Eksposisi Bileam
oleh: Pdt. Budi Asali, MDiv.
Bileam (3)
Bilangan 22:8-14
Bil 22:8-14 - “(8) Lalu berkatalah Bileam kepada mereka: ‘Bermalamlah di sini
pada malam ini, maka aku akan memberi jawab kepadamu, sesuai dengan apa yang
akan difirmankan TUHAN kepadaku.’ Maka tinggallah pemuka-pemuka Moab itu pada
Bileam. (9) Kemudian datanglah Allah kepada Bileam serta berfirman: ‘Siapakah
orang-orang yang bersama-sama dengan engkau itu?’ (10) Dan berkatalah Bileam
kepada Allah: ‘Balak bin Zipor, raja Moab, mengutus orang kepadaku dengan
pesan: (11) Ketahuilah, ada bangsa yang keluar dari Mesir, dan permukaan bumi
tertutup olehnya; karena itu, datanglah, serapahlah mereka bagiku, mungkin aku akan sanggup berperang melawan mereka dan menghalau mereka.’
(12) Lalu berfirmanlah Allah kepada Bileam: ‘Janganlah engkau pergi
bersama-sama dengan mereka, janganlah engkau mengutuk bangsa itu, sebab mereka
telah diberkati.’ (13) Bangunlah Bileam pada waktu pagi, lalu berkata kepada
pemuka-pemuka Balak: ‘Pulanglah ke negerimu, sebab TUHAN tidak mengizinkan aku
pergi bersama-sama dengan kamu.’ (14) Lalu berangkatlah pemuka-pemuka Moab itu
dan setelah mereka sampai kepada Balak, berkatalah mereka: ‘Bileam menolak
datang bersama-sama dengan kami.’”
III)
Sikap Bileam terhadap panggilan Balak (ay 8-14).
1)
Bileam meminta para utusan Balak untuk bermalam di tempatnya
malam itu, sementara ia akan meminta petunjuk dari
Tuhan.
Ay 8: “Lalu berkatalah Bileam
kepada mereka: ‘Bermalamlah di sini pada malam ini, maka aku akan memberi jawab
kepadamu, sesuai dengan apa yang akan difirmankan TUHAN kepadaku.’ Maka tinggallah pemuka-pemuka Moab itu pada Bileam”.
Jamieson, Fausset
& Brown: “‘Lodge here this night ...’ God usually revealed His will in
visions and dreams” (= ‘Bermalamlah di sini pada malam ini ...’.
Allah biasanya menyingkapkan kehendakNya dalam
penglihatan-penglihatan dan mimpi-mimpi).
Keil &
Delitzsch: “If Balaam had been a true prophet and a faithful servant of
Jehovah, he would at once have sent the messengers away and refused their
request, as he must then have known that God would not curse His chosen people.
But Balaam loved the wages of unrighteousness. This corruptness of his heart
obscured his mind, so that he turned to God not as a mere form, but with the
intention and in the hope of obtaining the consent of God to his undertaking” (= Seandainya Bileam
adalah seorang nabi yang benar dan seorang pelayan yang setia dari Yehovah, ia
akan segera menyuruh utusan-utusan itu pergi dan menolak permintaan mereka,
karena pada saat itu ia pasti telah mengetahui bahwa Allah tidak akan mengutuk
bangsa pilihanNya. Tetapi Bileam mencintai upah dari
ketidak-benaran. Kejahatan dari hatinya ini mengaburkan pikirannya,
sehingga ia berbalik kepada Allah bukan semata-mata
sebagai suatu tindakan formalitas, tetapi dengan maksud dan dalam pengharapan
untuk mendapatkan persetujuan dari Allah bagi usahanya).
2Pet
2:15 - “Oleh
karena mereka telah meninggalkan jalan yang benar, maka tersesatlah mereka,
lalu mengikuti jalan Bileam, anak Beor, yang suka menerima upah untuk
perbuatan-perbuatan yang jahat”.
KJV: ‘the
wages of unrighteousness’ (= upah dari ketidak-benaran).
Calvin: “At first sight he
pretends a holy anxiety to obey, when he dares to attempt nothing without God’s
permission, and refuses to stir a foot, until he shall have received His
answer. Yet secret covetousness influences him to obtain from God by bargaining
as it were, what he still feels not to be right. ... there
was no reason why he should detain them a moment, since their demand should
have been peremptorily refused. And, assuredly, if he had been free, he would
have hastened at once to obey the wishes of king Balak, even contrary to the
will of God” (= Sekilas pandang ia berpura-pura mempunyai keinginan yang
kudus untuk taat, pada waktu ia tidak berani mengusahakan apapun tanpa ijin
Allah, dan menolak untuk menggerakkan kaki, sampai ia menerima jawabanNya. Tetapi
ketamakan yang rahasia / diam-diam mempengaruhi dia untuk mendapatkan dari
Allah, seakan-akan dengan menawar, apa yang ia rasakan
sebagai sesuatu yang tidak benar. ... tidak ada alasan
mengapa ia harus menahan mereka untuk suatu waktu, karena tuntutan mereka
seharusnya ditolak dengan pasti. Dan pasti, seandainya ia
bebas, ia akan segera mentaati keinginan raja Balak, bahkan kalau hal itu
bertentangan dengan kehendak Allah) - hal 186.
1)
Pembicaraan Allah dengan Bileam.
Ay 9-12: “(9) Kemudian datanglah Allah
kepada Bileam serta berfirman: ‘Siapakah orang-orang yang bersama-sama dengan
engkau itu?’ (10) Dan berkatalah Bileam kepada Allah: ‘Balak bin Zipor, raja
Moab, mengutus orang kepadaku dengan pesan: (11) Ketahuilah, ada bangsa yang
keluar dari Mesir, dan permukaan bumi tertutup olehnya; karena itu, datanglah,
serapahlah mereka bagiku, mungkin aku akan sanggup
berperang melawan mereka dan menghalau mereka.’ (12) Lalu berfirmanlah Allah
kepada Bileam: ‘Janganlah engkau pergi bersama-sama dengan mereka, janganlah
engkau mengutuk bangsa itu, sebab mereka telah diberkati.’”.
a) Allah berbicara
dengan nabi palsu bukanlah sesuatu yang aneh.
Bible Knowledge
Commentary: “The appearance of the God of Israel to unbelieving prophets and
kings was not unique to Balaam. God revealed himself to Abimelech king of Gerar
in Abraham’s time (Gen 20:6-7), to a Pharaoh in dreams (Gen 41:25), to
Nebuchadnezzar in a dream and visions (Dan 4:1-18), and to others. As the
sovereign God He rules and overrules in prophetic revelation as well as in all
other areas of life” [= Pemunculan Allah Israel kepada nabi-nabi dan raja-raja yang
tidak percaya bukan sesuatu yang unik dalam diri Bileam. Allah
menyatakan diriNya sendiri kepada Abimelekh raja Gerar pada jaman Abraham
(Kej 20:6-7), kepada Firaun dalam mimpi (Kej 41:25), kepada
Nebukadnezar dalam mimpi dan penglihatan (Dan 4:1-18), dan kepada yang
lain-lain. Sebagai Allah yang berdaulat Ia
memerintah dan mengesampingkan dalam wahyu nubuatan maupun dalam semua daerah
kehidupan yang lain].
b) Allah bertanya
kepada Bileam.
Matthew Henry: “In the night God comes to
him, probably in a dream, and enquires what business those strangers had with
him. He knows it, but he will know it from him” (= Pada malam Allah
datang kepadanya, mungkin dalam suatu mimpi, dan menanyakan apa
urusan orang-orang asing itu dengan dia. Ia mengetahui hal itu, tetapi Ia mau
mengetahuinya dari dia).
Jadi, ini sama seperti pertanyaan Allah kepada Adam dalam Kej 3:9. Ini tentu tidak berarti bahwa Allah tidak tahu dimana Adam berada
dan membutuhkan informasi tentang hal itu dari Adam.
c) Allah melarang
Bileam untuk pergi bersama para utusan Balak.
Matthew Henry: “Balaam gives him an
account of their errand (v. 9-11), and God thereupon charges him not to go with
them, or attempt to curse that blessed people, v. 12. Thus God sometimes, for
the preservation of his people, was pleased to speak to bad men, as to
Abimelech (Gen. 20:3), and to Laban, Gen. 31:24” [= Bileam memberiNya
suatu laporan / cerita tentang keperluan mereka (ay 9-11), dan lalu Allah
memerintahkannya untuk tidak pergi bersama mereka, atau berusaha mengutuk
bangsa yang diberkati itu, ay 12. Demikianlah Allah kadang-kadang, untuk
pemeliharaan terhadap umatNya, berkenan untuk berbicara kepada orang-orang jahat,
seperti kepada Abimelekh (Kej 20:3), dan kepada Laban, Kej 31:24].
d) Ay 12 juga
menunjukkan bahwa kalau Allah memberkati tak ada yang bisa membalikkan hal itu,
dan juga sebaliknya.
Bdk.
Kel 23:22 - “Tetapi jika engkau sungguh-sungguh mendengarkan perkataannya,
dan melakukan segala yang Kufirmankan, maka Aku akan memusuhi musuhmu, dan
melawan lawanmu”.
Calvin: “Of this blessing He
willed that the prophets should be His ministers in such a manner that the
power should still remain altogether in His own hands. If, therefore, they
usurp to themselves the prerogative of blessing without His commission, their
act is not merely frivolous and inefficacious, but even blasphemous” (= Tentang berkat ini Ia menghendaki bahwa nabi-nabi menjadi pelayan-pelayanNya
dengan cara sedemikian rupa sehingga kuasa itu seluruhnya tetap ada di
tanganNya sendiri. Karena itu, jika mereka merebut bagi diri mereka sendiri hak
istimewa untuk memberi berkat tanpa ijinNya, maka tindakan mereka itu bukanlah
semata-mata sembrono dan tidak efektif, tetapi bahkan bersifat menghujat) - hal 187.
Calvin: “Justly, then, does
Ezekiel convict of falsehood and deception those false prophets, who, by their
flatteries, encourage the souls which were doomed to die; whilst they slay by
their terrors and threats those to whom God had promised life” (= Maka, secara benar
Yehezkiel meyakinkan kepalsuan dan penipuan nabi-nabi palsu itu, yang, oleh
umpakan / jilatan mereka, memberi semangat kepada jiwa-jiwa yang ditetapkan
untuk mati; sementara mereka ‘membunuh’, dengan teror dan ancaman, orang-orang
bagi siapa Allah telah menjanjikan hidup) - hal 187.
Yeh 13:10a,16a,22
- “(10a)
Oleh karena, ya sungguh karena mereka menyesatkan umatKu dengan mengatakan:
Damai sejahtera!, padahal sama sekali tidak ada damai sejahtera ... (16a) yaitu
nabi-nabi Israel yang bernubuat tentang Yerusalem dan melihat baginya suatu
penglihatan mengenai damai sejahtera, padahal sama sekali tidak ada damai
sejahtera, ... (22) Oleh karena kamu melemahkan hati orang benar dengan dusta,
sedang Aku tidak mendukakan hatinya, dan sebaliknya kamu mengeraskan hati orang
fasik, sehingga ia tidak bertobat dari kelakuannya yang fasik itu, dan kamu
membiarkan dia hidup”.
2) Jawaban Bileam
kepada para utusan Balak.
Ay 13: “Bangunlah Bileam pada
waktu pagi, lalu berkata kepada pemuka-pemuka Balak: ‘Pulanglah ke negerimu,
sebab TUHAN tidak mengizinkan aku pergi bersama-sama dengan kamu.’”.
a) Penyampaian
Firman Tuhan yang dikurangi.
Jamieson, Fausset
& Brown: “‘The Lord refuseth to give me leave.’ This answer has an
appearance of being good; but it studiously concealed the reason of the divine
prohibition, and it intimated his own willingness and
desire to go - if permitted. Balak despatched a second mission, which held out
still more flattering prospects both to his avarice and his ambition” (= ‘Tuhan menolak untuk
memberi aku ijin’. Jawaban ini kelihatannya bagus; tetapi jawaban ini dengan
sangat berhati-hati menyembunyikan alasan dari larangan ilahi itu, dan jawaban
itu mengisyaratkan bahwa ia mau dan ingin pergi,
seandainya diijinkan. Balak mengutus misi yang kedua, yang menawarkan prospek
yang lebih menyanjung / merayu lagi, baik bagi ketamakannya maupun ambisinya).
Pulpit Commentary: “BALAAM’S ANSWER TO THE
MESSENGERS. He does not repeat what the Lord said; thus advancing further in
the revelation of his corrupt heart. Why not have told them plainly these
words: ‘Thou shalt not curse the people, for they are blessed’? Simply because it was not pleasant to say such words with the
flattering message of Balak still tickling his ears. It was not true
then that whom he blessed was blessed, and whom he
cursed was cursed; but to have told Moab so would have been to publish his
humiliation far and wide, and hurt his repute as a great soothsayer. Yet how
much better it would have been for Balaam as a man, and a man who had been
brought in some respects so near to God, if he had told the whole truth. It
would perhaps have saved a second embassy to him” [= Jawaban Bileam terhadap para utusan. Ia tidak mengulang apa yang Tuhan katakan; dan dengan
demikian makin menyatakan kejahatan hatinya. Mengapa ia
tidak menceritakan kepada mereka dengan jelas kata-kata ini: ‘Janganlah engkau
mengutuk bangsa ini, karena mereka diberkati’? Hanya karena
bukanlah sesuatu yang menyenangkan untuk mengatakan kata-kata seperti itu
dengan pesan yang menyanjung dari Balak tetap menggelitik telinganya (ay 6b).
Maka menjadi sesuatu yang tidak benar bahwa siapa yang ia
berkati betul-betul diberkati, dan siapa yang ia kutuk betul-betul dikutuk;
tetapi mengatakan hal itu kepada orang Moab berarti mempublikasikan
perendahannya secara luas, dan melukai reputasinya sebagai seorang tukang ramal
/ tenung yang besar. Tetapi alangkah lebih baiknya bagi Bileam sebagai seorang
manusia, dan seorang manusia yang telah dibawa dalam beberapa hal begitu dekat
dengan Allah, seandainya ia menceritakan seluruh
kebenaran. Itu mungkin akan meniadakan pengiriman
utusan yang kedua kepadanya].
Matthew Henry: “Balaam is not faithful in
returning God’s answer to the messengers, v. 13. He only tells them, the Lord
refuseth to give me leave to go with you. He did not tell them, as he ought to
have done, that Israel was a blessed people, and must by no means be cursed;
for then the design would have been crushed, and the temptation would not have
been renewed: but he, in effect, desired them to give his humble service to
Balak, and let him know that he applauded his project, and would have been very
glad to gratify him, but that truly he had the character of a prophet, and must
not go without leave from God, which he had not yet obtained, and therefore for
the present he must be excused. Note, Those are a fair mark for Satan’s
temptation that speak diminishingly of divine prohibitions, as if they amounted
to no more than the denial of a permission, and as if to go against God’s law
were only to go without his leave” (= Bileam tidak setia dalam memberikan
jawaban Allah kepada para utusan, ay 13. Ia hanya memberi tahu mereka, ‘Tuhan
menolak untuk memberiku ijin untuk pergi dengan kamu’. Ia tidak memberi tahu
mereka, seperti yang seharusnya telah ia lakukan, bahwa Israel adalah bangsa
yang diberkati, dan sama sekali tidak boleh dikutuk; karena kalau demikian maka
rancangan ini akan dihancurkan, dan pencobaan tidak akan diperbaharui: tetapi
ia sebetulnya ingin memberikan pelayanannya yang rendah kepada Balak, dan ingin
Balak tahu bahwa ia menghargai proyeknya, dan akan dengan sangat senang
memenuhinya, tetapi ia sungguh-sungguh mempunyai karakter dari seorang nabi,
dan tidak boleh pergi tanpa ijin dari Allah, yang tidak ia dapatkan, dan karena
itu untuk saat ini ia harus dimaafkan. Perhatikan, merupakan suatu tanda
yang jelas dari pencobaan setan, jika seseorang berbicara secara mengurangi
terhadap larangan ilahi, seakan-akan larangan itu artinya tidak lebih dari
‘suatu penolakan untuk mengijinkan’, dan seakan-akan melanggar hukum Allah
hanya berarti ‘pergi tanpa ijinNya’).
Nabi
palsu ini (Bileam) sengaja mengurangi Firman Tuhan, dan jaman sekarang ada
banyak pendeta / pengkhotbah yang melakukan hal itu.
Sebagai contoh:
saya tak percaya bahwa orang-orang yang mengajarkan Theologia Kemakmuran itu
tidak tahu tentang banyaknya ayat-ayat yang menentang ajaran mereka. Tetapi mereka secara sengaja tak mau membicarakan / mengkhotbahkan
ayat-ayat tersebut.
Saya
juga tahu bahwa banyak orang bertindak seperti itu terhadap tulisan / buku-buku
saya yang mereka gunakan untuk berkhotbah. Kalau mereka
mengurangi / membuang hal-hal tertentu karena itu terlalu sukar, atau karena
itu tidak mereka setujui dengan alasan yang bisa dipertanggung-jawabkan, maka
itu tentu tidak apa-apa. Tetapi kalau mereka melakukan hal itu dengan
alasan politik, karena ajaran itu, sekalipun benar, bisa merugikan mereka
(khususnya dalam hal keuangan!), maka ini merupakan pengurangan yang kurang
ajar! Yang melakukan seperti ini tidak berbeda dengan Bileam!
Misalnya
dalam pengajaran saya tentang persembahan persepuluhan saya memang mengharuskan
orang Kristen memberikan persembahan persepuluhan. Pasti ada banyak pendeta / pengkhotbah yang senang, dan lalu
menggunakan bahan yang saya ajarkan. Tetapi bagaimana dengan bagian dari
pelajaran saya tentang hal ini yang mengatakan bahwa orang Kristen boleh memberikan
persembahan persepuluhan ke gereja lain yang bukan
gereja mereka sendiri, selama gereja itu adalah gereja yang benar? Apakah para pendeta / pengkhotbah yang menggunakan pelajaran dari
saya dalam hal persembahan persepuluhan itu mau mengajarkan hal ini?
Mungkin hanya satu dari 100 yang mau mengajarkannya! Yang lain
membuang hal ini, bukan karena menganggapnya tidak benar, tetapi karena
menganggapnya sebagai ajaran yang tidak menguntungkan mereka!
Pendeta-pendeta
dan pengkhotbah-pengkhotbah seperti itu seharusnya memperhatikan dan
merenungkan ayat di bawah ini.
Mat 5:19 - “Karena itu siapa yang
meniadakan salah satu perintah hukum Taurat sekalipun yang paling kecil, dan
mengajarkannya demikian kepada orang lain, ia akan menduduki tempat yang paling
rendah di dalam Kerajaan Sorga; tetapi siapa yang melakukan dan mengajarkan
segala perintah-perintah hukum Taurat, ia akan menduduki tempat yang tinggi di
dalam Kerajaan Sorga”.
b) Pengurangan
berita bukan hanya terjadi pada saat Bileam menyampaikan pesan Allah kepada
para utusan.
Bandingkan
penyampaian-penyampaian pesan dalam ayat-ayat ini:
1. Kata-kata para
utusan Balak kepada Bileam.
Ay 5-6: “(5) Raja ini mengirim
utusan kepada Bileam bin Beor, ke Petor yang di tepi sungai Efrat, ke negeri
teman-teman sebangsanya, untuk memanggil dia, dengan pesan: ‘Ketahuilah, ada
suatu bangsa keluar dari Mesir; sungguh, sampai tertutup permukaan bumi
olehnya, dan mereka sedang berkemah di depanku. (6) Karena itu, datanglah dan
kutuk bangsa itu bagiku, sebab mereka lebih kuat dari padaku; mungkin aku
sanggup mengalahkannya dan menghalaunya dari negeri ini, sebab aku tahu:
siapa yang kauberkati, dia beroleh berkat, dan siapa yang kaukutuk, dia kena
kutuk.’”.
2. Penceritaan
tentang kata-kata utusan dari Bileam kepada Tuhan.
Ay 10-11: “(10) Dan berkatalah
Bileam kepada Allah: ‘Balak bin Zipor, raja Moab, mengutus orang kepadaku
dengan pesan: (11) Ketahuilah, ada bangsa yang keluar dari Mesir, dan permukaan
bumi tertutup olehnya; karena itu, datanglah, serapahlah mereka bagiku, mungkin
aku akan sanggup berperang melawan mereka dan
menghalau mereka.’”.
Catatan: kata-kata yang
saya garis-bawahi dalam ay 6 di atas tidak diceritakan oleh Bileam kepada
Tuhan.
3. Penyampaian
firman dari Allah kepada Bileam.
Ay 12: “Lalu berfirmanlah Allah
kepada Bileam: ‘Janganlah engkau pergi bersama-sama dengan mereka, janganlah
engkau mengutuk bangsa itu, sebab mereka telah diberkati.’”.
4. Penyampaian pesan
Allah dari Bileam kepada para utusan.
Ay 13: “Bangunlah Bileam pada waktu
pagi, lalu berkata kepada pemuka-pemuka Balak: ‘Pulanglah ke negerimu, sebab TUHAN
tidak mengizinkan aku pergi bersama-sama dengan kamu.’”.
Catatan: bagian yang
saya garis-bawahi dalam ay 12 di atas, sama sekali
tidak disampaikan. Juga, kalau dalam ay 12 Tuhan ‘jelas melarang’, maka dalam
ay 13 Bileam hanya mengatakan ‘Tuhan tidak mengijinkan’. Ini merupakan tindakan melunakkan firman yang tidak pada tempatnya.
5. Penyampaian para
utusan kepada raja Balak.
Ay 14: “Lalu berangkatlah
pemuka-pemuka Moab itu dan setelah mereka sampai kepada Balak, berkatalah
mereka: ‘Bileam menolak datang bersama-sama dengan kami.’”.
Catatan: sekalipun para
utusan mengatakan Bileam menolak, tetapi mereka tak mengatakan bahwa Tuhan
yang melarang / tidak mengijinkan, sehingga Bileam menolak.
Matthew Henry: “The messengers are not
faithful in returning Balaam’s answer to Balak. All the account they give of it
is, Balaam refuseth to come with us (v. 14), intimating that he only wanted
more courtship and higher proffers; but they are not willing Balak should know
that God had signified his disallowance of the attempt” [= Utusan-utusan itu
tidak setia dalam menyampaikan jawaban Bileam kepada Balak. Seluruh cerita yang
mereka berikan tentangnya adalah, ‘Bileam menolak untuk datang dengan kami’
(ay 14), yang mengisyaratkan bahwa ia hanya
menginginkan pengenalan yang lebih dekat dan tawaran yang lebih tinggi; tetapi
para utusan itu tidak mau Balak tahu bahwa Allah telah memberitahukan
penolakanNya tentang usaha tersebut].
Adam Clarke: “‘Balaam refuseth to come
with us.’ ‘Observe,’ says Mr. Ainsworth, ‘Satan’s practice against God’s word,
seeking to lessen the same, and that from hand to hand, till he bring it to naught. Balaam told the princes less than God
told him, and they relate to Balak less than Balaam told them; so that when the
answer came to the king of Moab, it was not the word of God, but the word of
man; it was simply, Balaam refuseth to come, without ever intimating that God
had forbidden him.’” (= ‘Bileam menolak datang bersama-sama dengan kami’.
‘Perhatikanlah’, kata Ainsworth, ‘Praktek setan terhadap Firman Allah, berusaha
menguranginya, dan itu ia lakukan dari tangan ke tangan / orang ke orang,
sampai ia membawanya menjadi nol. Bileam memberitahu pangeran-pangeran itu
kurang dari yang Allah beritahukan kepadanya, dan mereka menceritakannya kepada
Balak lebih sedikit lagi dari yang Bileam beritahukan kepada mereka; sehingga
pada waktu jawaban itu sampai kepada raja Moab itu, itu bukan lagi firman
Allah, tetapi kata-kata manusia; itu hanya berbunyi, Bileam menolak untuk
datang, tanpa pernah mengisyaratkan bahwa Allah telah melarangnya.’).
Pulpit Commentary: “Balaam first of all, in
speaking to God, omits from the message of Balak, saying nothing of his own
reputation in the eyes of the Moabitish king, suspecting very shrewdly that
this would be offensive to God. Then he omits again in his answer to the
messengers, and, to make all complete, they omit still more in their report to
Balak. There is nothing in their word to show that God had said anything in the
matter. This is what is called diplomacy; not telling a lie, but only
leaving out something of the truth, as being of no practical importance” (= Pertama-tama Bileam,
dalam berbicara kepada Allah, menghilangkan sebagian dari pesan dari Balak,
dengan tidak mengatakan apapun tentang reputasinya dalam pandangan raja Moab,
karena secara licin / cerdik ia curiga bahwa itu akan merupakan sesuatu yang
menyakitkan hati bagi Allah. Lalu ia menghilangkan
sebagian lagi dalam jawabannya kepada para utusan, dan untuk membuat semuanya
lengkap, para utusan itu menghilangkan lebih banyak lagi dalam laporan mereka
kepada Balak. Tidak ada apapun dalam kata-kata mereka yang
menunjukkan bahwa Allah telah mengatakan apapun dalam persoalan itu. Inilah yang disebut diplomasi; bukannya mengatakan suatu dusta,
tetapi hanya menghapuskan sesuatu dari kebenaran, sebagai sesuatu yang tidak
penting secara praktis).
c) Penolakan yang
mengandung persetujuan.
Wiersbe (OT): “Deep in his heart, Balaam
wanted to go with the messengers because he was greedy of gain. This is ‘the
way of Balaam’ (2 Peter 2:15-16), using religion as a means of getting wealth” [= Jauh dalam hatinya,
Bileam ingin pergi dengan para utusan itu karena ia
tamak terhadap keuntungan. Inilah ‘jalan Bileam’ (2Pet 2:15-16), menggunakan
agama sebagai suatu cara untuk mendapatkan kekayaan].
The Bible
Illustrator (OT): “‘No’ without any ‘Yes’ in it: - Many a promising youth has been
ruined because he did not know how to say ‘No.’ There are many people who say
‘No,’ but so faintly that there seems a ‘Yes’ in it, so that it only invites
further persuasion. Many a man, tempted by appetite within, and by companions
without, says ‘No’ feebly and faintly. His ‘No’ has a ‘Yes’ in it. A lad was
coming along the street one day with a young man who lived near him who was
somewhat excited by strong drink, and after walking along awhile with his
companion he drew a bottle from his pocket, and said, ‘Have some?’ ‘Well, hand
it over,’ replied the lad. The bottle was passed to him, and raising it aloft
he hurled it with a crash against the stone wall, and turning to his astonished
companion, he said, ‘Don’t you ever put a bottle to my lips again.’ The young
man was inclined to be irritated, but he had sense enough to retain his anger.
The lad’s ‘No’ had not any ‘Yes’ in it. There are
scores of young men who need the decision which this lad had” (= ‘Tidak’ tanpa ‘ya’
apapun di dalamnya: - Banyak anak-anak muda yang menjanjikan telah dirusak
karena mereka tidak tahu bagaimana mengatakan ‘Tidak’. Ada
banyak orang yang mengatakan ‘Tidak’, tetapi dengan begitu lemah sehingga
kelihatan ada suatu ‘Ya’ di dalamnya, sehingga itu hanya mengundang bujukan /
desakan lebih jauh. Banyak orang, dicobai oleh nafsu makan di dalam
dirinya, dan oleh teman-teman di luar dirinya, mengatakan ‘Tidak’ dengan
sayup-sayup dan lemah. Kata ‘Tidak’ dari dia mempunyai ‘Ya’
di dalamnya. Suatu hari seorang anak laki-laki sedang berjalan di suatu
jalanan dengan seorang muda yang tinggal dekat dengan dia, yang agak bergairah
karena minuman keras, dan setelah berjalan bersama untuk suatu waktu dengan
temannya, ia mengeluarkan sebuah botol dari kantongnya, dan berkata: ‘Mau
sedikit?’. ‘Berikan kepadaku’, jawab
anak laki-laki itu. Botol itu diberikan kepadanya, dan ia angkat dan banting kepada tembok batu, dan sambil
berbalik kepada temannya yang terheran-heran, ia berkata, ‘Jangan kamu pernah
memberikan sautu botol pada bibirku lagi’. Orang muda itu mau marah, tetapi ia tetap mempunyai kesadaran / pikiran untuk menahan
amarahnya. Kata ‘Tidak’ dari anak laki-laki itu tidak
mempunyai ‘Ya’ apapun di dalamnya. Ada berpuluh-puluh
orang muda yang membutuhkan keputusan yang telah dilakukan oleh anak laki-laki
ini).
Penerapan:
Hal
ini khususnya dibutuhkan dalam hal ditawari rokok, narkoba, sex. Tetapi juga pada waktu diajak melakukan hal-hal lain apapun yang
berdosa, seperti mencuri, merampok, melanggar hukum Sabat, dan sebagainya.
d) Bahayanya
penolakan yang setengah-setengah.
The Bible
Illustrator (OT): “that temptations which have been
declined half-heartedly are presented again, and with greater force. The manner
of Balaam’s dismissal of the former messengers prepared the way for a
repetition of their mission” (= pencobaan-pencobaan yang telah ditolak dengan setengah hati
dihadirkan lagi, dan dengan kekuatan yang lebih besar. Cara
penolakan Bileam terhadap pata utusan yang terdahulu mempersiapkan jalan untuk
suatu pengulangan missi mereka).
Contoh: seorang Kristen
diajak berzinah. Seharusnya ia dengan tegas
mengatakan: ‘Aku tidak mau. Itu adalah dosa, dan dilarang
oleh Tuhan’. Tetapi ia sungkan menolak dengan
cara seperti itu, dan ia lalu memperhalus penolakannya dengan berkata: ‘O, aku
sedang repot’. Itu merupakan cara menolak yang salah,
karena orang yang mengajak akan berpikir: ‘O, dia tidak mau karena repot. Kalau
tidak repot, dia akan mau’. Ini menyebabkan lain kali ia mengajak lagi! Dan akan sukar
baginya menggunakan alasan yang sama terus menerus, apalagi kalau temannya tahu
ia sedang tidak repot. Jadi, bukan hanya muncul pencobaan
ulang, tetapi juga pencobaan yang lebih sukar untuk ditolak.
-o0o-