Eksposisi
Surat Yohanes yang Pertama
oleh: Pdt. Budi Asali M.Div.
Kalau dalam ay 7-11 Yohanes telah berbicara tentang kasih kepada
sesama, sekarang ia berbicara tentang bahayanya kalau
kasih yang diarahkan kepada obyek yang salah, yaitu ‘dunia’.
Ay 12-14: “Aku menulis kepada kamu, hai anak-anak,
sebab dosamu telah diampuni oleh karena namaNya. (13) Aku menulis kepada kamu,
hai bapa-bapa, karena kamu telah mengenal Dia, yang ada dari mulanya.
Aku menulis kepada kamu, hai orang-orang muda, karena kamu telah
mengalahkan yang jahat. (14) Aku menulis kepada kamu, hai anak-anak,
karena kamu mengenal Bapa. Aku menulis kepada kamu, hai bapa-bapa,
karena kamu mengenal Dia, yang ada dari mulanya. Aku menulis kepada kamu, hai orang-orang
muda, karena kamu kuat dan firman Allah diam di dalam kamu dan kamu telah
mengalahkan yang jahat”.
Catatan: ay 14a dalam Kitab Suci
1) Perubahan tenses.
·
3 x kata ‘Aku menulis’ dalam ay 12-13 menggunakan
present tense (I write).
·
3 x kata ‘Aku menulis’ dalam ay 14 menggunakan
aorist / past tense (I wrote).
2) Istilah ‘anak’, ‘bapa’, dan
‘orang muda’ menunjuk kepada siapa?
Problem ini masih ditambah
dengan persoalan dimana kata ‘anak’ dalam ay 12 menggunakan
kata Yunani TEKNIA, sedangkan kata ‘anak’ dalam ay 14 menggunakan
kata Yunani PAIDIA.
1) Perubahan tenses.
a) Ada yang mengatakan bahwa rasul Yohanes
menuliskan ay 12-13, dan lalu karena sesuatu hal ia berhenti sebentar, dan
setelah beberapa saat melanjutkan dengan ay 14 sehingga ia lalu
menggunakan aorist / past tense.
b)
c)
d)
Herschel H. Hobbs: “He uses what is called an epistolary aorist, which may be
translated as a present tense” (= Ia
menggunakan apa yang disebut epistolary aorist / past tense yang berkenaan
dengan penulisan
Barclay: “Greek letter-writers had a
habit of using the past instead of the present tense because they put themselves
in the position of the reader. To the writer of a letter a thing may be present
because at the moment he is doing it; but to the reader of the letter it will
be past because by that time it has been done. ... That is the Greek epistolary
or letter-writer’s aorist” (= Penulis-penulis surat dalam bahasa Yunani mempunyai
kebiasaan untuk menggunakan past tense dan bukannya present tense, karena
mereka menempatkan diri mereka sendiri dalam posisi dari si pembaca surat. Bagi
si penulis surat suatu hal ada dalam masa sekarang karena
pada saat itu ia sedang melakukannya; tetapi bagi si pembaca dari surat itu hal
itu akan ada dalam masa lampau karena pada saat ia membaca surat itu,
hal itu telah dilakukan. ... Itulah epistolary aorist / past tense penulis
Untuk menggambarkan bahwa
waktu / tenses dari penulis dan pembaca
Reader’s Digest: “A woman left this note for
her milkman: ‘Don’t leave milk today. Of course when I say today, I
mean tomorrow because I am writing this yesterday.’” (= Seorang perempuan meninggalkan
catatan /
Kalau ini benar, maka
aorist / past tense dalam ay 14 tidak ada bedanya dengan present tense dari
ay 12-13, dan semua harus diterjemahkan dalam bentuk present tense,
seperti dalam terjemahan NIV.
Saya tidak
bisa menentukan yang mana yang benar dari ke 4 penafsiran di atas, karena semua
mempunyai kelemahannya sendiri-sendiri. Saya agak condong pada
penafsiran yang ketiga (point c).
2) Arti dari istilah ‘anak’, ‘bapa’, dan
‘orang muda’.
Saya hanya memberikan 3
penafsiran di sini:
a)
Keberatan terhadap pandangan
ini:
·
Yohanes sering menyebut pembacanya, tanpa mempedulikan usia, dengan istilah ‘anak’, seperti dalam 1Yoh
2:1.
·
mengapa urut-urutannya ‘anak’, ‘bapa’,
dan ‘orang muda’, dan bukannya ‘anak’, ‘orang
muda’, ‘bapa’? Atau ‘bapa’, ‘orang
muda’, ‘anak’?
b) Bagian ini tidak menggolongkan orang
kristen dalam 3 golongan, tetapi hanya dalam 2 golongan, karena kata
‘anak’ menunjuk kepada semua orang kristen / pembacanya, yang lalu
dibagi menjadi 2 golongan, yaitu ‘bapa’ dan ‘orang
muda’.
1. Kata ‘anak’ bukan menunjuk
kepada anak kecil ataupun bayi Kristen, tetapi menunjuk kepada semua orang kristen tanpa mempedulikan usia biologis maupun usia
kekristenan mereka.
Barclay mengatakan (hal 52)
bahwa istilah ‘anak-anak’ sering digunakan oleh Yohanes (bdk. 2:1,28 3:7 4:4
5:21) dan jelas bahwa dalam ayat-ayat itu kata ‘anak-anak’
tidak digunakan untuk menunjuk kepada anak kecil. Barclay menambahkan bahwa
pada waktu menuliskan surat ini usia rasul Yohanes sudah sekitar 100 tahun, dan
karena itu semua jemaat jauh lebih muda dari dia, dan merupakan
‘anak-anak’ bagi dia.
Disamping itu, kata
‘anak’ dalam ay 12 (TEKNIA) tidak terlalu dibedakan dengan
kata ‘anak’ dalam ay 14 (PAIDIA).
Pulpit Commentary tentang kata
PAIDIA: “It is a word which points to
his hearers not so much as objects of his affection, as placed under his
authority and care” (= Itu merupakan suatu kata yang menunjuk kepada para
pendengarnya bukan sebagai obyek dari kasihnya, tetapi menempatkan mereka di
bawah otoritas dan perhatiannya) - hal 66.
Barclay: “TEKNIA indicates a child
young in age and PAIDIA a child young in experience, and, therefore, in need of
training and discipline” (= TEKNIA menunjuk seorang anak yang muda dalam usia dan PAIDIA menunjuk kepada seorang anak yang muda dalam
pengalaman, dan karena itu membutuhkan latihan dan disiplin) - hal 51.
Editor dari Calvin’s Commentary: “The objection that teknia in ver.
12, is paidia in ver 13, is not valid, for he uses the latter in the same sense
as the former in ver. 18, as denoting Christians in general” (= Keberatan
bahwa teknia dalam ay 12 adalah paidia dalam ay 13 tidak sah, karena ia
menggunakan paidia dalam arti yang sama seperti teknia dalam ay 18, dan
menunjuk kepada orang kristen secara umum)
- hal 185, footnote.
Dalam ay 12 dikatakan
bahwa anak-anak / orang-orang kristen itu sudah
diampuni dosa-dosanya.
Ay 12: “Aku menulis kepada kamu, hai
anak-anak, sebab dosamu telah diampuni oleh karena namaNya”. Bandingkan dengan:
·
Luk 24:47 - “dan lagi: dalam namaNya berita tentang pertobatan
dan pengampunan dosa harus disampaikan kepada segala bangsa, mulai dari
Yerusalem”.
·
Kis 10:43 - “Tentang Dialah semua nabi bersaksi, bahwa barangsiapa
percaya kepadaNya, ia akan mendapat pengampunan dosa oleh karena namaNya”.
Calvin mengatakan bahwa kalau
sebelum ini Yohanes sudah menekankan kesalehan / ketaatan / kasih, maka
sekarang dalam ay 12 ia menekankan pengampunan
dosa hanya karena nama Kristus, supaya kita tidak menekankan kesalehan /
ketaatan lebih dari yang seharusnya.
Jemaat harus berhati-hati
dengan Pengakuan Iman Athanasius No 39: “Dan mereka yang telah berbuat baik
akan pergi ke dalam kehidupan kekal; mereka yang telah berbuat jahat ke dalam
api yang kekal”. Ini tidak
mengajarkan keselamatan karena perbuatan baik. Ini tidak boleh dipisahkan
dari No 27-28: “Tetapi
adalah perlu untuk keselamatan kekal bahwa ia juga percaya dengan setia / benar
inkarnasi dari Tuhan kita Yesus Kristus. Karena itu adalah
iman yang benar bahwa kita percaya dan mengaku bahwa Tuhan kita Yesus Kristus
adalah Allah dan manusia”, yang
menekankan pentingnya iman kepada Kristus untuk keselamatan kita. Jadi No 39 itu hanya merupakan buah / hasil dari
iman dan keselamatan. Keselamatan / pengampunan dosa didapat hanya karena iman kepada
Kristus sebagai Tuhan dan Juruselamat!
Lalu dalam ay 14a
dikatakan bahwa anak-anak / orang-orang kristen itu
mengenal Bapa (ay 14a). NIV: ‘you
have known the Father’ (= engkau telah mengenal Bapa). Dalam bahasa
Yunaninya ini menggunakan perfect tense, yang oleh
Memang ada
hubungan yang erat antara pengampunan dosa dan pengenalan terhadap Bapa. Orang yang
belum mendapat pengampunan dosa jelas belum mengenal Kristus, dan orang yang
belum mengenal Kristus jelas juga tidak mengenal Bapa.
Bdk. Yoh 14:7a - “Sekiranya kamu mengenal Aku,
pasti kamu juga mengenal BapaKu”.
2. Kata ‘bapa’ dan ‘orang muda’
menunjukkan 2 golongan orang kristen.
Calvin mengatakan (hal 183)
bahwa sekarang ia menyebutkan usia yang berbeda-beda
untuk menunjukkan bahwa apa yang ia ajarkan cocok untuk setiap mereka. Calvin
juga mengatakan bahwa orang tua biasanya tidak mau belajar dengan alasan sudah
tua / sudah melewati usia belajar atau karena menganggap diri sudah berhikmat,
dan orang muda tidak mau belajar karena merasa masih terlalu muda, sedangkan
orang-orang usia pertengahan tidak mau belajar karena mereka disibukkan dengan
banyak hal lain.
a. Tentang ‘bapa’ dikatakan
bahwa mereka ‘mengenal
Dia, yang ada dari mulanya’ (ay 13a,14b), dan kata-kata ‘Dia, yang ada dari
mulanya’
ini pada umumnya ditafsirkan menunjuk kepada Kristus.
b. Ay 13b,14b
ditujukan kepada orang-orang muda, yang ada di puncak kekuatan mereka. Biasanya
orang-orang di usia ini mabuk dengan kekuatan mereka sendiri, dan karena itu
Yohanes mengingatkan mereka tentang kekuatan yang benar, yaitu kekuatan rohani,
supaya mereka tidak bermegah dalam kekuatan daging.
Perhatikan ay 14b: “Aku menulis kepada kamu, hai
orang-orang muda, karena kamu kuat dan firman Allah diam di dalam kamu dan
kamu telah mengalahkan yang jahat”.
Herschel H. Hobbs: “The Word of God constantly abiding in them makes them
strong and victorious” (= Firman Allah yang terus menerus
ada di dalam mereka membuat mereka kuat dan menang) - hal 55.
Pulpit Commentary mengatakan
(hal 57) bahwa rasul Yohanes tidak mungkin memaksudkan bahwa orang-orang muda
ini telah mengalahkan setan sepenuhnya, karena setan akan
terus menerus berusaha menyerang orang kristen. Yang ia
maksudkan adalah bahwa pada saat mereka bertobat / datang kepada Kristus,
mereka sudah mendapatkan kemenangan. Sebetulnya dalam arti ini semua orang kristen yang sejati telah mendapatkan kemenangan.
c) Barclay beranggapan (hal 52-53) bahwa
setiap kata (anak, bapa, orang muda) mencakup semua orang kristen,
dan tidak ada penggolongan di sini. Alasannya: predikat yang diberikan kepada
anak, bapa, dan orang muda dalam ay 12-14 itu cocok untuk semua orang kristen. Semua orang kristen
seperti anak, karena semua bisa mendapatkan kembali ketidakbersalahan (innocence) mereka oleh pengampunan dari
Yesus Kristus. Semua orang kristen adalah seperti
bapa, seperti orang dewasa yang bertanggung jawab, yang bisa berpikir dan
belajar makin lama makin dalam dalam pengenalan terhadap Yesus Kristus. Semua
orang kristen seperti orang muda, yang mempunyai
kekuatan / semangat untuk berperang dan memenangkan pertempuran mereka terhadap
si penggoda.
Pandangan Barclay ini tidak
saya temui dalam buku tafsiran yang lain, tetapi rasanya memang masuk akal,
karena penggambaran-penggambaran tentang anak, bapa dan orang muda itu
sebetulnya memang cocok bagi semua orang kristen yang
sejati. Tetapi problemnya adalah: mengapa / untuk apa
Yohanes menggunakan 3 istilah yang berbeda itu, kalau semua memaksudkan hal
yang sama / semua orang kristen?
Dari 3
penafsiran ini, saya agak condong pada penafsiran yang kedua (point b).
1) Jangan mengasihi dunia.
Ay 15a: “Janganlah kamu mengasihi dunia
dan apa yang ada di dalamnya”.
a) Kata untuk ‘mengasihi’ adalah
AGAPATE.
Herschel H. Hobbs: “The love involved is AGAPE, the highest kind of love,
which involves selflessness and absolute loyalty to its object. Therefore, it
must be a directed love bestowed upon the proper object” [= Kasih yang dimaksudkan adalah Agape, kasih jenis yang tertinggi, yang mencakup sifat mati
bagi diri sendiri (selflessness) dan kesetiaan mutlak kepada obyeknya.
Karena itu, itu harus merupakan kasih yang terarah yang diberikan kepada obyek
yang benar] -
hal 53.
b) Kata ‘love’ (=
mengasihi) di awal ay 15 merupakan present imperative (= kata
perintah bentuk present), yang merupakan perintah yang harus dilakukan terus
menerus, dan lalu ditambahi dengan kata Yunani ME (= tidak). Jadi artinya:
‘berhentilah mempunyai kebiasaan untuk mengasihi (dunia)’.
Memang semua
dosa bisa menjadi kebiasaan, dan demikian juga dengan kasih kepada dunia. Dan kita bukan hanya harus
berhenti dari hal itu pada saat-saat tertentu, tetapi senantiasa!
c) Apakah bagian ini bertentangan dengan
Yoh 3:16 - “Karena
begitu besar kasih Allah akan dunia ini, sehingga Ia telah mengaruniakan
AnakNya yang tunggal, supaya setiap orang yang percaya kepadaNya tidak binasa,
melainkan beroleh hidup yang kekal”?
Tidak? Karena baik
‘kasih’ maupun ‘dunia’ digunakan dalam arti yang
berbeda. Kasih dalam ay 15 ini adalah kasih yang
egois, sedangkan dalam Yoh 3:16 tidak demikian. Kata ‘dunia’
dalam ay 15 ini menunjuk pada hal-hal duniawi / elemen-elemen berdosa dari
kehidupan manusia, sedangkan dalam Yoh 3:16 menunjuk kepada manusianya.
Pulpit Commentary: “Obviously, both
‘love’ and ‘the world’ are
used in a different sense in John 3:16, where it is said that ‘God loved
the world.’ The one love is selfish, the other unselfish. In the one case
‘the world’ means the sinful elements of human life, in the other
the human race” (= Jelas bahwa kata ‘kasih’ dan ‘dunia’
digunakan dalam arti yang berbeda dalam Yoh 3:16, dimana dikatakan bahwa
‘Allah mengasihi dunia’. Kasih yang satu bersifat
egois, kasih yang lain tidak. Dalam kasus yang satu ‘dunia’
berarti elemen-elemen berdosa dari kehidupan manusia, dalam kasus yang lain
berarti umat manusia) - hal 24.
2) Mengapa kita tidak boleh mengasihi dunia?
a) Karena kalau kita mengasihi dunia, kita
tidak mungkin bisa mengasihi Bapa.
Ay 15: “Janganlah kamu mengasihi
dunia dan apa yang ada di dalamnya. Jikalau orang
mengasihi dunia, maka kasih akan Bapa tidak ada di dalam orang itu”.
Pulpit Commentary: “the duty of loving in one
direction must involve the corresponding duty of not loving in an opposite and
alien direction” (= kewajiban untuk mengasihi ke satu arah mencakup kewajiban
yang bersesuaian untuk tidak mengasihi ke arah yang berlawanan / bertentangan) - hal 35.
Herrick Johnson: “Buying, possessing,
accumulating, this is not worldliness. But doing this in the love of it, with
no love to God paramount, doing it so that thoughts of God and eternity are an
intrusion, doing it so that one’s spirit is secularized in doing it, this
is worldliness” (= Membeli, memiliki, mengumpulkan, ini bukan keduniawian.
Tetapi melakukan ini dan mengasihinya, tanpa kasih kepada Allah, melakukannya
sehingga pemikiran tentang Allah dan kekekalan merupakan gangguan, melakukannya
sehingga roh seseorang menjadi duniawi oleh karena hal itu, ini adalah
keduniawian)
- ‘The Encyclopedia of Religious Quotations’, hal 705.
George Whetstone: “What is this world? A net to
snare the soul” (= Apakah dunia ini? Suatu jaring untuk menjerat jiwa) - ‘The Encyclopedia
of Religious Quotations’, hal 708.
Anonymous: “The ship’s place is in
the sea, but God pity the ship when the sea gets into it. The Christian’s
place is in the world, but God pity the Christian if the world gets the best of
him”
(= Tempat dari kapal adalah di laut, tetapi Allah mengasihani / menyesalkan
kapal pada saat laut masuk ke dalamnya. Tempat dari orang kristen
adalah di dunia, tetapi Allah menyesalkan orang kristen jika dunia mendapatkan
yang terbaik darinya) - ‘The Encyclopedia of Religious Quotations’,
hal 703.
Anatole
Herschel H. Hobbs: “Divided effort and interest explains the unhappiness in
the lives of so many Christians” (= Usaha dan
kesenangan yang terbagi menjelaskan ketidak-bahagiaan dalam kehidupan begitu
banyak orang kristen) - hal 56.
Herschel H. Hobbs: “If this highest love is bestowed upon the world, then
this love cannot be given to God. ... Love for the world, rather than for God
actually is idolatry, which Paul defines as covetousness, the desire for more -
whether it be money, sex, or worldly glory (Col. 3:5)” [= Jika kasih yang tertinggi ini diberikan kepada dunia, maka
kasih ini tidak bisa diberikan kepada Allah. ... Kasih untuk dunia dan bukannya
untuk Allah, sesungguhnya merupakan pemberhalaan, yang oleh Paulus
didefinisikan sebagai ketamakan, keinginan untuk lebih - apakah itu uang, sex,
atau kemuliaan duniawi (Kol 3:5)] - hal 56,57.
Pulpit Commentary: “We can love either God or the
world. But no human heart can hold the two opposing at the same time. ... No
man can serve God and mammon. The attempt has been made to form a
God-and-mammon guild. But all such attempts must be miserable failures” (= Kita bisa mengasihi Allah atau
dunia. Tetapi tidak ada hati manusia yang bisa mempunyai kedua kasih yang
bertentangan itu pada saat yang sama. ... Tidak ada orang yang bisa melayani Allah dan mammon. Telah diusahakan untuk membentuk serikat Allah dan mammon.
Tetapi usaha seperti itu pasti gagal secara menyedihkan) - hal 36.
Bandingkan ay 15 ini dengan:
·
Mat 6:24 - “Tak seorangpun dapat mengabdi kepada dua tuan. Karena jika demikian, ia akan
membenci yang seorang dan mengasihi yang lain, atau ia akan setia kepada yang
seorang dan tidak mengindahkan yang lain. Kamu tidak dapat mengabdi kepada
Allah dan kepada Mamon”.
Kata ‘mengabdi’
[NIV/NASB: ‘serve’ (=
melayani)] dalam bahasa Yunaninya adalah DOULEUEIN, yang sebetulnya berarti
‘melayani sebagai budak’. Semua orang yang mau mendapatkan uang
dengan cara yang berdosa / tidak jujur, sudah
memperbudakkan dirinya kepada mammon / dewa uang!
·
Yak 4:4 - “Hai kamu, orang-orang yang tidak setia! Tidakkah kamu
tahu, bahwa persahabatan dengan dunia adalah permusuhan dengan Allah? Jadi
barangsiapa hendak menjadi sahabat dunia ini, ia menjadikan dirinya musuh
Allah”.
b) Karena semua yang ada di dalam dunia
bukan berasal dari Bapa, tetapi dari dunia, dan semua itu sedang berlalu dengan
cepat.
Ay 16-17: “Sebab semua yang ada di dalam
dunia, yaitu keinginan daging dan keinginan mata serta keangkuhan
hidup, bukanlah berasal dari Bapa, melainkan dari dunia. Dan dunia ini sedang lenyap
dengan keinginannya, tetapi orang yang melakukan kehendak Allah tetap hidup
selama-lamanya”.
1. Untuk ‘semua yang ada dalam dunia’ diberikan 3
hal, yaitu:
·
keinginan daging.
Barclay: “anyone who lives in luxury
while others live in want, ... is the servant of the
flesh’s desire” (= siapapun yang hidup dalam kemewahan sementara orang-orang
lain hidup dalam kekurangan, ... adalah pelayan dari keinginan daging) - hal 58.
Reader’s Digest
menceritakan sebuah lelucon:
Banyak orang
yang menganggap hidup itu sia-sia kecuali kita bisa memuaskan keinginan daging. Tetapi
Kitab Suci justru melarang hal tersebut.
·
keinginan mata.
Banyak yang
jatuh karena keinginan mata, seperti Hawa (yang melihat buah terlarang), Daud
(yang melihat Batsyeba).
·
keangkuhan hidup.
Kata
‘keangkuhan’ di sini menunjuk kepada seorang pembual, yang suka
menyombongkan diri. Ini bisa dilakukan tentang banyak hal,
seperti kecantikan, kepopuleran, kepandaian, kesuksesan, kekayaan, dan
sebagainya.
Bdk. Amsal 27:2 - “Biarlah orang lain memuji engkau dan bukan mulutmu, orang yang tidak
kaukenal dan bukan bibirmu sendiri”.
Semua ini
dikatakan bukan berasal dari Bapa, tetapi dari dunia.
2. Dunia sedang lenyap dengan keinginannya (ay 17a).
Karena dunia ini sedang
berlalu dengan cepat, jika kita memusatkan hidup kita pada hal-hal yang
bersifat daging dan materi, kita akan tidak mempunyai
apa-apa.
Herschel H. Hobbs: “If I live only to satisfy the lusts of the flesh or eye,
then I live only for passing pleasures. If I boast about my possessions, not
knowing that they really possess me, I can lose them in a day. At death I
certainly must leave them behind. Having lived only for these things, the
bottom line of my account with God reads ZERO” (= Jika saya hidup untuk memuaskan nafsu dari daging atau mata,
maka aku hidup hanya untuk kesenangan-kesenangan yang sedang berlalu. Jika aku
membanggakan tentang milikku, tanpa mengetahui bahwa sebetulnya hal-hal itulah
yang memiliki aku, aku bisa kehilangan hal-hal itu dalam satu hari. Pada saat mati aku pasti harus meninggalkan hal-hal itu.
Kalau aku telah hidup untuk hal-hal itu dalam sepanjang hidupku, rekeningku
pada Allah tercatat NOL) - hal 58.
Pulpit Commentary: “To love the world is to lose
everything, included the thing loved” (= Mengasihi dunia berarti
kehilangan segala sesuatu, termasuk hal yang dikasihi) - hal 25.
3. Kontras dengan dunia yang berlalu dengan
cepat, dikatakan bahwa orang yang melakukan kehendak Allah tetap hidup
selama-lamanya (ay 17b).
Pulpit Commentary: “Some men would have it that
the external world is the one thing that is certain and permanent, while
religion is based on a mere hypothesis, and is ever changing its form.
Pulpit
Commentary juga mengatakan bahwa ‘kehendak Allah’ adalah sesuatu
yang sangat kontras dengan ‘hal-hal yang ada dalam dunia’.
Pulpit Commentary: “And if we ever ask,
‘Lord, what wilt thou have me to do?’ our duty will be revealed to
us (1) in the Word, (2) by the opening of Providence, and (3) the teachings of
the Holy Ghost” [= Dan sekiranya kita bertanya: ‘Tuhan, apa yang Engkau
ingin aku lakukan?’, kewajiban kita akan dinyatakan kepada kita (1) dalam
Firman, (2) oleh pembukaan dari Providensia, dan (3) pengajaran dari Roh Kudus] - hal 37.
Herschel H. Hobbs: “I have only one life to live. It soon will be passed. And
only that which I do for God will last. God’s will is that I trust in His
Son as my Saviour, and dedicate my life to His service” (= Aku hanya mempunyai satu kehidupan. Itu akan
segera berakhir. Dan hanya apa yang aku lakukan bagi
Allah yang akan bertahan. Kehendak Allah adalah bahwa aku percaya kepada
AnakNya sebagai Juruselamatku, dan mendedikasikan hidupku untuk melayani Dia) - hal 58.
Pulpit
Commentary menceritakan (hal 37) tentang seorang pendeta yang bernama Thomas
Craig, yang setelah melayani selama 62 tahun lalu dipanggil pulang oleh Tuhan. Dalam pelayanannya ia sering menyatakan keinginannya untuk mati dalam
pekerjaannya. Setelah kematiannya, ditemukan sebuah khotbah
setengah jadi di meja kerjanya. Khotbah itu diambil dari text ini: “Dan dunia ini sedang lenyap
dengan keinginannya, tetapi orang yang melakukan kehendak Allah tetap hidup
selama-lamanya”.
Sir Thomas Browne: “For
the world I count it not an inn, but a hospital, and a place not to live, but
to die in”
(= Aku menganggap dunia ini bukan sebagai tempat penginapan, tetapi sebuah
rumah sakit, bukan sebagai suatu tempat untuk hidup, tetapi sebagai suatu
tempat untuk mati) - ‘The Encyclopedia of Religious Quotations’,
hal 704.
Ini bukan kata-kata yang
menunjukkan / menganjurkan keputus-asaan, tetapi kata-kata yang menekankan
bahwa hidup kita bukan untuk dunia ini.
St. Clement: “The world that is and the
world to come are enemies ... We cannot be the friends of both; but must bid
farewell to this world to consort with that to come” (= Dunia yang sekarang ini
bermusuhan dengan dunia yang akan datang ... Kita tidak bisa menjadi teman dari
keduanya; tetapi harus mengucapkan selamat tinggal kepada dunia ini untuk
berkawan dengan dunia yang akan datang) - ‘The Encyclopedia of Religious
Quotations’, hal 705.
-AMIN-