Eksposisi Kitab Samuel yang
Pertama
oleh : Pdt. Budi Asali M.Div.
Ada
penafsir yang menganggap bahwa, karena kemiripan yang ada antara 1Sam 24 dan
1Sam 26, kedua cerita ini sebetulnya merupakan satu peristiwa yang datang
melalui tradisi dalam 2 bentuk.
Word Biblical Commentary: “There is
considerable duplication between the accounts in chapters 24 and 26. We have
little doubt that one event has come down through the tradition in a double
form, and we also believe that the writer of HDR himself incorporated both
accounts to strengthen his defense of David and his critique of Saul” (= Ada banyak persamaan
antara cerita-cerita dalam pasal 24 dan 26. Kita tidak meragukan bahwa satu
peristiwa telah datang melalui tradisi dalam suatu bentuk ganda, dan kita juga
percaya bahwa penulis dari HDR sendiri telah memasukkan kedua cerita untuk
menguatkan pembelaannya terhadap Daud dan kritiknya terhadap Saul).
Saya
menganggap ini sebagai sesuatu pandangan bodoh, karena:
1) Sekalipun ada persamaan antara
kedua cerita, tetapi juga ada banyak sekali perbedaannya. Bandingkan kedua
cerita itu sendiri, dan saudara akan melihat banyak perbedaan.
2) Dalam Kitab Suci ada banyak
cerita-cerita yang mirip tetapi merupakan 2 kejadian yang berbeda, seperti:
a) Yesus menyucikan Bait Allah
dalam Yoh 2:13-dst merupakan peristiwa yang berbeda dengan dalam
Mat 21:12-dst / Mark 11:15-dst / Luk 19:45-dst.
b) Perumpamaan tentang talenta
(Mat 25:14-30) berbeda dengan perumpamaan tentang uang mina
(Luk 19:11-27).
c) Pengurapan terhadap Yesus oleh
perempuan berdosa (Luk 7:36-50) berbeda dengan penguarapan terhadap Yesus
oleh Maria (Yoh 12:1-8).
d) Pemberian makan terhadap 5000
orang (Mat 14:13-21) berbeda dengan pemberian makan terhadap 4000 orang
(Mat 15:32-39). Bdk. Mat 16:8-10 - “(8)
Dan ketika Yesus mengetahui apa yang mereka perbincangkan, Ia berkata:
‘Mengapa kamu memperbincangkan soal tidak ada roti? Hai orang-orang yang
kurang percaya! (9) Belum juga kamu mengerti? Tidak kamu ingat lagi akan lima
roti untuk lima ribu orang itu dan berapa bakul roti kamu kumpulkan
kemudian? (10) Ataupun akan tujuh roti untuk empat ribu orang itu dan
berapa bakul kamu kumpulkan kemudian?”.
Pulpit
Commentary (hal 509-510) mengatakan bahwa Alkitab penuh dengan cerita-cerita
yang mirip. Misalnya Yusuf dikatakan bermimpi 2 x dengan mimpi yang mirip, dan
demikian juga dengan Firaun, Nebukadnezar dan Daniel. Lalu cerita-cerita yang
sungguh-sungguh terjadi juga sering terulang, seperti dalam kasus dusta Abraham
tentang istrinya yang dikatakannya sebagai saudaranya (Kej 12 dan
Kej 20), dan ini lalu terjadi lagi dalam diri Ishak (Kej 26). Musa juga
mengeluarkan air dari batu karang lebih dari 1 x. Yesus diurapi oleh seorang
perempuan lebih dari 1 x. Lalu Yesus memberi makan dengan melipat-gandakan roti
untuk 5000 orang, dan lagi sekali untuk 4000 orang. Karena itu, kemiripan
cerita dalam 1Sam 26 ini dengan apa yang terjadi dalam 1Sam 24, tidak
perlu mengejutkan kita, atau membuat kita curiga bahwa ini adalah satu
peristiwa yang sama.
1) Orang-orang Zif menghasut Saul
/ mengadu domba antara Saul dengan Daud.
Ay 1: “Datanglah orang
Zif kepada Saul di Gibea serta berkata: ‘Daud menyembunyikan diri di
bukit Hakhila di padang belantara.’”.
Ini adalah
kali yang kedua orang-orang Zif ini melakukan kejahatan kepada Daud.
Bdk.
1Sam 23:19 - “Tetapi beberapa orang Zif pergi
menghadap Saul di Gibea dan berkata: ‘Daud menyembunyikan diri dekat kami
di kubu-kubu gunung dekat Koresa, di bukit Hakhila, di sebelah selatan padang belantara”.
Bandingkan dengan:
·
Amsal 6:12-14,16-19 - “(12) Tak bergunalah
dan jahatlah orang yang hidup dengan mulut serong, (13) yang mengedipkan
matanya, yang bermain kaki dan menunjuk-nunjuk dengan jari, (14) yang hatinya
mengandung tipu muslihat, yang senantiasa merencanakan kejahatan, dan yang
menimbulkan pertengkaran. ... (16) Enam perkara ini yang dibenci TUHAN,
bahkan, tujuh perkara yang menjadi kekejian bagi hatiNya: (17) mata sombong,
lidah dusta, tangan yang menumpahkan darah orang yang tidak bersalah, (18) hati
yang membuat rencana-rencana yang jahat, kaki yang segera lari menuju
kejahatan, (19) seorang saksi dusta yang menyembur-nyemburkan kebohongan dan yang
menimbulkan pertengkaran saudara”.
·
Amsal 16:28 - “Orang
yang curang menimbulkan pertengkaran, dan seorang pemfitnah menceraikan
sahabat yang karib”.
·
Amsal 26:20 - “Bila
kayu habis, padamlah api; bila pemfitnah tak ada, redalah pertengkaran”.
·
Maz 140:2-3 - “(2)
Luputkanlah aku, ya TUHAN, dari pada manusia jahat, jagalah aku terhadap orang
yang melakukan kekerasan, (3) yang merancang kejahatan di dalam hati, dan setiap
hari menghasut-hasut perang!”.
Orang
Kristen seharusnya menjadi orang-orang yang mengusahakan damai, bukan mengadu
domba, menghasut, dan sebagainya.
Mat 5:9
- “Berbahagialah orang yang membawa damai, karena
mereka akan disebut anak-anak Allah”.
Dalam 1Kor
5, Paulus bahkan menyuruh untuk melakukan siasat gerejani / pengucilan terhadap
orang Kristen yang memfitnah.
1Kor 5:9-13
- “(9) Dalam suratku telah kutuliskan kepadamu, supaya
kamu jangan bergaul dengan orang-orang cabul. (10) Yang aku maksudkan bukanlah
dengan semua orang cabul pada umumnya dari dunia ini atau dengan semua orang
kikir dan penipu atau dengan semua penyembah berhala, karena jika demikian kamu
harus meninggalkan dunia ini. (11) Tetapi yang kutuliskan kepada kamu ialah,
supaya kamu jangan bergaul dengan orang, yang sekalipun menyebut dirinya
saudara, adalah orang cabul, kikir, penyembah berhala, pemfitnah,
pemabuk atau penipu; dengan orang yang demikian janganlah kamu sekali-kali
makan bersama-sama. (12) Sebab dengan wewenang apakah aku menghakimi mereka,
yang berada di luar jemaat? Bukankah kamu hanya menghakimi mereka yang berada
di dalam jemaat? (13) Mereka yang berada di luar jemaat akan dihakimi Allah.
Usirlah orang yang melakukan kejahatan dari tengah-tengah kamu”.
Catatan:
kata ‘kikir’ seharusnya adalah ‘tamak’.
Celakanya,
saya tahu sendiri bahwa ada banyak pemfitnah yang menjadi majelis, dan bahkan
pendeta!
Kalau
saudara adalah orang yang senang mendengar seseorang menyebarkan gosip /
fitnah, maka ingatlah bahwa kalau saat ini orang itu bisa menceritakan gosip /
fitnah tentang orang lain kepada saudara, maka sangat mungkin bahwa pada kali
yang lain, ia akan menceritakan gosip / fitnah tentang saudara kepada orang
lain! Jadi, jangan bergaul dengan tukang gosip / fitnah. Jauhilah mereka!
2) Para penghasut ini berhasil menghasut Saul.
Ay 2: “Lalu berkemaslah
Saul dan turun ke padang gurun Zif dengan tiga ribu orang yang terpilih dari
orang Israel untuk mencari Daud di padang gurun Zif”.
Matthew
Henry beranggapan bahwa selama beberapa waktu Saul tidak mengejar-ngejar Daud
lagi, tetapi sekarang orang-orang Zif datang kepada Saul dengan laporan tentang
keberadaan Daud, dan ini merupakan godaan bagi Saul untuk kembali
mengejar-ngejar Daud.
Matthew Henry: “For ought we know, Saul would have continued in the same good mind
that he was in 1Sam 24:17, and would not have given David this fresh trouble,
if the Ziphites had not put him on. See what need we have to pray to God
that, since we have so much of the tinner of corruption in our own hearts, the
sparks of temptation may be kept far from us, lest, if they come together, we
be set on fire of hell. Saul readily caught at the information, and went
down with an army of 3000 men to the place where David hid himself, v. 2. How
soon do unsanctified hearts lose the good impressions which their convictions
have made upon them and return with the dog to their vomit!” (= Karena kita tahu, Saul
akan terus dalam pikiran yang baik seperti dalam 1Sam 24:18, dan tidak akan
memberikan Daud kesukaran yang baru ini, seandainya orang-orang Zif tidak
memanasi dia. Lihat, karena kita mempunyai begitu banyak kejahatan dalam
hati kita, betapa butuhnya kita berdoa kepada Allah supaya percikan pencobaan
dijauhkan dari kita, supaya jangan, jika mereka datang bersama-sama, kita
dinyalakan oleh api neraka. Saul dengan cepat menyambar informasi itu, dan
turun dengan suatu pasukan yang terdiri dari 3000 orang ke tempat dimana Daud
menyembunyikan diri, ay 2. Betapa cepatnya hati yang tidak
dikuduskan kehilangan kesan yang baik yang telah mereka yakini dan kembali
dengan anjing pada muntahnya!).
Catatan:
·
1Sam 24:17 dalam Kitab Suci Inggris adalah 1Sam 24:18 dalam
Kitab Suci
1Sam 24:17-20 - “(17) Setelah Daud
selesai menyampaikan perkataan itu kepada Saul, berkatalah Saul:
‘Suaramukah itu, ya anakku Daud?’ Sesudah itu
dengan suara nyaring menangislah Saul. (18) Katanya kepada Daud:
‘Engkau lebih benar dari pada aku, sebab engkau telah melakukan yang baik
kepadaku, padahal aku melakukan yang jahat kepadamu. (19) Telah kautunjukkan
pada hari ini, betapa engkau telah melakukan yang baik kepadaku: walaupun TUHAN
telah menyerahkan aku ke dalam tanganmu, engkau tidak membunuh aku. (20) Apabila seseorang mendapat musuhnya, masakan dilepaskannya dia
berjalan dengan selamat? TUHAN kiranya membalaskan kepadamu kebaikan ganti apa
yang kaulakukan kepadaku pada hari ini”.
·
Bagian terakhir kelihatannya diambil dari
2Pet 2:20-22 - “(20) Sebab jika mereka, oleh
pengenalan mereka akan Tuhan dan Juruselamat kita, Yesus Kristus, telah
melepaskan diri dari kecemaran-kecemaran dunia, tetapi terlibat lagi di
dalamnya, maka akhirnya keadaan mereka lebih buruk dari pada yang semula. (21)
Karena itu bagi mereka adalah lebih baik, jika mereka tidak pernah mengenal
Jalan Kebenaran dari pada mengenalnya, tetapi kemudian berbalik dari perintah
kudus yang disampaikan kepada mereka. (22) Bagi mereka cocok apa yang dikatakan
peribahasa yang benar ini: ‘Anjing kembali lagi ke muntahnya, dan
babi yang mandi kembali lagi ke kubangannya.’”.
Hal yang
buruk dari Saul dalam hal ini adalah bahwa ia begitu mudah dihasut, sehingga
mulai lagi mengejar Daud. Ia begitu mudah kembali pada dosa yang sudah ia
tinggalkan. Tetapi apakah kita tidak seperti itu? Karena itu kata-kata Matthew
Henry ini harus kita camkan dan terapkan dalam hidup kita. Kita harus menyadari
kelemahan-kelemahan kita dan senantiasa berdoa supaya Tuhan menguatkan kita
dalam hal-hal tersebut.
Mat 26:41
- “Berjaga-jagalah dan berdoalah, supaya kamu jangan
jatuh ke dalam pencobaan: roh memang penurut, tetapi daging
lemah.’”.
1) Daud tahu kalau Saul mengejarnya lagi.
Ay 3-4: “(3)
Berkemahlah Saul di bukit Hakhila yang di tepi jalan di padang belantara,
sedang Daud tinggal di padang gurun. Ketika diketahui Daud, bahwa Saul datang
mengikuti dia ke padang gurun, (4) disuruhnyalah pengintai-pengintai, maka
diketahuinyalah, bahwa Saul benar-benar datang”.
Daud
adalah orang yang beriman dan saleh, tetapi itu tak berarti ia boleh
‘bersandar’ pada perlindungan dan penjagaan Tuhan, dan lalu hidup
secara tidak waspada terhadap Saul. Sambil berdoa, kita harus melakukan apa
yang bisa kita lakukan, maka Tuhan akan melakukan apa yang tidak bisa kita
lakukan.
2) Daud sendiri, bersama dengan Abisai,
mendatangi perkemahan Saul.
Ay 5-6: “(5)
Berkemaslah Daud, lalu sampai ke tempat Saul berkemah. Waktu Daud melihat
tempat Saul berbaring dengan Abner bin Ner, panglima tentaranya, - Saul
berbaring di tengah-tengah perkemahan, sedang rakyat berkemah sekelilingnya -
(6) berbicaralah Daud kepada Ahimelekh, orang Het itu, dan kepada Abisai, anak
Zeruya, saudara Yoab, katanya: ‘Siapa turun bersama-sama dengan aku
kepada Saul ke tempat perkemahan itu?’ Jawab Abisai: ‘Aku turun
bersama-sama dengan engkau.’”.
3) Tuhan membuat Saul dan semua pasukannya
tertidur nyenyak.
Ay 7,12b: “(7)
Datanglah Daud dengan Abisai kepada rakyat itu pada waktu malam, dan tampaklah
di sana Saul berbaring tidur di tengah-tengah perkemahan, dengan tombaknya
terpancung di tanah pada sebelah kepalanya, sedang Abner dan rakyat itu
berbaring sekelilingnya. ... (12b) ... tidak ada yang terbangun, sebab
sekaliannya tidur, karena TUHAN membuat mereka tidur nyenyak”.
Ada banyak
ayat yang menunjukkan Tuhan membuat seseorang tertidur, ada yang dalam arti
jasmani, ada yang dalam arti rohani.
·
Kej 2:21 - “Lalu TUHAN Allah membuat manusia itu tidur nyenyak; ketika ia tidur,
TUHAN Allah mengambil salah satu rusuk dari padanya, lalu menutup tempat itu dengan
daging”.
·
Yes 29:10 - “Sebab TUHAN telah membuat kamu tidur nyenyak; matamu - yakni para
nabi - telah dipejamkanNya dan mukamu - yaitu para pelihat - telah
ditudungiNya”.
·
Ro 11:8 - “seperti ada tertulis: ‘Allah membuat mereka tidur nyenyak,
memberikan mata untuk tidak melihat dan telinga untuk tidak mendengar, sampai
kepada hari sekarang ini.’”.
Matthew Henry: “Thus were their eyes
closed and their hands bound, for a deep sleep from the Lord had fallen upon
them; something extraordinary there was in it that they should all be asleep
together, and so fast asleep that David and Abishai walked and talked among
them, and yet none of them stirred. Sleep, when God gives it to his beloved, is
their rest and refreshment; but he can, when he pleases, make it to his enemies
their imprisonment. ... It was a deep sleep from the Lord, who has the command
of the powers of nature, and makes them to serve his purposes as he pleases.
... How helpless do Saul and all his forces lie, all,
in effect, disarmed and chained! and yet nothing is
done to them; they are only rocked asleep. How easily can God weaken the
strongest, befool the wisest, and baffle the most watchful! Let all his friends
therefore trust him and all his enemies fear him” (= Demikianlah mata mereka
tertutup dan tangan mereka terikat, karena suatu tidur yang nyenyak dari Tuhan
telah menimpa mereka; ada sesuatu yang luar biasa dalam hal ini bahwa mereka
semua tidur bersama-sama, dan tidur begitu nyenyak sehingga Daud dan Abisai
berjalan dan berbicara di antara mereka, tetapi tidak ada dari mereka yang
terbangun. Tidur, pada waktu Allah memberikannya kepada orang-orang yang Ia
kasihi, merupakan istirahat dan penyegaran mereka, tetapi Ia bisa, pada waktu
itu memperkenanNya, membuat tidur suatu hukuman penjara bagi musuh-musuhNya.
... Itu merupakan suatu tidur yang nyenyak dari Tuhan, yang berkuasa terhadap
kekuatan-kekuatan alam, dan membuat mereka melayani rencanaNya seperti yang Ia kehendaki. ... Alangkah tidak berdayanya Saul dan seluruh
kekuatan / pasukannya terbaring, semua, sebenarnya, tidak bersenjata dan
terbelenggu! tetapi tidak ada apapun yang dilakukan
terhadap mereka; mereka hanya ditidurkan. Betapa dengan mudahnya Allah bisa
membuat yang terkuat menjadi lemah, membodohi orang-orang yang paling bijaksana,
dan membingungkan orang yang paling waspada! Karena itu, hendaklah semua
sahabat-sahabatNya percaya kepadaNya dan semua musuh-musuhNya takut kepadaNya).
Kadang-kadang,
dengan suatu maksud / rencana tertentu, Tuhan justru membuat seseorang tidak
bisa tidur, seperti dalam Ester 6:1-dst.
4) Abisai minta supaya Daud mengijinkannya
membunuh Saul.
Ay 8: “Lalu berkatalah
Abisai kepada Daud: ‘Pada hari ini Allah telah menyerahkan musuhmu ke
dalam tanganmu, oleh sebab itu izinkanlah kiranya aku menancapkan dia ke tanah
dengan tombak ini, dengan satu tikaman saja, tidak usah dia kutancapkan dua
kali.’”.
Dalam
1Sam 24:5a, Daud sudah pernah mendapatkan godaan seperti itu, dan sekarang
ia mendapatkan godaan yang sama.
1Sam 24:5a
- “Lalu berkatalah orang-orangnya kepada Daud:
‘Telah tiba hari yang dikatakan TUHAN kepadamu: Sesungguhnya, Aku
menyerahkan musuhmu ke dalam tanganmu, maka perbuatlah kepadanya apa yang
kaupandang baik.’”.
Ada
beberapa hal yang ingin saya persoalkan:
a) Setan mempunyai ketekunan dalam
menggoda kita, bahkan pada ‘titik kuat’ kita.
Dari kedua
godaan yang mirip ini, kita bisa menyimpulkan bahwa setan mempunyai ketekunan
dalam menggoda kita. Jangan mengira bahwa kalau saudara sudah berhasil
mengalahkan suatu pencobaan, maka setan tidak akan menyerang lagi dengan
pencobaan seperti itu. Dan jangan mengira bahwa setan hanya menyerang saudara
pada titik lemah saudara; setan juga menyerang pada ‘titik kuat’
saudara.
Karena itu
kita juga harus tekun dalam berdoa terhadap pencobaan setan, bahkan juga
tentang ‘titik kuat’ kita. Demikian juga dalam mendoakan orang
lain. Mengapa? Karena sebenarnya kita tidak mempunyai ‘titik kuat’.
Kita bisa kuat hanya kalau Tuhan menguatkan kita. Kalau Tuhan tidak menolong
kita, kita sepenuhnya hanyalah kelemahan!’
Bdk.
Ef 6:18-20 - “(18) dalam segala doa dan
permohonan. Berdoalah setiap waktu di dalam Roh dan berjaga-jagalah di dalam
doamu itu dengan permohonan yang tak putus-putusnya untuk segala orang Kudus,
(19) juga untuk aku, supaya kepadaku, jika aku membuka mulutku, dikaruniakan
perkataan yang benar, agar dengan keberanian aku memberitakan rahasia Injil,
(20) yang kulayani sebagai utusan yang dipenjarakan. Berdoalah supaya dengan
keberanian aku menyatakannya, sebagaimana seharusnya aku berbicara”.
Saya kira
kebenaran dan keberanian bukanlah merupakan titik lemah Paulus, tetapi ia toh
minta didoakan dalam persoalan itu!
b) Ada perbedaan antara godaan
terhadap Daud dalam 1Sam 24 dan dalam 1Sam 26, yaitu:
1. Dalam 1Sam 24 yang
menggoda adalah ‘orang-orangnya’, sedangkan dalam 1Sam 26 yang
menggoda adalah ‘Abisai’, yang jelas merupakan salah satu orang
dekatnya. Godaan akan lebih hebat kalau diberikan oleh orang yang dekat dengan
kita! Seringkali kita sungkan menolak, karena hubungan yang dekat dengan si
penggoda. Dalam hal ini, ingatlah bahwa kita harus selalu lebih sungkan kepada
Allah dari pada kepada manusia.
2. Dalam 1Sam 24, orang-orang
Daud itu menghasut Daud supaya Daudlah yang membunuh Saul (tidak secara
explicit, hanya implicit), tetapi dalam 1Sam 26 ini, Abisai minta ijin
supaya ia yang membunuh Saul. Sebetulnya Daud bisa saja berpikir: ‘Yang
membunuh kan bukan aku. Dia yang bertanggung jawab, aku yang mendapatkan
keuntungan’. Jadi, lagi-lagi terlihat bahwa pencobaan kali ini, biarpun
mirip, tetapi lebih hebat dari pencobaan dalam 1Sam 24.
Penerapan:
Kalau
saudara lulus dalam mengatasi satu pencobaan, waspadalah terhadap pencobaan
yang lebih hebat dan lebih licin.
5) Daud melarang Abisai membunuh
Saul, dan ia sendiri juga tidak mau membunuh Saul.
Ay 9,11a: “(9)
Tetapi kata Daud kepada Abisai: ‘Jangan musnahkan dia, sebab siapakah
yang dapat menjamah orang yang diurapi TUHAN, dan bebas dari hukuman?’ ...
(11a) Kiranya TUHAN menjauhkan dari padaku untuk menjamah orang yang diurapi
TUHAN”.
Berbeda
dengan Saul yang dengan mudah dihasut untuk mengejar-ngejar Daud lagi, Daud
tidak bisa dihasut untuk membunuh Saul, atau untuk mengijinkan seseorang
membunuh Saul. Mengapa? Karena Daud percaya bahwa Allahlah yang akan
melakukannya pada waktuNya, dan ia sabar untuk menunggu saat tersebut.
Ay 10:
“Lagi kata Daud: ‘Demi TUHAN yang hidup,
niscaya TUHAN akan membunuh dia: entah karena sampai ajalnya dan ia mati, entah
karena ia pergi berperang dan hilang lenyap di sana.”.
Word Biblical Commentary: “David quickly rejected
the proposal to harm Saul (cf. 2 Sam 1:14), the anointed of Yahweh (cf. vv 11,
16, 23). The only one with a right to deal the king a fatal blow (cf. 1 Sam
25:38; 2 Sam 12:15; 1 Chr 13:20) is Yahweh himself. Such a divinely caused
death might come through natural processes or through death in battle, a clear
anticipation of 1 Sam 31. A divinely sanctioned assassination attempt is not
even listed as a possibility” [= Daud dengan cepat menolak usul untuk
membunuh Saul (bdk. 2Sam 1:14), orang yang diurapi oleh Yahweh (bdk. ay 11,16,23). Satu-satunya yang berhak untuk memberikan sang raja
pukulan yang mematikan (bdk. 1Sam 25:38; 2Sam 12:15; 1Taw 13:20) adalah Yahweh
sendiri. Kematian yang disebabkan Allah seperti itu bisa
datang melalui proses alamiah atau melalui kematian dalam pertempuran, suatu
antisipasi yang jelas dari 1Sam 31. Suatu usaha
pembunuhan yang disetujui Allah bahkan tidak terdaftar sebagai suatu
kemungkinan].
2Sam 1:14
- “Kemudian berkatalah Daud kepadanya:
‘Bagaimana? Tidakkah engkau segan mengangkat tanganmu memusnahkan orang
yang diurapi TUHAN?’”.
Ay 11,16,23:
“(11) Kiranya TUHAN menjauhkan dari padaku untuk
menjamah orang yang diurapi TUHAN. Ambillah sekarang tombak yang ada di
sebelah kepalanya dan kendi itu, dan marilah kita pergi.’ ... (16) Tidak
baik hal yang kauperbuat itu. Demi TUHAN yang hidup, kamu ini harus mati,
karena kamu tidak mengawal tuanmu, orang yang diurapi TUHAN itu. Sekarang,
lihatlah, di mana tombak raja dan kendi yang ada di sebelah kepalanya?’ ...
(23) TUHAN akan membalas kebenaran dan kesetiaan setiap orang, sebab TUHAN
menyerahkan engkau pada hari ini ke dalam tanganku, tetapi aku tidak mau
menjamah orang yang diurapi TUHAN”.
1Sam 25:38
- “Dan kira-kira sepuluh hari sesudah itu TUHAN
memukul Nabal, sehingga ia mati”.
2Sam 12:15
- “Kemudian pergilah Natan ke rumahnya. Dan TUHAN
menulahi anak yang dilahirkan bekas isteri Uria bagi Daud, sehingga
sakit”.
1Taw 13:20
pasti salah cetak; seharusnya 1Taw 13:10 - “Maka
bangkitlah murka TUHAN terhadap Uza, lalu Ia membunuh dia oleh karena Uza telah
mengulurkan tangannya kepada tabut itu; ia mati di sana di hadapan Allah”.
Saya
menganggap 3 contoh terakhir ini agak kurang tepat karena semua tidak berurusan
dengan seorang raja.
Jamieson,
Fausset & Brown: “Though Saul’s cruelty and
perfidy, and general want of right principle, had sunk him to a low pitch of
degradation, yet that was no reason for David imitating him in doing wrong.
... though God had rejected him from the kingdom, it was every way the best and
most dutiful course, instead of precipitating his fall by imbruing their hands
in his blood, and thereby contracting the guilt of a great crime, to await the
awards of that retributive Providence which sooner or later would take him off
by some sudden and mortal blow. He who with impetuous haste was going to
exterminate Nabal, meekly spared Saul” (= Sekalipun
kekejaman dan kedurhakaan Saul, dan ketidak-adaan secara umum dari prinsip yang
benar, telah menenggelamkannya pada degradasi yang rendah dan hitam, tetapi itu
bukan alasan bagi Daud untuk menirunya dalam melakukan hal yang salah. ...
sekalipun Allah telah menolak dia dari kerajaan, itu adalah jalan yang paling
baik dan paling patuh; dan dari pada mempercepat kejatuhannya dengan mencemari
tangan mereka dengan darahnya, dan dengan itu mendapatkan kesalahan dari
kejahatan yang besar, ia menunggu hadiah dari Providensia yang bersifat
membalas itu, yang lambat atau cepat akan mengambilnya dengan pukulan yang
tiba-tiba dan mematikan. Ia yang dengan
ketergesa-gesaan yang tidak sabar mau membasmi Nabal, dengan lembut
menyelamatkan Saul).
Matthew Henry: “It would be a sinful
anticipation of God’s providence. God had sufficiently shown him, in
Nabal’s case, that, if he left it to him to avenge him, he would do it in
due time. Encouraged therefore by his experience in that instance, he resolves
to wait till God shall think fit to avenge him on Saul, and he will by no means
avenge himself (v. 10)” [= Itu merupakan tindakan mendahului providensia Allah, dan itu
merupakan sesuatu yang berdosa. Allah telah secara cukup menunjukkan kepadanya,
dalam kasus Nabal, bahwa jika ia menyerahkannya kepada
Dia untuk membalas baginya, Ia akan melakukannya pada waktu yang tepat. Karena
itu, dikuatkan oleh pengalamannya dalam contoh itu, ia
memutuskan untuk menunggu sampai Allah menganggap cocok untuk membalas Saul,
dan ia tidak akan membalas bagi dirinya sendiri (ay 10)].
Merupakan
sesuatu yang bagus kalau Daud bisa belajar dari pengalamannya dalam kasus
Nabal. Tetapi apakah ia tidak membunuh Saul karena ia belajar dari kasus Nabal?
Kasus Nabal terjadi dalam 1Sam 25, pasal yang persis mendahului pasal ini.
Tetapi dalam 1Sam 24, sebelum kasus Nabal tersebut, Daud sudah menolak
membunuh Saul, pada saat ada kesempatan untuk itu.
Yang
jelas, dari kedua kasus dalam 1Sam 24 dan 1Sam 26, kita melihat bahwa
Daud percaya pada providensia Allah, dan ia sabar untuk menunggu sampai Allah
sendiri yang bertindak. Ia tidak mau mengotori tangannya sendiri dengan
‘membantu Allah untuk melaksanakan rencanaNya’, seperti yang sering
dilakukan orang, misalnya dalam kasus Yakub dan Ribka yang menipu Ishak (Kej
27). Karena itu, tepatlah kata-kata Pulpit Commentary di bawah ini.
Pulpit
Commentary: “Never did man mount a throne with purer hands than David; and if
Saul would have permitted it, he would have been a faithful and loyal servant
to the last” (= Tidak pernah ada orang yang naik ke
atas takhta dengan tangan yang lebih murni / suci dari pada Daud; dan
seandainya Saul mengijinkannya, ia akan menjadi pelayan yang setia sampai
akhir) - hal 294-295.
1) Dialog
yang tidak masuk akal?
Ay 13-14: “(13)
Setelah Daud sampai ke seberang, berdirilah ia jauh-jauh di puncak gunung,
sehingga ada jarak yang besar antara mereka. (14) Dan berserulah Daud kepada
tentara itu dan kepada Abner bin Ner, katanya: ‘Tidakkah engkau menjawab,
Abner?’ Maka jawab Abner, katanya: ‘Siapakah engkau ini yang
berseru-seru kepada raja?’”.
Ada jarak
yang besar di antara mereka, tetapi Daud berseru dan pihak satunya bisa
mendengar. Tidak masuk akal?
Jamieson,
Fausset & Brown: “The extraordinary purity and
elasticity of the air in
Mungkin saudara bertanya: apa gunanya membahas hal seperti ini? Gunanya
adalah pada waktu kita menghadapi serangan terhadap Alkitab. Orang yang
beragama lain, atau bahkan orang Kristen yang liberal, yang tidak mempercayai
bahwa Alkitab adalah Firman Tuhan, sering menggunakan text-text yang
kelihatannya mustahil, untuk menunjukkan bahwa Alkitab tidak benar, dan karena
itu Alkitab bukanlah Firman Tuhan.
2) Kata-kata
Daud kepada Abner.
a) Tuduhan Daud terhadap Abner.
Ay 15-16:
“(15)
Kemudian berkatalah Daud kepada Abner: ‘Apakah engkau ini bukan
laki-laki? Siapakah yang seperti engkau di antara
orang Israel? Mengapa engkau tidak mengawal tuanmu raja? Sebab ada seorang dari
rakyat yang datang untuk memusnahkan raja, tuanmu itu. (16) Tidak baik hal yang
kauperbuat itu. Demi TUHAN yang hidup, kamu ini harus mati, karena kamu tidak
mengawal tuanmu, orang yang diurapi TUHAN itu. Sekarang, lihatlah, di mana
tombak raja dan kendi yang ada di sebelah kepalanya?’”.
Matthew Henry: “he deserved to lose
his head (v. 16) ... You pursue me as worthy to die, and irritate Saul against
me; but who is worthy to die now?’ Note, Sometimes those that unjustly
condemn others are justly left to fall into condemnation themselves” [= ia
layak kehilangan kepalanya (ay 16) ... Engkau mengejar-ngejar aku sebagai orang
yang layak untuk mati, dan membuat Saul marah kepadaku; tetapi siapa yang layak
mati sekarang? Perhatikan: kadang-kadang mereka yang
dengan tidak adil / benar mengecam orang-orang lain, mereka sendiri dengan adil
/ benar jatuh ke dalam pengecaman].
Karena itu
perhatikan Mat 7:1-5 - “(1) ‘Jangan kamu menghakimi,
supaya kamu tidak dihakimi. (2) Karena dengan penghakiman yang kamu pakai untuk
menghakimi, kamu akan dihakimi dan ukuran yang kamu pakai untuk mengukur, akan
diukurkan kepadamu. (3) Mengapakah engkau melihat selumbar di mata saudaramu,
sedangkan balok di dalam matamu tidak engkau ketahui? (4) Bagaimanakah engkau
dapat berkata kepada saudaramu: Biarlah aku mengeluarkan selumbar itu dari
matamu, padahal ada balok di dalam matamu. (5) Hai orang munafik, keluarkanlah
dahulu balok dari matamu, maka engkau akan melihat dengan jelas untuk
mengeluarkan selumbar itu dari mata saudaramu.’”.
Ada yang
membela Abner dalam terhadap tuduhan Daud ini.
Word Biblical Commentary: “The charge seems
unfair since the army was helpless because of the sleep sent by Yahweh” (= Tuduhan itu tidak fair
/ adil karena pasukan itu tidak berdaya karena tidur yang dikirim oleh Yahweh).
Menurut saya pembelaan ini
tidak benar; karena sekalipun segala sesuatu memang terjadi karena ditentukan
dan diatur oleh Tuhan, tetapi manusia tetap bertanggung jawab atas apa yang ia lakukan! Bdk. Luk 22:21-22 - “(21) Tetapi, lihat, tangan orang yang menyerahkan Aku, ada bersama
dengan Aku di meja ini. (22) Sebab Anak Manusia memang akan pergi seperti
yang telah ditetapkan, akan tetapi, celakalah orang yang olehnya Ia
diserahkan!"”.
b) Implikasi dari tuduhan dan kata-kata Daud.
Barnes
mengatakan bahwa nada olok-olok dari Daud berkenaan dengan Abner, digabungkan
dengan apa yang ia katakan dalam ay 19, membuatnya mungkin bahwa Daud
menganggap Abner bertanggung jawab terhadap terjadinya penganiayaan Saul
kepadanya. Mungkin Abner menganggap Daud sebagai saingan, dan lalu melakukan
hal ini.
Ay 19: “Oleh
sebab itu, kiranya tuanku raja mendengarkan perkataan hambanya ini. Jika TUHAN
yang membujuk engkau melawan aku, maka biarlah Ia mencium bau korban
persembahan; tetapi jika itu anak-anak manusia, terkutuklah mereka di
hadapan TUHAN, karena mereka sekarang mengusir aku, sehingga aku tidak
mendapat bagian dari pada milik TUHAN, dengan berkata: Pergilah, beribadahlah
kepada allah lain”.
Ay 17-20: “(17)
Saul mengenal suara Daud, lalu ia berkata: ‘Suaramukah itu, anakku
Daud?’ Jawab Daud: ‘Suaraku, tuanku raja.’ (18) Lalu
berkatalah ia: ‘Mengapa pula tuanku mengejar hambanya ini? Apa yang telah
kuperbuat? Apakah kejahatan yang melekat pada tanganku? (19) Oleh sebab itu,
kiranya tuanku raja mendengarkan perkataan hambanya ini. Jika TUHAN yang
membujuk engkau melawan aku, maka biarlah Ia mencium bau korban persembahan;
tetapi jika itu anak-anak manusia, terkutuklah mereka di hadapan TUHAN, karena
mereka sekarang mengusir aku, sehingga aku tidak mendapat bagian dari pada
milik TUHAN, dengan berkata: Pergilah, beribadahlah kepada allah lain. (20)
Sebab itu, janganlah kiranya darahku tertumpah ke tanah, jauh dari hadapan
TUHAN. Sebab raja Israel keluar untuk mencabut nyawaku, seperti orang memburu
seekor ayam hutan di gunung-gunung.’”.
1) Ay 17-18: “(17) Saul mengenal suara Daud, lalu ia berkata: ‘Suaramukah
itu, anakku Daud?’ Jawab Daud: ‘Suaraku, tuanku raja.’ (18)
Lalu berkatalah ia: ‘Mengapa pula tuanku mengejar hambanya ini? Apa yang
telah kuperbuat? Apakah kejahatan yang melekat pada tanganku?”.
Sekalipun
yakin bahwa ia tidak berbuat salah, yang menyebabkan ia layak dikejar-kejar
seperti itu, Daud tetap menanyakan kesalahannya kepada Saul. Ini suatu sikap
yang perlu ditiru, karena kita seringkali tidak menyadari kesalahan kita
sendiri.
2) Arti dari ay 19.
Ay 19: “Oleh
sebab itu, kiranya tuanku raja mendengarkan perkataan hambanya ini. Jika TUHAN
yang membujuk engkau melawan aku, maka biarlah Ia mencium bau korban
persembahan; tetapi jika itu anak-anak manusia, terkutuklah mereka di hadapan
TUHAN, karena mereka sekarang mengusir aku, sehingga aku tidak mendapat bagian
dari pada milik TUHAN, dengan berkata: Pergilah, beribadahlah kepada allah
lain”.
a) “Jika
TUHAN yang membujuk engkau melawan aku, maka biarlah Ia mencium bau korban
persembahan”.
1. ‘Jika
TUHAN yang membujuk engkau melawan aku’.
Ada banyak
kasus dalam Kitab Suci yang menunjukkan bahwa Allah membujuk seseorang untuk
berbuat dosa. Contoh:
·
2Sam 24:1 - “Bangkitlah pula murka TUHAN terhadap orang
·
2Sam 16:5-13 - “(5) Ketika raja Daud telah sampai ke Bahurim, keluarlah
dari
Ayat-ayat
seperti ini tidak bisa diartikan bahwa Allah betul-betul membujuk / menyuruh
seseorang untuk berbuat dosa. Artinya adalah Allah menentukan, dan mengatur,
dengan membiarkan setan / manusia membujuk orang itu untuk berbuat dosa.
2. “maka biarlah Ia
mencium bau korban persembahan”.
Ini jelas
menunjuk pada persembahan korban untuk pengampunan dosa.
3. Apa maksud dari seluruh kalimat ini?
a. Barnes’ Notes: “‘If the LORD
have stirred thee up.’ The meaning is clear from the preceding history.
‘An evil spirit from God troubling him’ was the beginning of the
persecution. And this evil spirit was sent in punishment of Saul’s sin (1
Sam. 16:1,14). If the continued persecution was merely
the consequence of this evil spirit continuing to vex Saul, David advises Saul
to seek God’s pardon, and, as a consequence, the removal of the evil
spirit, by offering a sacrifice” [= ‘Jika TUHAN yang membujuk engkau
melawan aku’. Artinya jelas dari sejarah sebelumnya.
Kata-kata ‘sekarang ia diganggu oleh roh jahat yang
dari pada TUHAN’ merupakan permulaan dari penganiayaan. Dan roh jahat ini dikirimkan untuk menghukum dosa Saul (1Sam 16:1,14). Jika
penganiayaan yang berlanjut itu semata-mata merupakan konsekwensi dari roh
jahat ini yang terus menganggu Saul, Daud menasehati Saul untuk mencari
pengampunan Allah, dan, sebagai konsekwensinya, penyingkiran roh jahat itu,
dengan mempersembahkan suatu korban].
b. Tetapi ada yang menganggap
bahwa yang dimaksudkan oleh Daud bukanlah dosa-dosa Saul, tetapi dosa-dosanya
sendiri.
Jadi,
artinya: kalau semua ini terjadi karena ia dihukum Tuhan karena dosa-dosanya,
maka ia mau berdamai dengan Allah, dengan memberikan korban untuk pengampunan
dosa.
c. Ada yang memberikan arti yang lain lagi.
Adam Clarke: “‘Let him
accept an offering.’ If God has stirred thee up against me, why, then let
him deliver my life into thy hand, and accept it as a sacrifice. But since the
word is minchaah, a
gratitude-offering, perhaps the sense may be this: Let God accept a
gratitude-offering from thee, for having purged the land of a worker of iniquity;
for, were I not such, God would never stir thee up against me” (= ‘Hendaklah Ia
menerima suatu persembahan korban’. Jika Allah telah menggerakkan engkau
terhadap aku, maka biarlah Ia menyerahkan nyawaku ke
dalam tanganmu, dan menerimanya sebagai suatu korban. Tetapi karena kata yang
digunakan adalah minchaah, suatu
persembahan syukur, mungkin artinya adalah ini: ‘Hendaklah Allah menerima
suatu persembahan syukur darimu, karena telah membersihkan negeri ini dari
pembuat kejahatan; karena, kalau aku bukan orang seperti itu, Allah tidak akan
pernah menggerakkan engkau terhadap aku).
Keil & Delitzsch: “it is certainly not
by accident merely that David uses the word minchah,
the technical expression in the law for the bloodless sacrifice, which sets forth
the sanctification of life in good works” (= jelas bukan karena
kebetulan semata-mata bahwa Daud menggunakan kata MINCHAH, ungkapan tehnis
dalam hukum Taurat untuk korban tak berdarah, yang menyatakan pengudusan
kehidupan dalam perbuatan-perbuatan baik).
Saya
condong pada pandangan pertama.
4. Adanya kata-kata ‘Jika Tuhan ... Jika itu anak-anak manusia ...’
menunjukkan bahwa sekalipun ada kemungkinan bahwa manusialah yang melakukan
kejahatan itu terhadap dia, tetapi Daud tidak sembarangan menuduh / memastikan
bahwa orang tertentulah yang melakukannya.
Bdk.
Yoh 7:24 - “Janganlah menghakimi menurut apa
yang nampak, tetapi hakimilah dengan adil.’”.
Tanpa ada
bukti / saksi yang kuat, jangan sembarangan menuduh / menghakimi seseorang,
apalagi kalau ia adalah seorang penatua / pendeta / penginjil.
1Tim 5:19
- “Janganlah engkau menerima tuduhan atas seorang
penatua kecuali kalau didukung dua atau tiga orang saksi”.
b) “tetapi
jika itu anak-anak manusia, terkutuklah mereka di hadapan TUHAN, karena mereka
sekarang mengusir aku, sehingga aku tidak mendapat bagian dari pada milik
TUHAN, dengan berkata: Pergilah, beribadahlah kepada allah lain”.
1. Pengusiran dari Kanaan, ke
negara lain, adalah sama dengan menyuruhnya menyembah allah lain, karena hanya
di Kanaanlah orang bisa menyembah Allah yang benar.
Word Biblical Commentary: “Banishment from
Keil & Delitzsch: “The idea implied in
the closing words was, that Jehovah could only be worshipped in Canaan, at the
sanctuary consecrated to Him, because it was only there that He manifested
himself to His people, and revealed His face or gracious presence ... ‘We
are not to understand that the enemies of David were actually accustomed to use
these very words, but David was thinking of deeds rather than words’
(Calvin)” [= Gagasan yang dinyatakan secara tak langsung dalam kata-kata
penutup adalah bahwa Yehovah hanya bisa disembah di Kanaan, di Kemah Suci yang
dikuduskan bagiNya, karena hanya di sanalah Ia menyatakan diriNya kepada
umatNya, dan menyatakan wajahNya atau kehadiranNya yang murah hati ...
‘Kita tidak boleh menganggap bahwa musuh-musuh Daud betul-betul terbiasa
untuk menggunakan kata-kata ini, tetapi Daud lebih memikirkan perbuatan dari
pada kata-kata’ (Calvin)].
Penjelasan: maksud
kata-kata Calvin adalah: para musuh Daud tidak betul-betul mengucapkan
kata-kata ‘pergilah, beribadahlah
kepada allah lain’, tetapi tindakan mereka
mengusir Daud dari Kanaan, adalah sama dengan menyuruhnya menyembah allah lain,
karena di luar Kanaan Daud tidak bisa menyembah Allah yang benar.
Bandingkan dengan:
·
Ul 4:27-28 - “(27) TUHAN akan menyerakkan kamu
di antara bangsa-bangsa dan hanya dengan jumlah yang sedikit kamu akan tinggal
di antara bangsa-bangsa, ke mana TUHAN akan menyingkirkan kamu. (28) Maka di sana kamu akan beribadah kepada allah, buatan tangan manusia,
dari kayu dan batu, yang tidak dapat melihat, tidak dapat mendengar, tidak
dapat makan dan tidak dapat mencium”.
·
Ul 28:36 - “TUHAN
akan membawa engkau dengan raja yang kauangkat atasmu itu kepada suatu bangsa
yang tidak dikenal olehmu ataupun oleh nenek moyangmu; di sanalah engkau akan
beribadah kepada allah lain, kepada kayu dan batu”.
2. Kata-kata Daud ini menunjukkan
betapa menyakitkan bagi Daud pada waktu ia tidak bisa beribadah kepada Allah
yang benar.
Pulpit Commentary: “The pain of
separation from the privileges of worship is one of the severest trials of godly
men. ... Our love to the house of the Lord and for the communion of saints is a
test of the reality of our piety” (= Rasa sakit dari
perpisahan dari hak-hak penyembahan / ibadah merupakan salah satu dari
ujian-ujian yang paling keras dari orang-orang saleh. ...
Kasih kita kepada rumah Tuhan dan untuk persekutuan orang kudus
merupakan suatu ujian dari kenyataan dari kesalehan kita) - hal 503.
Jadi, bagi
orang-orang saleh, perpisahan dengan tempat beribadah kepada Allah betul-betul
menyakitkan. Alangkah bertentangannya sikap ini dengan sikap banyak
‘orang Kristen’, yang dengan mudahnya tidak berbakti kepada Allah
sekalipun sebetulnya mereka bisa melakukannya.
3. Karena itu, orang-orang yang
mempunyai otoritas di gereja harus hati-hati supaya jangan mengusir orang-orang
yang sebetulnya sungguh-sungguh mengikut Tuhan, baik dengan cara
terang-terangan ataupun cara yang tidak langsung, misalnya dengan sikap yang
keras / kasar / tak menyenangkan, yang memaksa orang itu meninggalkan gereja.
Pulpit
Commentary: “Those in authority
should be very careful lest by harsh conduct they drive away into godless
regions of thought and association men of noble, reverent spirit” (= Mereka yang mempunyai otoritas harus sangat hati-hati supaya jangan
oleh tingkah laku yang kasar mereka mengusir ke daerah-daerah yang jahat dalam
pemikiran dan perkumpulan, orang-orang yang mempunyai roh yang mulia dan hormat
/ takut) - hal 503.
Matthew Henry: “Of those who thus
led David into temptation he here says, Cursed be they before the Lord. Those
fall under a curse that thrust out those whom God receives, and send those to
the devil who are dear to God” (= Tentang mereka yang dengan cara itu
membimbing Daud ke dalam pencobaan, ia di sini berkata, ‘Terkutuklah
mereka di hadapan Tuhan’. Mereka, yang mengusir
orang-orang yang Allah terima, dan mengirimkan orang-orang yang dikasihi Allah
kepada setan, jatuh ke bawah suatu kutuk).
Karena
itu, hati-hati dengan sikap / tindakan saudara yang ‘mengusir’
seseorang dari gereja yang benar. Apakah itu dilakukan secara langsung /
terang-terangan atau secara tidak langsung. Itu sama dengan berkata kepada
orang itu: ‘Berbaktilah di gereja yang sesat’, atau
‘Pindahlah ke agama lain’. Saudara sama dengan orang-orang yang
dibicarakan oleh Daud, dan saudara adalah orang terkutuk!
Bdk.
Mat 23:13 - “Celakalah kamu, hai ahli-ahli
Taurat dan orang-orang Farisi, hai kamu orang-orang munafik, karena kamu
menutup pintu-pintu Kerajaan Sorga di depan orang. Sebab kamu sendiri tidak
masuk dan kamu merintangi mereka yang berusaha untuk masuk”.
4. Untuk orang yang
‘diusir’, sekalipun saudara menderita, jangan menjauh dari Tuhan.
Manusia
yang mempunyai otoritas di gereja bisa mengusir saudara, tetapi yang penting
Tuhan tetap menerima saudara. Bandingkan dengan orang buta yang telah
disembuhkan oleh Yesus dalam Yoh 9. Para tokoh agama Yahudi
mengusir dia, tetapi Yesus menerima dia! Bukankah diterima oleh Tuhan jauh
lebih penting dari diterima oleh manusia?
Bdk.
Yoh 9:34-38 - “(34) Jawab mereka: ‘Engkau ini
lahir sama sekali dalam dosa dan engkau hendak mengajar kami?’ Lalu
mereka mengusir dia ke luar. (35) Yesus mendengar bahwa ia telah diusir
ke luar oleh mereka. Kemudian Ia bertemu
dengan dia dan berkata: ‘Percayakah engkau
kepada Anak Manusia?’ (36) Jawabnya: ‘Siapakah Dia, Tuhan? Supaya
aku percaya kepadaNya.’ (37) Kata Yesus kepadanya: ‘Engkau bukan
saja melihat Dia; tetapi Dia yang sedang berkata-kata dengan engkau, Dialah
itu!’ (38) Katanya: ‘Aku percaya, Tuhan!’ Lalu ia sujud
menyembahNya”.
3) Ay 20: “Sebab itu, janganlah kiranya darahku
tertumpah ke tanah, jauh dari hadapan TUHAN. Sebab raja Israel keluar untuk
mencabut nyawaku, seperti orang memburu seekor ayam hutan di
gunung-gunung.’”.
a) “Sebab itu, janganlah kiranya darahku tertumpah ke tanah, jauh
dari hadapan TUHAN”.
KJV: ‘before
the face of the LORD’ (= di hadapan wajah TUHAN).
RSV/NASB:
‘away from the presence of the LORD’ (= jauh dari kehadiran
TUHAN).
NIV: ‘far from the presence of the
LORD’ (= jauh dari kehadiran TUHAN).
Jadi,
terjemahan dari KJV berbeda dengan terjemahan-terjemahan lain. Karena itu ada 2
penafsiran tentang ayat ini, yang pertama didasarkan pada terjemahan KJV, dan
yang kedua didasarkan pada terjemahan-terjemahan yang lain.
1. Kalau darahku tertumpah ke
tanah, maka itu akan dilihat oleh Tuhan, dan Ia akan membalasmu.
Matthew Henry: “‘Let not my
blood fall to the earth, as thou threatenest, for it is before the face of the
Lord, who will take cognizance of the wrong and avenge it.’” (= ‘Janganlah biarkan
darahku jatuh / tertumpah ke tanah, seperti yang engkau ancamkan, karena itu
adalah di hadapan wajah Tuhan, yang akan mengetahui kesalahan itu dan
membalasnya’).
Bdk.
Kej 4:8-10 - “(8) Kata Kain kepada Habel, adiknya:
‘Marilah kita pergi ke padang.’ Ketika mereka ada di padang,
tiba-tiba Kain memukul Habel, adiknya itu, lalu membunuh dia. (9) Firman TUHAN
kepada Kain: ‘Di mana Habel, adikmu itu?’ Jawabnya: ‘Aku
tidak tahu! Apakah aku penjaga adikku?’ (10) FirmanNya: ‘Apakah
yang telah kauperbuat ini? Darah adikmu itu berteriak kepadaKu dari
tanah”.
Penerapan:
Kalau
saudara berbuah jahat kepada segala sesuatu, apalagi membunuhnya (dengan cara
apapun), sekalipun tidak ada orang yang melihat / mengetahui tindakan saudara
itu, ingatlah bahwa kejahatan itu saudara lakukan di hadapan Allah yang maha
tahu, yang akan membalas perbuatan saudara itu!
2. Daud tidak ingin darahnya
tertumpah / tidak ingin mati, di luar negerinya sendiri.
Keil & Delitzsch: “‘And now let
not my blood fall to the earth far away from the face of the Lord,’ i.
e., do not carry it so far as to compel me to perish in a foreign land” (= ‘Dan sekarang
janganlah biarkan darahku tertumpah ke tanah jauh dari wajah Tuhan’,
yaitu, jangan membawanya begitu jauh sehingga memaksaku mati di negeri asing).
Wycliffe Bible Commentary: “‘Let not my
blood fall to the earth.’ No Hebrew wanted to die outside the
b) “Sebab raja
1. ‘nyawaku’.
RSV: ‘my
life’ (= nyawaku).
KJV/NIV: ‘a flea’ (= seekor kutu).
NASB: ‘a single flea’ (= seekor kutu).
Saya tidak tahu dari mana
RSV / Kitab Suci Indonesia bisa menterjemahkan ‘my life’ (=
nyawaku). Terjemahan yang benar adalah ‘a flea’ (= seekor
kutu), seperti dalam KJV/NIV/NASB.
Bdk.
1Sam 24:15 - “Terhadap siapakah raja Israel keluar berperang? Siapakah
yang kaukejar? Anjing mati! Seekor kutu saja!”.
2. ‘seperti orang
memburu seekor ayam hutan di gunung-gunung’.
Adam
Clarke mengatakan bahwa kalau ayam hutan diburu terus menerus, apalagi sampai
di gunung-gunung, maka ia menjadi sangat kelelahan, sehingga bisa dipukul
sampai mati dengan tongkat. Dengan cara itu Saul memburu Daud, memburu terus
menerus dengan harapan Daud menjadi lelah, dan akhirnya bisa dibunuh.
Tetapi
Keil & Delitzsch menganggap bahwa penggambaran Daud tentang kutu maupun
ayam hutan hanya menggambarkan bahwa dirinya tidak berharga untuk diburu dengan
mengeluarkan jerih payah seperti itu (sampai ke gunung-gunung). Kalau melihat
1Sam 24:15 di atas, saya lebih setuju dengan pandangan ini.
4) Ay 21: “Lalu berkatalah Saul: ‘Aku
telah berbuat dosa, pulanglah, anakku Daud, sebab aku tidak akan berbuat
jahat lagi kepadamu, karena nyawaku pada hari ini berharga di matamu. Sesungguhnya,
perbuatanku itu bodoh dan aku sesat sama sekali.’”.
a) “Lalu
berkatalah Saul: ‘Aku telah berbuat dosa, ... perbuatanku itu bodoh dan
aku sesat sama sekali.’”.
1. Orang yang mengecam diri
sendiri / mengakui dosa belum tentu lebih rendah hati dari pada orang yang
membela kebenaran dan ketidak-bersalahannya.
Memang
dalam kasus orang Farisi dan pemungut cukai yang berdoa di Bait Allah, jelas
bahwa orang Farisi itu yang sombong dan pemungut cukai itu yang rendah hati. Demikian
juga dengan kasus anak bungsu / anak yang hilang dengan anak sulung (Luk
15:11-32). Tetapi tidak selalu demikian. Saul mengakui kebodohan dan
kesesatannya berulang-ulang (1Sam 15:24-25
1Sam 24:18 1Sam 26:21),
tetapi dengan sombong berpegang terus pada dosa-dosanya. Sedangkan Daud, kalau
dilihat dari mazmur-mazmurnya, sering membela / mempertahankan
ketidak-bersalahannya (tetapi bukannya mengakui seluruh hidupnya suci,
melainkan hanya tidak bersalah dalam kasus-kasus tertentu saja), tetapi
betul-betul merupakan orang yang jujur dan rendah hati.
Pulpit Commentary: “A self-accuser may
be prouder than one who protests his innocence. A careless reader might think
better of Saul confessing his folly than of David appealing to God for his
integrity. But he who appeared so humble was still proud and obstinate, and he
who maintained his rectitude was of a lowly and tender heart. A certain amount
of self-reproach is quite easy to a pliant nature, which takes emotion quickly
on its surface, and yet is quite unchanged beneath. Such was Saul’s confession, which did not for a moment change his character or
delay his fate. ... A servant of God breaks no rule of humility when he
repels calumny, and asserts his innocence or his integrity” (= Seorang yang menuduh
dirinya sendiri mungkin lebih sombong dari orang yang membela
ke-tidak-bersalah-annya. Seorang pembaca yang ceroboh mungkin akan berpikir lebih baik tentang Saul yang mengakui
kebodohannya dari pada Daud yang berseru kepada Allah untuk kejujuran /
ketulusan hatinya. Tetapi ia yang kelihatannya begitu
rendah hati tetap sombong dan keras kepala, dan ia yang mempertahankan
kejujuran / kelurusannya mempunyai hati yang rendah hati dan lembut. Suatu
pencelaan diri sendiri dalam jumlah tertentu, cukup mudah bagi orang yang
lentur / mudah dibengkokkan, yang menuruti perasaan dengan cepat pada
permukaannya, tetapi sama sekali tidak berubah di
dalamnya. ... Seorang hamba Allah tidak melanggar peraturan kerendahan hati
pada waktu ia menolak fitnah, dan menegaskan
ketidak-bersalahannya atau ketulusan hatinya) - hal 510-511.
2. Apa kebodohan Saul?
Pulpit Commentary: “With reference to
the case of Saul, a man plays the fool - 1. When he suffers
illusive thoughts and sinful passions to find a place within him. ... 2.
When he listens to the false representations of wicked men, insinuating, it may
be, suspicions of his best friend, and urging him to regard him as his worst
enemy (ch. 24:9). 3. When he acts in opposition to what he knows to be right.
... 4. When he rests in feelings merely, and does not translate them into deeds
(ch. 24:17). ... 5. When he makes good resolutions and immediately breaks them
(ver. 21), ... 6. When he contends
against the Divine purposes in the vain hope of succeeding (ver. 25). ... 7. When he expects to find happiness
except in connection with holiness” [= Berkenaan dengan kasus
Saul, seseorang bertindak sebagai orang bodoh: 1. Pada waktu ia membiarkan
pemikiran yang menyesatkan dan nafsu yang berdosa mendapat tempat dalam dirinya. ... 2. Pada waktu ia
mendengarkan gambaran yang salah dari orang-orang jahat, yang membuatnya
mencurigai sahabat terbaiknya, dan mendesaknya untuk menganggapnya sebagai
musuh terburuknya (psl 24:9). 3. Pada waktu ia
bertindak bertentangan dengan apa yang ia ketahui sebagai sesuatu yang benar.
... 4. Pada waktu ia berhenti hanya pada perasaan semata-mata, dan tidak
mewujudkannya ke dalam tindakan (psl 24:17). ... 5. Pada waktu ia membuat
ketetapan hati yang baik dan lalu segera melanggarnya (ay 21), ... 6. Pada
waktu ia melawan rencana / tujuan Ilahi dalam harapan yang sia-sia untuk
berhasil (ay 25). ... 7. Pada waktu ia mengharapkan untuk menemukan kebahagiaan
kecuali berhubungan dengan kekudusan] - hal 509.
Jangan
cepat-cepat membaca kutipan di atas ini. Baca satu per satu dari 7 point yang
dibicarakan oleh Pulpit Commentary ini, renungkan dan bandingkan dengan
kehidupan saudara, apakah saudara seperti Saul atau tidak. Kalau ya,
bertobatlah!
b) “aku tidak akan berbuat
jahat lagi kepadamu”.
Matthew Henry: “He promises him that
he will not persecute him as he has done, but protect him: I will no more do
thee harm. We have reason to think, according to the mind he was now in, that
he meant as he said, and yet neither his confession nor his promise of
amendment came from a principle of true repentance” (= Ia berjanji kepadanya
bahwa ia tidak akan menganiayanya seperti yang telah ia lakukan, tetapi
melindunginya: ‘Aku tidak akan berbuat jahat lagi kepadamu’. Kita
mempunyai alasan untuk berpikir, menurut pikirannya saat ini, bahwa ia memaksudkan apa yang ia katakan, tetapi baik pengakuan
maupun janjinya untuk berubah tidak datang dari suatu sumber dari pertobatan
yang sejati).
Bandingkan
dengan kata-kata Petrus dalam Mat 26:31-35 - “(31)
Maka berkatalah Yesus kepada mereka: ‘Malam ini kamu semua akan
tergoncang imanmu karena Aku. Sebab ada tertulis: Aku akan membunuh gembala dan
kawanan domba itu akan tercerai-berai. (32) Akan tetapi sesudah Aku bangkit,
Aku akan mendahului kamu ke Galilea.’ (33) Petrus menjawabNya:
‘Biarpun mereka semua tergoncang imannya karena Engkau, aku sekali-kali
tidak.’ (34) Yesus berkata kepadanya: ‘Aku berkata kepadamu,
sesungguhnya malam ini, sebelum ayam berkokok, engkau telah menyangkal Aku tiga
kali.’ (35) Kata Petrus kepadaNya: ‘Sekalipun aku harus mati
bersama-sama Engkau, aku takkan menyangkal Engkau.’ Semua murid yang
lainpun berkata demikian juga”.
c) ‘nyawaku pada hari
ini berharga di matamu’.
Ini boleh
dikatakan merupakan suatu pujian terhadap tingkah laku Daud.
Bdk.
1Sam 24:18-20 - “(18) Katanya kepada Daud:
‘Engkau lebih benar dari pada aku, sebab engkau telah melakukan yang baik
kepadaku, padahal aku melakukan yang jahat kepadamu. (19) Telah kautunjukkan
pada hari ini, betapa engkau telah melakukan yang baik kepadaku: walaupun TUHAN
telah menyerahkan aku ke dalam tanganmu, engkau tidak membunuh aku. (20)
Apabila seseorang mendapat musuhnya, masakan dilepaskannya dia berjalan dengan
selamat? TUHAN kiranya membalaskan kepadamu kebaikan ganti apa yang kaulakukan
kepadaku pada hari ini”.
Pulpit Commentary: “One may much admire
noble conduct and yet never imitate it. Saul retained enough of his early
magnanimity to feel the moral superiority of David’s behaviour - his
grand forbearance and chivalrous loyalty. He acknowledged the contrast between
David’ conduct and his own, and yet he never imitated what he admired.
... So we often see that it is one thing to recognise and applaud what is good,
another thing to do it. How many admire great and generous characters in
history, poetry, and romance, and yet themselves
remain small-minded and ungenerous! How many applaud good men and kind actions,
and yet continue in their own bad habits and selfish lines of conduct, without
any vigorous efforts to follow what they praise! After all, a man is himself,
and not another, and as his heart is, so will his action be. Unless the tree be
made good from the root, it is vain to expect good fruit on its branches” (= Seseorang bisa sangat
mengagumi tindakan mulia tetapi tidak pernah menirunya. Saul
cukup menahan / menyimpan keluhuran hati awalnya untuk merasakan kesuperioran
moral dari tingkah laku Daud - kesabarannya yang agung / hebat dan kesetiaannya
yang terhormat. Ia mengakui kontras antara tingkah laku Daud dan tingkah
lakunya sendiri, tetapi ia tidak pernah meniru apa
yang ia kagumi. ... Demikianlah kita sering melihat bahwa
mengakui dan memuji apa yang baik merupakan sesuatu yang sangat berbeda dengan
melakukannya. Alangkah banyak orang yang mengagumi tokoh-tokoh yang besar /
agung dan murah hati dalam sejarah, syair, dan cerita percintaan, tetapi diri
mereka sendiri tetap berpikiran cupet dan tidak murah hati! Alangkah banyak
orang yang memuji orang-orang saleh dan tindakan-tindakan yang baik, tetapi terus
dalam kebiasaan buruk mereka dan jalan tingkah laku mereka yang egois, tanpa
usaha yang giat apapun untuk mengikuti apa yang mereka puji! Bagaimanapun juga,
seseorang adalah dirinya sendiri, dan bukan orang lain, dan sebagaimana adanya
hatinya, demikianlah tindakannya. Kecuali suatu pohon dijadikan baik dari
akarnya, adalah sia-sia untuk mengharapkan buah yang baik dari
cabang-cabangnya) - hal 510.
Bdk.
Mat 7:16-20 - “(16) Dari buahnyalah kamu akan
mengenal mereka. Dapatkah orang memetik buah anggur dari semak duri atau buah
ara dari rumput duri? (17) Demikianlah setiap pohon yang baik menghasilkan buah
yang baik, sedang pohon yang tidak baik menghasilkan buah yang tidak baik. (18)
Tidak mungkin pohon yang baik itu menghasilkan buah yang tidak baik, ataupun
pohon yang tidak baik itu menghasilkan buah yang baik. (19) Dan setiap pohon
yang tidak menghasilkan buah yang baik, pasti ditebang dan dibuang ke dalam
api. (20) Jadi dari buahnyalah kamu akan mengenal mereka”.
d) Saul melanggar pengakuan dan janjinya dan
mengejar Daud lagi.
Sekalipun
ini memang tidak diceritakan secara explicit tetapi dari ketakutan Daud dalam
1Sam 27:1-2, yang menyebabkan ia lalu lari ke tanah orang Filistin, bisa
disimpulkan bahwa Saul lalu mengejarnya lagi.
Pulpit Commentary: “A fool returns to
his folly. ... what is more common than that fools
forget admonition, and return to their folly; sinners, after promises of
amendments, relapse into their old sins? ... So it is that a man who has grown
too fond of strong drink, after abstaining from it for a time, goes back to his
bottle” (= Seorang bodoh kembali pada kebodohannya. ... apa yang lebih
umum dari pada bahwa orang-orang bodoh melupakan nasehat, dan kembali pada
kebodohan mereka; orang-orang berdosa, setelah janji-janji perubahan, kembali
ke dalam dosa-dosa lama mereka? ... Demikianlah seseorang yang telah menjadi
terlalu senang dengan minuman keras, setelah berhenti darinya untuk sesaat,
kembali pada botol minuman kerasnya) - hal 509-510.
Penerapan:
Ini bukan
hanya berlaku untuk minuman keras saja, tetapi juga untuk narkoba, rokok, dan
semua dosa!
Keil & Delitzsch: “He adds still
further, ‘Behold, I have acted foolishly, and have gone sore
astray;’ but yet he persists in this folly. ‘There is no sinner so
hardened, but that God gives him now and then some rays of light, which show
him all his error. But, alas! when they are awakened by such divine movings, it
is only for a few moments; and such impulses are no sooner past, than they fall
back again immediately into their former life, and forget all that they have
promised.’” (= Ia menambahkan lebih jauh lagi, ‘Lihatlah, aku telah
bertindak dengan bodoh, dan telah sangat menyimpang’; tetapi ia berkanjang dalam kebodohannya ini. ‘Tidak ada orang berdosa yang begitu dikeraskan, sehingga Allah tidak
kadang-kadang memberinya sedikit terang, yang menunjukkan kepadanya semua
kesalahannya. Tetapi, pada waktu mereka dibangunkan oleh gerakan ilahi seperti
itu, itu hanya untuk beberapa saat; dan begitu dorongan hati yang tiba-tiba itu
hilang, mereka segera jatuh kembali ke dalam kehidupannya yang lama, dan
melupakan semua yang telah mereka janjikan’.).
Penerapan:
Kalau ada
KKR, camp, retreat, dsb, apakah saudara sering sadar akan dosa saudara
sedemikian rupa sehingga saudara lalu berjanji / bernazar akan mengubah
kehidupan saudara, tetapi selanjutnya saudara melupakan janji / nazar itu, dan
kembali pada dosa-dosa saudara?
5) Ay 22-25: “(22) Tetapi Daud menjawab:
‘Inilah tombak itu, ya tuanku raja! Baiklah salah seorang dari
orang-orangmu menyeberang untuk mengambilnya. (23) TUHAN akan membalas
kebenaran dan kesetiaan setiap orang, sebab TUHAN menyerahkan engkau pada hari
ini ke dalam tanganku, tetapi aku tidak mau menjamah orang yang diurapi TUHAN. (24)
Dan sesungguhnya, seperti nyawamu pada hari ini berharga di mataku, demikianlah
hendaknya nyawaku berharga di mata TUHAN, dan hendaknya Ia melepaskan aku dari
segala kesusahan.’ (25) Lalu berkatalah Saul kepada Daud:
‘Diberkatilah kiranya engkau, anakku Daud. Apa juapun yang kauperbuat,
pastilah engkau sanggup melakukannya.’ Lalu pergilah Daud meneruskan
perjalanannya dan pulanglah Saul ke tempatnya”.
a) “(22)
Tetapi Daud menjawab: ‘Inilah tombak itu, ya tuanku raja! Baiklah salah
seorang dari orang-orangmu menyeberang untuk mengambilnya. ... (25b) Lalu
pergilah Daud meneruskan perjalanannya dan pulanglah Saul ke tempatnya”.
Ini
merupakan suatu penolakan dari Daud terhadap ajakan ‘pulanglah, anakku
Daud’ dari Saul dalam ay 21. Daud cukup mengenal Saul, dan karena
itu ia tidak mempercayai pengakuan maupun janji dari Saul.
Matthew Henry: “David could not take
his word so far as to return with him. Those that have once been false are not
easily trusted another time. Therefore David went on his way” (= Daud tidak bisa
menerima perkataannya sebegitu jauh sehingga kembali bersama dia. Mereka yang
telah sekali salah / bohong tidak boleh dengan mudah dipercayai pada kali yang
lain. Karena itu Daud meneruskan jalannya.).
b) “(23b) TUHAN
menyerahkan engkau pada hari ini ke dalam tanganku, tetapi aku tidak mau
menjamah orang yang diurapi TUHAN”.
Matthew Henry mengatakan bahwa
bagian yang digaris-bawahi tersebut diucapkan oleh Daud, mungkin bukan hanya
untuk menunjukkan sikapnya terhadap orang yang diurapi Tuhan, tetapi sekaligus
menjadi semacam desakan supaya Saul juga bersikap sama.
Daud juga diurapi Tuhan, dan karena itu Saul tidak boleh
berusaha untuk membunuhnya.
Bdk. 1Taw 16:22 - “Jangan
mengusik orang-orang yang Kuurapi, dan jangan berbuat jahat terhadap
nabi-nabiKu!”. Juga bandingkan
dengan Maz 105:15 yang bunyinya sama persis.
Jelas
bahwa kejahatan yang kita lakukan terhadap orang yang berbeda bisa menghasilkan
tingkat dosa yang berbeda. Misalnya orang yang mengutuki orang lain jelas
berdosa, tetapi tidak ada hukuman mati baginya (dalam Perjanjian Lama), tetapi
kalau seseorang mengutuki Allah atau orang tuanya sendiri, maka ia dijatuhi
hukuman mati.
Kel 21:17
- “Siapa yang mengutuki ayahnya atau ibunya, ia pasti
dihukum mati”.
Im 24:15-16
- “(15) Engkau harus mengatakan kepada orang Israel,
begini: Setiap orang yang mengutuki Allah harus menanggung kesalahannya
sendiri. (16) Siapa yang menghujat nama TUHAN, pastilah ia dihukum mati dan
dilontari dengan batu oleh seluruh jemaah itu. Baik orang asing maupun orang
Israel asli, bila ia menghujat nama TUHAN, haruslah dihukum mati”.
Dan dari
1Taw 16:22 dan Maz 105:15 di atas jelas juga bisa disimpulkan bahwa
sekalipun mengusik / berbuat jahat kepada orang Kristen biasa juga merupakan
dosa, tetapi mengusik / berbuat jahat kepada seorang hamba Tuhan (yang asli)
jelas merupakan dosa yang lebih berat!
c) “(23)
TUHAN akan membalas kebenaran dan kesetiaan setiap orang, ... (24) Dan
sesungguhnya, seperti nyawamu pada hari ini berharga di mataku, demikianlah
hendaknya nyawaku berharga di mata TUHAN, dan hendaknya Ia melepaskan aku dari
segala kesusahan.’”.
Ini
menunjukkan keadilan Tuhan, yang membalas kebaikan seseorang dengan kebaikan. Tetapi
ingat bahwa tidak biasanya Tuhan langsung membalas seperti itu. Kadang-kadang
Ia membiarkan orang yang berbuat baik menerima apa yang buruk dari orang lain
sampai bertahun-tahun, seperti dalam kasus Daud ini. Kalau saudara mengalami
hal seperti itu, jangan putus asa dan kecil hati dalam melakukan apa yang baik,
karena pada saatnya nanti saudara pasti akan menuai hasilnya.
Bdk.
Gal 6:7-10 - “(7) Jangan sesat! Allah tidak
membiarkan diriNya dipermainkan. Karena apa yang ditabur orang, itu juga yang
akan dituainya. (8) Sebab barangsiapa menabur dalam dagingnya, ia akan menuai
kebinasaan dari dagingnya, tetapi barangsiapa menabur dalam Roh, ia akan menuai
hidup yang kekal dari Roh itu. (9) Janganlah kita jemu-jemu berbuat baik,
karena apabila sudah datang waktunya, kita akan menuai, jika kita tidak menjadi
lemah. (10) Karena itu, selama masih ada kesempatan bagi kita, marilah kita
berbuat baik kepada semua orang, tetapi terutama kepada kawan-kawan kita
seiman”.
Sebetulnya
dari kata ‘menabur’ dan ‘menuai’ kita sudah harus tahu
bahwa tidak ada orang yang segera menuai apa yang ia tabur.
-AMIN-
email us at : gkri_exodus@lycos.com