Eksposisi
Surat Yohanes yang Pertama
oleh: Pdt. Budi Asali M.Div.
Herschel H. Hobbs: “‘Light’ is symbolic of ‘good’; ‘darkness’
depicts ‘evil’” (=
‘Terang’ merupakan simbol dari ‘kebaikan’;
‘kegelapan’ menggambarkan ‘kejahatan’) - hal 30.
William Barclay: “A man’s own character will necessarily be
determined by the character of the god whom he worships” (= Karakter / sifat manusia pasti akan
ditentukan oleh karakter / sifat dari allah yang ia sembah) - hal 25.
1) Yohanes membicarakan persekutuan dengan
Allah (ay 6: ‘persekutuan dengan Dia’) dan persekutuan dengan
manusia (ay 7: ‘persekutuan seorang dengan yang lain’).
William Barclay: “True religion is that by which every day a man comes
closer to his fellow-men and closer to God. It produces fellowship with God and
fellowship with men - and we can never have the one without the other” (= Agama yang benar adalah agama dengan mana setiap hari
seseorang datang lebih dekat kepada sesama manusianya dan lebih dekat kepada
Allah. Agama itu menghasilkan persekutuan dengan Allah dan persekutuan dengan
manusia - dan kita tidak pernah bisa mendapatkan yang satu tanpa yang lain) - hal 31.
Perhatikan
kata-kata yang saya garis bawahi dari kutipan di atas ini. Memang ‘persekutuan
dengan Allah’ dan ‘persekutuan dengan sesama’ sangat
berhubungan satu dengan yang lain.
a) Dalam ay 7 terlihat bahwa
persekutuan dengan Allah mendasari persekutuan dengan manusia.
Herschel H. Hobbs: “Because the nature of Christian fellowship is the result
of our relation to God, John places the greater emphasis upon the latter.
Without it Christian fellowship is impossible” (= Karena sifat dari persekutuan Kristen merupakan hasil /
akibat dari hubungan kita dengan Allah, Yohanes memberikan penekanan yang lebih
besar kepada yang terakhir. Tanpa itu persekutuan Kristen adalah mustahil) - hal 29.
b) Tetapi juga harus diingat bahwa kalau
kita membenci sesama kita, maka itu berarti juga hidup dalam kegelapan,
sehingga tidak memungkinkan persekutuan dengan Allah (ay 6 bdk. Mat 5:23-24).
2) Ay 6-7 mengkontraskan orang yang
berjalan dalam kegelapan dengan orang yang berjalan dalam terang sama seperti Dia ada dalam terang. Apa
maksudnya ‘hidup dalam kegelapan’ dan ‘hidup dalam
terang’?
a) Kata ‘hidup’, baik dalam
ay 6 maupun ay 7, sebetulnya adalah ‘walk’ (= berjalan), dan ini ada dalam bentuk present, dan menunjukkan bahwa ini
merupakan suatu gaya hidup / kehidupan yang terus menerus.
b) Orang kristen
yang hidup dalam kegelapan (ay 6).
Herschel H. Hobbs memberikan
komentar sebagai berikut:
“When the devil loses a person
through the regeneration experience, he endeavours to destroy the joy and
effectiveness of that Christian life” (= Pada waktu setan
kehilangan seseorang melalui pengalaman kelahiran baru, ia
berusaha untuk menghancurkan sukacita dan keefektifan dari kehidupan Kristen
itu) - hal
32. Ini setan lakukan dengan terus mendorong / memikat orang
itu untuk hidup dalam dosa.
Dan tentang orang yang
dikatakan hidup / berjalan dalam kegelapan ini, William Barclay berkata:
“He is not thinking of the man
who tries his hardest and yet often fails. ‘A man,’ said H. G.
Wells, ‘may be a very bad musician, and may yet be passionately in love
with music’; and a man may be very conscious of his failures and yet be
passionately in love with Christ and the way of Christ” (= Ia tidak berpikir tentang orang yang berusaha sekuat tenaga
tetapi sering gagal. ‘Seseorang’, kata H. G. Wells, ‘bisa
merupakan seorang musisi yang jelek, tetapi betul-betul cinta kepada
musik’; dan seseorang bisa sangat sadar akan
kegagalan-kegagalannya tetapi betul-betul mencintai Kristus dan jalan Kristus) - hal 31.
c) Hidup / berjalan dalam terang sama seperti Allah ada dalam terang (ay 7).
William Barclay: “This does not mean that a man must be perfect before he
can have fellowship with God; if that were the case, all of us would be shut
out. But it does mean that he will spend his whole life in the awareness of his
obligations, in the effort to fulfil them and in penitence when he fails. It
will mean that he will never think that sin does not matter; it will mean that
the nearer he comes to God, the more terrible sin will be to him” (= Ini tidak berarti bahwa seseorang harus sempurna sebelum ia
bisa mendapat persekutuan dengan Allah; karena jika demikian maka semua kita
akan terhalang untuk masuk. Tetapi itu berarti bahwa ia
akan menghabiskan seluruh hidupnya dalam kesadaran akan kewajiban-kewajibannya,
dalam usaha untuk memenuhi kewajiban-kewajibannya dan dalam penyesalan pada
waktu ia gagal. Itu berarti bahwa ia tidak akan pernah
berpikir bahwa dosa itu tidak jadi soal / tidak apa-apa; itu berarti bahwa
makin ia dekat kepada Allah, makin buruk / tidak baik dosa itu baginya) - hal 29.
Calvin: “he is therefore said to be like God, who aspires to his
likeness, however distant from it he may as yet be. ... He walks in darkness
who is not ruled by the fear of God, and who does not, with a pure conscience,
devote himself wholly to God, and seek to promote his glory. Then, on the other
hand, he who in sincerity of heart spends his life, yea, every part of it, in
the fear and service of God, and faithfully worships him, walks in the light,
for he keeps the right way, though he may in many things offend and sigh under
the burden of the flesh. Then, integrity of conscience is alone that which
distinguishes light from darkness” (= karena itu ia dikatakan
seperti Allah, yang ingin menyerupai Dia, betapapun jauhnya ia dari hal itu. ... Ia berjalan dalam kegelapan yang tidak diperintah
oleh rasa takut kepada Allah, dan yang tidak dengan hati nurani yang murni
mempersembahkan dirinya sendiri sepenuhnya kepada Allah, dan berusaha memajukan
kemuliaanNya. Maka, pada sisi lain, ia yang dengan hati yang tulus /
sungguh-sungguh menghabiskan hidupnya, bahkan setiap bagian hidupnya, dalam
takut kepada dan pelayanan kepada Allah, dan dengan setia menyembah / beribadah
kepadaNya, berjalan dalam terang, karena ia memegang jalan yang benar,
sekalipun ia bisa melakukan kesalahan dalam banyak hal dan berkeluh-kesah di
bawah beban dari daging. Jadi, hanya kejujuran / ketulusan dari hati nurani
sajalah yang membedakan terang dari kegelapan) - hal 164-165.
4) Persekutuan dengan Allah dan dengan
sesama manusia, mengharuskan kita berjalan dalam terang (ay 6-7).
Herschel H. Hobbs: “Since all Christian fellowship originates in Him, those
who experience it must correspond to His nature” (= Karena semua persekutuan Kristen bersumber padaNya, mereka
yang mengalaminya haruslah sesuai dengan sifatNya) - hal 29.
Herschel H. Hobbs: “Since God is light, the fellowship must be in the realm
of light. Men can have fellowship with Him only if they partake of God’s
holiness” (= Karena Allah adalah terang,
persekutuan haruslah ada dalam dunia / alam terang. Manusia bisa mendapatkan
persekutuan dengan Dia hanya jika ia mengambil bagian
dalam kesucian Allah) - hal 31.
Bandingkan dengan 2 ayat di
bawah ini:
·
Mat 5:8 - “Berbahagialah orang yang suci
hatinya, karena mereka akan melihat Allah”.
·
Ibr 12:14b - “kejarlah kekudusan, sebab
tanpa kekudusan tidak seorangpun akan melihat Tuhan”.
Tentang keharusan untuk hidup
/ berjalan dalam terang ini William Barclay berkata:
“for
the Christian truth is never only intellectual; it is always moral. It is not
something which exercises only the mind; it is something which exercises the
whole personality. ... It is not only thinking; it is also acting. ... It is
possible for intellectual eminence and moral failure to go hand in hand.
For the Christian the truth is something first to be discovered and then to be
obeyed” (= untuk orang Kristen kebenaran
tidak pernah hanya bersifat intelektual; itu selalu bersifat moral. Itu bukanlah sesuatu yang hanya meminta perhatian pikiran; itu
adalah sesuatu yang meminta perhatian seluruh kepribadian. ... Itu bukan hanya pikiran; itu juga adalah tindakan. ... Adalah mungkin bahwa keunggulan intelektual dan kegagalan moral
berjalan bersama-sama. Bagi orang Kristen kebenaran itu mula-mula
harus ditemukan dan lalu harus ditaati) - hal 29-30.
1) Jika kita katakan bahwa kita tidak
berdosa (ay 8).
Herschel H. Hobbs: “‘Sin’ here refers to the principle of sin or
an evil nature. It is a denial of personal guilt or of an evil nature” (= ‘Dosa’ di sini menunjuk kepada kwalitet dosa
atau sifat alamiah yang jahat. Ini merupakan penyangkalan terhadap kesalahan
pribadi atau terhadap sifat alamiah yang jahat) - hal 35.
Kata yang diterjemahkan
‘menipu’ (ay 8) adalah PLANAO, yang berarti ‘to lead astray’ (= menyesatkan). Jadi,
‘menipu diri kita sendiri’ artinya ‘menyesatkan diri kita sendiri’.
2) Jika kita katakan bahwa kita tidak ada
berbuat dosa (ay 10).
Herschel H. Hobbs: “‘Have sinned’ is a perfect tense ... It
expresses action in the past which is still going on at the time of speaking,
with the assumption that it will continue in the future. The perfect tense is
the tense of completeness. It reads, ‘If we say that we have not sinned
in the past, do not sin now, and will not sin in the future.’ Whereas in
verse 8 the reference is to the principle of sin, in verse 10 it involves acts
of sin” (= ‘Telah berbuat dosa’
merupakan perfect tense ... Itu
menyatakan tindakan di masa lampau yang masih terus berlangsung pada saat
berbicara, dengan anggapan bahwa itu akan berlanjut di masa yang akan datang. Perfect tense merupakan tense dari kelengkapan / kesempurnaan.
Itu artinya: ‘Jika kita berkata bahwa kita tidak berbuat dosa di masa
lampau, tidak berbuat dosa sekarang, dan tidak akan berbuat dosa di masa yang
akan datang’. Kalau ay 8 berhubungan dengan kwalitet dosa, maka
sebaliknya ay 10 menyangkut tindakan berdosa) - hal 35.
William Barclay: “Any number of people do not
really believe that they have sinned and rather resent being called sinners.
Their mistake is that they think of sin as the kind of thing which gets into
the newspapers” (= Banyak orang tidak
sungguh-sungguh percaya bahwa mereka telah berbuat dosa dan tersinggung / marah
pada waktu disebut sebagai orang berdosa. Kesalahan mereka adalah bahwa mereka
menganggap dosa sebagai hal-hal yang dimasukkan ke
Kata dosa dalam ay 8,9,10
adalah HAMARTIA, yang arti hurufiahnya adalah ‘a missing of the target’ (= suatu keluputan dari
sasaran). Luputnya sedikit atau banyak, itu tetap namanya
dosa. Sasaran seharusnya adalah Kitab Suci. Jadi kalau hidup kita tidak sesuai dengan Kitab Suci, apakah tidak
sesuainya sedikit atau banyak, itu tetap adalah dosa.
Illustrasi:
Seharusnya
Kitab Suci menjadi sasaran kita, dan begitu hidup kita tidak sesuai dengan
Kitab Suci, maka kita menyadari bahwa kita berdosa. Tetapi
banyak orang merasa diri tidak berdosa, karena mereka menafsirkan Kitab Suci
sedemikian rupa sehingga menjadi sesuai dengan hidup mereka. Jadi bukannya hidupnya yang disesuaikan standardnya, tetapi
standardnya yang disesuaikan dengan hidupnya.
Kata-kata yang menyatakan
dirinya tidak berbuat dosa ini membuat:
a) Allah menjadi pendusta (ay 10).
Mengapa
demikian? Karena Allah mengatakan bahwa semua manusia berdosa. Kalau
kita mengatakan kita tidak berdosa, maka itu sama
dengan mengatakan bahwa Allah adalah pendusta.
b) Firmannya tidak ada dalam kita
(ay 10). Memang hanya orang yang tidak mengerti Kitab Suci yang bisa
mengatakan bahwa dirinya tidak berbuat dosa, karena salah satu fungsi Kitab
Suci adalah menyadarkan dosa (2Tim 3:16 Ro 3:20b).
Herschel H. Hobbs mengutip
kata-kata
Catatan: selain pengertian Firman
Tuhan, juga dibutuhkan pekerjaan Roh Kudus untuk menginsyafkan manusia akan dosanya (Yoh 16:8), tetapi ini tidak dibicarakan di
sini.
3) Pengakuan dosa dan pengampunan dosa (ay 9).
Bagaimanapun
kita berusaha untuk hidup / berjalan dalam terang, kita tetap adalah orang
berdosa (ay 8) dan kita tetap banyak melakukan dosa (ay 10). Tidak cukup bagi kita untuk
hanya menyadari akan dosa kita, kita juga harus
mengakuinya kepada Allah untuk bisa mendapatkan pengampunan (ay 9).
a) Beberapa hal penting tentang pengakuan
dosa.
·
pengakuan dosa itu sangat penting
Herschel H. Hobbs: “Confession is man’s part; forgiving and cleansing
are God’s part. Until man has done his part, God cannot do His
part” (= Pengakuan adalah bagian manusia;
pengampunan dan penyucian adalah bagian Allah. Sampai manusia telah melakukan
bagiannya, Allah tidak bisa melakukan bagianNya) - hal 37.
Pentingnya pengakuan dosa bisa
terlihat dari Maz 32:1-5, dimana ay 3-4 menunjukkan orang yang tidak mengaku
dosa.
Karena itu setiap hari, bahkan
sebetulnya setiap sadar akan adanya dosa tertentu,
kita harus melakukan pengakuan dosa.
·
tetapi pentingnya pengakuan dosa tidak boleh dimutlakkan.
Yang saya maksud dengan
dimutlakkan adalah kalau kita mengatakan bahwa orang kristen
yang mendadak mati tanpa sempat mengaku dosa akan masuk ke neraka. Mengapa ini salah? Karena kalau demikian maka ini bukan lagi
‘keselamatan karena iman’, tetapi sudah tercampur dengan
‘perbuatan baik’, yaitu ‘pengakuan dosa’.
·
pengakuan dosa harus dilakukan dengan tulus, dengan hati yang hancur dan
menyesal, dan dengan suatu keputusan untuk bertobat dari dosa itu.
Herschel H. Hobbs: “‘I have sinned’ are the most difficult words
for one to speak. However, there is a difference between ‘saying’
this and ‘confessing’ it. You can ‘say’ it as a matter
of fact (Matt. 27:4), but to ‘confess’ it calls for a broken and
contrite heart (Ps. 51:1-4)” [= ‘Aku telah
berdosa’ adalah kata-kata yang paling sukar untuk diucapkan seseorang. Bagaimanapun ada perbedaan antara ‘mengatakan’ hal ini
dan ‘mengakui’ hal ini. Kamu dapat ‘mengatakan’
hal ini sebagai suatu fakta (Mat 27:4), tetapi ‘mengakui’ hal ini
memerlukan hati yang hancur dan menyesal (Maz 51:3-6)] - hal 37-38.
Calvin: “But this confession, as it is made to God, must be in
sincerity; and the heart cannot speak to God without newness of life: it then
includes true repentance. God, indeed, forgives freely, but in such a way, that
the facility of mercy does not become an enticement to sin” (= Tetapi pengakuan ini, karena itu dilakukan kepada Allah,
harus dilakukan dalam kesungguhan / ketulusan; dan hati tidak bisa berbicara
kepada Allah tanpa pembaharuan hidup: jadi itu mencakup pertobatan yang
sungguh-sungguh. Memang Allah mengampuni dengan bebas, tetapi dengan cara sedemikian rupa sehingga fasilitas belah kasihan tidak
menjadi daya tarik / bujukan kepada dosa) - hal 168.
b) Pengampunan dosa.
Ay 9: ‘Ia akan mengampuni segala dosa kita dan menyucikan
kita dari segala kejahatan’.
Herschel H. Hobbs: “‘Forgive’ means that God takes away our
guilt; ‘Cleanse’ means that He removes the pollution of sin” (= ‘Mengampuni’ berarti bahwa Allah mengangkut kesalahan
kita; ‘menyucikan’ berarti bahwa Ia
menyingkirkan polusi dari dosa) - hal 37.
Ingat doktrin tentang dosa
yang menyatakan bahwa dosa mencakup 2 hal yaitu ‘guilt’ (= kesalahan) dan ‘pollution’ (= polusi).
Perhatikan
juga kata-kata ‘segala kejahatan’. Ini
mencakup juga dosa yang dilakukan berulang-ulang, dosa yang disengaja, dan dosa
yang bagaimanapun besarnya. Asal seseorang betul-betul percaya kepada
Kristus dan mengakui dosanya dengan sungguh-sungguh, tidak ada dosa yang tidak
diampuni!
c) Dasar / jaminan pengampunan dosa.
Ay 9: ‘Ia adalah setia
dan adil’.
NIV: ‘faithful and just’ (= setia dan adil / benar).
NASB: ‘faithful and righteous’ (= setia dan benar).
Mengapa
pengampunan dosa ini didasarkan pada keadilan / kebenaran Allah? Karena adanya penebusan
Kristus dan janji Tuhan akan pengampunan dalam
Kristus.
Calvin’s Editor: “Forgiveness is thus an act of
justice, then, not to us, but to Christ, who made an atonement for sins” (= Jadi pengampunan merupakan tindakan keadilan, bukan terhadap
kita tetapi terhadap Kristus, yang telah membuat penebusan untuk dosa) - hal 168.
Kalau dosa
yang sudah dibayar oleh Kristus itu tidak diampuni, maka Allah tidak adil /
benar.
Juga kalau Ia tidak mengampuni dosa sesuai dengan apa
yang Ia janjikan, Ia tidak benar. Semua ini tak mungkin
terjadi pada diri Allah, dan karenanya ini merupakan jaminan pengampunan dosa.
4) Kesimpulan ay 8-10.
Charles Haddon Spurgeon: “Nothing is more deadly than self-righteousness, or more
hopeful than contrition” (= Tidak ada yang lebih
mematikan dari pada sikap / anggapan yang membenarkan diri sendiri, atau lebih
berpengharapan dari pada perasaan sedih karena kesadaran akan
dosa) - ‘Morning and Evening’,
September 29, morning.
“There is more hope for a self-convicted
sinner than there is for a self-conceited saint” (=
Bandingkan dengan Luk 18:9-14.
Herschel H. Hobbs: “These verses teach that there can be no fellowship with
God or with each other, unless we recognize that we are sinners, and we confess
our sins” (= Ayat-ayat ini mengajarkan bahwa
tidak bisa ada persekutuan dengan Allah atau satu dengan yang lain, kecuali
kita mengakui bahwa kita adalah orang berdosa, dan kita mengakui dosa-dosa
kita) - hal
34.
Apakah
saudara sungguh-sungguh berusaha untuk hidup / berjalan dalam terang? Memang kita tidak akan berhasil mencapai kesucian yang sempurna, tetapi darah
Kristus selalu tersedia untuk membasuh segala dosa kita. Karena
itu selalulah datang dengan rendah hati kepada Tuhan untuk mengaku dosa.
melalui semua ini, kita akan mendapat persekutuan
dengan Allah dan sesama.
-AMIN-