Eksposisi Bileam
oleh: Pdt. Budi Asali, MDiv.
Bileam (4)
Bilangan 22:15-22a
Bil 22:15-22a
- “(15)
Tetapi Balak mengutus pula pemuka-pemuka lebih banyak dan lebih terhormat dari
yang pertama. (16) Setelah mereka sampai kepada Bileam, berkatalah mereka
kepadanya: ‘Beginilah kata Balak bin Zipor: Janganlah biarkan dirimu
terhalang-halang untuk datang kepadaku, (17) sebab aku akan
memberi upahmu sangat banyak, dan apapun yang kauminta dari padaku, aku akan
mengabulkannya. Datanglah, dan serapahlah bangsa itu bagiku.’
(18) Tetapi Bileam menjawab kepada pegawai-pegawai Balak: ‘Sekalipun Balak
memberikan kepadaku emas dan perak seistana penuh, aku tidak akan sanggup
berbuat sesuatu, yang kecil atau yang besar, yang melanggar titah TUHAN,
Allahku. (19) Oleh sebab itu, baiklah kamupun tinggal di sini
pada malam ini, supaya aku tahu, apakah pula yang akan difirmankan TUHAN
kepadaku.’ (20) Datanglah Allah kepada Bileam pada waktu malam serta
berfirman kepadanya: ‘Jikalau orang-orang itu memang sudah datang untuk
memanggil engkau, bangunlah, pergilah bersama-sama dengan mereka, tetapi hanya
apa yang akan Kufirmankan kepadamu harus kaulakukan.’ (21) Lalu bangunlah Bileam
pada waktu pagi, dipelanainyalah keledainya yang betina, dan pergi bersama-sama
dengan pemuka-pemuka Moab. (22a) Tetapi bangkitlah murka Allah ketika ia
pergi,”
IV) Panggilan / permintaan
Balak yang kedua (ay 15-17).
Dalam pelajaran
yang lalu kita sudah melihat 2 hal:
1)
Firman Tuhan dari Tuhan kepada Bileam, oleh Bileam dikurangi
pada waktu ia menyampaikannya kepada para utusan
Balak, dan dikurangi lagi oleh para utusan itu pada waktu mereka
menyampaikannya kepada Balak. Tentang hal itu perhatikan 2 komentar di bawah
ini.
Matthew Henry: “The messengers are not
faithful in returning Balaam’s answer to Balak. All the account they give of it
is, Balaam refuseth to come with us (v. 14), intimating that he only wanted
more courtship and higher proffers; but they are not willing Balak should know
that God had signified his disallowance of the attempt” [= Utusan-utusan itu
tidak setia dalam menyampaikan jawaban Bileam kepada Balak. Seluruh cerita yang
mereka berikan tentangnya adalah, ‘Bileam menolak untuk datang dengan kami’
(ay 14), yang mengisyaratkan bahwa ia hanya
menginginkan pengenalan yang lebih dekat dan tawaran yang lebih tinggi; tetapi
para utusan itu tidak mau Balak tahu bahwa Allah telah memberitahukan
penolakanNya tentang usaha tersebut].
Adam Clarke: “‘Balaam refuseth to come
with us.’ ‘Observe,’ says Mr. Ainsworth, ‘Satan’s practice against God’s word,
seeking to lessen the same, and that from hand to hand, till he bring it to naught. Balaam told the princes less than God told
him, and they relate to Balak less than Balaam told them; so that when the
answer came to the king of Moab, it was not the word of God, but the word of
man; it was simply, Balaam refuseth to come, without ever intimating that God
had forbidden him.’” (= ‘Bileam menolak datang bersama-sama dengan kami’.
‘Perhatikanlah’, kata Ainsworth, ‘Praktek setan terhadap Firman Allah, berusaha
menguranginya, dan itu ia lakukan dari tangan ke tangan / orang ke orang,
sampai ia membawanya menjadi nol. Bileam memberitahu pangeran-pangeran itu
kurang dari yang Allah beritahukan kepadanya, dan mereka menceritakannya kepada
Balak lebih sedikit lagi dari yang Bileam beritahukan kepada mereka; sehingga
pada waktu jawaban itu sampai kepada raja Moab itu, itu bukan lagi firman
Allah, tetapi kata-kata manusia; itu hanya berbunyi, Bileam menolak untuk
datang, tanpa pernah mengisyaratkan bahwa Allah telah melarangnya.’).
a) Penyampaian
firman dari Allah kepada Bileam.
Ay 12: “Lalu berfirmanlah Allah
kepada Bileam: ‘Janganlah engkau pergi bersama-sama dengan mereka, janganlah
engkau mengutuk bangsa itu, sebab mereka telah diberkati.’”.
b) Penyampaian pesan
Allah dari Bileam kepada para utusan.
Ay 13: “Bangunlah Bileam pada
waktu pagi, lalu berkata kepada pemuka-pemuka Balak: ‘Pulanglah ke negerimu,
sebab TUHAN tidak mengizinkan aku pergi bersama-sama dengan kamu.’”.
Catatan: bagian yang
saya garis-bawahi dalam ay 12 di atas, sama sekali
tidak disampaikan. Juga, kalau dalam ay 12 Tuhan ‘jelas melarang’, maka dalam
ay 13 Bileam hanya mengatakan ‘Tuhan tidak mengijinkan’. Ini merupakan tindakan melunakkan firman yang tidak pada tempatnya.
c) Penyampaian para
utusan kepada raja Balak.
Ay 14: “Lalu berangkatlah
pemuka-pemuka Moab itu dan setelah mereka sampai kepada Balak, berkatalah
mereka: ‘Bileam menolak datang bersama-sama dengan kami.’”.
Catatan: sekalipun para
utusan mengatakan Bileam menolak, tetapi mereka tak mengatakan bahwa Tuhan
yang melarang / tidak mengijinkan, sehingga Bileam menolak.
2)
Bileam memang mengatakan ‘Tidak’, tetapi jelas terkandung kata
‘Ya’ di dalamnya.
Rupanya kedua hal
ini menyebabkan Balak tidak putus asa dalam usahanya untuk memanggil Bileam,
dan ia lalu mengirim utusan kedua yang lebih banyak
dan lebih terhormat.
Ay 15-17: “(15) Tetapi Balak
mengutus pula pemuka-pemuka lebih banyak dan lebih terhormat dari yang pertama.
(16) Setelah mereka sampai kepada Bileam, berkatalah mereka kepadanya:
‘Beginilah kata Balak bin Zipor: Janganlah biarkan dirimu terhalang-halang untuk
datang kepadaku, (17) sebab aku akan memberi upahmu
sangat banyak, dan apapun yang kauminta dari padaku, aku akan mengabulkannya. Datanglah, dan serapahlah bangsa itu bagiku.’”.
Ada 2 hal yang
perlu diperhatikan:
1.
Ketekunan Balak dalam mengusahakan kejahatan.
Matthew Henry: “We have here a second
embassy sent to Balaam, to fetch him over to curse Israel. It were well for us
if we were as earnest and constant in prosecuting a good work, notwithstanding
disappointments, as Balak was in pursuing this ill design. The enemies of the
church are restless and unwearied in their attempts against it” (= Di sini kita mendapati
utusan kedua dikirim kepada Bileam, untuk menjemputnya untuk mengutuk Israel.
Adalah bagus bagi kita jika kita sama sungguh-sungguhnya
dan konstannya dalam melaksanakan suatu perbuatan baik, meskipun ada
kekecewaan-kekecewaan, seperti Balak dalam mengejar rancangan jahat ini. Musuh-musuh gereja tak bisa berhenti dan tak bosan-bosannya dalam
usaha mereka menentang gereja).
2.
Pencobaan yang lebih hebat.
Matthew Henry: “The temptation Balak laid before Balaam. He contrived to make this assault more
vigorous than the former. It is very probable that he sent double money in the
hands of his messengers; but, besides that, now he tempted him with honours,
laid a bait not only for his covetousness, but for his
pride and ambition. How earnestly should we beg of God daily to mortify in us
these two limbs of the old man! Those that know how to look with a holy
contempt upon worldly wealth and preferment will find it not so hard a matter
as most men do to keep a good conscience” (= Pencobaan yang
diletakkan oleh Balak di hadapan Bileam. Ia
merencanakan untuk membuat serangan ini lebih hebat dari yang terdahulu. Adalah
sangat mungkin bahwa ia mengirimkan uang dua kali
lipat dalam tangan dari utusan-utusannya; tetapi disamping itu, sekarang ia
mencobainya dengan kehormatan, memberi umpan bukan hanya bagi ketamakannya,
tetapi juga bagi kesombongan dan ambisinya. Alangkah sungguh-sungguhnya kita
harus meminta kepada Allah setiap hari untuk mematikan dalam diri kita kedua
anggota badan dari manusia lama ini! Mereka yang tahu bagaimana melihat dengan
kejijikan yang kudus pada kekayaan dan pangkat yang lebih tinggi secara duniawi
akan mendapati bahwa itu bukan hal yang terlalu sukar
untuk menjaga hati nurani yang baik seperti kebanyakan orang).
V)
Sikap Bileam terhadap panggilan kedua (ay 18-19).
1)
Kata-kata dan sikap Bileam terhadap utusan kedua dari Balak.
Ay 18-19: “(18) Tetapi Bileam
menjawab kepada pegawai-pegawai Balak: ‘Sekalipun Balak memberikan kepadaku
emas dan perak seistana penuh, aku tidak akan sanggup berbuat sesuatu, yang
kecil atau yang besar, yang melanggar titah TUHAN, Allahku. (19)
Oleh sebab itu, baiklah kamupun tinggal di sini pada malam ini, supaya aku
tahu, apakah pula yang akan difirmankan TUHAN kepadaku.’”.
a) Orang brengsek
sering mengeluarkan kata-kata yang kelihatan indah / saleh, yang sebetulnya
hanya merupakan ‘sandiwara’.
The Bible
Illustrator (OT): “How often has it happened that those who make the loudest
profession of their virtue, and of their love to the cause of God, are the
first to succumb to covetousness or other besetting sin” (= Alangkah sering
terjadi bahwa mereka yang membuat pengakuan yang paling keras tentang sifat
baik mereka, dan tentang kasih mereka pada perkara Allah, adalah yang
pertama-tama mengalah pada godaan ketamakan dan dosa-dosa lain yang menyerang).
The Bible
Exposition Commentary (OT): “In light of the fact that Balaam even considered the new offer,
his speech in verse 18 is just so much pious talk. With his lips, he professed
to obey the Lord, but in his heart he coveted the money and hoped God would
change His mind” (= Dalam terang dari fakta bahwa Bileam bahkan mempertimbangkan
tawaran yang baru itu, ucapan / pidatonya dalam ay 18 hanyalah suatu kata-kata
saleh. Dengan bibirnya, ia mengaku mentaati Tuhan,
tetapi dalam hatinya ia menginginkan uang itu dan berharap Allah akan mengubah
pikiranNya).
Matthew Henry: “Balaam’s seeming
resistance of, but real yielding to, this temptation. We may here discern in
Balaam a struggle between his convictions and his corruptions” (= Bileam kelihatannya
menolak, tetapi sebetulnya tunduk / menyerah pada, pencobaan ini. Di sini kita bisa melihat dalam diri Bileam suatu pergumulan antara
keyakinannya dan kejahatannya).
Matthew Henry: “His convictions charged
him to adhere to the command of God, and he spoke their language, v. 18. Nor
could any man have said better: ‘If Balak would give me his house full of
silver and gold, and that is more than he can give or I can ask, I cannot go
beyond the word of the Lord my
God.’ See how honourably he speaks of God; he is Jehovah, my God. Note, Many
call God theirs that are not his, ... See how respectfully he speaks of the
word of God, as one resolved to stick to it, and in nothing to vary from it,
and how slightly of the wealth of this world, as if gold and silver were
nothing to him in comparison with the favour of God; and yet, at the same time,
the searcher of hearts knew that he loved the wages of unrighteousness. Note,
It is an easy thing for bad men to speak very good words, and with their mouth
to make a show of piety” (= Keyakinannya menyuruhnya untuk taat pada perintah Allah, dan
ia berbicara sesuai dengannya, ay 18. Tidak ada
orang yang bisa mengatakannya dengan lebih baik: ‘Sekalipun Balak memberikan
kepadaku emas dan perak seistana penuh, dan itu lebih dari apa yang bisa ia
berikan atau yang bisa aku minta, aku tidak akan sanggup berbuat sesuatu, yang
melampaui / melanggar firman TUHAN, Allahku’. Lihatlah betapa dengan hormatnya ia berbicara tentang Allah; Ia adalah YEHOVAH, Allahku.
Perhatikan, Banyak orang menyebut Allah sebagai Allah mereka padahal mereka
bukan milikNya, ... Lihat betapa dengan hormatnya ia berbicara tentang firman
Allah, sebagai seseorang yang telah memutuskan untuk melekat padanya, dan dalam
hal apapun tidak mau berbeda darinya, dan betapa ia berbicara secara meremehkan
tentang kekayaan dunia ini, seakan-akan emas dan perak sama sekali tidak
berarti baginya dibandingkan dengan perkenan Allah; tetapi pada saat yang sama,
sang Pemeriksa hati tahu bahwa ia mencintai upah ketidak-benaran / kejahatan. Perhatikanlah, Merupakan sesuatu yang mudah bagi orang-orang jahat
untuk mengatakan kata-kata yang sangat bagus, dan dengan mulut mereka membuat
pertunjukkan kesalehan).
b) Kalau
diperhatikan dengan teliti, maka terlihat bahwa sebetulnya kata-kata Bileam
saling bertentangan.
The Bible
Illustrator (OT): “A brave speech, certainly! Yes, no doubt it was true that
Balaam felt that even for a house full of silver and gold he could not go
beyond the word of the Lord. But, in the first place, why protest so much
concerning silver and gold? Balak’s message had not mentioned silver and gold -
it spoke specially of honour. Surely it must have been because the mind of
Balaam was so much preoccupied with thoughts of silver and gold that he thus
spake; answering himself rather than others” (= Ini pasti merupakan
suatu ucapan / pidato yang berani! Ya, tak diragukan bahwa merupakan sesuatu
yang benar bahwa Bileam merasa bahwa bahkan untuk sebuah rumah penuh dengan
perak dan emas ia tidak bisa bertindak melampaui
firman Tuhan. Tetapi pertama, mengapa ia memprotes
begitu banyak tentang perak dan emas? Pesan Balak tidak
menyebutkan perak dan emas - pesannya berbicara khususnya tentang kehormatan.
Pasti itu disebabkan karena pikiran Bileam begitu dipenuhi dengan
pikiran-pikiran tentang perak dan emas sehingga ia
berbicara seperti itu; cocok dengan dirinya sendiri lebih dari pada orang-orang
lain).
Matthew Henry: “it appears (v. 19) that
he had a strong inclination to accept the proffer; for he would further attend,
to know what God would say to him, hoping that he might alter his mind and give
him leave to go. This was a vile reflection upon God Almighty, as if he could
change his mind, and now at last suffer those to be cursed whom he had
pronounced blessed, and as if he would be brought to allow what he had already
declared to be evil. Surely he thought God altogether such a one as himself. He
had already been told what the will of God was, in which he ought to have
acquiesced, and not to have desired a re-hearing of that cause which was
already so plainly determined. Note, It is a very great affront to God, and a
certain evidence of the dominion of corruption in the heart, to beg leave to
sin”
[= kelihatannya (ay 19) ia mempunyai kecenderungan yang kuat untuk menerima
tawaran itu; karena ia akan mendengar lebih jauh, untuk mengetahui apa yang
akan Allah katakan kepadanya, dengan berharap bahwa Ia bisa mengubah
pikiranNya, dan akhirnya mengijinkan mereka yang telah Ia berkati untuk
dikutuk, dan seakan-akan Ia akan mengijinkan apa yang telah Ia nyatakan sebagai
kejahatan. Jelas ia berpikir bahwa Allah itu adalah
seseorang yang sepenuhnya seperti dirinya sendiri. Ia telah diberitahu apa kehendak Allah, dalam mana ia seharusnya telah
menyetujuinya tanpa membantah, dan tidak menginginkan untuk mendengar ulang
perkara itu yang sudah dengan begitu jelas ditetapkan. Perhatikan, Merupakan
suatu penghinaan kepada Allah, dan suatu bukti yang jelas / pasti tentang
berkuasanya kejahatan dalam hati, untuk meminta ijin untuk berbuat dosa].
c) ‘Penolakan
Bileam’ lagi-lagi bernada terlalu lemah.
The Bible
Illustrator (OT): “why does Balaam say, ‘I cannot go beyond the word of the
Lord’? Why does he not roundly say, ‘I will not go beyond the word of
the Lord’? As it is he only speaks of inability; he does not mention such a
thing as personal disinclination” (= mengapa Bileam berkata: ‘Aku tidak
bisa bertindak melampaui firman Tuhan’? Mengapa ia
tidak berkata dengan bersemangat: ‘Aku tidak mau bertindak melampaui
firman Tuhan’? Seakan-akan ia hanya berbicara tentang
ketidak-mampuan; ia tidak menyebutkan apapun tentang keseganan pribadi).
Matthew Henry: “His corruptions at the
same time strongly inclined him to go contrary to the command. He seemed to
refuse the temptation, v. 18. But even then he expressed no abhorrence of it,
as Christ did when he had the kingdoms of the world offered him (Get thee hence Satan), and as Peter did when Simon
Magus offered him money: ‘Thy money perish with thee.’” [= Pada saat yang sama kejahatannya dengan kuat mencenderungkan dia untuk
bertindak bertentangan dengan perintah Allah. Ia kelihatannya menolak
pencobaan, ay 18. Tetapi bahkan pada saat itu ia tidak menyatakan kejijikannya
terhadap hal itu, seperti yang Kristus lakukan pada waktu kerajaan-kerajaan
dunia ditawarkan kepadaNya (‘Enyahlah, Iblis’), dan seperti yang Petrus lakukan
pada saat Simon tukang sihir menawarkan uang kepadanya: ‘Binasalah kiranya
uangmu itu bersama dengan engkau’].
d) Orang yang
bersikap seperti Bileam adalah murid Bileam.
Calvin: “It is plain, therefore,
that all those are disciples of Balaam, who try the indulgence of God, that He
may at length permit them to attempt what He has once refused” (= Karena itu, adalah
jelas, bahwa semua mereka merupakan murid-murid Bileam, yang berusaha supaya
Allah menuruti keinginannya, sehingga Ia akhirnya bisa mengijinkan mereka untuk
mengusahakan apa yang tadinya telah Ia tolak) - hal 192.
VI) Tuhan mengijinkan Bileam
pergi (ay 20-22a).
1)
Tuhan ‘mengijinkan’ Bileam pergi dengan para utusan Balak.
Ay 20: “Datanglah Allah kepada
Bileam pada waktu malam serta berfirman kepadanya: ‘Jikalau orang-orang itu
memang sudah datang untuk memanggil engkau, bangunlah, pergilah bersama-sama
dengan mereka, tetapi hanya apa yang akan Kufirmankan kepadamu harus
kaulakukan.’”.
Matthew Henry: “The permission God gave
him to go, v. 20. God came to him, probably by an anger, and told him he
might, if he pleased, go with Balak’s messengers. So
he gave him up to his own heart’s lust. ‘Since thou hast such a mind to go,
even go, yet know that the journey thou undertakest shall not be for thy
honour; for, though thou hast leave to go, thou shalt not, as thou hopest, have
leave to curse, for the word which I shall say unto thee, that thou shalt do.’
Note, God has wicked men in a chain; hitherto they shall come by his
permission, but no further than he does permit them. ... It was in anger
that God said to Balaam, ‘Go with them,’ and we have reason to think that
Balaam himself so understood it, for we do not find him pleading this allowance
when God reproved him for going. Note, As God
sometimes denies the prayers of his people in love, so sometimes he grants the
desires of the wicked in wrath” [= Allah mengijinkan ia untuk pergi, ay 20. Allah datang
kepadanya, mungkin oleh suatu kemarahan, dan memberitahunya bahwa ia boleh, jika ia ingin, pergi dengan utusan-utusan Balak.
Demikianlah Ia menyerahkan dia pada nafsu hatinya
sendiri. ‘Karena engkau mempunyai pikiran untuk pergi, pergilah, tetapi
ketahuilah bahwa perjalanan yang engkau lakukan tidak akan menjadi
kehormatanmu; karena sekalipun engkau mendapat ijin untuk pergi, engkau tidak
akan, seperti yang engkau harapkan, mendapat ijin untuk mengutuk, karena firman
yang Aku akan katakan kepadamu, itulah yang akan engkau lakukan’. Perhatikan,
Allah merantai orang-orang jahat; sampai di sini mereka akan
datang oleh ijinNya, tetapi tidak lebih jauh dari yang Ia ijinkan. ... Adalah dalam
kemurkaan Allah berkata kepada Bileam, ‘Pergilah dengan mereka’, dan kita
mempunyai alasan untuk berpikir bahwa Bileam sendiri mengertinya seperti itu,
karena kita tidak mendapati ia mengadakan pembelaan pada waktu Allah
memarahinya karena kepergiannya (mungkin Matthew Henry memaksudkan ay 31-35). Perhatikan, sebagaimana
Allah kadang-kadang menolak doa-doa dari umatNya dalam kasih, demikianlah Ia kadang-kadang mengabulkan keinginan-keinginan dari orang
jahat dalam kemurkaan].
Jadi, ‘ijin’
seperti ini tidak terlalu berbeda dengan:
a) ‘Ijin’ yang Allah
berikan bagi bangsa Israel untuk mempunyai seorang raja.
1Sam 8:6-9 - “(6) Waktu mereka berkata:
‘Berikanlah kepada kami seorang raja untuk memerintah kami,’ perkataan itu
mengesalkan Samuel, maka berdoalah Samuel kepada TUHAN. (7) TUHAN berfirman
kepada Samuel: ‘Dengarkanlah perkataan bangsa itu dalam segala hal yang
dikatakan mereka kepadamu, sebab bukan engkau yang mereka tolak, tetapi
Akulah yang mereka tolak, supaya jangan Aku menjadi raja atas mereka. (8) Tepat
seperti yang dilakukan mereka kepadaKu sejak hari Aku menuntun mereka keluar
dari Mesir sampai hari ini, yakni meninggalkan Daku dan beribadah kepada allah lain, demikianlah juga dilakukan mereka kepadamu. (9) Oleh sebab itu dengarkanlah permintaan mereka, hanya
peringatkanlah mereka dengan sungguh-sungguh dan beritahukanlah kepada mereka
apa yang menjadi hak raja yang akan memerintah mereka.’”.
Lalu dalam 1Sam
8:10-18 Samuel memperingatkan bangsa itu apa ruginya
kalau mempunyai seorang raja. Lalu apa yang terjadi
selanjutnya?
1Sam 8:19-22 - “(19) Tetapi bangsa itu
menolak mendengarkan perkataan Samuel dan mereka berkata: ‘Tidak, harus ada
raja atas kami; (20) maka kamipun akan sama seperti
segala bangsa-bangsa lain; raja kami akan menghakimi kami dan memimpin kami
dalam perang.’ (21) Samuel mendengar segala perkataan bangsa itu, dan
menyampaikannya kepada TUHAN. (22) TUHAN berfirman kepada Samuel:
‘Dengarkanlah permintaan mereka dan angkatlah seorang raja bagi mereka.’
Kemudian berkatalah Samuel kepada orang-orang Israel itu: ‘Pergilah,
masing-masing ke kotanya.’”.
Bdk.
Hos 13:11 - “Aku memberikan engkau seorang raja dalam murkaKu dan
mengambilnya dalam gemasKu”.
b) ‘Ijin’ yang Yesus
berikan kepada Yudas Iskariot dalam Yoh 13:27b - “Maka Yesus berkata
kepadanya: ‘Apa yang hendak kauperbuat, perbuatlah dengan segera.’”.
Catatan: sebagai
perbandingan, kalau dalam kata-kata ‘tidak’ dari Bileam kepada para utusan
Balak terkandung kata ’ya’, maka sebaliknya dalam kata-kata Tuhan ‘ya’ sekarang
ini kepada Bileam, terkandung kata ‘tidak’, atau bahkan sebetulnya berarti
‘tidak’. Bukan berarti bahwa Allah berbicara secara munafik, tetapi
maksudnya Ia mengijinkan, dengan tujuan untuk
menghajar!
Calvin: “If we more closely
consider the desire of Balaam, it was that God should belie Himself. ... God,
therefore, ironically permits what He had before forbidden. ... had not his ungodly covetousness blinded Balaam, the meaning
of this ironical permission was not difficult to be understood” (= Jika kita
mempertimbangkan dengan lebih dekat keinginan Bileam, itu adalah supaya Allah
mengingkari diriNya sendiri. ... Karena itu, Allah secara ironis mengijinkan apa yang tadinya telah Ia larang. ... seandainya
ketamakannya yang jahat tidak membutakan Bileam, arti dari ijin yang bersifat
ironis ini tidak sukar untuk dimengerti) - hal 192.
The Bible
Illustrator (OT): “There is no greater danger than for God to answer a man
according to the desires of his own heart; ... But yet in this case God does
not give us up altogether. As when Israel asked for a king, He gave indeed what
they desired - but He expostulated, He warned, He sent them a token of His
displeasure. So will He show us by His Providence that He is displeased with
us; in the way that we go, His angel with the sword in his hand will meet us,
i.e., some calamity, some accident, some grief, is sure to cross our way to
remind us from God that the way that we are going is not the way of holiness or
of peace. And these are all calls from God, not at all the less so because when
a man’s eyes are blinded with worldly business and covetousness he does not see
them to be such” (= Tidak ada bahaya yang lebih besar dari pada kalau Allah
menjawab seseorang sesuai dengan keinginan-keinginan dari hatinya sendiri; ...
Tetapi dalam kasus inipun Allah tidak menyerahkan kita sama sekali /
sepenuhnya. Seperti pada waktu Israel meminta seorang raja, Ia
memang memberikan apa yang mereka inginkan - tetapi Ia berargumentasi dengan
sungguh-sungguh, Ia memperingati, Ia mengirim kepada mereka tanda
ketidak-senanganNya. Demikianlah Ia akan menunjukkan kita oleh ProvidensiaNya
bahwa Ia tidak berkenan kepada kita; dalam jalan dimana kita pergi, malaikatNya
dengan pedang di tangannya akan menjumpai kita, yaitu suatu bencana,
kecelakaan, kesedihan, pasti melewati jalan kita untuk mengingatkan kita dari
Allah bahwa jalan yang sedang kita lalui bukanlah jalan kekudusan atau damai.
Dan hal-hal ini merupakan panggilan-panggilan dari Allah, sama
sekali tidak kurang dari itu sekalipun mata manusia dibutakan oleh kesibukan
duniawi dan ketamakan sehingga ia tidak melihatnya sebagai panggilan-panggilan
dari Allah).
Contoh: dalam kasus
Yunus, sekalipun memang tak pernah ada ‘ijin’ dari Allah, tetapi kelihatannya
ada jalan terbuka. Tetapi pada waktu Yunus nekad melewatinya, ia dihajar habis-habisan!
2)
Bileam pergi dengan para utusan Balak, tetapi itu ternyata
membuat Tuhan marah!
Ay 21: “Lalu bangunlah Bileam
pada waktu pagi, dipelanainyalah keledainya yang betina, dan pergi bersama-sama
dengan pemuka-pemuka Moab”.
Tetapi
hal itu ternyata membuat Tuhan murka.
Ay 22a: “Tetapi bangkitlah murka
Allah ketika ia pergi”.
Mengapa?
Keil &
Delitzsch: “The apparent contradiction in His first of all prohibiting
Balaam from going (v. 12), then permitting it (v. 20), and then again, when
Balaam set out in consequence of this permission, burning with anger against
him (v. 22), does not indicate any variableness in the counsels of God, but
vanishes at once when we take into account the pedagogical purpose of the
divine consent” [= Hal yang kelihatannya kontradiksi pada waktu Ia pertama-tama
melarang Bileam untuk pergi (ay 12), dan lalu mengijinkannya (ay 20), dan lalu
lagi, pada waktu Bileam berangkat sebagai konsekwensi dari ijin ini, murkaNya
menyala-nyala terhadap dia (ay 22), tidak menunjukkan perubahan apapun dalam
rencana Allah, tetapi segera hilang pada waktu kita memperhatikan tujuan
pendidikan dari ijin ilahi].
Di
atas telah kita lihat bahwa Allah memang memberi ‘ijin’ dalam kemurkaan. Tetapi beberapa
penafsir mengatakan bahwa ada sebab lain yang
menyebabkan kemurkaan Allah, pada saat Bileam pergi.
Matthew Henry: “God gave him leave to go
if the men called him, but he was so fond of the journey that we do not find he
staid for their calling him, but he himself rose up in the morning, got every
thing ready with all speed, and went with the princes of Moab, who were proud
enough that they had carried their point. The apostle describes Balaam’s sin
here to be that he ran greedily into an error for reward, Jude 11. The
love of money is the root of all evil” [= Allah memberinya ijin untuk pergi jika orang-orang
itu memanggilnya (ay 20), tetapi ia begitu senang dengan perjalanan itu sehingga kita
tidak menemukan bahwa ia tinggal tenang sampai mereka memanggilnya, tetapi ia
sendiri bangkit di bagi hari, mempersiapkan segala sesuatu dengan secepatnya,
dan pergi bersama dengan pangeran-pangeran Moab, yang cukup bangga karena
mereka telah memenangkan maksud mereka. Sang rasul menggambarkan dosa Bileam di
sini sebagai ia berlari dengan tamak ke
dalam kesalahan untuk upah, Yudas 11. Cinta uang adalah akar
segala kejahatan (1Tim 6:10)].
Ay 20: “Datanglah Allah kepada
Bileam pada waktu malam serta berfirman kepadanya: ‘Jikalau orang-orang itu
memang sudah datang untuk memanggil engkau, bangunlah, pergilah
bersama-sama dengan mereka, tetapi hanya apa yang akan Kufirmankan kepadamu
harus kaulakukan.’”.
KJV: ‘And God
came unto Balaam at night, and said unto him, If the men come to call thee,
rise up, and go with them; but yet the word which I shall say unto thee, that
shalt thou do’ (= Dan Allah datang kepada Bileam pada malam, dan berkata
kepadanya, Jika orang-orang itu datang untuk memanggilmu, bangunlah, dan
pergilah dengan mereka; tetapi kata-kata yang akan Aku katakan kepadamu, itulah
yang harus engkau lakukan).
Yudas 11 - “Celakalah mereka, karena
mereka mengikuti jalan yang ditempuh Kain dan karena mereka, oleh sebab
upah, menceburkan diri ke dalam kesesatan Bileam, dan mereka binasa karena
kedurhakaan seperti Korah”.
KJV: ‘Woe unto
them! for they have gone in the way of Cain, and
ran greedily after the error of Balaam for reward, and perished in the
gainsaying of Core’ (= Celakalah mereka! karena mereka telah mengikuti
jalan Kain, dan berlari dengan tamak menuruti kesalahan Bileam demi upah,
dan binasa dalam penyangkalan Korah).
The Bible
Exposition Commentary (OT): “God came to Balaam and instructed him to go with the princes
only if they came to call him the next morning (v. 20). The Lord cautioned
Balaam, ‘Do only what I tell you.’ But the next morning, Balaam didn’t wait for
the men to come to him; he saddled his donkey and went to the place where the
delegation was camped, determined to do his own will. This determination, along
with the covetousness in Balaam’s heart, made the Lord angry” [= Allah datang kepada
Bileam dan menginstruksikan dia untuk pergi bersama pangeran-pangeran itu hanya
jika mereka datang untuk memanggilnya pada pagi berikutnya (ay 20). Tuhan
memperingatkan Bileam, ‘Lakukan hanya apa yang Aku beritahu kepadamu’. Tetapi
pagi berikutnya, Bileam tidak menunggu sampai orang-orang itu datang kepadanya;
ia memasang pelana keledainya dan pergi ke tempat
dimana utusan-utusan itu berkemah, memutuskan untuk melakukan kehendaknya
sendiri. Keputusan ini, bersama-sama dengan ketamakan dalam hati Bileam,
membuat Tuhan marah].
Karena itu, yang
paling benar dan aman, adalah langsung mentaati, tanpa menawar, pada saat kita
mengetahui kehendak Allah bagi kita.
Calvin: “wherefore, nothing is
better than, in pure and simple teachableness, to inquire what He would have us
do, that we may instantly succumb, nor try to alter a word or a syllable as
soon as He shall have deigned to open His holy mouth to instruct us. For to
call in question what has been decided by Him, what is it but to compel Him by
our importunity to bend Himself to our wishes?” (= karena itu, tak ada
yang lebih baik dari, dalam keadaan bisa diajar yang murni dan sederhana, untuk
bertanya apa yang Allah inginkan untuk kita lakukan, supaya kita bisa segera
tunduk, dan tidak berusaha untuk mengubah suatu kata atau suku kata, begitu Ia
berkenan membuka mulutNya yang kudus untuk mengajar kita. Karena mempertanyakan
apa yang telah Ia tentukan, apakah itu selain memaksa
Dia oleh desakan kita untuk membengkokkan diriNya sendiri pada keinginan kita?) - hal 192-193.
Maukah saudara taat pada Firman Tuhan secara langsung, dan tanpa
menawar?
-o0o-