Eksposisi
Surat Yohanes yang Pertama
oleh: Pdt. Budi Asali M.Div.
1) ‘Firman hidup’ (ay 1b).
1Yoh 1:1-3 mempunyai
kemiripan dengan Yoh 1:1-14, yaitu:
·
sama-sama membicarakan kekekalan Yesus.
·
penggunaan istilah / kata-kata ‘hidup’, ‘beginning’ (= pada mulanya / sejak semula), dan
‘Firman / LOGOS’.
a) Kata ‘Firman’ di
sini merupakan gelar bagi Kristus.
1. Kata ‘Firman’ hanya menunjuk
kepada Yesus dalam Yoh 1:1,14 1Yoh 1:1 Wah 19:13 (Catatan: ada yang
berpendapat bahwa Luk 1:2 juga termasuk, tetapi saya tidak sependapat
dengan ini).
Dalam bagian-bagian Kitab Suci
yang lain, kata ‘Firman’ menunjuk pada
‘kata-kata Allah’, dan tidak menunjuk kepada Yesus!
Contoh: Kej 1:3 banyak
diartikan secara salah dengan mengartikan bahwa ‘firman’ adalah
Yesus, tetapi saya berpendapat bahwa sebetulnya kata ‘firman’ di
sana hanya menunjuk pada ‘kata-kata Allah’.
2. Mengapa Yesus disebut ‘Firman / Word’?
·
karena ‘Word /
Kata’ berfungsi untuk menyatakan diri kita, pikiran kita, kehendak kita,
dan apa yang ada dalam diri kita kepada orang lain. Yesus disebut ‘Word / Kata’, karena Ia menyatakan Allah, pikiran Allah, kehendak Allah kepada
kita (bdk. Yoh 1:18
Mat 11:27 Ibr
1:1).
·
karena Yesus merupakan subyek utama dalam Kitab Suci, yang merupakan
Firman yang tertulis.
3. Bahwa Yesus disebut ‘Firman’,
tidak berarti bahwa Kitab Suci bukanlah Firman!
Hati-hatilah terhadap orang-orang Liberal seperti itu, yang seakan-akan
meninggikan Yesus, tetapi pada saat yang sama merendahkan
Kitab Suci! Adalah sesuatu yang omong kosong bahwa kita bisa meninggikan Yesus
tetapi merendahkan kata-kataNya yang tertulis dalam Kitab Suci!
John Murray memberikan
komentar tentang E. J. Young (seorang yang mati-matian membela otoritas Kitab
Suci sebagai Firman Tuhan) dengan kata-kata sebagai berikut:
“He knew nothing of an
antithesis between devotion to the Lord and devotion to the Bible. He revered
the Bible because he revered the Author” (= ia tidak mengenal pertentangan
antara kesetiaan / pembaktian diri terhadap Tuhan dan kesetiaan / pembaktian
diri terhadap Alkitab. Ia menghormati Alkitab karena
ia menghormati Pengarangnya).
b) Kata ‘hidup’ dalam ay 1
ini bukan hanya menunjukkan bahwa Yesus itu hidup, tetapi juga bahwa Ia
memberikan hidup kekal kepada semua yang percaya kepadaNya sebagai Juruselamat.
Ini ditekankan lagi dalam ay 2 yang menyebut Yesus dengan istilah
‘hidup’ atau ‘hidup kekal’.
Kalau
saudara belum pernah percaya / menerima Yesus sebagai Juruselamat saudara,
sadarilah bahwa saudara adalah orang berdosa, yang mati dalam dosa. Sadarilah juga bahwa kalau
keadaan itu saudara biarkan, itu akan membawa saudara
ke dalam kebinasaan kekal di neraka. Tetapi Yesus bisa memberi
saudara hidup yang kekal, dan karena itu datanglah kepadaNya, percayalah
kepadaNya dan terimalah Dia sebagai Juruselamat pribadi saudara.
2) Kekekalan dan keilahian Yesus.
a) Dalam ay 1 dikatakan
bahwa Yesus itu ‘ada sejak semula’ (ay 1).
Editor dari
Calvin’s Commentary mengatakan bahwa kata-kata ‘sejak semula’
di sini tidak menunjuk pada kekekalan, tetapi pada permulaan Injil, atau
permulaan pelayanan Yesus. Alasannya: apa yang ada sejak semula
itu adalah apa yang didengar dan dipegang oleh rasul Yohanes.
Tetapi saya
tidak setuju dengan dia; saya lebih setuju dengan Calvin sendiri yang
menganggap bahwa kata-kata ini menunjuk pada kekekalan, dan karenanya
menunjukkan keilahian Kristus. Perlu diingat bahwa:
·
Pribadi yang sudah ada sejak semula itu adalah Pribadi yang sama dengan yang didengar, dilihat, disaksikan, dan diraba,
oleh rasul Yohanes.
·
Dalam Kitab Suci ada ayat-ayat yang menyebut Kristus dengan
sebutan / gelar ilahi, tetapi menggunakan predikat yang hanya cocok untuk
hakekat manusia.
Contoh:
¨ Kis 20:28 (NIV) - “... the
Ayat ini menggunakan sebutan / gelar
ilahi (‘Allah’), tetapi predikatnya berbicara tentang
‘darah’, yang sebetulnya hanya cocok untuk hakekat manusia Yesus.
¨ 1Kor 2:8.
Ayat ini
menggunakan sebutan / gelar ilahi (‘Tuhan yang mulia’ / ‘The Lord of glory’), tetapi
menggunakan predikat ‘menyalibkan’ yang sebetulnya hanya cocok
untuk hakekat manusia Yesus.
¨ 1Yoh 1:1.
Ayat ini menggunakan sebutan /
gelar ilahi (‘Firman’ / LOGOS), tetapi menggunakan predikat
‘telah kami lihat dengan mata kami’ dan ‘telah kami saksikan
dan yang telah kami raba dengan tangan kami’, yang sebetulnya hanya cocok
untuk hakekat manusia Yesus.
Sebaliknya
dalam Kitab Suci juga ada ayat-ayat yang menyebut Kristus dengan sebutan /
gelar manusia, tetapi menggunakan predikat yang hanya cocok untuk hakekat
ilahi.
Contoh:
*
Mat 9:6.
Ayat ini menggunakan sebutan / gelar
manusia (‘Anak Manusia’), tetapi menggunakan predikat
‘berkuasa mengampuni dosa’ yang hanya cocok untuk hakekat
ilahi.
*
Mat 12:8.
Ayat ini menggunakan sebutan / gelar
manusia (‘Anak Manusia’), tetapi menggunakan predikat ‘Tuhan
atas hari Sabat’ yang hanya cocok untuk hakekat ilahi.
*
Hal yang sama bisa saudara lihat dalam ayat-ayat seperti:
Mat 13:41
Luk 19:10
Yoh 3:13-15
Yoh 6:62 1Kor 15:47b.
Mengapa
Kitab Suci melakukan hal ini? Calvin menjawab sebagai berikut:
Þ “And they (Scriptures) so
earnestly express this union of the two natures that is in Christ as sometimes
to interchange them” [= dan mereka (Kitab-kitab Suci) begitu
sungguh-sungguh mewujudkan kesatuan dari dua hakekat yang ada di dalam Kristus
sehingga kadang-kadang menukar / membolak-balik mereka] - ‘Institutes of the Christian Religion’, book II,
chapter XIV, 1.
Þ “Because the selfsame one was
both God and man, for the sake of the union of both natures he gave to the one
what belonged to the other” (= karena orang yang
sama adalah Allah dan manusia, demi kesatuan dari kedua hakekat, ia memberikan
kepada yang satu apa yang termasuk pada yang lain) - ‘Institutes of the Christian Religion’, book II,
chapter XIV, 2.
b) ‘bersama-sama dengan
Bapa’ (ay 2).
Kata-kata ini mirip dengan
kata-kata ‘bersama-sama dengan Allah’ dalam Yoh 1:1. Kalau
dalam Yoh 1:1 digunakan kata-kata Yunani PROS TON THEON, maka di sini
digunakan PROS TON PATERA.
‘Bersama-sama dengan
Bapa’ secara hurufiah berarti ‘face
to face with the Father’ (= berhadapan muka dengan Bapa).
Ini
menekankan keilahian Kristus, keintiman hubungan Yesus dengan Bapa, tetapi juga
sekaligus perbedaanNya dengan Bapa.
Penegasan
tentang kekekalan dan keilahian Kristus ini dimaksudkan untuk menentang ajaran
yang disebut Gnosticism, yang percaya bahwa Yesus adalah makhluk ciptaan.
3) Yesus adalah manusia sungguh-sungguh.
a) Kata-kata ‘dengar’,
‘lihat’, ‘saksikan’, dan ‘raba’
(ay 1,3).
Bahwa Yohanes juga menyatakan
Yesus sebagai manusia, terlihat dari kata-kata ‘dengar’,
‘lihat’, ‘saksikan’, dan ‘raba’ dalam
ay 1,3 yang jelas mempunyai manusia Yesus sebagai obyek. Memang kata
‘dengar’, ‘lihat’, ‘saksikan’, kalau mau
dipaksakan masih mungkin mempunyai Allah / keilahian Yesus sebagai obyek,
tetapi kata ‘raba’ tidak bisa tidak mempunyai manusia Yesus sebagai
obyek. Yohanes menggunakan kata ‘raba’ (bdk.
Luk 24:39) untuk menghadapi Docetism, yang mengatakan bahwa
Yesus hanya kelihatannya saja mempunyai tubuh.
b) Tenses dari kata-kata
‘dengar’, ‘lihat’, ‘saksikan’, dan
‘raba’ ini.
‘Dengar’ dan
‘lihat’ menggunakan perfect
tense, tetapi ‘saksikan’ dan ‘raba’ menggunakan aorist tense / past tense.
NIV menterjemahkan ke 4 kata
kerja itu ke dalam perfect tense,
padahal perubahan / perbedaan tenses
itu pasti ada maksudnya.
NASB menterjemahkan dengan tenses yang benar: ‘What was from the beginning, what we have heard, what we have
seen with our eyes, what we beheld and our hands handled,
concerning the Word of life’ (= Apa yang ada sejak semula, apa yang
telah kami dengar, apa yang telah kami lihat dengan mata kami, apa yang kami
pandang dan pegang dengan tangan kami, mengenai Firman hidup).
Herschel H. Hobbs: “Whereas the perfect tenses expresses an extended seeing
and hearing, the aorist tenses denote one special event” (= Sementara perfect tense menyatakan melihat dan mendengar
untuk jangka waktu tertentu, aorist tense menunjukkan satu kejadian khusus /
tertentu) -
hal 21.
Peristiwa /
kejadian tertentu yang mana? Jelas peristiwa / kejadian dalam Luk 24:39-40 dimana
mereka bukan hanya melihat Yesus yang bangkit tetapi juga diijinkan untuk
memegang / merabaNya untuk meyakinkan mereka bahwa Ia bukan hantu / roh, tetapi
betul-betul tubuh.
4) Keilahian dan kemanusiaan Yesus.
Rasul Yohanes mempercayai dan
mengajarkan kedua hal ini, tetapi dalam Injil Yohanes ia
lebih menekankan keilahian Yesus, sedangkan dalam 1Yoh ia lebih menekankan
kemanusiaan Yesus.
Herschel H. Hobbs: “It is just as great a heresy to deny His humanity as to
deny His deity” (= Menyangkal kemanusiaanNya adalah
sama sesatnya dengan menyangkal keilahianNya) - hal 21.
Herschel H. Hobbs mengutip
George W. Truett:
“He was God as
though he were not man. And he was man as though he were not God. He was the
God-man. And never did a hyphen mean so much” (= Ia adalah Allah seakan-akan Ia
bukanlah manusia. Dan Ia adalah manusia seakan-akan Ia
bukanlah Allah. Ia adalah manusia-Allah. Dan sebuah
tanda ‘-’ tidak pernah berarti begitu banyak seperti di sini) - hal 21.
Catatan: a hyphen adalah tanda
‘-’ yang muncul dalam istilah ‘the God-man’.
Herschel H. Hobbs mengutip
Robert G. Lee:
“As in eternity
he leaned upon the bosom of his Father without a mother, so in time he leaned
upon the bosom of his mother without a father” (= Sebagaimana dalam kekekalan Ia
bersandar pada dada BapaNya tanpa seorang ibu, demikian juga dalam waktu Ia
bersandar pada dada ibuNya tanpa seorang bapa) - hal 21.
Ay 2,3
menunjukkan bahwa Yohanes memberitakan Yesus. Ia
memang memenuhi syarat seorang pemberita Firman, yaitu telah mengenal Yesus
secara pribadi, dan belajar tentang Yesus. Ini terlihat dari:
1) ‘Dengar’, ‘lihat’,
‘saksikan’, dan ‘raba’ (ay 1,3).
Kata-kata
‘dengar’, ‘lihat’, ‘saksikan’, dan
‘raba’ ini tujuannya untuk menguatkan. Maksudnya untuk menunjukkan
bahwa ia tidak mengajarkan apapun kecuali yang
betul-betul telah dinyatakan kepadanya.
William Barclay: “Here at the beginning of his letter John sets down his
right to speak; and it consists in one thing - in personal experience of
Christ” (= Di sini pada permulaan suratnya
Yohanes menuliskan haknya untuk berbicara; dan itu terdiri dari satu hal -
dalam pengalaman pribadi tentang Kristus) - hal 22.
Tetapi selanjutnya kata
‘dengar’ menunjukkan bahwa rasul Yohanes telah belajar dari Gurunya
hal-hal yang ia ajarkan.
Calvin: “And, doubtless, no one is a fit teacher in the Church,
who has not been the disciple of the Son of God, and rightly instructed in his
school” (= Dan, tidak diragukan lagi, tidak
seorangpun cocok untuk menjadi guru dalam Gereja, yang tidak pernah menjadi
murid dari Anak Allah, dan diajar secara benar di sekolahNya) - hal 158.
2) Perbedaan kata ‘lihat’ dan ‘saksikan’.
William Barclay: “What, then, is the difference between
‘seeing’ Christ and ‘gazing’ upon him? In the Greek the
verb for ‘to see’ is horan and it means simply ‘to see with
physical sight’. The verb for ‘to gaze’ is theasthai and it means ‘to gaze at
someone or something until something has been grasped of the significance of
that person or thing’” (= Lalu, apa perbedaan antara ‘melihat’ Kristus dan
‘menyaksikan / memandang / menatap’Nya? Dalam
bahasa Yunani kata kerja untuk ‘melihat’ adalah HORAN dan itu
berarti sekedar ‘melihat dengan penglihatan jasmani’. Kata
kerja untuk ‘menyaksikan / memandang / menatap’ adalah THEASTHAI
dan itu berarti ‘menatap pada seseorang atau sesuatu sampai mengerti /
menangkap suatu arti dari orang atau hal / benda itu) - hal 23.
Semua ini perlu saudara
perhatikan kalau saudara mau menjadi pemberita Firman / Injil, baik sebagai
penginjil pribadi, guru Sekolah Minggu, guru agama, apalagi pengkhotbah / hamba
Tuhan. Saudara harus memenuhi syarat-syarat ini, yaitu mengenal Kristus secara
pribadi, dan banyak belajar Firman!
1) Persekutuan.
Ay 3 menunjukkan bahwa
tujuan pemberitaan Injil adalah adanya suatu ‘persekutuan’
(KOINONIA = fellowship). Yohanes lalu
menambahkan bahwa persekutuan yang ia maksud adalah
persekutuan dengan kami, dan juga dengan Bapa dan AnakNya, Yesus Kristus (ay
3b). Jadi ada persekutuan horizontal
(antar orang percaya), maupun vertical
(antara manusia dengan Allah / Yesus).
a) Persekutuan vertikal / dengan Allah /
Yesus.
Herschel H. Hobbs: “this fellowship is first with God the Father and God the
Son. Indeed, Christian fellowship is impossible apart from the saving
experience with God in Christ” (= persekutuan ini
pertama-tama adalah dengan Allah Bapa dan Allah Anak. Memang persekutuan
Kristen tidak mungkin terpisah dari pengalaman penyelamatan dengan Allah dalam
Kristus) -
hal 25-26.
Persekutuan
dengan Allah ini yang menyebabkan bisa terjadinya persekutuan dengan sesama
saudara seiman.
Orang yang
tidak percaya juga mempunyai ‘persekutuan’, tetapi ini hanya
bersifat horizontal, karena mereka
bersekutu tanpa Allah. Dalam arti yang sebenarnya ini bukan
persekutuan.
Kalau saudara belum pernah
percaya kepada Yesus, saudara belum mempunyai persekutuan dengan Allah, dan
karena itu juga tidak akan bisa mempunyai persekutuan
dengan orang kristen yang lain.
b) Persekutuan horizontal / dengan sesama
saudara seiman.
Dalam komentarnya tentang
Yoh 17:21, Calvin berkata:
“the
ruin of the human race is, that, having been alienated from God, it is also
broken and scattered in itself. The restoration of it, therefore, on the
contrary, consists in its being properly united in one body” (= kehancuran umat manusia adalah bahwa setelah terpisah /
dijauhkan dari Allah, mereka juga terpecah-pecah dalam dirinya sendiri. Karena
itu, sebaliknya, pemulihannya haruslah terdiri dari kesatuannya secara benar
dalam satu tubuh)
- hal 183.
Kalau dalam satu gereja setiap
orang cuma bersekutu dengan Allah, tetapi tidak bersekutu satu sama lain, maka ini juga salah.
Karena itu, kalau selama ini
saudara datang ke gereja tepat waktu (atau terlambat), dan begitu kebaktian selesai
saudara langsung pulang, sehingga tidak ada waktu untuk bersekutu dengan
saudara seiman, bertobatlah! Berhentilah memperlakukan gereja sebagai gedung
bioskop! Saudara harus memberi waktu untuk bersekutu satu dengan yang lain. Juga kalau ada acara gereja yang berfungsi untuk memajukan
persekutuan, seperti piknik, persekutuan rumah tangga, perjamuan kasih, dsb,
saudara wajib mendukung dan mengikutinya.
Selanjutnya Herschel H. Hobbs
berkata:
“Today we speak of church
membership; the New Testament speaks of Christian fellowship. The Greek word
means ‘having all things in common’ or ‘sharing,’ which
is more than friendship or even the blessed relationship which Christians enjoy
together” (= Sekarang ini kita berbicara
tentang keanggotaan gereja; Perjanjian Baru berbicara tentang persekutuan
Kristen. Kata Yunaninya berarti ‘mempunyai segala sesuatu secara
bersama-sama’ atau ‘sharing
/ membagi’, yang adalah lebih dari persahabatan atau bahkan hubungan yang
diberkati yang dinikmati orang kristen bersama-sama) - hal 25.
Jadi, bersekutu bukanlah
sekedar bersahabat dengan saudara seiman, tetapi juga melibatkan sharing. Ini bisa berupa sharing / membagi pengalaman (baik
berkat maupun kesukaran), tetapi juga berupa sharing / membagi milik kita untuk menolong orang yang kekurangan,
seperti yang terjadi dalam Kis 2:44-45 dan Kis
4:32-37.
Sudahkan
saudara berusaha melakukan persekutuan dengan saudara seiman?
2) Sukacita.
Ay 4 juga merupakan tujuan
pemberitaan tentang Yesus / tujuan penulisan
Untuk ay 4 ini, ada
manuscript yang mengatakan ‘your
(HUMON) joy’ /
‘sukacitamu’ (KJV) dan ada manuscript yang mengatakan ‘our (HEMON) joy’ / ‘sukacita
kami’ (RSV,NIV,NASB).
Ay 4 ini mengingatkan akan kata-kata Yesus dalam Yoh 15:11 dimana Yesus berkata: “Semua ini Kukatakan kepadamu, supaya sukacitaKu ada di
dalam kamu dan sukacitamu menjadi penuh”.
Kenallah Yesus secara pribadi,
teruslah belajar tentang Dia, dan beritakanlah Dia. Ini akan
menimbulkan persekutuan dan sukacita. Maukah saudara?
-AMIN-