anak buah Daud itu, katanya: ‘Siapakah Daud? Siapakah
anak Isai itu? Pada waktu sekarang ini ada banyak
hamba-hamba yang lari dari tuannya. (11) Masakan aku
mengambil rotiku, air minumku dan hewan bantaian yang kubantai bagi orang-orang
pengguntingku untuk memberikannya kepada orang-orang yang aku tidak tahu dari
mana mereka datang?’”.
a) Ini sesuai dengan beberapa ayat Kitab Suci:
·
Amsal 18:23 - “Orang miskin
berbicara dengan memohon-mohon, tetapi orang kaya menjawab dengan kasar”.
·
Yes 32:5-6 - “(5) Orang bebal
tidak akan disebutkan lagi orang yang berbudi luhur, dan orang penipu tidak akan
dikatakan terhormat. (6) Sebab orang bebal mengatakan kebebalan, dan
hatinya merencanakan yang jahat, yaitu bermaksud murtad dan mengatakan yang
menyesatkan tentang TUHAN, membiarkan kosong perut orang lapar dan orang
haus kekurangan minuman”.
b) Ini menunjukkan pandangan yang salah dan
kecintaan Nabal terhadap uang sehingga tidak mau menolong orang yang ada dalam
kebutuhan, sekalipun Firman Tuhan mengharuskan hal itu.
Matthew Henry: “He
insists much upon the property he had in the provisions of his table, and will
by no means admit any body to share in them. ... priding himself in it that it
was all his own; ... this, he thinks, will justify him in keeping it all to
himself, and giving David none; for may he not do what he will with his own? Whereas
we mistake if we think we are absolute lords of what we have and may do what we
please with it. No, we are but stewards, and must use it as we are directed,
remembering it is not our own, but his that entrusted us with it. Riches
are ta allotria (Lu. 16:12); they
are another’s, and we ought not to talk too much of their being our
own” [= Ia sangat berkeras pada milik yang ia
punyai dalam persediaan di mejanya, dan sama sekali tidak mau mengijinkan
siapapun untuk mendapat bagian di dalamnya. ... membanggakan dirinya sendiri di
dalamnya bahwa itu semua adalah miliknya sendiri; ... ini, pikirnya,
membenarkan dia dalam menahannya semua untuk dirinya sendiri, dan tidak
memberikan Daud apapun; karena bukankah ia boleh berbuat sekehendaknya sendiri
dengan miliknya? Sedangkan dalam faktanya kita salah jika kita berpikir
bahwa kita adalah tuan secara mutlak dari apa yang
kita punyai dan boleh berbuat apa yang kita senangi dengannya. Tidak, kita
adalah hanya pengurus, dan harus menggunakannya sebagaimana kita diarahkan,
sambil mengingat bahwa itu bukanlah milik kita sendiri, tetapi milikNya yang
mempercayakannya kepada kita. Kekayaan adalah TA ALLOTRIA
(Luk 16:12); mereka adalah milik orang lain, dan kita tidak seharusnya
membicarakannya terlalu banyak bahwa itu adalah milik kita sendiri].
Luk 16:12 - “Dan
jikalau kamu tidak setia dalam harta orang lain, siapakah yang akan
menyerahkan hartamu sendiri kepadamu?”.
Catatan: Nabal memang menganggap segala
sesuatu sebagai miliknya sendiri. Ini terlihat dari kata-katanya dalam
ay 11: “Masakan aku mengambil rotiku, air minumku
dan hewan bantaian yang kubantai bagi orang-orang pengguntingku
untuk memberikannya kepada orang-orang yang aku tidak tahu dari mana mereka
datang?”.
Pulpit Commentary: “The
first thing to recognise is that wealth is not for self-indulgence or
aggrandisement, but for the enrichment of all around. ... Above all, every man
should, in a spirit of love and gratitude, lay all on the altar of God, and see
to it that a good proportion be devoted to the cause of Christ. None have ever
regretted consecrating wealth to God. ... It would work a revolution in the
social condition of our country, ... as well as give an immense impulse to the
cause of religion, did men of wealth but conscientiously estimate their
obligations to God and man, and act accordingly”
(= Hal pertama yang harus diakui adalah bahwa kekayaan bukanlah untuk pemuasan
nafsu sendiri atau untuk peningkatan kekayaan, tetapi untuk memperkaya semua di
sekitar kita. ... Di atas semua, setiap orang harus, dalam suatu roh kasih dan
syukur, meletakkan semua di mezbah Allah, dan menjaga supaya suatu bagian yang
baik dibaktikan untuk perkara Kristus. Tidak ada orang yang
pernah menyesali pembaktian kekayaan bagi Allah. ... Akan terjadi suatu
revolusi dalam kondisi sosial dari negara kita, ... dan memberi dorongan yang
besar sekali pada perkara agama, jika orang-orang kaya memperkirakan dengan
teliti / sungguh-sungguh kewajiban mereka kepada Allah dan manusia, dan
bertindak sesuai dengan hal itu) - hal 481,482.
Pulpit Commentary: “The
‘love of money’ is so strong in some as to
blind the intellect and harden the heart against a recognition of the proper
uses of it” (= ‘Cinta uang’
begitu kuat dalam sebagian orang sehingga membutakan pikiran dan mengeraskan
hati terhadap suatu pengenalan tentang penggunaannya yang benar) - hal 481.
c) Daud yang saleh dimaki-maki oleh orang yang brengsek.
Orang baik / saleh sering
dimaki oleh orang-orang brengsek, dengan makian yang sama
sekali tidak pada tempatnya. Jangan heran kalau saudara
melakukan sesuatu yang baik tetapi bukannya dihargai, melainkan
disalah-mengerti orang, dimaki-maki, dan sebagainya.
Matthew Henry: “David
was reduced to this distress, not by any fault, no, nor any indiscretion, of
his own, but purely by the good services he had done to his country and the
honours which his God had put upon him; and yet he was represented as a
fugitive and runagate. Let this help us to bear such reproaches and
misrepresentations of us with patience and cheerfulness, and make us easy under
them, ... Some of the best men that ever the world was blest with were counted
as the off-scouring of all things, 1 Cor. 4:13.”
(= Daud diturunkan pada kesukaran ini, bukan oleh kesalahan apapun, atau
ketidak-bijaksanaan apapun, dari dirinya sendiri, tetapi semata-mata oleh
pelayanan-pelayanan yang baik yang telah ia lakukan bagi negaranya dan
kehormatan yang telah diletakkan oleh Allahnya padanya; tetapi ia digambarkan
sebagai seorang pelarian dan buronan. Biarlah ini menolong kita untuk menahan
celaan dan penggambaran yang salah tentang kita dengan kesabaran dan
kegembiraan, dan membuat kita tenang di bawah hal-hal itu, ... Beberapa dari
orang-orang yang terbaik yang pernah menjadi berkat bagi dunia dianggap sebagai
‘kotoran dari segala sesuatu’, 1Kor 4:13).
1Kor 4:13 - “kalau
kami difitnah, kami tetap menjawab dengan ramah; kami telah menjadi sama dengan sampah dunia, sama dengan kotoran dari segala
sesuatu, sampai pada saat ini”.
Paulus juga
dimaki sebagai ‘troublemaker’ (Kis 24:5 - NIV). Yesuspun juga sering dimaki
sebagai gila, kerasukan setan, dan sebagainya (Mark 3:21 Yoh 7:20 8:48,52
10:20). Makian seperti fitnah ini, baik disengaja
ataupun tidak, tidak seharusnya digubris. Bodohlah
orang yang telinganya terlalu tipis untuk mempedulikan seadanya makian.
Bdk. Amsal 12:16 - “Bodohlah
yang menyatakan sakit hatinya seketika itu juga, tetapi bijak, yang
mengabaikan cemooh”.
d) Mengapa Nabal menghina Daud?
Kalau Nabal takut memberi
kepada Daud, karena pemberian ini bisa menyebabkan ia
mengalami nasib seperti Ahimelekh (1Sam 21-22), maka setidaknya ia bisa
menolak dengan sopan. Tetapi ia menolak dengan
penghinaan yang besar. Mengapa?
Pulpit Commentary mengatakan
(hal 482) bahwa Nabal tahu siapa Daud, dan bahwa Daud adalah dari ‘kelompok
rohani’
di Israel, sama seperti Samuel. Demikian
juga dengan Yonatan, Gad, Abyatar dsb, yang mendukung Daud. Mereka adalah orang-orang yang senang dengan kelompok rohani ini.
Sebaliknya ada ‘kelompok duniawi’, khususnya Saul, yang didukung
banyak orang lain. Nabal memusuhi Daud, karena ia
tidak senang dengan kelompok rohani ini.
Pulpit Commentary: “Thus
did Nabal, knowing well who David was, what course he had pursued, what trials
had befallen him, and what high spiritual anticipations were associated with
his chequered life, express his contempt for the coming king and his supposed
mission in Israel. This was clearly the case of a rich man, fond of sensual
indulgence, boastful of his possession, indifferent to the culture, moral
elevation, and spiritual prosperity of his countrymen, and looking with scorn
on the men who long for a higher form of life in which purity, knowledge, and
joy in God are prominent features. He wanted to have nothing to do with
‘theorists,’ ‘fanatics,’ and men of that type. ... Men
do not object to a religion, but they do dislike a holy religion”
(= Dengan cara ini Nabal, yang mengenal dengan baik siapa Daud itu, jalan mana
yang telah ia ikuti, pencobaan / ujian apa yang menimpanya, dan pengharapan
rohani yang bagaimana tingginya yang berhubungan dengan pola kehidupannya,
menyatakan kejijikannya untuk raja yang akan datang dan missinya di Israel. Ini
jelas merupakan kasus dari seorang kaya, yang senang pada pemuasan nafsu,
bangga tentang miliknya, acuh tak acuh terhadap kebudayaan, peninggian moral,
dan kemakmuran rohani dari orang-orang negerinya, dan memandang rendah
orang-orang yang merindukan bentuk kehidupan yang lebih tinggi dalam mana
kemurnian, pengetahuan, dan sukacita dalam Allah adalah ciri-ciri yang
menonjol. Ia tidak mau berurusan dengan
‘teoretis’, ‘orang-orang yang fanatik’, dan orang-orang
dari type itu. ... Manusia tidak keberatan terhadap agama, tetapi mereka tidak
menyenangi suatu agama yang kudus / suci) - hal 482.
Karena itu, kalau gereja ini
bersungguh-sungguh dalam memberitakan Injil / Firman Tuhan dan kalau saudara
sebagai jemaat bersungguh-sungguh mengikut dan melayani Tuhan, jangan heran
kalau ada banyak orang, dari kalangan Kristen, yang lalu menjadi tidak senang
kepada saudara dan bahkan memusuhi saudara!
3)
Ay 12: “Lalu orang-orang Daud
itu berbalik pulang dan setelah sampai, mereka memberitahukan kepadanya tepat
seperti yang dikatakan kepada mereka”.
a) Sekalipun mereka pasti marah, tetapi mereka
tidak membalas tindakan Nabal dengan makian, apalagi dengan membunuh Nabal,
karena mereka tidak disuruh Daud untuk hal ini. Mereka bukan
orang yang suka memutuskan karepe dewe. Mereka kembali
kepada Daud, dan melaporkan hal itu.
b) Sebagaimana pada waktu mereka menyampaikan
kata-kata Daud kepada Nabal, mereka mengatakan ‘tepat
seperti yang dikatakan kepada mereka’ (ay 9), maka pada waktu melaporkannya kembali kepada
Daud, lagi-lagi mereka memberitahukan kepada Daud ‘tepat
seperti yang dikatakan kepada mereka’ (ay 12b). Mereka
tidak menambah-nambahi kata-kata / penghinaan Nabal, sehingga memperburuk
suasana yang memang sudah buruk. Padahal, kecenderungan orang, dalam
kasus seperti ini, adalah selalu menambah-nambahi!
4) Daud menjadi begitu marah sehingga:
a) Ia menyesali kebaikan yang telah ia lakukan terhadap Nabal.
Ay 21: “Daud
tadinya telah berkata: ‘Sia-sialah aku melindungi segala kepunyaan orang
ini di
Matthew Henry: “He
repented of the kindness he had done to Nabal, ...
But, when we are thus requited, we should not repent of the good we have done,
nor be backward to do good another time. God is kind
to the evil and unthankful, and why may not we?”
(= Ia menyesal dari kebaikan yang telah ia lakukan kepada Nabal, ... Tetapi,
pada waktu kita dibalas seperti itu, kita tidak seharusnya menyesali kebaikan
yang telah kita lakukan, ataupun mundur dari tindakan melakukan kebaikan pada
saat lain. Allah itu baik kepada orang-orang yang jahat dan
tidak tahu berterima kasih, dan mengapa kita tidak?).
b) Ia ingin membasmi Nabal dan semua orang laki-laki yang
bersamanya.
Ay 13: “Kemudian
berkatalah Daud kepada orang-orangnya: ‘Kamu masing-masing, sandanglah
pedang!’ Lalu mereka masing-masing menyandang
pedangnya; Daud sendiripun menyandang pedangnya. Sesudah
itu kira-kira empat ratus orang maju mengikuti Daud, sedang dua ratus orang
tinggal menjaga barang-barang”.
Ay 22: “Beginilah
kiranya Allah menghukum Daud, bahkan lebih lagi dari pada itu, jika
kutinggalkan hidup sampai pagi seorang laki-laki sajapun dari semua yang ada
padanya.’”.
KJV: ‘So and more
also do God unto the enemies of David, if I leave of all that pertain to
him by the morning light any that pisseth
against the wall’ (= Beginilah dan bahkan lebih lagi Allah
lakukan kepada musuh-musuh Daud, jika aku meninggalkan dari semua yang
berhubungan dengan dia sampai pagi siapapun
yang kencing pada tembok).
Catatan:
·
Kata ‘enemies’
(= musuh-musuh) ini ada dalam beberapa manuscripts.
·
Bagian yang
saya beri garis bawah ganda merupakan terjemahan hurufiah. Artinya jelas adalah
‘orang
laki-laki’.
Ay 32-34: “(32) Lalu
berkatalah Daud kepada Abigail: ‘Terpujilah TUHAN, Allah
1. Jelas bahwa kemarahan dan tindakan Daud, yang
ingin membunuh Nabal dan semua laki-laki yang bersamanya ini, tidak bisa
dibenarkan.
a. Ingin membunuh Nabal masih masuk akal, tetapi
itupun tidak bisa dibenarkan.
b. Ingin membunuh semua orang laki-laki yang
bersama Nabal, merupakan suatu kegilaan yang sama
sekali tidak masuk akal. Apa kesalahan mereka?
Pulpit Commentary: “Nabal’s
words, rude though they were, would not justify David in the rough vengeance
which he meditated” (= Sekalipun kata-kata
Nabal memang kasar / tidak sopan, itu tidak membenarkan Daud dalam pembalasan
dendam yang buruk yang ia rencanakan) - hal 477.
Adam Clarke: “Nothing
can justify this part of David’s conduct. Whatever his provocation might
have been, he had suffered, properly speaking, no wrongs; and his resolution to
cut off a whole innocent family, because Nabal had acted ungenerously toward
him, was abominable and cruel, not to say diabolic. ... David
himself condemns this most rash and unwarrantable conduct, and thanks God for
having prevented him from doing this evil, 1 Sam. 25:32, etc.”
(= Tak ada apapun yang bisa membenarkan bagian dari tingkah laku Daud ini.
Apapun provokasi yang ada, sebetulnya ia tidak
disalahi / mengalami ketidak-adilan; dan ketetapan hatinya untuk memusnahkan
seluruh keluarga yang tak bersalah, karena Nabal telah bertindak secara tidak
murah hati kepadanya, adalah sangat buruk dan kejam, dan dari setan. ... Daud
sendiri mengecam tingkah laku yang paling gegabah dan tak dapat dibenarkan ini,
dan bersyukur kepada Allah karena telah mencegah dia melakukan kejahatan ini,
1Sam 25:32-dst).
2. Di sini Daud bertindak tak sesuai dengan
ajaran / teorinya sendiri.
Dalam banyak
mazmur-mazmurnya Daud mengajarkan kesabaran, penyerahan kepada Allah, larangan marah
kepada orang-orang jahat, dan sebagainya.
Contoh:
Maz 37:1-11 - “(1)
Dari Daud. Jangan marah karena orang yang berbuat jahat,
jangan iri hati kepada orang yang berbuat curang; (2) sebab mereka segera lisut
seperti rumput dan layu seperti tumbuh-tumbuhan hijau. (3) Percayalah
kepada TUHAN dan lakukanlah yang baik, diamlah di negeri dan berlakulah setia,
(4) dan bergembiralah karena TUHAN; maka Ia akan
memberikan kepadamu apa yang diinginkan hatimu. (5) Serahkanlah hidupmu
kepada TUHAN dan percayalah kepadaNya, dan Ia akan
bertindak; (6) Ia akan memunculkan kebenaranmu seperti terang, dan hakmu
seperti siang. (7) Berdiam dirilah di hadapan TUHAN dan nantikanlah Dia;
jangan marah karena orang yang berhasil dalam hidupnya, karena orang yang
melakukan tipu daya. (8) Berhentilah marah dan tinggalkanlah panas hati
itu, jangan marah, itu hanya membawa kepada kejahatan. (9) Sebab
orang-orang yang berbuat jahat akan dilenyapkan,
tetapi orang-orang yang menanti-nantikan TUHAN akan mewarisi negeri. (10)
Karena sedikit waktu lagi, maka lenyaplah orang fasik; jika engkau
memperhatikan tempatnya, maka ia sudah tidak ada lagi.
(11) Tetapi orang-orang yang rendah hati akan mewarisi negeri
dan bergembira karena kesejahteraan yang berlimpah-limpah”.
Tetapi
sekarang Daud sendiri marah sehingga ingin membunuh seperti itu. Ini menunjukkan adanya
ketidak-cocokan antara ajaran / pengakuan dan praktek!
Pulpit Commentary: “Creed
and practice. ... There is at times a sad disproportion between the beliefs and
the practice of even the best of men. ... This falling below our ideal
is a too common calamity in individual and Church life”
(= Pengakuan Iman dan praktek. ... Kadang-kadang
ada suatu ketidak-cocokan yang menyedihkan antara kepercayaan dan praktek bahkan
dari orang-orang yang terbaik. ... Kejatuhan di bawah konsep kita
merupakan sesuatu yang bencana yang terlalu umum dalam kehidupan
individu dan Gereja) - hal 482,483.
Matthew Henry: “He
determined to destroy Nabal and all that belonged to him, v. 22. Here David did
not act like himself. His resolution was bloody, to cut off all the males of
Nabal’s house, and spare none, man nor man-child. The ratification of his
resolution was passionate: So, and more also do to God ... to the enemies of
David. Is this thy voice, O David? Can the man after God’s own heart
speak thus unadvisedly with his lips? Has he been so long in the school of
affliction, where he should have learned patience, and yet so passionate? Is
this he who used to be dumb and deaf when he was reproached (Ps. 38:13), who
but the other day spared him who sought his life, and yet now will not spare
any thing that belongs to him who has only put an affront upon his messengers?
He who at other times used to be calm and considerate is now put into such a
heat by a few hard words that nothing will atone for them but the blood of a
whole family” [= Ia menentukan untuk
menghancurkan Nabal dan semua miliknya, ay 22. Di sini Daud
tidak bertindak seperti dirinya sendiri. Ketetapan
hatinya berdarah, membunuh semua orang laki-laki dari rumah / keluarga Nabal,
dan tidak menyayangkan siapapun, orang dewasa atau anak-anak. Pengesahan
dari ketetapan hatinya penuh nafsu: ‘Beginilah, dan bahkan lebih lagi Allah melakukannya ...
kepada musuh-musuh Daud’. Apakah ini adalah suaramu, O
Daud? Bisakah seseorang yang mengikuti hati Allah
berbicara dengan tanpa dipikir dulu seperti itu dengan bibirnya?
Bukankah ia sudah begitu lama berada dalam sekolah
penderitaan, dimana ia seharusnya sudah belajar kesabaran, tetapi
sekarang ia begitu bernafsu? Inikah dia yang terbiasa untuk menjadi bisu dan
tuli pada waktu ia dicela (Maz 38:14),
yang pada hari yang lain menyayangkan / membiarkan hidup ia yang ingin
membunuhnya, tetapi sekarang ia tidak mau menyayangkan apapun yang menjadi
miliknya, yang hanya menghina para utusannya? Ia yang
pada saat-saat yang lain biasanya begitu tenang dan penuh pertimbangan,
sekarang menjadi begitu panas oleh beberapa kata-kata keras, sehingga tidak ada
apapun bisa menebus mereka kecuali darah dari seluruh keluarga].
Bdk. Maz 38:1,14-16 - “(1) Mazmur Daud pada waktu
mempersembahkan korban peringatan. ... (14) Tetapi aku ini seperti orang
tuli, aku tidak mendengar, seperti orang bisu yang tidak membuka mulutnya;
(15) ya, aku ini seperti orang yang tidak mendengar, yang tak ada bantahan
dalam mulutnya. (16) Sebab kepadaMu, ya TUHAN, aku
berharap; Engkaulah yang akan menjawab, ya Tuhan, Allahku”.
Juga dalam
pasal yang lalu Daud baru menyebut dirinya sebagai anjing mati dan kutu
(1Sam 24:14), untuk menunjukkan kepada Saul bahwa Daud terlalu rendah bagi
martabat Saul untuk dikejar-kejar dan dibunuh. Tetapi sekarang ia sendiri marah dan mau membunuh Nabal. Apakah Nabal tak
terlalu rendah untuk martabatnya untuk ia kejar dan
bunuh?
Penerapan:
·
Kalau saudara lihat pendeta / seseorang yang rohani berbuat
salah, dan kelakuannya tak sesuai dengan ajarannya, sadari bahwa itu bisa
terjadi pada siapapun. Pendeta bukan malaikat / orang suci / superman rohani
dan sebagainya.
·
Kalau saudara sendiri disakiti / dihina, berusahalah untuk tidak
ingin membalas dendam seperti Daud.
Pulpit Commentary: “Our
standard of conduct is to be taken not from good men, but from the explicit
teaching of Scripture and the example of Christ”
(= Standar dari tingkah laku kita harus diambil bukan dari orang-orang yang
baik / saleh, tetapi dari ajaran explicit dari Kitab Suci dan dari teladan
Kristus) - hal
483.
Jadi, pada
waktu melihat ‘kejatuhan’ Daud di sini, jangan membenarkan diri
pada saat saudara marah kepada orang jahat dan ingin membunuhnya. Ikutilah
ajarannya yang benar, dan bukan kehidupan / tingkah lakunya yang salah.
3. Mengapa Daud bisa jatuh seperti itu?
a. Karena Allah tidak menolong dia dalam pencobaan ini.
Matthew Henry: “Lord,
what is man! What are the best of men, when God leaves them to themselves, to
try them, that they may know what is in their
hearts?” (= Tuhan, apakah manusia itu! Apakah
orang-orang yang terbaik, pada waktu Allah meninggalkan mereka pada diri mereka
sendiri, untuk menguji mereka, supaya mereka tahu apa
yang ada dalam hati mereka?).
b. Karena ia kurang / tidak berjaga-jaga
terhadap pencobaan yang tidak diduga ini.
Matthew Henry: “From
Saul David expected injuries, and against those he was prepared and stood upon
his guard, and so kept his temper; but from Nabal he expected kindness, and
therefore the affront he gave him was a surprise to him, found him off his
guard, and, by a sudden and unexpected attack, put him for the present into
disorder. What need have we to pray, Lord, lead us not into temptation!”
(= Dari Saul ia mengharapkan luka-luka / kerugian, dan terhadap mereka ia siap
dan berjaga-jaga, dan dengan demikian menjaga kemarahannya; tetapi dari Nabal
ia mengharapkan kebaikan, dan karena itu penghinaan yang diberikannya kepadanya
merupakan suatu kejutan baginya, mendapati dia dalam keadaan tak berjaga-jaga,
dan, oleh suatu serangan yang mendadak dan tidak diharapkan, melemparkan dia
untuk saat ini ke dalam kekacauan. Alangkah perlunya kita
berdoa, ‘Tuhan, janganlah membawa kami ke dalam pencobaan!’).
Ay 14-17: “(14) Tetapi kepada
Abigail, isteri Nabal, telah diberitahukan oleh salah seorang bujangnya,
katanya: ‘Ketahuilah, Daud menyuruh orang dari
Ay 17
(KJV): ‘Now therefore know and consider what thou wilt do; for evil is
determined against our master, and against all his household: for he is such
a son of Belial, that a man cannot speak to him’ (= ).
1) Abigail diberi tahu tentang hal itu oleh seorang bujang (ay 14).
Bujang ini
bijaksana. Ia bukannya memberitahu Nabal, yang memang adalah orang yang
tidak bisa diajak bicara (ay 17b), tetapi memberitahu Abigail, yang ia
tahu adalah seorang perempuan yang bijaksana (ay 3).
Amsal 23:9
- “Jangan berbicara di telinga orang bebal, sebab ia akan
meremehkan kata-katamu yang bijak”.
2) Abigail memperhatikan kata-kata seorang
bujang; ini sudah menunjukkan kebijaksanaan, dan juga kerendahan hatinya. Maukah saudara mendengarkan nasehat dari bawahan / pegawai / anak
saudara?
Yang penting
bukan siapa yang berbicara / memberi nasehat, tetapi apakah kata-kata /
nasehatnya sesuai dengan Firman Tuhan atau tidak?
3) Abigail tidak membuang-buang waktu; ia
segera bertindak.
Ay 18-19: “(18) Lalu segeralah
Abigail mengambil dua ratus roti, dua buyung anggur,
KJV: ‘made
haste’ (= buru-buru).
Perhatikan kata ‘segeralah’ (ay 18), atau dalam terjemahan
KJV ‘made haste’ (=
buru-buru). Ini menunjukkan Abigail tidak
menunda-nunda. Ini memang merupakan suatu keadaan urgent
/ mendesak yang tidak bisa ditunda-tunda. Kalau
penyelamatan Nabal secara jasmani merupakan sesuatu yang urgent /
mendesak, apakah penyelamatan rohani dari orang-orang yang belum percaya tidak
demikian? Apakah saudara sering / selalu menunda-nunda
dalam memberitakan Injil kepada seseorang?
4) Banyak jerih payah yang harus dilakukan oleh Abigail.
Matthew Henry: “The
passion of fools often makes those breaches in a little time which the wise,
with all their wisdom, have much ado to make up again”
(= Nafsu / kemarahan dari orang tolol seringkali membuat perpecahan / keretakan
dalam waktu yang singkat, yang orang bijak, dengan seluruh hikmatnya, harus
lakukan banyak untuk memperbaikinya / mendamaikannya).
5) Abigail memberikan banyak pemberian untuk Daud.
a) Pemberiannya disebutkan dalam ay 18,
yaitu ‘dua ratus roti, dua buyung anggur,
Kata-kata ‘dua
buyung anggur’ diterjemahkan
oleh KJV sebagai: ‘two bottles of wine’ (= dua botol
anggur). Jangan bayangkan kata ‘botol’ ini sebagai
‘botol’ yang kita kenal, karena kalau demikian, apakah artinya
‘dua botol anggur’ untuk orang sebanyak itu?
Adam Clarke memberikan
penjelasan sebagai berikut:
“‘Two bottles of wine.’
That is, two goatskins full. The hide is pulled off the animal without ripping
up; the places where the legs, etc., were are sewed up, and then the skin
serves as one large bag. This is properly the Scripture and Eastern
‘bottle’” (= ‘Dua botol
anggur’. Yaitu, 2 kulit kambing penuh. Kulit itu dilepaskan / dibuka dari binatang itu tanpa menyobek;
tempat-tempat dimana kaki-kaki dsb berada, dijahit, dan lalu kulit itu menjadi
seperti suatu kantong yang besar. Inilah tepatnya
‘botol’ dari Kitab Suci dan orang Timur).
b) Seperti Yakub memberikan pemberian kepada
Esau untuk meredakan kemarahannya, demikian juga Abigail memberikan pemberian
kepada Daud untuk meredakan kemarahannya.
Bdk. Amsal
21:14 - “Pemberian dengan sembunyi-sembunyi memadamkan marah, dan
hadiah yang dirahasiakan meredakan kegeraman yang hebat”.
6) Abigail bertemu dengan Daud dan berbicara kepada Daud.
Ay 20-31: “(20) Ketika perempuan
itu dengan menunggang keledainya, turun dengan terlindung oleh gunung,
tampaklah Daud dan orang-orangnya turun ke arahnya, dan perempuan itu bertemu
dengan mereka. (21) Daud tadinya telah berkata: ‘Sia-sialah aku
melindungi segala kepunyaan orang ini di
a) Kata-kata Abigail betul-betul indah, penuh rasa hormat, dan
lembut.
Matthew Henry: “She
speaks to him all along with the deference and respect due to so great and good
a man, calls him My lord, over and over, to expiate her husband’s crime
in saying, ‘Who is David?’”
(= Ia berbicara kepadanya dari semula dengan hormat karena Daud adalah orang
yang begitu agung dan baik / saleh, menyebutnya ‘tuanku’
berulang-ulang, untuk menebus kejahatan suaminya dalam berkata ‘Siapakah
Daud?’).
b) Ay 24:
“Ia sujud pada kaki Daud serta berkata: ‘Aku sajalah, ya tuanku, yang
menanggung kesalahan itu. Izinkanlah hambamu ini berbicara kepadamu, dan
dengarkanlah perkataan hambamu ini”.
Matthew Henry: “She
takes the blame of the ill-treatment of his messengers upon herself:
‘Upon me, my lord, upon me, let this iniquity be, v. 24. ... Sordid
spirits care not how much others suffer for their faults, while generous
spirits can be content to suffer for the faults of others. Abigail here
discovered the sincerity and strength of her conjugal affection and concern for
her family: whatever Nabal was, he was her husband”
(= Ia memikul kesalahan dari perlakuan buruk terhadap utusan-utusan itu pada
dirinya sendiri: ‘Aku sajalah, tuanku, yang memikul kesalahan ini’,
ay 24. ... Orang-orang yang jahat tidak peduli
betapa banyak orang-orang lain menderita untuk kesalahan mereka, sedangkan
orang-orang yang murah hati bisa dengan puas menderita untuk kesalahan-kesalahan
dari orang-orang lain. Abigail di sini menemukan ketulusan dan kekuatan
dari kasih pernikahan dan perhatian untuk keluarganya: bagaimanapun adanya
Nabal, ia adalah suaminya).
c) Ay 26: “Oleh sebab itu, tuanku, demi TUHAN yang hidup dan demi hidupmu yang
dicegah TUHAN dari pada melakukan hutang darah dan dari pada bertindak
sendiri dalam mencari keadilan, biarlah menjadi sama seperti Nabal musuhmu
dan orang yang bermaksud jahat terhadap tuanku!”.
1.
Kalau ia
membunuh Nabal, maka ia berhutang darah, dan bertindak sendiri dalam mencari
keadilan / main hakim sendiri, dan itu adalah dosa. Ini
diulang dalam ay 31.
2. Adalah aneh dan salah bahwa orang-orang Daud
tidak ada yang memberi teguran seperti ini.
Merupakan
sesuatu yang berbahaya kalau dalam 1 kelompok tak ada saling tegur / saling
menasehati.
Suami istri yang selalu setuju dalam segala hal, sebetulnya tidak baik, karena
mereka juga akan setuju dalam hal-hal yang bersifat
dosa.
d) Ay 27:
“Oleh sebab itu, pemberian yang dibawa
kepada tuanku oleh budakmu ini, biarlah diberikan kepada orang-orang yang
mengikuti tuanku”.
KJV/Lit: ‘blessing’
(= berkat).
Pulpit Commentary: “‘Blessing.’
... This beautiful term shows the deep religiousness of the Hebrew mind. The
gift is something that comes not from the donor, but from God, in answer to the
donor’s prayer” (= ‘Berkat’. Istilah yang indah ini menunjukkan sikap agamawi yang dalam dari
pikiran Ibrani. Pemberian adalah sesuatu yang datang bukan dari si
pemberi, tetapi dari Allah, sebagai jawaban dari doa si
pemberi) -
hal 477.
Catatan: mungkin
bagian yang saya garis bawahi itu seharusnya adalah ‘si penerima’.
Kita sering minta dari Tuhan,
tetapi pada waktu Tuhan menyediakan seseorang yang murah hati untuk memberikan kepada
kita apa yang kita minta / butuhkan, kita hanya melihat kepada si pemberi, dan
kita terlalu tinggi hati untuk menerimanya, atau sungkan untuk menerimanya. Ini
salah! Kita seharusnya melihatnya sebagai pemberian / berkat
dari Tuhan, yang harus kita terima.
Illustrasi: orang yang kena banjir dan
minta tolong Tuhan. Tuhan kirim 2 perahu dan 1 helikopter untuk tolong, tetapi ia tak mau, karena ia tunggu pertolongan dari Tuhan sendiri.
Akhirnya ia mati, dan ia tanya kepada Tuhan dengan
penasaran. Mengapa Engkau biarkan aku mati, padahal aku
berdoa kepadamu? Mengapa tak berikan pertolongan yang
aku minta? Tuhan jawab: ‘Kamu ngomong apa?
Aku berikan 2 perahu dan 1 helikopter!’.
Kalau saudara berdoa meminta
sesuatu, jangan mendikte Tuhan dengan cara bagaimana
Ia harus memberi saudara!
e) Ay 28:
“Ampunilah kiranya kecerobohan hambamu ini,
sebab pastilah TUHAN akan membangun bagi tuanku keturunan yang teguh, karena
tuanku ini melakukan perang TUHAN dan tidak ada yang jahat terdapat
padamu selama hidupmu”.
1. Adanya kata-kata ‘perang
TUHAN’
menunjukkan bahwa ada perang yang diijinkan oleh Tuhan.
2. Kata-kata ‘tidak ada yang jahat
terdapat padamu selama hidupmu’, secara implicit juga memberikan teguran / peringatan. Maksudnya, ‘selama
ini tak ada yang jahat dalam hidupmu, dan karena itu, jangan memulainya
sekarang’.
f) Ay 29:
“Jika sekiranya ada
seorang bangkit mengejar engkau dan ingin mencabut nyawamu, maka nyawa
tuanku akan terbungkus dalam bungkusan tempat orang-orang hidup pada TUHAN,
Allahmu, tetapi nyawa para musuhmu akan diumbankanNya dari dalam salang umban”.
Perhatikan
bagian yang saya garis bawahi dalam terjemahan KJV.
KJV: ‘but
the soul of my lord shall be bound in the bundle of life with the LORD thy God;
and the souls of thine enemies, them shall he sling out, as out of the middle
of a sling’ (= tetapi jiwa dari tuanku akan diikat dalam buntalan
kehidupan / nyawa pada TUHAN Allahmu; dan jiwa-jiwa dari musuh-musuhmu, mereka
akan diumbankanNya, seperti dari tengah-tengah pengumban).
Wycliffe Bible Commentary: “‘Bound
in the bundle of life.’ This saying has long been applied to life beyond
the grave, and its initial Hebrew letters are today found on almost every
Jewish tombstone. This beautiful metaphor is taken from the custom of binding
up valuable things in a bundle to prevent their being injured. ... The converse
follows in the prayer that the lives of David’s enemies might be cast
away like the stones from a sling”
(= ‘Diikat dalam buntalan kehidupan / nyawa’. Pepatah ini sudah lama
diterapkan pada kehidupan di balik kubur, dan huruf-huruf awal dalam bahasa
Ibraninya ditemukan saat ini pada hampir semua batu nisan
Yahudi. Kiasan yang indah ini diambil dari kebiasaan untuk
mengikat barang-barang yang berharga dalam suatu buntalan untuk mencegah
rusaknya barang-barang itu. ... Kebalikannya mengikuti dalam doa bahwa kehidupan / nyawa dari musuh-musuh Daud akan
dilemparkan seperti batu dari pengumban).
Keil & Delitzsch: “‘And
should any one rise up to pursue thee, ... the soul of
my lord will be bound up in the bundle of the living with the Lord thy
God.’ The metaphor is taken from the custom of binding up valuable things
in a bundle, to prevent their being injured. The words do not refer primarily
to eternal life with God in heaven, but only to the safe preservation of the
righteous on this earth in the grace and fellowship of the Lord. But whoever is
so hidden in the gracious fellowship of the Lord in this life, that no enemy
can harm him or injure his life, the Lord will not allow to perish, even though
temporal death should come, but will then receive him into eternal life”
(= ‘Dan jika seseorang bangkit untuk mengejarmu, ... jiwa dari tuanku
akan diikat dalam buntalan dari orang-orang hidup pada Tuhan Allahmu’. Kiasan ini diambil dari kebiasaan mengikat barang-barang berharga
dalam suatu buntalan, untuk mencegah dari kerusakan. Kata-kata
ini secara terutama tidak menunjuk kepada kehidupan kekal dengan Allah di
surga, tetapi hanya pada pemeliharaan / penjagaan dari orang-orang benar di bumi
ini dalam kasih karunia dan persekutuan dari Tuhan. Tetapi siapapun yang
begitu tersembunyi dalam persekutuan yang penuh kasih karunia dari Tuhan dalam
kehidupan ini, sehingga tidak ada musuh bisa menyakitinya atau melukai
nyawanya, Tuhan tak akan mengijinkan untuk binasa, sekalipun kematian sementara
akan datang, tetapi akan menerimanya ke dalam kehidupan kekal).
g) Ay 30-31:
“(30) Apabila TUHAN melakukan kepada tuanku
sesuai dengan segala kebaikan yang difirmankanNya kepadamu dan menunjuk engkau menjadi
raja atas
1. Sekalipun kata-kata Abigail lemah lembut,
tetapi dalam bagian ini ada semacam teguran. Seandainya Daud melanjutkan
rencananya dengan membunuh Nabal dan orang-orangnya, maka ia
berdosa, dan akan merasakan guilty feeling / perasaan berdosa, dan akan
menyesalinya.
Wycliffe Bible Commentary: “Abigail’s
argument was that any shedding of blood at this point would work against
David’s program. It would start a blood feud among the clans of
Matthew Henry: “she
cannot but think that if he should avenge himself it would afterwards be a
grief and an offence of heart to him, Many have done
that in a heat which they have a thousand times wished undone again. The
sweetness of revenge is soon turned into bitterness. ... Note, When we are
tempted to sin we should consider how it will appear in the reflection. Let us
never do any thing for which our own consciences will afterwards have occasion
to upbraid us, and which we shall look back upon with regret”
[= Ia (Abigail) memikirkan bahwa jika ia (Daud)
membalas dendam sendiri, itu belakangan akan menjadi kesedihan dan luka hati
baginya. Banyak orang telah melakukan itu dalam suasana panas
dan mereka berharap bisa membatalkannya kembali. Kemanisan
dari balas dendam segera dibalikkan menjadi kepahitan. ... Perhatikan, Pada waktu kita dicobai untuk berdosa kita harus
mempertimbangkannya bagaimana itu terlihat dalam perenungan. Janganlah
kita pernah melakukan apapun untuk mana hati nurani kita belakangan akan mendapat kesempatan untuk mecela kita, dan yang akan
kita pandang ke belakang dengan penyesalan].
2. ‘tanpa
alasan’
(ay 31).
John
Wesley: “‘Causeless’
... For though Nabal had been guilty of abominable rudeness, and ingratitude;
yet he had done nothing worthy of death, by the laws of God or of man. And
whatsoever he had done, the rest of his family were innocent”
(= ‘tanpa alasan’ ... Karena sekalipun Nabal telah bersalah tentang
kekasaran yang buruk sekali, dan rasa tak tahu berterima kasih; tetapi ia tidak melakukan apapun yang layak mendapatkan kematian,
oleh hukum Allah dan manusia. Dan apapun yang telah ia
lakukan, sisa keluarganya tidak bersalah).
Ay 32-35: “(32) Lalu
berkatalah Daud kepada Abigail: ‘Terpujilah TUHAN, Allah
1) Daud memuji Tuhan karena telah mengutus
Abigail untuk menemuinya, dan untuk mencegah dia dari pada melakukan hutang
darah dan main hakim sendiri.
Matthew Henry: “David
gives God thanks for sending him this happy check to a sinful way (v. 32) ...
Note, 1. God is to be acknowledged in all the kindnesses that our friends do us
either for soul or body. Whoever meet us with counsel,
direction, comfort, caution, or seasonable reproof, we must see God sending
them. 2. We ought to be very thankful for those happy
providences which are means of preventing sin”
[= Daud berterima kasih kepada Allah untuk mengirimkan kepadanya pencegah yang
menyenangkan terhadap suatu jalan yang berdosa (ay 32) ... 1. Allah harus diakui dalam semua kebaikan yang dilakukan teman-teman
kita baik untuk tubuh maupun jiwa. Siapapun yang menjumpai kita dengan
nasehat, pengarahan, penghiburan, peringatan, atau teguran / celaan yang tepat
pada waktunya, kita harus melihat Allah mengutus mereka. 2. Kita harus sangat
berterima kasih untuk providensia yang menyenangkan yang merupakan cara / jalan dari pencegahan dosa].
Dalam kasus
ini, Tuhan mencegah Daud dari dosa, melalui Abigail. Dalam kasus-kasus lain, Tuhan menyerahkan orang-orang kepada dosa.
Ro 1:24-28 - “(24)
Karena itu Allah menyerahkan mereka kepada keinginan hati mereka akan kecemaran, sehingga mereka saling mencemarkan tubuh
mereka. (25) Sebab mereka menggantikan kebenaran Allah dengan dusta dan memuja
dan menyembah makhluk dengan melupakan Penciptanya yang harus dipuji
selama-lamanya, amin. (26) Karena itu Allah menyerahkan mereka kepada hawa
nafsu yang memalukan, sebab isteri-isteri mereka menggantikan persetubuhan
yang wajar dengan yang tak wajar. (27) Demikian juga suami-suami meninggalkan
persetubuhan yang wajar dengan isteri mereka dan menyala-nyala dalam berahi
mereka seorang terhadap yang lain, sehingga mereka melakukan kemesuman,
laki-laki dengan laki-laki, dan karena itu mereka menerima dalam diri mereka
balasan yang setimpal untuk kesesatan mereka. (28) Dan karena
mereka tidak merasa perlu untuk mengakui Allah, maka Allah menyerahkan
mereka kepada pikiran-pikiran yang terkutuk, sehingga mereka melakukan apa
yang tidak pantas”.
2) Daud juga berterima kasih kepada Abigail karena melakukan hal itu.
Matthew Henry: “He
gives Abigail thanks for interposing so opportunely between him and the
mischief he was about to do ... Most people think it enough if they take a reproof
patiently, but we meet with few that will take it thankfully and will commend
those that give it to them and accept it as a favour”
(= Ia berterima kasih kepada Abigail untuk ikut campur secara tepat antara ia
dan kejahatan yang akan ia lakukan ... Kebanyakan orang menganggap cukup kalau
mereka menerima teguran / celaan dengan sabar; tetapi kita jarang bertemu
dengan orang yang menerima teguran / celaan dengan rasa syukur dan memuji
mereka yang memberinya kepada mereka dan menerimanya sebagai suatu kebaikan).
3) Daud menerima teguran Abigail dan membatalkan
niatnya untuk membunuh Nabal dan semua orang laki-laki yang bersama dia,
sekalipun tadinya ia bersumpah untuk melakukan hal
itu.
a) Daud menerima teguran Abigail.
Matthew Henry: “Abigail
was a wise reprover of David’s passion, and he gave an obedient ear to
the reproof, according to his own principle ... Never was such an admonition
either better given or better taken”
(= Abigail adalah seorang penegur / pencela yang bijaksana dari kemarahan Daud,
dan ia memberikan suatu telinga yang taat kepada teguran / celaan itu, sesuai
dengan prinsipnya sendiri. ... Tidak pernah ada teguran /
nasehat yang diberikan dengan lebih baik atau diterima dengan lebih baik).
b) Lalu bagaimana dengan pembatalan sumpah Daud?
Matthew Henry: “Oaths
cannot, bind us to that which is sinful. David had solemnly vowed the death of
Nabal. He did evil to make such a vow, but he would have done worse if he had
performed it” (= Sumpah tidak bisa mengikat
kita kepada apa yang berdosa. Daud
telah menazarkan dengan khidmat kematian dari Nabal. Ia berbuat jahat
dengan bernazar seperti itu, tetapi ia akan melakukan
yang lebih buruk jika ia melaksanakannya / memenuhinya).
John
Wesley: “Hereby
it plainly appears, that oaths whereby men bind themselves to any sin, are null
and void: and as it was a sin to make them; so it is adding sin to sin to
perform them” (= Dengan ini terlihat jelas
bahwa sumpah dengan mana manusia mengikat diri mereka sendiri kepada dosa
apapun adalah batal dan tidak berlaku: dan sebagaimana merupakan dosa untuk
melakukannya; demikianlah merupakan suatu penambahan dosa kepada dosa untuk
melaksanakan sumpah itu).
Bandingkan peneguran Abigail
dan penerimaannya oleh Daud dengan ayat-ayat ini:
·
Amsal 9:8 - “Janganlah mengecam seorang
pencemooh, supaya engkau jangan dibencinya, kecamlah orang bijak, maka engkau
akan dikasihinya”.
·
Amsal 17:10 - “Suatu hardikan lebih
masuk pada orang berpengertian dari pada seratus pukulan pada orang
bebal”.
·
Amsal 25:12 - “Teguran orang yang
bijak adalah seperti cincin emas dan hiasan kencana untuk telinga yang
mendengar”.
·
Amsal 25:15 - “Dengan kesabaran
seorang penguasa dapat diyakinkan dan lidah lembut mematahkan tulang”.
Maukah
saudara menjadi penegur seperti Abigail; dan menjadi penerima teguran seperti
Daud?
Ay 36-38:
“(36) Sampailah Abigail kepada Nabal dan
tampaklah, Nabal mengadakan perjamuan di rumahnya, seperti perjamuan raja-raja.
Nabal riang gembira dan mabuk sekali. Sebab itu
tidaklah diceriterakan perempuan itu sepatah katapun kepadanya, sampai fajar
menyingsing. (37) Tetapi pada waktu pagi, ketika sudah hilang mabuk Nabal itu,
diceriterakanlah kepadanya oleh isterinya segala perkara itu. Lalu terhentilah
jantungnya dalam dada dan ia membatu. (38) Dan kira-kira sepuluh hari sesudah itu TUHAN memukul Nabal,
sehingga ia mati”.
1) Nabal mengadakan pesta yang sangat mewah (ay 36).
Perhatikan
kata-kata ‘seperti perjamuan raja-raja’ dalam ay 36, yang
menunjukkan pesta yang sangat mewah.
Matthew Henry: “How
extravagant he was in the entertainment of his company: He held a feast like
the feast of a king, so magnificent and abundant, ...
It is very common for those that are most niggardly in any act of piety or
charity to be most profuse in gratifying a vain humour or a base lust. A mite
is grudged to God and his poor; but, to make a fair show in the flesh, gold is
lavished out of the bag. ... foolish are carnal men, that give themselves over
to their pleasures before they have taken any care to make their peace with
God” (= Betapa royal ia dalam memberi hiburan
kepada teman-temannya: Ia mengadakan pesta seperti pesta raja-raja, begitu
besar / megah dan berlimpah-limpah, ... Merupakan sesuatu yang umum untuk mereka yang paling pelit dalam
tindakan kesalehan dan kasih untuk melakukan pemuasan sebanyak-banyaknya dalam
hiburan / kesenangan yang sia-sia atau suatu nafsu yang hina. Uang yang
sedikit sekali diberikan kepada Allah dan orang miskin dengan enggan; tetapi,
untuk membuat suatu pertunjukkan / pameran yang indah dalam daging, emas
dihamburkan keluar kantong. ... bodohlah orang-orang
duniawi, yang menyerahkan diri mereka sendiri kepada kesenangan-kesenangan
mereka sebelum mereka berawas-awas untuk membuat mereka damai dengan Allah).
Matthew Henry: “Nabal,
that never thought he could bestow too little in charity, never thought he
could bestow too much in luxury” (= Nabal, yang tidak
pernah berpikir bahwa ia bisa memberi terlalu sedikit
dalam kasih, tidak pernah berpikir ia bisa memberi terlalu banyak dalam
kemewahan).
2) Dalam pesta itu Nabal riang gembira dan mabuk (ay 36).
Matthew Henry: “how
sottish he was in the indulgence of his own brutish appetite: He was very
drunk, a sign he was Nabal, a fool, that could not use his plenty without
abusing it, could not be pleasant with his friends without making a beast of
himself. There is not a surer sign that a man has but little wisdom, nor a
surer way to ruin the little he has, than drinking to excess”
(= alangkah bodohnya ia dalam pemuasan dari nafsu kebinatangannya: Ia sangat
mabuk, suatu tanda bahwa ia adalah Nabal, seorang tolol, sehingga tidak bisa
menggunakan kelimpahannya tanpa menyalah-gunakannya, tidak bisa
bersenang-senang dengan teman-temannya tanpa membuat dirinya sendiri seekor
binatang. Tidak ada tanda yang lebih pasti bahwa seseorang mempunyai hanya
sedikit hikmat, juga tidak ada jalan yang lebih pasti untuk menghancurkan
sedikit hal yang ia miliki, dari pada minum secara
berlebihan).
Matthew Henry: “Nabal
dead drunk, v. 36. Abigail came home, and, it should seem, he had so many
people and so much plenty about him that he neither missed her nor the
provisions she took to David; but she found him in the midst of his jollity,
little thinking how near he was to ruin by one whom he had foolishly made his
enemy. Sinners are often most secure when they are most in danger and
destruction is at the door” (= Nabal sangat mabuk, ay
36. Abigail pulang, dan kelihatannya ia mempunyai
begitu banyak orang dan begitu banyak kelimpahan di sekitarnya, sehingga ia
tidak kehilangan dia ataupun persediaan yang dia berikan kepada Daud; tetapi
dia menemukannya di tengah-tengah kegembiraannya, tak memikirkan betapa dekat
ia dengan kehancuran oleh seseorang yang dengan bodoh telah ia jadikan
musuhnya. Orang-orang berdosa seringkali paling merasa aman
pada waktu mereka ada paling dalam bahaya, dan kehancuran ada di ambang pintu).
3) Kebijaksanaan Abigail (ay 36b).
Matthew Henry: “Abigail,
finding him in this condition (and probably those about him little better, when
the master of the feast set them so bad an example), ... told Nabal nothing ...
To give good advice to those that are in drink is to cast pearls before swine;
it is better to stay till they are sober”
[= Abigail, menemukannya dalam keadaan ini (dan mungkin orang-orang di
sekitarnya tidak lebih baik keadaannya, pada waktu tuan rumah dari pesta
memberi teladan yang begitu buruk), ... tidak memberitahu apa-apa kepada Nabal
... Memberi nasehat yang baik kepada mereka yang mabuk sama dengan membuang
mutiara kepada babi; adalah lebih baik menunggu sampai mereka sadar / waras].
Amsal 15:23 - “Seseorang
bersukacita karena jawaban yang diberikannya, dan alangkah baiknya perkataan
yang tepat pada waktunya!”.
Amsal 25:11
- “Perkataan yang diucapkan tepat pada waktunya adalah
seperti buah apel emas di pinggan perak”.
4) Kematian Nabal (ay 37-38).
Pada waktu
Nabal sudah sadar dari mabuknya, Abigail menceritakan kepadanya segala perkara
itu. Rupanya hal itu membuat Nabal begitu kaget sehingga terkena
serangan jantung dan mati.
Ay 37b-38:
“(37b) Lalu terhentilah jantungnya dalam dada
dan ia membatu. (38) Dan kira-kira sepuluh hari sesudah itu
TUHAN memukul Nabal, sehingga ia mati”.
Matthew Henry: “How
is he changed! His heart over-night merry with wine, next
morning heavy as a stone; so deceitful are carnal pleasures, so transient the
laughter of the fool” (= Betapa berubahnya ia! Hatinya bergembira satu malam dengan
anggur, esok harinya berat seperti batu; begitu menipu kesenangan-kesenangan
daging, begitu sementara tertawa dari orang bodoh).
Bandingkan
ini dengan cerita orang kaya yang bodoh. Luk 12:20-21 - “(20) Tetapi firman
Allah kepadanya: Hai engkau orang bodoh, pada malam ini juga jiwamu akan diambil dari padamu, dan apa yang telah kausediakan, untuk
siapakah itu nanti? (21) Demikianlah jadinya dengan orang
yang mengumpulkan harta bagi dirinya sendiri, jikalau ia tidak kaya di hadapan
Allah.’”.
Apakah saudara adalah orang
seperti Nabal atau tidak, saudara juga akan mati.
Ibr 9:27
- “Dan sama seperti manusia ditetapkan untuk mati hanya satu
kali saja, dan sesudah itu dihakimi”.
Kalau
kematian datang malam ini, siapkan saudara? Kalau
saudara belum mempunyai Juruselamat, saudara belum siap. Jadi terimalah
Yesus sebagai Tuhan dan Juruselamat saudara! Jangan tunda,
besok mungkin sudah terlambat.
Ay 39-44:
“(39) Ketika didengar Daud, bahwa Nabal telah
mati, berkatalah ia: ‘Terpujilah TUHAN, yang
membela aku dalam perkara penghinaan Nabal terhadap aku dan yang mencegah
hambaNya dari pada berbuat jahat. TUHAN telah membalikkan
kejahatan Nabal ke atas kepalanya sendiri.’ Kemudian
Daud menyuruh orang untuk berbicara dengan Abigail tentang mengambil dia
menjadi isterinya. (40)
1) Daud bersukacita dan memuji Tuhan karena kematian Nabal (ay 39).
Amsal 11:10
- “Bila orang benar mujur, beria-rialah
Tetapi apa
alasan Daud bersukacita dan memuji Tuhan pada saat Nabal mati?
Matthew Henry: “He
rejoices that Nabal died a natural death and not by his hand. We should take
all occasions to mention and magnify God’s goodness to us in keeping us
from sin.” (= Ia
bersukacita bahwa Nabal mati secara alamiah dan bukan oleh tangannya. Kita harus menggunakan semua kesempatan untuk menyebut dan
membesarkan kebaikan Allah kepada kita dalam menjaga / mencegah kita dari dosa).
2) Daud menikah dengan Abigail (ay 39b-42).
Matthew Henry: “David
was so charmed with the beauty of her person, and the uncommon prudence of her
conduct and address, that, as soon as was convenient, after he heard she was a
widow, he informed her of his attachment to her (v. 39), not doubting but that
she who approved herself so good a wife to so bad a husband as Nabal would much
more make a good wife to him” [= Daud begitu tertarik
dengan keindahan dari pribadinya, dan kebijaksanaan dari tingkah laku dan
kata-katanya, sehingga, begitu waktu / keadaannya sesuai, setelah ia mendengar
bahwa ia menjadi janda, ia memberitahunya tentang cintanya (ay 39), tak
meragukan bahwa ia yang membuktikan dirinya sendiri sebagai seorang istri yang
begitu baik bagi seorang suami yang begitu buruk seperti Nabal, akan menjadi
istri yang jauh lebih baik baginya].
John
Wesley: “‘David
sent’ - But this doubtless was not done immediately after Nabal’s
death, but some time after it; though such circumstances be commonly omitted in
the sacred history; which gives only the heads, and most important passages of
things” (= ‘Daud menyuruh /
mengutus’ - Tetapi ini tak diragukan tidak dilakukan segera setelah
kematian Nabal, tetapi beberapa waktu setelahnya; sekalipun keadaan seperti itu
biasa dihapuskan dalam sejarah kudus; yang hanya memberikan pokoknya, dan
bagian-bagian terpenting saja).
Barnes’ Notes: “There
is no note of the exact interval that elapsed between Nabal’s death and
David's hearing of it, or, again, between David’s hearing of it and his
message to Abigail; nor is there any reason to suppose that the marriage took
place with unbecoming haste. The widow of such a husband as Nabal had been could not, however, be expected to revere his memory. After
the usual mourning of seven days, she would probably feel herself free to act
as custom allowed. (See 2 Sam. 11:26)”
[= Tidak ada catatan tentang waktu yang tepat yang berlalu antara kematian Nabal
dan saat Daud mendengar tentang hal itu, atau antara Daud mendengar hal itu dan
saat ia memberikan pesan kepada Abigail; dan tidak ada alasan untuk menduga
bahwa pernikahan itu terjadi dengan ketergesa-gesaan yang tidak pantas. Tetapi
bagaimanapun juga, janda dari suami seperti Nabal tidak bisa diharapkan untuk
mempunyai ingatan yang menghormat tentang dia. Setelah perkabungan yang lazim
selama 7 hari, mungkin ia merasa dirinya bebas untuk bertindak seperti yang
diijinkan oleh tradisi (lihat 2Sam 11:26)].
Bdk. 2Sam 11:26-27 - “(26)
Ketika didengar isteri Uria, bahwa Uria, suaminya, sudah mati, maka merataplah ia karena kematian suaminya itu. (27) Setelah lewat waktu
berkabung, maka Daud menyuruh membawa perempuan itu ke rumahnya. Perempuan itu menjadi isterinya dan melahirkan seorang anak
laki-laki baginya. Tetapi hal yang telah dilakukan
Daud itu adalah jahat di mata TUHAN”.
3) Poligami yang dilakukan oleh Daud.
a) Apakah karena Saul memberikan Mikhal, istri
Daud, kepada orang lain, maka Daud dibenarkan dalam pernikahannya dengan
Abigail?
Adam Clarke: “‘To
take her to him to wife.’ It is likely that he had heard before this that
Saul, to cut off all his pretensions to the throne, had married Michal to
Phalti; and this justified David in taking Abigail or any other woman”
(= ‘Mengambil dia menjadi istrinya’. Adalah mungkin bahwa ia telah mendengar sebelum ini bahwa Saul, untuk memotong
semua haknya kepada takhta, telah menikahkan Mikhal kepada Palti; dan ini
membenarkan Daud dalam mengambil Abigail atau wanita manapun juga).
Ay 44 menunjukkan kegilaan
Saul, dengan memberikan anaknya, yang sudah menjadi istri Daud, kepada orang
lain. Matthew Poole mengatakan bahwa Saul berbuat demikian untuk menghapuskan
semua hubungan dengan Daud, dan sekalipun untuk membuang kemungkinan Daud
menjadi raja (kalau ia adalah menantu raja, maka
kemungkinannya untuk menjadi raja akan menjadi lebih besar). Tetapi manusia tak
bisa menghalangi rencana Allah! Daud tetap menjadi raja, dan
nanti setelah Daud menjadi raja, Mikhal kembali kepada dia (2Sam 3:14-16).
Tetapi, sekalipun Mikhal
diberikan kepada orang lain, ini tak membenarkan
tindakan Daud mengawini Abigail, karena Daud juga sudah mempunyai istri Ahinoam
(ay 43).
Wycliffe Bible Commentary: “‘Also
took.’ David married Ahinoam, mother of Amnon, before he married Abigail.
In the lists of David’s wives, Ahinoam is always mentioned first”
(= ‘Juga ... diambil’. Daud menikah dengan Ahinoam, ibu dari Amnon,
sebelum ia menikah dengan Abigail. Dalam
daftar dari istri-istri Daud, Ahinoam selalu disebutkan pertama).
Tetapi ada
yang beranggapan bahwa Ahinoam belum tentu adalah istri pertama Daud.
Barnes’ Notes: “In
the list of David’s wives Ahinoam is mentioned first (2 Sam. 3:2; 1 Chr.
3:1). But this may be only because her son was the first-born. David’s
now taking two wives was an indication of his growing power and importance as a
chieftain. The number was increased to six when he reigned in
1Taw 3:1-3 - “(1)
Inilah anak-anak Daud yang lahir bagi dia di Hebron; anak sulung ialah Amnon,
dari Ahinoam, perempuan Yizreel; anak yang kedua ialah Daniel, dari Abigail,
perempuan Karmel; (2) anak yang ketiga ialah Absalom, anak Maakha, yakni
anak perempuan Talmai, raja Gesur; anak yang keempat ialah Adonia, anak Hagit;
(3) anak yang kelima ialah Sefaca, dari Abital; anak yang keenam ialah
Yitream, dari Egla, isterinya itu”.
2Sam 5:12-13
- “(12) Lalu tahulah Daud, bahwa TUHAN telah menegakkan dia sebagai
raja atas
b) Apakah tradisi poligami, yang sangat
membudaya pada saat itu, membenarkan tindakan Daud untuk juga melakukan
poligami?
Adam Clarke: “according
to the then custom, it was not unlawful for David to take several wives” (=
menurut kebiasaan saat itu, bukanlah sesuatu yang salah bagi Daud untuk
mengambil beberapa istri).
Sekalipun
kebiasaan saat itu memang seperti itu (poligami merupakan sesuatu yang sangat
umum), tetapi Firman Tuhan melarang hal itu, khususnya bagi seorang raja. Dan yang
harus kita jadikan standard kehidupan adalah Firman Tuhan, bukan tradisi.
Ul 17:14-17 - “(14)
‘Apabila engkau telah masuk ke negeri yang diberikan kepadamu oleh TUHAN,
Allahmu, dan telah mendudukinya dan diam di
Matthew Henry: “David
was carried away by the corrupt custom of those times; but from the
beginning it was not so” (= Daud diseret oleh
tradisi yang rusak dari jaman itu; tetapi dari semula tidaklah demikian).
Kalau orang
saleh seperti Daud saja bisa diseret oleh tradisi / kebiasaan yang rusak dari
jaman itu, apalagi kita. Jadi kita harus sangat berhati-hati dengan
dosa yang sudah membudaya. Bagi kita ada beberapa, misalnya: menyogok,
berdusta, kecurangan dalam bisnis, tidak tepat waktu, dan sebagainya.
c) Mengapa Tuhan membiarkan Daud melakukan
poligami, dan kelihatannya tetap memberkatinya?
1. Dosa yang membudaya, seperti poligami dan
perbudakan pada jaman itu, lebih ditoleransi oleh Tuhan.
2. Tuhan bukan membiarkan sama
sekali. Semua anak Tuhan yang melakukan poligami pasti
dihajar dengan penderitaan, biasanya dalam bentuk problem rumah tangga.
Contoh:
·
Abraham dihajar dengan kasus gegeran antara Hagar dengan Sara
(Kej 21:8-dst).
·
Yakub dihajar dengan pertengkaran antar istri (Kej 30:14-15),
pertengkaran antar anak (Kej 37), incest antara anak dan istrinya (Kej 35:22).
·
Elkana dihajar dengan pertengkaran antar istri (1Sam 1:7-8).
·
Daud sendiri dihajar dengan:
*
kasus perkosaan oleh Amnon terhadap Tamar (2Sam 13:1-22).
*
pembunuhan oleh Absalom terhadap Amnon (2Sam 13:23-39)
*
pemberontakan Absalom (2Sam 15).
Jadi,
hati-hatilah dengan dosa yang membudaya. Kalau Tuhan sabar terhadap orang yang
melakukan dosa itu, itu tidak berarti Dia mendiamkan terus dosa tersebut.
-AMIN-
email us at : gkri_exodus@lycos.com