Eksposisi Surat Paulus kepada Timotius yang Pertama
oleh : Pdt. Budi Asali M.Div.
Ay 3-4: “(3) Ketika aku hendak meneruskan perjalananku
ke wilayah Makedonia, aku telah mendesak engkau supaya engkau tinggal di Efesus
dan menasihatkan orang-orang tertentu, agar mereka jangan mengajarkan ajaran
lain (4) ataupun sibuk dengan dongeng dan silsilah yang tiada putus-putusnya,
yang hanya menghasilkan persoalan belaka, dan bukan tertib hidup keselamatan
yang diberikan Allah dalam iman”.
1) “Ketika aku hendak
meneruskan perjalananku ke wilayah Makedonia, aku telah mendesak engkau supaya
engkau tinggal di Efesus”.
a) Paulus
‘mendesak’ Timotius untuk tinggal di Efesus.
Beberapa penafsir mengatakan bahwa kata ‘mendesak’ merupakan kata yang terlalu kuat. Seharusnya adalah ‘besought’
(= memohon) seperti dalam KJV.
Jamieson, Fausset & Brown: “‘I
besought.’ - a mild word, instead of authoritative command, to Timothy, as a
fellow-helper” (= ‘Aku memohon’. - suatu kata yang
ringan, dan bukannya suatu perintah yang berotoritas / berwewenang, kepada
Timotius, sebagai seorang rekan-penolong).
Matthew Henry: “Though he might assume an
authority to command him, yet for love’s sake he chose rather to beseech him” (= Sekalipun ia bisa
menggunakan otoritas untuk memerintahnya, tetapi demi kasih ia memilih untuk
memohon kepadanya).
Penerapan:
Ini perlu diingat oleh siapapun yang mempunyai kedudukan
/ otoritas. Tidak selalu kita harus menggunakan otoritas yang kita miliki, dan
tidak selalu penggunaan otoritas merupakan jalan yang terbaik. Kadang-kadang
memang harus digunakan, tetapi kadang-kadang cara yang lembut lebih baik.
Amsal 25:15 - “Dengan kesabaran seorang penguasa dapat
diyakinkan dan lidah lembut mematahkan tulang”.
Kalau dalam ayat ini dikatakan bahwa seorang penguasa
bisa diyakinkan dengan kesabaran dan oleh kata-kata yang lembut, lebih-lebih lagi
seorang bawahan!
b) Mengapa
Paulus perlu meminta / mendesak Timotius untuk tinggal di Efesus?
Donald Guthrie (Tyndale): “The apostle’s words suggest that there was some reluctance on
Timothy’s part to remain at Ephesus, which was one of the most important of the
Asiatic churches, both strategically and culturally. His somewhat timid nature
may well have shrunk from so onerous a task” (= Kata-kata sang rasul
memberikan kesan bahwa ada keengganan pada Timotius untuk tinggal di Efesus,
yang adalah salah satu gereja Asia yang terpenting, baik secara strategis
maupun kultural. Sifat dasarnya yang agak takut-takut mungkin telah mengkeret
dari tugas yang begitu berat / sukar) -
hal 57.
Bdk. 2Tim 1:7 - “Sebab Allah memberikan kepada kita bukan roh
ketakutan, melainkan roh yang membangkitkan kekuatan, kasih dan ketertiban”.
Penerapan:
·
kalau saudara adalah
orang-orang yang suka takut-takut dalam mengerjakan pekerjaan / pelayanan
tertentu, maka saudara harus berusaha memberanikan diri dalam melakukannya.
Yang penting saudara yakin bahwa itu adalah kehendak Tuhan untuk saudara.
Mungkin saudara membutuhkan orang seperti Paulus, yang mau mendorong saudara
untuk melakukan sesuatu yang saudara takuti.
·
kalau saudara melihat orang
yang suka takut-takut, asal saudara yakin bahwa Tuhan menghendaki orang
tersebut melakukan sesuatu, maka doronglah orang itu untuk melakukan hal itu.
Di Indonesia, dimana mayoritas orang adalah orang yang rendah diri, sangat
dibutuhkan orang yang bisa menjadi pendorong!
2) “dan menasihatkan orang-orang
tertentu, agar mereka jangan mengajarkan ajaran lain”.
a) Dalam
Kis 20:29-30 Paulus sudah menubuatkan akan munculnya pengajar-pengajar sesat di
Efesus.
Kis 20:29-30 - “(29) Aku tahu, bahwa sesudah aku pergi,
serigala-serigala yang ganas akan masuk ke tengah-tengah kamu dan tidak akan
menyayangkan kawanan itu. (30) Bahkan dari antara kamu sendiri akan muncul
beberapa orang, yang dengan ajaran palsu mereka berusaha menarik murid-murid
dari jalan yang benar dan supaya mengikut mereka”.
Sekarang terlihat bahwa nubuat itu telah menjadi
kenyataan. Bandingkan dengan ‘nubuat-nubuat’ jaman sekarang, yang kebanyakan
tidak terjadi.
Bdk. Ul 18:20-22 - “(20) Tetapi seorang nabi, yang terlalu berani
untuk mengucapkan demi namaKu perkataan yang tidak Kuperintahkan untuk
dikatakan olehnya, atau yang berkata demi nama allah lain, nabi itu harus mati.
(21) Jika sekiranya kamu berkata dalam hatimu: Bagaimanakah kami mengetahui
perkataan yang tidak difirmankan TUHAN? - (22) apabila seorang nabi berkata
demi nama TUHAN dan perkataannya itu tidak terjadi dan tidak sampai, maka
itulah perkataan yang tidak difirmankan TUHAN; dengan terlalu berani nabi itu
telah mengatakannya, maka janganlah gentar kepadanya.’”.
b) ‘Orang-orang tertentu’.
Paulus di sini hanya menyebutkan ‘orang-orang tertentu’, dan tidak menyebutkan nama mereka. Ini tidak berarti
bahwa kita tidak boleh menyebutkan nama pada waktu membicarakan seorang
penyesat, karena nanti dalam 1Tim 1:20 dan 2Tim 4:10,14 kita melihat
Paulus menyebutkan nama.
1Tim 1:19-20 - “(19) Beberapa orang telah menolak hati
nuraninya yang murni itu, dan karena itu kandaslah iman mereka, (20) di
antaranya Himeneus dan Aleksander, yang telah kuserahkan kepada Iblis,
supaya jera mereka menghujat”.
2Tim 4:9-10,14 - “(9) Berusahalah supaya segera datang
kepadaku, (10) karena Demas telah mencintai dunia ini dan meninggalkan aku.
Ia telah berangkat ke Tesalonika. Kreskes telah pergi ke Galatia dan Titus ke
Dalmatia. ... (14) Aleksander, tukang tembaga itu, telah banyak berbuat
kejahatan terhadap aku. Tuhan akan membalasnya menurut perbuatannya”.
c) Orang-orang
tertentu itu mengajarkan ‘ajaran lain’.
Bdk. 1Tim 6:3-4a - “(3) Jika seorang mengajarkan ajaran lain
dan tidak menurut perkataan sehat - yakni perkataan Tuhan kita Yesus Kristus -
dan tidak menurut ajaran yang sesuai dengan ibadah kita, (4a) ia adalah seorang yang berlagak
tahu padahal tidak tahu apa-apa”.
‘Ajaran lain’ menunjuk pada ajaran yang berbeda dengan ajaran Paulus.
Bdk. Gal 1:6-9 - “(6) Aku heran, bahwa kamu begitu lekas berbalik
dari pada Dia, yang oleh kasih karunia Kristus telah memanggil kamu, dan
mengikuti suatu injil lain, (7) yang sebenarnya bukan Injil. Hanya ada
orang yang mengacaukan kamu dan yang bermaksud untuk memutarbalikkan Injil
Kristus. (8) Tetapi sekalipun kami atau seorang malaikat dari sorga yang
memberitakan kepada kamu suatu injil yang berbeda dengan Injil yang telah kami
beritakan kepadamu, terkutuklah dia. (9) Seperti yang telah kami katakan
dahulu, sekarang kukatakan sekali lagi: jikalau ada orang yang memberitakan
kepadamu suatu injil, yang berbeda dengan apa yang telah kamu terima,
terkutuklah dia”.
Jangan membayangkan bahwa ‘ajaran lain’ itu mengajarkan
untuk membunuh, berzinah, menyembah berhala dan sebagainya. Mungkin sekali
sebaliknya, ajaran lain itu mengajar untuk hidup dengan moral yang tinggi,
tetapi bagaimanapun, ajaran itu berbeda (secara dasari) dengan ajaran Paulus /
Injil. Maka Paulus mengutuk para pengajarnya!
d) Timotius
harus menasehati orang-orang tertentu untuk tidak mengajarkan ajaran lain.
William Hendriksen:
“the
apostle was not interesting in Timothy’s mere staying in Ephesus, but in his
remaining there in order to straighten out what was wrong” (= Paulus tidak hanya
berminat pada tinggalnya Timotius di Efesus, tetapi pada tinggalnya ia di sana
untuk meluruskan apa yang salah) - hal
56.
Donald Guthrie (Tyndale): “Timothy is now reminded that he is himself a man of authority.
He has a definite commission to hold the false teachers in check, and it is
evident that Paul expects him to take a strong line with them, as is shown by
the verb PARANGELLO (charge), a military term which means literally to pass
commands from one to the other” [= Timotius sekarang dingatkan bahwa ia sendiri adalah seorang
yang mempunyai otoritas. Ia mempunyai suatu tugas tertentu untuk mengendalikan
guru-guru palsu, dan adalah jelas bahwa Paulus mengharapkan dia untuk mengambil
batasan yang keras terhadap mereka, seperti yang ditunjukkan oleh kata kerja
PARANGGELO (= charge / memberi petunjuk), suatu istilah militer yang
secara hurufiah berarti ‘menyampaikan perintah dari satu orang ke orang yang
lain’] - hal 57.
1Tim 1:3 (KJV): ‘As
I besought thee to abide still at Ephesus, when I went into Macedonia, that
thou mightest charge some that they teach no other doctrine’ (= Aku
memnta engkau untuk tinggal di Efesus, ketika aku pergi ke Makedonia, supaya
engkau bisa memberi petunjuk kepada beberapa orang supaya mereka tidak
mengajarkan ajaran yang lain).
Matthew Henry: “He must not only see to it
that he did not preach any other doctrine, but he must charge others that they
might not add any thing of their own to the gospel, or take any thing from it,
but that they preach it pure and uncorrupt” (= Ia bukan hanya harus
memperhatikan bahwa ia tidak mengkhotbahkan ajaran lain apapun, tetapi ia harus
memberi petunjuk kepada orang-orang lain supaya mereka tidak menambah apapun
dari diri mereka kepada Injil, atau mengambil apapun darinya, teapi
mengkhotbahkan Injil yang murni dan tak rusak / diubah).
Penerapan:
Jadi adalah salah kalau orang-orang tertentu beranggapan
bahwa setiap hamba Tuhan sebaiknya tidak mengurusi hamba-hamba Tuhan /
gereja-gereja yang lain. Timotius justru diperintahkan oleh Paulus untuk
melakukan hal itu!
William Hendriksen mengatakan (hal 58) bahwa ada
orang-orang yang senang dengan apapun yang baru atau berbeda.
Bdk. Kis 17:21 - “Adapun orang-orang Atena dan orang-orang
asing yang tinggal di situ tidak mempunyai waktu untuk sesuatu selain untuk
mengatakan atau mendengar segala sesuatu yang baru”.
Mereka berusaha menentang apapun yang kuno / ketinggalan
jaman. Ini terlihat di seminari-seminari, dimana ada banyak orang yang
sekalipun belum selesai mempelajari theologia yang kuno dan mapan, mengclaim
dengan suara keras suatu ajaran baru tentang mana mereka tidak tahu apapun.
Biasanya ajaran yang mereka anggap sebagai ‘baru’ adalah ajaran sesat kuno
dengan pakaian baru.
3) “ataupun sibuk dengan
dongeng dan silsilah yang tiada putus-putusnya, yang hanya menghasilkan
persoalan belaka, dan bukan tertib hidup keselamatan yang diberikan Allah dalam
iman”.
a) ‘Dongeng dan silsilah yang
tiada putus-putusnya’.
Pulpit Commentary:
“What
was the particular abuse of genealogies which St. Paul here condemns we have
not sufficient historical knowledge to enable us to decide” (= Penyalah-gunaan
silsilah yang bagaimana yang Paulus kecam di sini, kami tidak mempunyai
pengetahuan sejarah yang cukup yang memampukan kami untuk memutuskan) - hal 2.
Yang jelas kecaman tentang silsilah ini bukan berkenaan
dengan pembahasan silsilah dalam Kitab Suci. Apapun yang ada dalam Kitab Suci,
tentu boleh dibahas, dan pasti ada gunanya, karena kalau tidak, itu tidak akan
diletakkan di dalam Kitab Suci.
John Wesley: “Nor those delivered in scripture,
but the long intricate pedigrees whereby they strove to prove their descent
from such or such a person” (= Bukan silsilah-silsilah yang diberikan dalam Kitab Suci,
tetapi silsilah-silsilah rumit yang panjang dengan mana mereka berusaha
membuktikan penurunan mereka dari orang-orang tertentu).
Ada penafsir-penafsir yang menghubungkan ‘dongeng’ dan
‘silsilah’ dengan ajaran sesat saat itu yang namanya Gnosticism, tetapi
kebanyakan penafsir lebih setuju untuk menghubungkannya dengan Yudaisme.
Baik kata ‘dongeng’ maupun kata ‘silsilah’ juga muncul dalam
surat Titus (Tit 1:14
Tit 3:9), tetapi untuk kata ‘dongeng’ dalam Titus ditambahi dengan
kata ‘Yahudi’, dan menurut Donald Guthrie, ini merupakan petunjuk kuat bahwa
Paulus memikirkan orang-orang yang sama.
Tit 1:14 - “dan tidak lagi mengindahkan dongeng-dongeng Yahudi dan
hukum-hukum manusia yang berpaling dari kebenaran”.
Tit 3:9 - “Tetapi hindarilah persoalan yang dicari-cari dan yang bodoh,
persoalan silsilah, percekcokan dan pertengkaran mengenai hukum Taurat,
karena semua itu tidak berguna dan sia-sia belaka”.
Kata ‘dongeng’ dalam ay 4
artinya mungkin juga sama dengan ‘dongeng nenek-nenek tua’
dalam 1Tim 4:7.
1Tim 4:7 - “Tetapi jauhilah takhayul dan dongeng nenek-nenek tua.
Latihlah dirimu beribadah”.
Calvin: “He applies the term
‘fables,’ in my opinion, not only to contrived falsehoods, but to trifles or
fooleries which have no solidity; for it is possible that something which is
not false may yet be fabulous. ... Livy employs the word FABULARI, ‘to relate
fables,’ as denoting useless and foolish talk. And, undoubtedly, the word Muqoj, (which Paul here
employs,) is equivalent to the Greek word fluaria, that is ‘trifles.’” [= Menurut saya, ia
menerapkan istilah ‘dongeng’, bukan hanya pada kepalsuan / kesalahan yang
diciptakan / ditemukan, tetapi pada hal-hal yang remeh atau bodoh yang tidak
mempunyai kepadatan; karena adalah mungkin bahwa sesuatu yang tidak palsu /
salah tetap merupakan dongeng. ... Livy menggunakan kata FABULARI,
‘menceritakan dongeng’, sebagai menunjuk pada percakapan yang tak berguna dan
bodoh. Dan, tak diragukan, kata Muqoj, (yang digunakan oleh Paulus di sini) adalah sama dengan kata
Yunani fluaria, yaitu ‘hal-hal remeh’] - hal 23.
Penerapan:
Kalau berdasarkan kata-kata Calvin ini maka
khotbah-khotbah yang sekalipun tidak sesat / salah, tetapi tak ada isinya,
remeh, dsb, juga termasuk dalam hal-hal yang dikecam oleh Paulus di sini.
Ironside: “It is ever the object of
the devil to obscure the truth and get Christians occupied with something that
will hide the glorious face of the Lord Jesus Christ, and becloud the truth
regarding His finished work” (= Selalu merupakan tujuan dari setan untuk mengaburkan
kebenaran dan menyibukkan orang-orang kristen dengan sesuatu yang akan
menyembunyikan wajah yang mulia dari Tuhan Yesus Kristus, dan menggelapkan
kebenaran berkenaan dengan pekerjaanNya yang sudah selesai) - hal 21.
Barnes’ Notes: “The ‘fables’ here referred
to were probably the idle and puerile superstitions and conceits of the Jewish
rabbies. The word rendered ‘fable’ (muthos)
means properly ‘speech’ or ‘discourse,’ and then fable or fiction, or a mystic
discourse. Such things abounded among the Greeks as well as the Jews, but it is
probable that the latter here are particularly intended. These were composed of
frivolous and unfounded stories, which they regarded as of great importance,
and which they seem to have desired to incorporate with the teachings of
Christianity. Paul, who had been brought up amidst these superstitions, saw at
once how they would tend to draw off the mind from the truth, and would corrupt
the true religion. One of the most successful arts of the adversary of souls
has been to mingle fable with truth; and when he cannot overthrow the truth by
direct opposition, to neutralize it by mingling with it much that is false and
frivolous” [= ‘Dongeng-dongeng’ yang dibicarakan di sini mungkin adalah
takhyul-takhyul yang tak berarti dan bodoh / kekanak-kanakan dan khayalan /
pandangan yang berlebihan tentang diri sendiri dari rabi-rabi Yahudi. Kata yang
diterjemahkan ‘dongeng’ (MUTHOS) secara tepat berarti ‘ucapan’ atau ‘percakapan
/ pidato’, dan lalu dongeng atau fiksi, atau suatu percakapan mistik. Hal-hal
seperti itu banyak sekali di antara orang-orang Yunani dan Yahudi, tetapi
adalah mungkin bahwa yang terakhir yang dimaksudkan secara khusus di sini. Ini
terdiri dari cerita-cerita yang remeh / bodoh / tak masuk akal dan tak
berdasar, yang mereka anggap sebagai sangat penting, dan yang kelihatannya
ingin mereka ingin gabungkan dengan ajaran dari kekristenan. Paulus, yang
dibesarkan di tengah-tengah takhyul-takhyul ini, segera melihat bagaimana
mereka cenderung untuk mengeluarkan pikiran dari kebenaran, dan akan merusakkan
agama yang benar. Salah satu seni yang paling sukses dari musuh jiwa adalah
mencampur dongeng dengan kebenaran; dan pada saat ia tidak bisa menggulingkan
kebenaran dengan oposisi langsung, ia menetralkannya dengan mencampurnya dengan
banyak hal yang palsu / salah dan remeh / bodoh / tak masuk akal].
Ini mungkin memberikan jawaban mengapa bisa ada kasus-kasus
seperti:
·
Dr. Paul Yonggi Cho, yang
kalau memberitakan Injil, betul-betul memberitakan Injil yang murni dan benar,
tetapi begitu masuk ke dalam pengajaran, memberikan pengajaran yang bodoh dan
menggelikan, seperti Theologia Kemakmuran, dimensi ke 4 / doa yang harus
divisualisasikan / dibayangkan, dsb.
·
banyak pengkhotbah /
pendeta yang sekalipun dalam memberitakan Injil tetap mengkhotbahkan salib
Kristus, dan menantang orang-orang untuk percaya kepada Kristus sebagai Tuhan
dan Juruselamat, tetapi lalu menambahkan bahwa yang mau percaya Kristus bisa
mendapatkan kesembuhan, mujijat, kekayaan duniawi dan sebagainya.
Albert Barnes mengatakan bahwa ‘silsilah yang tiada
putus-putusnya’, dalam bahasa Inggris ‘endless genealogies’ (= silsilah yang tidak ada
akhirnya), menunjuk pada ajaran Yahudi.
Mereka mencatat dengan teliti silsilah mereka, dan ini perlu supaya perbedaan
dari suku-suku mereka bisa dipertahankan. Tetapi setelah berabad-abad,
silsilah-silsilah ini menjadi makin banyak, panjang, dan rumit, sehingga bisa
dengan benar dikatakan sebagai ‘tidak ada akhirnya’.
Tetapi karena Kristus sudah datang, maka perbedaan antara Yahudi dan non
Yahudi, mapun perbedaan antar suku-suku dalam kalangan Israel / Yahudi, tidak
berguna lagi. Semua perbedaan itu bertentangan dengan kekristenan karena hal
itu memelihara kesombongan berkenaan dengan darah dan kelahiran.
Clarke mengatakan bahwa orang-orang Yahudi mencatat
silsilah dengan sangat teliti sampai kelahiran Kristus, dan Matius dan Lukas
memasukkannya ke dalam Injil mereka. Jadi sampai pada saat itu semua adalah
pasti. Tetapi pada jaman Herodes, ia yang adalah orang Idumea merasa iri hati
kepada orang-orang Yahudi, dan karena itu ia membakar semua silsilah dalam Bait
Allah, supaya ia tidak lagi bisa direndahkan / dihina karena faktor
keturunannya. Sejak saat itu, orang-orang Yahudi hanya bisa menunjuk kepada
silsilah mereka dari ingatan, atau dari sisa-sisa silsilah yang tidak sempurna
yang dimiliki pribadi-pribadi tertentu, yang tentu saja merupakan sesuatu yang
tidak pasti. Mungkin silsilah inilah yang dikecam oleh Paulus di sini.
Clarke lalu mengatakan bahwa hal ini merupakan
argumentasi yang tak terbantah bahwa Mesias sudah datang, karena Kitab Suci
mengatakan bahwa Mesias harus datang dari suku Yehuda dan adalah keturunan
Daud. Kalau Mesias datang setelah penghancuran silsilah pada jaman Herodes itu
maka tak bisa dibuktikan bahwa Ia adalah keturunan Daud. Untuk menjawab
argumentasi ini, orang-orang Yahudi mengatakan bahwa kalau Mesias nanti datang,
maka Roh Kudus akan memulihkan silsilah tersebut.
Adam Clarke: “‘Endless genealogies.’ I
suppose the apostle to mean those genealogies which were uncertain - that never
could be made out, either in the ascending or descending line; and,
principally, such as referred to the great promise of the Messiah, and to the
priesthood. The Jews had scrupulously preserved their genealogical tables until
the advent of Christ: and the evangelists had recourse to them, and appealed to
them in reference to our Lord’s descent from the house of David; Matthew taking
this genealogy in the descending, Luke in the ascending, line. And whatever
difficulties we may now find in these genealogies, they were certainly clear to
the Jews; nor did the most determined enemies of the Gospel attempt to raise
one objection to it from the appeal which the evangelists had made to their own
public and accredited tables. All was then certain; but we are told that Herod
destroyed the public registers: he, being an Idumean, was jealous of the noble
origin of the Jews; and, that none might be able to reproach him with his
descent, he ordered the genealogical tables, which were kept among the archives
in the temple, to be burnt. See Eusebius, H. E., lib. 1 cap. 8. From this time
the Jews could refer to their genealogies only from memory, or from those
imperfect tables which had been preserved in private hands; and to make out any
regular line from these must have been endless and uncertain. It is probably to
this that the apostle refers; I mean the endless and useless labour which the
attempts to make out these genealogies must produce, the authentic tables being
destroyed. This, were all other proofs wanting, would be an irresistible
argument against the Jews that the Messiah is come; for their own prophets had
distinctly marked out the line by which he was to come; the genealogies are now
all lost; nor is there a Jew in the universe that can show from what tribe he
is descended. There can, therefore, be no Messiah to come, as none could show,
let him have what other pretensions he might, that he sprang from the house of
David. The Jews do not, at present, pretend to have any such tables; and,
far from being able to prove the Messiah from his descent, they are now obliged
to say that, when the Messiah comes, he will restore the genealogies by the
Holy Spirit that shall rest upon him. ‘For,’ says Maimonides, ‘in the days of
the Messiah, when his kingdom shall be established, all the Israelites shall be
gathered together unto him; and all shall be classed in their genealogies by
his mouth, through the Holy Spirit that shall rest upon him; as it is written,
Mal. 3:3: He shall sit as a refiner and purifier of silver, and he shall purify
the sons of Levi. First he will purify the Levites, and shall say: ‘This man is
a descendant from the priests; and this, of the stock of the Levites;’ and he
shall cast out those who are not of the stock of Israel; for behold it is said,
Ezra 2:63: And the Tirshatha said - they should not eat of the most holy
things, until there stood up a priest with Urim and Thummim. Thus, by the Holy
Spirit, the genealogies are to be revised.’ See Schoetentangen” (= ).
b) ‘Yang hanya menghasilkan
persoalan belaka’.
KS Indonesia: ‘persoalan’.
KJV: ‘questions’ (=
pertanyaan-pertanyaan).
RSV: ‘speculations’ (=
spekulasi-spekulasi).
NASB: ‘speculation’ (=
spekulasi).
NIV: ‘controversies’ (=
pertentangan-pertentangan).
Pulpit Commentary:
“These
fables and genealogies address themselves, the apostle says, to the
disputations, itching curiosity of men’s minds, not to their faith” (= Dongeng-dongeng dan
silsilah-silsilah ini mengarahkan dirinya sendiri, kata sang rasul, pada
perselisihan-perselisihan, menggatalkan rasa ingin tahu dari pikiran manusia,
bukan pada iman mereka) - hal 2.
Ironside: “Today we still need to
beware of systems that do not build up our souls, but instead of that only
serve to get Christians occupied with unprofitable questions. There are some
people who delight to argue. John Bunyan has said, ‘Some love the meat; some
love to pick the bones.’ And you will find people who delight in picking the
bones of vital doctrines but get very little nourishment from the truth of
God’s Word, because, instead of being occupied with Christ, they are occupied
with various side issues” (= Pada masa ini kita tetap perlu untuk waspada terhadap sistim
yang tidak membangun jiwa kita, tetapi hanya menyebabkann orang-orang kristen
sibuk dengan pertanyaan-pertanyaan yang tak bermanfaat. Ada orang-orang yang
senang untuk berdebat. John Bunyan telah berkata: ‘Beberapa orang menyukai
daging; beberapa orang menyukai untuk mengambil tulang-tulang’. Dan kamu akan
mendapatkan orang-orang yang senang mengambil tulang-tulang dari
doktrin-doktrin yang penting tetapi mendapatkan sangat sedikit makanan dari
kebenaran Firman Allah, karena mereka bukannya disibukkan dengan Kristus,
tetapi disibukkan dengan berbagai-bagai persoalan sampingan) - hal 18.
c) ‘dan bukan tertib hidup
keselamatan yang diberikan Allah dalam iman’.
KJV: ‘rather than godly edifying
which is in faith’ (= bukannya pendidikan yang saleh yang adalah dalam
iman).
NASB: ‘rather than furthering
the administration of God which is by faith’ (= bukannya memajukan
pemerintahan Allah yang adalah oleh iman).
NIV: ‘rather than God’s work -
which is by faith’ (= bukannya pekerjaan Allah - yang adalah oleh iman).
KJV mengambil dari manuscript yang berbeda. Clarke
mengatakan bahwa yang benar adalah manuscript seperti yang dipakai oleh NASB.
Orang-orang Yahudi sangat mementingkan silsilah karena
bagi mereka fakta bahwa mereka adalah keturunan Abraham merupakan dasar
keselamatan (bdk. Mat 3:9 Yoh
8:37-41).
·
Mat 3:9 - “Dan janganlah mengira,
bahwa kamu dapat berkata dalam hatimu: Abraham adalah bapa kami! Karena aku
berkata kepadamu: Allah dapat menjadikan anak-anak bagi Abraham dari batu-batu
ini!”.
·
Yoh 8:37-41 - “(37) ‘Aku tahu, bahwa kamu
adalah keturunan Abraham, tetapi kamu berusaha untuk membunuh Aku karena
firmanKu tidak beroleh tempat di dalam kamu. (38) Apa yang Kulihat pada Bapa,
itulah yang Kukatakan, dan demikian juga kamu perbuat tentang apa yang kamu
dengar dari bapamu.’ (39) Jawab mereka kepadaNya: ‘Bapa kami ialah Abraham.’
Kata Yesus kepada mereka: ‘Jikalau sekiranya kamu anak-anak Abraham, tentulah
kamu mengerjakan pekerjaan yang dikerjakan oleh Abraham. (40) Tetapi yang kamu
kerjakan ialah berusaha membunuh Aku; Aku, seorang yang mengatakan kebenaran
kepadamu, yaitu kebenaran yang Kudengar dari Allah; pekerjaan yang demikian
tidak dikerjakan oleh Abraham. (41) Kamu mengerjakan pekerjaan bapamu sendiri.’
Jawab mereka: ‘Kami tidak dilahirkan dari zinah. Bapa kami satu, yaitu Allah.’”.
Iman kepada Yesus adalah satu-satunya yang menyebabkan
mereka bisa diselamatkan, tetapi yang mereka lakukan adalah membicarakan /
memikirkan / memperdebatkan silsilah yang tidak ada habis-habisnya. Ini tidak
membawa mereka kepada iman kepada Kristus, dan karena itu, tidak menyelamatkan
mereka.
Adam Clarke: “Such discussions as these
had no tendency to promote piety. Many, no doubt, employed much of that time in
inquiring who were their ancestors, which they should have spent in obtaining
that grace by which, being born from above, they might have become the sons and
daughters of God Almighty” (= Diskusi-diskusi seperti itu tidak mempunyai kecenderungan
untuk memajukan kesalehan. Banyak orang, tak diragukan, menggunakan banyak
waktu dalam mencari siapa nenek moyang mereka, pada saat mereka seharusnya
menghabiskan waktu untuk mendapatkan kasih karunia, oleh mana, dengan
dilahirkan dari atas, mereka menjadi anak-anak Allah yang maha kuasa).
Jadi, menghabiskan waktu dengan hal yang tak berguna,
bukannya tidak merugikan. Gara-gara hal seperti itu, kita tidak menggunakan
waktu untuk hal-hal yang terpenting, sehingga kita tidak mendapatkan hal yang
terpenting itu.
-AMIN-