DOKTRIN MANUSIA : Anthropology
oleh : Pdt. Budi
Asali MDiv.
Kej 1:26-27 - “(26) Berfirmanlah Allah: ‘Baiklah Kita menjadikan
manusia menurut gambar dan rupa Kita, supaya mereka berkuasa atas ikan-ikan di
laut dan burung-burung di udara dan atas ternak dan atas seluruh bumi dan atas
segala binatang melata yang merayap di bumi.’ (27) Maka Allah menciptakan
manusia itu menurut gambarNya, menurut gambar Allah diciptakanNya dia;
laki-laki dan perempuan diciptakanNya mereka”.
Arti kata ‘kita’ dalam Kej 1:26:
1) Arti
yang salah: ‘kita’ = Allah + malaikat.
Arti ini jelas salah, karena ini akan
berarti bahwa:
·
manusia
diciptakan menurut gambar dan rupa malaikat.
·
malaikat
= co-creator / rekan pencipta dari
Allah!
2) Arti
yang benar: ‘kita’ = pribadi-pribadi dalam diri Allah
Tritunggal.
Jadi jelas bahwa Kej 1:26
menunjukkan bahwa sebelum Allah menciptakan manusia, terjadi semacam
perundingan dalam diri Allah! Ini tidak pernah terjadi sebelumnya pada waktu
Allah menciptakan hal-hal yang lain. Ini menunjukkan bahwa sesuatu yang unik
dan istimewa akan terjadi, yaitu penciptaan manusia!
1) Gambar
dan rupa (Image and likeness).
a) Ada yang membedakan dua istilah ini
berdasarkan arti katanya.
Tetapi pembedaan ini jelas salah,
karena dua kata ini digunakan secara bergantian / bisa dibolak-balik (interchangeable).
·
Kej 1:26
- gambar dan rupa (image and likeness).
·
Kej 1:27
- gambar (image).
·
Kej 5:1 -
rupa (likeness).
·
Kej 9:6 -
gambar (image).
·
1Kor 11:7
- gambar (image).
·
Kol 3:10
- gambar (image).
·
Yak 3:9 -
rupa (likeness).
b) Ada yang membedakan dua istilah ini
berdasarkan kata depan (preposition)
yang berbeda dalam Kej 1:26.
KJV/RSV - ‘in our image, after our likeness’ (= dalam gambar Kita, menurut rupa Kita).
NASB: ‘in our image, according to our likeness’ (= dalam gambar Kita, menurut rupa Kita).
Catatan: kata depan yang pertama dalam bahasa
Ibrani adalah BE, dan yang kedua adalah KE.
Tetapi pembedaan seperti itu juga tidak
bisa diterima karena:
·
Dalam
bahasa Ibrani kedua kata depan itu artinya bisa sama.
Kata depan yang pertama (BE)
artinya: in (= dalam), as (= seperti), within (= di dalam),
among (= di antara), according
to (= menurut), into (= ke dalam), with (= dengan).
Kata depan yang kedua (KE)
artinya: like / as (= seperti), within (= di dalam), among (= di antara), according to (= menurut),
into (= ke dalam), with (= dengan).
Karena itu NIV menterjemahkan secara
sama: ‘in our image, in our
likeness’ (= dalam gambar Kita,
dalam rupa Kita).
·
Dalam
Kol 3:10 kata depan yang kedua dipasangkan dengan kata yang pertama. KJV: ‘renewed in knowledge after the image
of him’ (= diperbaharui dalam pengetahuan menurut gambarNya).
·
Dalam Kej
5:1 kata depan yang pertama dipasangkan dengan kata yang kedua: ‘in the likeness of God’ (= dalam rupa Allah).
·
Dalam Kej
5:3 kata depan yang pertama dipasangkan dengan kata yang kedua, dan kata depan
kedua, dipasangkan dengan kata yang pertama: ‘in his own likeness, after his image’ (= dalam rupaNya sendiri, menurut
gambarNya).
Kesimpulan: Karena kata ‘image’ dan ‘likeness’
bisa dibolak-balik dan demikian juga kata depan ‘in’ dan ‘after’, maka
tidak ada alasan untuk membedakan antara
‘in our image’ dan ‘after our
likeness’. Ini hanya suatu kebiasaan orang Ibrani dalam menyatakan sesuatu,
dimana mereka sering menyatakannya, lalu mengulang dengan kata-kata yang
berbeda tetapi yang artinya sama.
2) Manusia
adalah gambar dan rupa Allah.
Artinya semua manusia adalah copy dari
Allah, dan karenanya manusia mirip dengan Allah. Tentu kemiripan ini tidak
terjadi dalam segala hal, karena Allah mempunyai sifat-sifat yang tidak bisa
diberikan kepada orang lain (incommunicable
attributes), seperti:
·
sifat self-existent (ada dengan sendirinya).
·
sifat
tetap / tak bisa berubah.
·
sifat tak
terbatas (maha ada).
3) Hal-hal
yang tercakup dalam ‘gambar dan rupa
Allah’ dalam diri
manusia.
a) Original
righteousness (= kebenaran yang semula) yang terdiri dari pengetahuan,
kebenaran, dan kekudusan yang benar.
Dasar Kitab Suci:
·
Kej 1:31
- “Maka Allah melihat segala yang dijadikanNya itu, sungguh
amat baik. Jadilah petang dan jadilah pagi, itulah hari keenam”.
·
Pkh 7:29
- “Lihatlah, hanya ini yang kudapati: bahwa Allah
telah menjadikan manusia yang jujur, tetapi mereka mencari banyak dalih”.
KJV/RSV/NIV/NASB:
‘upright’ (= kejujuran / kelurusan
dalam moral).
·
Ef 4:24
- “dan mengenakan manusia baru, yang
telah diciptakan menurut kehendak Allah di dalam kebenaran dan kekudusan yang
sesungguhnya”. Kitab
Suci Indonesia kurang tepat terjemahannya.
NIV: ‘and to put on the new self, created to be like God in true
righteousness and holiness’ (= dan mengenakan manusia baru, diciptakan
seperti Allah dalam kebenaran dan kekudusan yang benar).
Jadi, manusia diciptakan tidak sekedar
dalam keadaan tidak berdosa (innocent)
/ netral secara moral. Manusia diciptakan dengan suatu kesucian yang positif (positive holiness). Tetapi ini tidak
berarti bahwa manusia itu sempurna.
Louis Berkhof: “He
was, something like a child, perfect in parts, not yet in degree” (= Ia seperti
seorang anak, sempurna dalam bagian-bagiannya, belum / tidak dalam
tingkatannya) - ‘Systematic Theology’, hal 209.
Luther / Lutheran menganggap original righteousness (= kebenaran yang
semula) ini saja yang termasuk dalam gambar dan rupa Allah dalam diri manusia,
dan karena itu mereka beranggapan bahwa gambar dan rupa Allah ini hilang
total pada waktu Adam dan Hawa jatuh ke dalam dosa. Tetapi 1Kor 11:7
dan Yak 3:9 jelas menunjukkan bahwa sesudah kejatuhan dalam dosa, manusia
masih merupakan gambar dan rupa Allah.
1Kor 11:7 - “Sebab laki-laki tidak perlu menudungi kepalanya: ia
menyinarkan gambaran dan kemuliaan Allah. Tetapi perempuan menyinarkan
kemuliaan laki-laki”.
Yak 3:9 - “Dengan lidah kita memuji Tuhan, Bapa kita; dan dengan
lidah kita mengutuk manusia yang diciptakan menurut rupa Allah”.
Jadi, gambar dan rupa Allah itu rusak,
tetapi tidak musnah / hilang total!
Ada yang membandingkan Kej 5:1 dengan
Kej 5:3 dan lalu berkata:
·
Kej 5:1
menunjukkan bahwa Adam dicipta menurut rupa Allah.
·
Kej 5:3
menunjukkan bahwa Set adalah gambar dan rupa Adam (bukan lagi gambar dan rupa
Allah!).
Tetapi penafsiran ini jelas bertentangan
dengan 1Kor 11:7 Yak 3:9 di
atas, yang dengan jelas menunjukkan bahwa sesudah jatuh dalam dosapun manusia
tetap adalah gambar dan rupa Allah.
Jadi, Kej 5:3 harus diartikan sebagai
berikut: Set adalah gambar dan rupa Adam. Karena Adam adalah gambar dan rupa
Allah (Kej 5:1), maka Set juga adalah gambar dan rupa Allah.
Kalau setelah kejatuhan ke dalam dosa
(yang menyebabkan manusia kehilangan original righteousness / kebenaran
yang semula itu) manusia tetap adalah gambar dan rupa Allah, maka haruslah
disimpulkan bahwa pasti ada hal-hal yang lain yang termasuk dalam gambar dan
rupa Allah dalam diri manusia (selain original
righteousness).
b) Manusia adalah makhluk berakal.
Allah adalah makhluk berakal. Manusia
juga adalah makhluk berakal karena manusia adalah gambar dan rupa / copy dari
Allah.
Binatang hanya mempunyai naluri, bukan
akal [Ayub 39:16-20 (Inggris: Job 39:13-17) Maz 32:9
Maz 49:21 Maz 73:22 Yudas 10]. Karena itu binatang tidak
bisa mengembangkan kemampuannya sendiri. Contoh:
·
ikan /
katak dalam berenang. Bandingkan dengan manusia yang bisa berenang dalam
bermacam-macam gaya yang mereka ciptakan sendiri.
·
harimau /
singa dalam menangkap mangsa. Bandingkan dengan manusia dalam mencari nafkah.
·
burung
berkicau. Bandingkan dengan manusia dalam menyanyi yang bisa menggunakan suara
1, 2, 3, dan 4. Tidak ada burung-burung dimanapun yang bisa melakukan hal itu
·
burung /
binatang dalam membuat sarang. Bandingkan dengan manusia dalam membuat rumah
yang begitu bervariasi.
·
binatang
makanannya terus sama. Bandingkan dengan manusia dalam menciptakan
bermacam-macam makanan.
Jadi, akal adalah sesuatu yang sangat
membedakan manusia dari binatang! Ada banyak orang Kharismatik yang mengatakan
bahwa kita harus membuang akal, karena kalau tidak maka kita tidak akan terbuka
terhadap pekerjaan Roh Kudus, persekutuan terindah dengan Tuhan tidak bisa
terjadi, dan juga mujijat-mujijat tidak bisa terjadi. Ini salah dan tidak
alkitabiah! Pembuangan akal seperti ini menjadikan kita seperti binatang! Kita
memang tidak boleh bersandar pada akal (Amsal 3:5), tetapi itu tidak berarti
bahwa kita harus membuang akal.
c) Manusia adalah makhluk bermoral (moral being).
Binatang bukanlah makhluk bermoral dan
karena itu untuk binatang tidak ada dosa atau suci, baik atau jahat. Tetapi
manusia adalah makhluk bermoral (seperti Allah, malaikat, setan), karena itu
ada dosa / suci, baik / jahat.
Kalau saudara tidak memperdulikan dosa
/ suci, baik / jahat, dsb, maka saudara
menjadi seperti binatang.
d) Manusia adalah makhluk rohani.
Allah adalah Roh (Yoh 4:24).
Manusia adalah gambar dan rupa / copy dari Allah. Jadi, manusia adalah makhluk
rohani.
Kej 2:7 juga menunjukkan pemberian
nafas hidup kepada manusia yang menyebabkan ia menjadi makhluk rohani. Ini
menyebabkan manusia bisa berhubungan / bersekutu dengan Allah, berdoa,
mendengarkan Firman Tuhan, berbakti kepada Tuhan, dsb.
Binatang bukan makhluk rohani, sehingga
tidak bisa berhubungan dengan Allah, berdoa, dsb.
Kalau saudara tidak berusaha untuk
berhubungan / bersekutu dengan Allah, saudara menjadikan diri saudara sendiri
seperti binatang.
e) Manusia itu immortal (tak bisa binasa / musnah).
1Tim 6:16 mengatakan Allah itu
tidak takluk kepada maut (immortal).
Dikatakan ‘satu-satunya’ karena immortality
adalah essential quality (= sifat
hakiki) dari Allah. Allah mempunyai sifat itu dalam dan dari diriNya sendiri.
Karena manusia adalah gambar dan rupa
Allah, maka manusia juga immortal. Immortality pada manusia ini meliputi:
·
jiwa /
roh: tidak ada akhirnya.
·
tubuh:
pada mulanya (sebelum ada dosa) tidak membawa benih kematian. Maut / kematian
baru ada setelah ada dosa (Kej 3:19
Ro 5:12 Ro 6:23).
f) Penguasaan atas alam dan binatang-binatang
(Kej 1:26 Maz 8:6-9).
Ini terlihat dari:
·
Penguasaan
/ penggunaan alam oleh manusia. Tetapi dosa menyebabkan manusia merusak alam.
·
Penguasaan
terhadap binatang seperti: kebun binatang, sirkus, binatang jadi makanan
manusia.
·
Penguasaan
terhadap penyakit / bakteri (ilmu kedokteran).
Banyak orang Kharismatik yang
menggunakan hal ini sebagai dasar untuk mengajarkan bahwa orang kristen harus
sembuh dari penyakit. Mereka lupa bahwa gara-gara dosa masuk ke dalam dunia,
semua menjadi kacau.
Ada ahli theologia Reformed yang tidak
setuju kalau penguasaan atas alam / binatang ini termasuk dalam gambar dan rupa
Allah. Tetapi Louis Berkhof mengatakan bahwa penguasaan terhadap alam /
binatang termasuk dalam gambar dan rupa Allah dalam diri manusia, karena dalam Kej 1:26 kedua hal itu
digabung dalam satu ayat.
Kej 1:26 - “Berfirmanlah Allah: ‘Baiklah Kita menjadikan manusia
menurut gambar dan rupa Kita, supaya mereka berkuasa atas ikan-ikan di laut dan
burung-burung di udara dan atas ternak dan atas seluruh bumi dan atas segala
binatang melata yang merayap di bumi.’”.
Bdk. Maz 8:6-9 - “(6) Namun Engkau telah membuatnya hampir sama seperti
Allah, dan telah memahkotainya dengan kemuliaan dan hormat. (7) Engkau membuat
dia berkuasa atas buatan tanganMu; segala-galanya telah Kauletakkan di bawah kakinya: (8) kambing domba dan lembu
sapi sekalian, juga binatang-binatang di padang; (9) burung-burung di udara dan
ikan-ikan di laut, dan apa yang melintasi arus lautan”.
g) Manusia mempunyai tubuh.
Mat 10:28 - “Dan janganlah kamu takut kepada mereka yang dapat
membunuh tubuh, tetapi yang tidak berkuasa membunuh jiwa; takutlah terutama
kepada Dia yang berkuasa membinasakan baik jiwa maupun tubuh di dalam neraka”.
Kej 9:6 - “Siapa yang menumpahkan darah manusia, darahnya akan
tertumpah oleh manusia, sebab Allah membuat manusia itu menurut gambarNya
sendiri”.
Louis Berkhof menganggap (hal 204-205)
bahwa tubuh manusia juga adalah gambar dan rupa Allah. Dasar Kitab Suci yang ia
pakai adalah:
·
Kitab
Suci mengatakan bahwa manusia (berarti seluruh manusia, bukan jiwanya
saja) adalah gambar dan rupa Allah.
·
Mat 10:28
mengatakan bahwa pembunuhan adalah pembunuhan terhadap tubuh. Dan Kej 9:6
mengecam pembunuhan karena manusia adalah gambar dan rupa Allah. Jadi harus
disimpulkan bahwa tubuh juga termasuk dalam gambar dan rupa Allah dalam diri
manusia.
Tetapi, bagaimanapun persamaan antara
Allah dan tubuh manusia, tentu persamaannya bukan dalam hal materi! Tubuh
adalah alat dari jiwa untuk mengekspresikan diri dan karena itu tubuh juga
termasuk gambar dan rupa Allah. Jadi awas, jangan sampai hal ini diextrimkan
dengan menganggap bahwa Allah itu betul-betul mempunyai tubuh seperti manusia.
Hank Hanegraaff: “The
sad truth is that the Faith teachers have crafted man in the image of God, and
God in the image of man. ... Kenneth Copeland claims that God is ‘not some
creatures that stands 28 feet tall, and He’s got hands, you know, as big as
basketballs. That’s not the kind of creature He is. ... A being that stands
somewhere around 6’-2’’, 6’-3’’, that weighs somewhere in the neighborhood of a
couple of hundred pounds, ... (and) has a (hand) span of nine inches across.’
Where in the world does Copeland derive this monstrosity? The answer is that he
tortures the words of the prophet Isaiah. When Isaiah, using a common figure of
speech, says that God marked off the heavens with His span (40:12), Copeland
takes out a ruler, measures the span of his hand, finds it to be 8¾ inches, and
speculates that God’s hand must be about a quarter of an inch larger than his!
... Copeland is not the only Faith teacher who wrenches Isaiah 40:12 out of
context. Jerry Savelle elaborates on his mentor’s teaching when he says: God is
not 437 feet tall, weighing 4000 pounds, and got a fist big around as this
room. He measured out heaven with a nine-inch span. ... The distance between my
thumb and my finger is not quite nine inches. So, I know He’s bigger than me,
thank God. Amen? But He’s not some great, big, old thing that couldn’t come
through the door there and, you know, when He sat down, would fill every seat
in the house. I don’t serve the Glob. I serve God, and I’ve been created in His
image and in His likeness” [=
Kebenaran yang menyedihkan adalah bahwa guru-guru Iman telah membuat manusia
sebagai gambar Allah, dan Allah sebagai gambar manusia. ... Kenneth Copeland
mengclaim bahwa Allah ‘bukanlah suatu makhluk yang tingginya 28 kaki,
dan yang mempunyai tangan sebesar bola basket. Ia bukan jenis makhluk seperti
itu. ... Suatu makhluk yang tingginya sekitar 6 kaki 2 inci - 6 kaki 3 inci, yang
beratnya sekitar 200 pounds, ... dan yang mempunyai jengkal tangan 9 inci’.
Dari mana gerangan Copeland mendapatkan hal yang mengerikan ini? Jawabannya
adalah bahwa ia ‘menganiaya’ kata-kata dari nabi Yesaya. Pada waktu Yesaya,
menggunakan gaya bahasa yang umum, mengatakan bahwa Allah menandai langit
dengan jengkal tanganNya (40:12), Copeland mengambil penggaris, mengukur
jengkal tangannya, dan mendapatkan 8 ¾ inci, dan lalu berspekulasi bahwa tangan
Allah pasti lebih besar ¼ inci dari tangannya! ... Copeland bukanlah
satu-satunya guru Iman yang merenggut Yes 40:12 keluar dari kontextnya. Jerry
Savelle menguraikan ajaran penasehatnya pada waktu ia berkata: Allah itu bukan
seseorang yang tingginya 437 kaki, beratnya 4000 pounds, dan mempunyai kepalan
sebesar ruangan ini. Ia mengukur langit dengan jengkal sepanjang 9 inci. ...
Jarak antara ibu jari saya dan jari saya tidak mencapai 9 inci. Jadi, saya tahu
Ia lebih besar dari saya, syukur kepada Allah. Amin? Tetapi Ia bukannya sesuatu
yang besar dan tua yang tidak bisa masuk melalui pintu di sana, dan pada waktu
Ia duduk akan memenuhi setiap tempat duduk dalam rumah ini. Saya tidak melayani
the Glob (Raksasa?). Saya melayani Allah, dan saya telah diciptakan dalam
gambar dan rupaNya] - ‘Christianity
in Crisis’, hal 121,122.
Yes 40:12 - “Siapa yang menakar air laut dengan lekuk tangannya
dan mengukur langit dengan jengkal, menyukat debu tanah dengan takaran,
menimbang gunung-gunung dengan dacing, atau bukit-bukit dengan neraca?”.
Catatan: para ahli theologia Reformed tidak
sependapat dalam hal-hal apa saja yang termasuk dalam gambar dan rupa Allah
dalam diri manusia!
Pelajaran hari ini sebetulnya harus
membuang semua rasa minder / rendah diri dalam diri kita. Apakah saudara sering
merasa diri saudara jelek / rendah? Dalam hal bentuk tubuh / wajah? Dalam hal
kemampuan / kepandaian? Kalau saudara merasa rendah diri, maka ingatlah:
·
Sebelum
Allah menciptakan manusia, Ia berunding lebih dulu.
·
Manusia
dicipta menurut gambar dan rupa Allah.
Semua ini menunjukkan bahwa kita adalah makhluk yang mulia!
Daripada merasa rendah diri, saudara seharusnya bersyukur dan
memuji Allah karena saudara sudah dicipta sebagai makhluk yang begitu tinggi
dan mulia!
-o0o-
email us at : gkri_exodus@lycos.com