Eksposisi Bileam
oleh: Pdt. Budi Asali, MDiv.
Bileam (5)
Bilangan 22:22-35
Bil 22:22-35 - “(22) Tetapi bangkitlah murka Allah ketika ia
pergi, dan berdirilah Malaikat TUHAN di jalan sebagai lawannya. Bileam mengendarai keledainya yang betina dan dua orang bujangnya
ada bersama-sama dengan dia. (23) Ketika keledai itu melihat Malaikat TUHAN
berdiri di jalan, dengan pedang terhunus di tanganNya, menyimpanglah keledai
itu dari jalan dan masuk ke ladang. Maka Bileam
memukul keledai itu untuk memalingkannya kembali ke jalan. (24) Kemudian
pergilah Malaikat TUHAN berdiri pada jalan yang sempit di antara kebun-kebun
anggur dengan tembok sebelah-menyebelah. (25) Ketika keledai itu melihat
Malaikat TUHAN, ditekankannyalah dirinya kepada tembok, sehingga kaki Bileam
terhimpit kepada tembok. Maka ia memukulnya pula. (26)
Berjalanlah pula Malaikat TUHAN terus dan berdirilah Ia
pada suatu tempat yang sempit, yang tidak ada jalan untuk menyimpang ke kanan
atau ke kiri. (27) Melihat Malaikat TUHAN meniaraplah keledai
itu dengan Bileam masih di atasnya. Maka bangkitlah amarah Bileam, lalu
dipukulnyalah keledai itu dengan tongkat. (28) Ketika itu TUHAN membuka mulut
keledai itu, sehingga ia berkata kepada Bileam:
‘Apakah yang kulakukan kepadamu, sampai engkau memukul aku tiga kali?’ (29)
Jawab Bileam kepada keledai itu: ‘Karena engkau mempermain-mainkan aku;
seandainya ada pedang di tanganku, tentulah engkau kubunuh sekarang.’ (30)
Tetapi keledai itu berkata kepada Bileam: ‘Bukankah aku ini keledaimu yang
kautunggangi selama hidupmu sampai sekarang? Pernahkah aku
berbuat demikian kepadamu?’ Jawabnya: ‘Tidak.’ (31) Kemudian TUHAN
menyingkapkan mata Bileam; dilihatnyalah Malaikat TUHAN dengan pedang terhunus
di tanganNya berdiri di jalan, lalu berlututlah ia dan
sujud. (32) Berfirmanlah Malaikat TUHAN kepadanya: ‘Apakah sebabnya engkau
memukul keledaimu sampai tiga kali? Lihat, Aku keluar sebagai lawanmu, sebab
jalan ini pada pemandanganKu menuju kepada kebinasaan. (33)
Ketika keledai ini melihat Aku, telah tiga kali ia menyimpang dari hadapanKu;
jika ia tidak menyimpang dari hadapanKu, tentulah engkau yang Kubunuh pada
waktu itu juga dan dia Kubiarkan hidup.’ (34) Lalu berkatalah Bileam
kepada Malaikat TUHAN: ‘Aku telah berdosa, karena aku tidak mengetahui, bahwa
Engkau ini berdiri di jalan menentang aku. Maka sekarang, jika hal itu jahat di
mataMu, aku mau pulang.’ (35) Tetapi Malaikat TUHAN berfirman kepada Bileam:
‘Pergilah bersama-sama dengan orang-orang itu, tetapi hanyalah perkataan yang
akan Kukatakan kepadamu harus kaukatakan.’ Sesudah itu
pergilah Bileam bersama-sama dengan pemuka-pemuka Balak itu”.
VII) Bileam, Keledainya, dan
Malaikat Tuhan (ay 22-35).
1)
Dari mana Musa mendapat cerita tentang Bileam, keledainya dan
Malaikat TUHAN?
Barnes’ Notes
(tentang ay 28): “The account was perhaps given by Balaam to the Israelites after
his capture in the war against Midian. Compare Num. 31:8. That which is here
recorded was apparently perceived by him alone among human witnesses” (= ‘TUHAN membuka mulut
keledai itu’. Cerita ini mungkin diberikan oleh Bileam kepada
orang-orang Israel setelah penangkapannya dalam perang melawan Midian. Bandingkan dengan Bil 31:8. Apa
yang dicatat di sini rupanya dilihat olehnya saja di antara saksi-saksi
manusia).
2)
Malaikat TUHAN berdiri di jalan Bileam sebagai lawannya.
Ay 21-22: “(21) Lalu bangunlah
Bileam pada waktu pagi, dipelanainyalah keledainya yang betina, dan pergi
bersama-sama dengan pemuka-pemuka Moab. (22) Tetapi
bangkitlah murka Allah ketika ia pergi, dan berdirilah Malaikat TUHAN di
jalan sebagai lawannya”.
a) Malaikat TUHAN.
Bible Knowledge
Commentary: “The Angel of the Lord was a manifestation of the presence of
the LORD Himself, that is, He was a theophany. This is clear from the fact that
He frequently was equated with Deity and that He was offered and accepted
worship, something absolutely forbidden to ordinary angels (see comments on Gen
16:7; and cf. Gen 18:1-2; 22:14-18; Ex 3:1-6; Josh 5:13-15; Judg 6:20-22;
13:17-23; etc.)” [= Malaikat TUHAN adalah manifestasi dari kehadiran TUHAN
sendiri, artinya, Ia adalah suatu THEOPHANY. Ini
adalah jelas dari fakta bahwa Ia berulang-ulang
disamakan dengan Allah dan bahwa Ia diberi dan menerima penyembahan, sesuatu
yang secara mutlak dilarang bagi malaikat-malaikat biasa].
Catatan: kata THEOPHANY
berasal dari 2 kata Yunani yaitu THEOS (= God / Allah) + PHAINESTHAI (= to
appear / menampakkan).
Jamieson, Fausset
& Brown: “‘The angel of the Lord’ is the old formula for the covenant God
of Israel (see the note at Gen. 16:7), which occurs in this narrative not less
than nine times, interchanged with ‘the Lord’ twice” [= ‘Malaikat TUHAN’
adalah suatu pernyataan kuno untuk Allah perjanjian dari Israel (lihat catatan
tentang Kej 16:7), yang muncul dalam cerita ini tidak kurang dari 9 x,
dibolak-balik dengan ‘Tuhan’ 2 x].
Catatan: seharusnya
istilah ‘Malaikat TUHAN’ muncul bukan 9 x tetapi 10 x (ay
22,23,24,25,26,27,31,32,34,35). Istilah ‘Yahweh’ (TUHAN) muncul 2 x, yaitu
dalam ay 28,31.
Bil 22:21-35
- “(21)
Lalu bangunlah Bileam pada waktu pagi, dipelanainyalah keledainya yang betina,
dan pergi bersama-sama dengan pemuka-pemuka Moab. (22) Tetapi bangkitlah
murka Allah ketika ia pergi, dan berdirilah Malaikat
TUHAN di jalan sebagai lawannya. Bileam mengendarai keledainya yang betina
dan dua orang bujangnya ada bersama-sama dengan dia. (23) Ketika keledai itu
melihat Malaikat TUHAN berdiri di jalan, dengan pedang terhunus di tanganNya,
menyimpanglah keledai itu dari jalan dan masuk ke ladang. Maka
Bileam memukul keledai itu untuk memalingkannya kembali ke jalan. (24)
Kemudian pergilah Malaikat TUHAN berdiri pada jalan yang sempit di
antara kebun-kebun anggur dengan tembok sebelah-menyebelah. (25) Ketika keledai
itu melihat Malaikat TUHAN, ditekankannyalah dirinya kepada tembok,
sehingga kaki Bileam terhimpit kepada tembok. Maka ia
memukulnya pula. (26) Berjalanlah pula Malaikat TUHAN terus dan
berdirilah Ia pada suatu tempat yang sempit, yang
tidak ada jalan untuk menyimpang ke kanan atau ke kiri. (27)
Melihat Malaikat TUHAN meniaraplah keledai itu dengan Bileam masih di
atasnya. Maka bangkitlah amarah Bileam, lalu dipukulnyalah keledai itu
dengan tongkat. (28) Ketika itu TUHAN membuka mulut keledai itu,
sehingga ia berkata kepada Bileam: ‘Apakah yang
kulakukan kepadamu, sampai engkau memukul aku tiga kali?’ (29) Jawab Bileam
kepada keledai itu: ‘Karena engkau mempermain-mainkan aku; seandainya ada
pedang di tanganku, tentulah engkau kubunuh sekarang.’ (30) Tetapi keledai itu
berkata kepada Bileam: ‘Bukankah aku ini keledaimu yang kautunggangi selama
hidupmu sampai sekarang? Pernahkah aku berbuat demikian
kepadamu?’ Jawabnya: ‘Tidak.’ (31) Kemudian TUHAN menyingkapkan
mata Bileam; dilihatnyalah Malaikat TUHAN dengan pedang terhunus di
tanganNya berdiri di jalan, lalu berlututlah ia dan
sujud. (32) Berfirmanlah Malaikat TUHAN kepadanya: ‘Apakah sebabnya
engkau memukul keledaimu sampai tiga kali? Lihat, Aku keluar sebagai lawanmu,
sebab jalan ini pada pemandanganKu menuju kepada kebinasaan. (33)
Ketika keledai ini melihat Aku, telah tiga kali ia menyimpang dari hadapanKu;
jika ia tidak menyimpang dari hadapanKu, tentulah engkau yang Kubunuh pada
waktu itu juga dan dia Kubiarkan hidup.’ (34) Lalu berkatalah Bileam
kepada Malaikat TUHAN: ‘Aku telah berdosa, karena aku tidak mengetahui,
bahwa Engkau ini berdiri di jalan menentang aku. Maka sekarang, jika hal itu
jahat di mataMu, aku mau pulang.’ (35) Tetapi Malaikat TUHAN berfirman
kepada Bileam: ‘Pergilah bersama-sama dengan orang-orang itu, tetapi hanyalah
perkataan yang akan Kukatakan kepadamu harus kaukatakan.’ Sesudah
itu pergilah Bileam bersama-sama dengan pemuka-pemuka Balak itu”.
b) Sebagai lawannya.
Jamieson, Fausset
& Brown: “For an adversary against him, (lasaaTaan). This is the
first occurrence of the word ‘Satan’ - but as used here, in the form of a verb,
it describes the attitude of the angel, who appeared to withstand Balaam in the
commission of an act forbidden by God” [= ‘sebagai lawannya’, (lasaaTaan). Ini pemunculan pertama
dari kata ‘Satan’ - tetapi sebagaimana digunakan di sini, dalam bentuk suatu
kata kerja, itu menggambarkan sikap dari malaikat, yang muncul untuk menahan
Bileam dalam suatu perbuatan yang dilarang oleh Allah].
The Biblical Illustrator
(Old Testament): “An angel stood in the way for an adversary. Now God fulfilled
His promise to Israel, ‘I will be an enemy to thine enemies’ (Ex 23:22). The
holy angels are adversaries to sin, and perhaps are employed more than we are
aware of in preventing it, particularly in opposing those that have any ill
designs against God’s Church and people” [= Seorang malaikat
berdiri di jalan sebagai seorang lawan / musuh. Sekarang
Allah menggenapi janjiNya kepada Israel, ‘Aku akan memusuhi musuhmu’ (Kel
23:22). Malaikat-malaikat kudus adalah lawan /
musuh terhadap dosa, dan mungkin digunakan lebih dari yang kita sadari untuk
mencegahnya, khususnya dalam melawan mereka yang mempunyai rencana buruk apapun
terhadap Gereja dan bangsa / umat Allah].
Kel 23:22
- “Tetapi
jika engkau sungguh-sungguh mendengarkan perkataannya, dan melakukan segala
yang Kufirmankan, maka Aku akan memusuhi musuhmu, dan melawan lawanmu”.
3)
Keledai Bileam melihat Malaikat TUHAN dan menghindariNya.
Ay 23a: “Ketika keledai itu
melihat Malaikat TUHAN berdiri di jalan, dengan pedang terhunus di tanganNya, ...”.
a) Keledai itu
melihat Malaikat TUHAN tetapi Bileam tidak.
Merupakan sesuatu
yang memungkinkan dan beberapa kali terjadi dalam Kitab Suci bahwa pada saat Tuhan
memberikan penglihatan, hanya orang-orang yang Tuhan inginkan yang bisa
melihatnya, sedangkan yang lain, sekalipun berada di tempat yang sama, tidak melihatnya.
Dan 10:4-7
- “(4)
Pada hari kedua puluh empat bulan pertama, ketika aku ada di tepi sungai besar,
yakni sungai Tigris, (5) kuangkat mukaku, lalu kulihat, tampak seorang yang
berpakaian kain lenan dan berikat pinggang emas dari ufas. (6) Tubuhnya seperti
permata Tarsis dan wajahnya seperti cahaya kilat; matanya seperti suluh yang
menyala-nyala, lengan dan kakinya seperti kilau tembaga yang digilap, dan suara
ucapannya seperti gaduh orang banyak. (7) Hanya aku, Daniel, melihat
penglihatan itu, tetapi orang-orang yang bersama-sama dengan aku, tidak
melihatnya; tetapi mereka ditimpa oleh ketakutan yang besar, sehingga
mereka lari bersembunyi;”.
Yoh 12:27-29
- “(27)
Sekarang jiwaKu terharu dan apakah yang akan
Kukatakan? Bapa, selamatkanlah Aku dari saat ini? Tidak, sebab untuk itulah Aku datang ke dalam saat ini. (28) Bapa, muliakanlah namaMu!’ Maka terdengarlah suara dari
sorga: ‘Aku telah memuliakanNya, dan Aku akan memuliakanNya lagi!’ (29) Orang
banyak yang berdiri di situ dan mendengarkannya berkata, bahwa itu bunyi guntur. Ada pula yang berkata: ‘Seorang malaikat telah
berbicara dengan Dia.’”.
Kis 9:3-7 - “(3) Dalam perjalanannya
ke Damsyik, ketika ia sudah dekat kota itu, tiba-tiba
cahaya memancar dari langit mengelilingi dia. (4) Ia rebah ke tanah dan
kedengaranlah olehnya suatu suara yang berkata kepadanya: ‘Saulus, Saulus,
mengapakah engkau menganiaya Aku?’ (5) Jawab Saulus: ‘Siapakah Engkau, Tuhan?’
KataNya: ‘Akulah Yesus yang kauaniaya itu. (6) Tetapi
bangunlah dan pergilah ke dalam kota, di sana akan dikatakan kepadamu, apa yang
harus kauperbuat.’ (7) Maka termangu-mangulah
teman-temannya seperjalanan, karena mereka memang mendengar suara itu,
tetapi tidak melihat seorang jugapun”.
Kis 22:9
- “Dan
mereka yang menyertai aku, memang melihat cahaya itu, tetapi suara Dia,
yang berkata kepadaku, tidak mereka dengar”.
Karena
itu, kalau di sini hanya keledai itu yang melihat Malaikat TUHAN, sedangkan
Bileamnya tidak, itu bukan sesuatu yang aneh.
Penerapan:
Demikian
juga dalam hal banyak orang mendengar Firman Tuhan bersama-sama. Tuhan bisa saja
memberi pengertian kepada sebagian saja, dan tidak kepada yang lain. Bdk. Mat
13:10-17.
b) Ini sama sekali tidak boleh diartikan bahwa binatang bisa
melihat sesuatu yang supranatural lebih dari manusia.
Pulpit Commentary: “And the ass saw the angel
of the Lord. This was clearly part of the miracle, ... It is nothing to the
point that the lower animals have a quicker perception of some natural
phenomena than men, for this was not a natural phenomenon; it is nothing to the
point that the lower animals are credited by some with possessing ‘the second
sight,’ .... If the ass saw the angel, it was because the Lord opened her eyes
then, as he did her mouth afterwards” [= Dan keledai itu melihat Malaikat TUHAN.
Ini jelas merupakan bagian dari mujijat, ... Ini tidak menunjukkan bahwa binatang yang
lebih rendah mempunyai daya menanggapi yang lebih cepat tentang fenomena alam
dari manusia, karena ini bukan fenomena alam; ini tidak menunjukkan, bahwa
seperti yang dipercaya oleh sebagian orang, binatang yang lebih rendah
mempunyai ‘penglihatan kedua’, ... Jika keledai itu melihat malaikat itu, itu
disebabkan TUHAN membuka matanya pada saat itu, seperti Ia membuka mulutnya
belakangan].
c) Merupakan sesuatu
yang mempermalukan Bileam bahwa keledainya bisa melihat Malaikat TUHAN itu
sedangkan ia sendiri tidak bisa melihatNya.
Calvin: “to the great disgrace of
the Prophet, the glory of the Angel was first revealed to the ass. ... He had
previously boasted of his extraordinary visions; a vision now escapes him which
was manifest to the eyes of a beast. Whence did such blindness as this arise,
except from avarice, by which he was so stupefied as to prefer filthy lucre to
the holy calling of God?” (= untuk suatu aib yang besar bagi sang nabi, kemuliaan dari
Malaikat itu pertama-tama dinyatakan kepada si keledai. ...
Ia sebelumnya membanggakan diri karena
penglihatan-penglihatannya yang luar biasa; sekarang suatu penglihatan lolos
dari dia, tetapi dinyatakan pada mata dari seekor binatang. Dari mana muncul
kebutaan seperti ini, kecuali dari ketamakan, oleh apa
ia begitu dipesonakan sehingga memilih uang yang kotor dari panggilan kudus
dari Allah?) - hal 194.
Matthew Henry: “The ass saw the angel, v.
23. How vainly did Balaam boast that he was a man whose eyes were open, and
that he saw the visions of the Almighty (Num 24:3-4), when the ass he rode on
saw more than he did, his eyes being blinded with covetousness and ambition and
dazzled with the rewards of divination!” [= Keledai itu melihat
Malaikat itu, ay 23. Alangkah sia-sianya Bileam membanggakan diri bahwa ia adalah seorang manusia yang matanya terbuka, dan bahwa ia
melihat penglihatan-penglihatan dari Yang Mahakuasa (Bil 24:3-4), pada waktu
keledai yang ia tunggangi melihat lebih dari yang ia lihat, matanya dibutakan
oleh ketamakan dan ambisi dan disilaukan dengan upah penenungan!].
Bil 24:3-4 -
“(3) Lalu
diucapkannyalah sanjaknya, katanya: ‘Tutur kata Bileam bin Beor, tutur kata
orang yang terbuka matanya; (4) tutur kata orang yang mendengar firman Allah,
yang melihat penglihatan dari Yang Mahakuasa sambil rebah, namun dengan mata
tersingkap”.
4)
Penyelamatan yang disalah-mengerti.
Ay 23-27: “(23) Ketika keledai itu
melihat Malaikat TUHAN berdiri di jalan, dengan pedang terhunus di tanganNya,
menyimpanglah keledai itu dari jalan dan masuk ke ladang. Maka
Bileam memukul keledai itu untuk memalingkannya kembali ke jalan. (24)
Kemudian pergilah Malaikat TUHAN berdiri pada jalan yang sempit di antara
kebun-kebun anggur dengan tembok sebelah-menyebelah. (25) Ketika keledai itu
melihat Malaikat TUHAN, ditekankannyalah dirinya kepada tembok, sehingga kaki
Bileam terhimpit kepada tembok. Maka ia memukulnya
pula. (26) Berjalanlah pula Malaikat TUHAN terus dan berdirilah Ia pada suatu tempat yang sempit, yang tidak ada jalan untuk
menyimpang ke kanan atau ke kiri. (27) Melihat Malaikat TUHAN
meniaraplah keledai itu dengan Bileam masih di atasnya. Maka bangkitlah
amarah Bileam, lalu dipukulnyalah keledai itu dengan tongkat”.
Penerapan:
Ada
banyak orang salah mengerti tentang penyelamatan yang Kristus lakukan, sehingga
mereka justru memusuhi Kristus, yang bertujuan menyelamatkan mereka.
5)
Percakapan keledai Bileam dengan tuannya.
Ay 28-30: “(28) Ketika itu TUHAN
membuka mulut keledai itu, sehingga ia berkata kepada
Bileam: ‘Apakah yang kulakukan kepadamu, sampai engkau memukul aku tiga kali?’
(29) Jawab Bileam kepada keledai itu: ‘Karena engkau mempermain-mainkan aku;
seandainya ada pedang di tanganku, tentulah engkau kubunuh sekarang.’ (30)
Tetapi keledai itu berkata kepada Bileam: ‘Bukankah aku ini keledaimu yang
kautunggangi selama hidupmu sampai sekarang? Pernahkah aku
berbuat demikian kepadamu?’ Jawabnya: ‘Tidak.’”.
a) Keledai Bileam
berbicara kepada Bileam.
Ay 28: “Ketika itu TUHAN membuka
mulut keledai itu, sehingga ia berkata kepada Bileam:
‘Apakah yang kulakukan kepadamu, sampai engkau memukul aku tiga kali?’”.
1. Keledai Bileam
betul-betul berbicara.
Ada penafsir yang
menafsirkan bahwa keledai itu meringkik seperti keledai, tetapi Bileam, yang
adalah seorang tukang tenung / tukang sihir, bisa menafsirkannya sehingga ia mengerti kata-kata keledai itu. Tetapi
penafsiran ini bertentangan dengan dengan kata-kata Petrus ini.
2Pet 2:16
- “Tetapi
Bileam beroleh peringatan keras untuk kejahatannya, sebab keledai beban yang
bisu berbicara dengan suara manusia dan mencegah kebebalan nabi itu”.
2. Anehkah kalau
keledai bisa berbicara?
Sebetulnya
bukan merupakan hal yang aneh bahwa binatang bisa berbicara kalau Tuhan
menghendaki / mengijinkannya. Apa bedanya dengan orang Kristen yang
bisa berbahasa Roh (yang asli)? Mereka tidak pernah belajar
bahasa itu, tetapi tahu-tahu bisa menggunakannya dalam berbicara, karena Tuhan
yang mengatur lidah mereka. Kalau Tuhan bisa bekerja seperti itu dalam
diri orang Kristen, mengapa Ia tidak bisa melakukan
hal yang sama untuk binatang.
Hal yang perlu
diperhatikan adalah: kalau dalam memberi ‘bahasa Roh’ untuk keledai, ternyata
‘bahasa Roh’ itu merupakan bahasa manusia, tidakkah aneh kalau banyak orang
Kristen jaman sekarang menggunakan bahasa Roh, yang sama
sekali tak ada artinya dan tidak bisa dimengerti oleh siapapun?
3. Tujuan Allah
membuat keledai itu berbicara.
a. Untuk menegur
Bileam.
Matthew Henry: “when all this would not
work upon him, God opened the mouth of the ass, and she spoke to him once and
again; ... This was a great miracle, quite above the power of nature, ... He
that made man speak could, when he pleased, make the ass to speak with man’s
voice, 2 Pet. 2:16. Here Mr. Ainsworth observes that the devil, when he
tempted our first parents to sin, employed a subtle serpent, but that God, when
he would convince Balaam, employed a silly ass, ... for Satan corrupts
men’s minds by the craftiness of those that lie in wait to deceive, but Christ
has chosen the foolish things of the world to confound the wise. By a dumb
ass God rebukes the madness of the prophet, for he will never want reprovers,
but when he pleases can make the stones cry out as witnesses to him, Lu. 19:40;
Hab. 2:11” (= ketika semua ini tidak menghasilkan hasil apapun padanya,
Allah membuka mulut dari keledai, dan keledai itu berbicara kepadanya sekali
dan lalu sekali lagi; ... Ini merupakan suatu mujijat yang besar, betul-betul
melampaui kuasa alam, ... Ia yang membuat manusia berbicara, bisa, pada waktu
Ia berkenan, membuat keledai untuk berbicara dengan suara manusia, 2Pet 2:16.
Di sini Mr. Ainsworth memperhatikan bahwa setan / Iblis, pada waktu ia
mencobai orang tua pertama kita untuk berbuat dosa, menggunakan seekor ular
yang cerdik, tetapi bahwa Allah, pada waktu ia mau meyakinkan Bileam,
menggunakan seekor keledai yang tolol, ... karena setan / Iblis merusak
pikiran manusia dengan kecerdikan dari mereka yang berbaring dan menunggu untuk
menipu / mendustai, tetapi Kristus telah memilih hal-hal yang bodoh dari dunia
untuk membingungkan orang-orang berhikmat. Oleh seekor keledai yang bisu /
bodoh, Allah menegur kegilaan sang nabi, karena Ia tak akan pernah kekurangan
penegur-penegur, tetapi pada waktu Ia berkenan Ia bisa membuat batu-batu
berteriak sebagai saksi-saksi bagiNya, Luk 19:40; Hab 2:11).
2Pet 2:16
- “Tetapi Bileam
beroleh peringatan keras untuk kejahatannya, sebab keledai beban yang bisu
berbicara dengan suara manusia dan mencegah kebebalan nabi itu”.
Luk 19:40 - “JawabNya: ‘Aku berkata kepadamu:
Jika mereka ini diam, maka batu ini akan berteriak.’”.
Hab 2:11
- “Sebab batu
berseru-seru dari tembok, dan balok menjawabnya dari rangka rumah”.
Kel 4:10-12
- “(10)
Lalu kata Musa kepada TUHAN: ‘Ah, Tuhan, aku ini tidak pandai bicara, dahulupun
tidak dan sejak Engkau berfirman kepada hambaMupun tidak, sebab aku berat mulut
dan berat lidah.’ (11) Tetapi TUHAN berfirman kepadanya: ‘Siapakah yang
membuat lidah manusia, siapakah yang membuat orang bisu atau tuli, membuat
orang melihat atau buta; bukankah Aku, yakni TUHAN? (12)
Oleh sebab itu, pergilah, Aku akan menyertai lidahmu dan mengajar engkau, apa
yang harus kaukatakan.’”.
1Kor 1:27-29
- “(27)
Tetapi apa yang bodoh bagi dunia, dipilih Allah untuk memalukan orang-orang
yang berhikmat, dan apa yang lemah bagi dunia, dipilih Allah untuk
memalukan apa yang kuat, (28) dan apa yang tidak terpandang dan yang hina
bagi dunia, dipilih Allah, bahkan apa yang tidak berarti, dipilih Allah untuk
meniadakan apa yang berarti, (29) supaya jangan ada seorang manusiapun yang
memegahkan diri di hadapan Allah”.
The Bible
Exposition Commentary: Old Testament: “A person has reached a very low level in life if God has to use
brute beasts to communicate His mind” (= Seseorang telah mencapai tingkat yang
sangat rendah dalam hidupnya jika Allah harus menggunakan binatang yang tak
berakal untuk menyampaikan pikiranNya).
b. Untuk mengajar
Bileam bahwa Tuhan bisa mengontrol semua pembicaraan, termasuk kata-katanya
nanti pada saat ia mau mengutuk Israel.
The Biblical
Illustrator (Old Testament): “THE OBJECT OF THE MIRACLE. ... He might also have learned that
all speech was under Divine control, and that he would be able to utter only
such words as God would permit” (= TUJUAN DARI MUJIJAT ITU. ... Ia bisa juga mempelajari bahwa
semua ucapan ada dibawah kontrol Ilahi, dan bahwa ia
akan bisa mengucapkan hanya kata-kata seperti yang Allah ijinkan).
c. Untuk menunjukkan
bahwa Tuhan bisa membuat makhluk bicara tanpa memberi penghargaan kepada
makhluk itu.
IVP Bible Background
Commentary: Old Testament: “The effect of the speaking animal in this story is to make it
clear to Balaam that God can speak through any creature he chooses, with no
credit to the creature” (= Pengaruh / akibat dari berbicaranya binatang dalam cerita
ini adalah untuk membuatnya jelas kepada Bileam bahwa Allah bisa berbicara
melalui makhluk manapun yang Ia pilih, tanpa penghargaan kepada makhluk itu).
Misalnya pada
waktu Tuhan membuat Kayafas bernubuat dalam Yoh 11:49-52. Ini nubuat dari
Tuhan, tetapi Kayafasnya sama sekali tak dianggap
berjasa karena nubuat yang ia keluarkan.
4. Sebetulnya dalam
hidup kita sehari-hari, kita memang bisa / harus belajar dari binatang.
The Biblical
Illustrator (Old Testament): “‘But ask now the beasts, and they shall teach thee; and the
fowls of the air, and they shall tell thee.’ ‘The stork in heaven knoweth her
appointed times.’ ‘The ox knoweth his owner, and the
ass his master’s crib.’ ‘Go to the ant, thou sluggard; consider her ways, and
be wise.’ Dumb creatures are continually teaching us” (= ‘Tetapi bertanyalah
kepada binatang, maka engkau akan diberinya pengajaran, kepada burung di udara,
maka engkau akan diberinya keterangan’. ‘Burung bangau
berpegang pada waktu kembalinya’. ‘Lembu mengenal pemiliknya, dan keledai
mengenal palungan yang disediakan tuannya’. ‘Hai pemalas, pergilah kepada
semut, perhatikanlah lakunya dan jadilah bijak’. Makhluk-makhluk
bisu / bodoh secara terus menerus mengajar kita).
Ayub
12:7 - “Tetapi
bertanyalah kepada binatang, maka engkau akan diberinya pengajaran, kepada
burung di udara, maka engkau akan diberinya keterangan”.
Yer 8:7
- “Bahkan
burung ranggung di udara mengetahui musimnya, burung tekukur, burung
layang-layang dan burung bangau berpegang pada waktu kembalinya, tetapi
umatKu tidak mengetahui hukum TUHAN”.
Yes 1:3 - “Lembu mengenal
pemiliknya, tetapi Israel tidak; keledai mengenal palungan yang
disediakan tuannya, tetapi umatKu tidak memahaminya.’”.
Amsal
6:6 - “Hai
pemalas, pergilah kepada semut, perhatikanlah lakunya dan jadilah bijak”.
b) Jawaban Bileam
pada keledainya.
Ay 29: “Jawab Bileam kepada
keledai itu: ‘Karena engkau mempermain-mainkan aku; seandainya ada pedang di
tanganku, tentulah engkau kubunuh sekarang.’”.
1. Bileam tak
kelihatan heran / terkejut melihat / mendengar keledainya berbicara.
Merupakan
sesuatu yang aneh bahwa Bileam tidak merasa heran / bingung mendengar
keledainya berbicara. Ada yang mengatakan bahwa karena ia
adalah seorang petenung, itu bukan hal yang luar biasa baginya, dan ada juga
yang mengatakan bahwa nafsunya yang begitu keras kepala begitu membutakannya
sehingga ia tidak bisa memperhatikan atau mempertimbangkan keanehan dari
peristiwa itu.
The Bible
Exposition Commentary: Old Testament: “Why wasn’t Balaam shocked when his beast spoke to him ‘with a
man’s voice’? ... Satan spoke through a serpent when he deceived Eve (Gen 3:1
ff; 2 Cor 11:3), and it’s possible that in the past Satan’s demons had
spoken to Balaam through animals” [= Mengapa Bileam tidak terkejut pada waktu
binatangnya berbicara kepadanya ‘dengan suara manusia’? ...
Setan / Iblis berbicara melalui seekor ular pada saat ia
menipu Hawa (Kej 3:1-dst; 2Kor 11:3), dan adalah mungkin bahwa dalam masa
lalu roh-roh jahat dari Iblis telah berbicara kepada Bileam melalui
binatang-binatang].
2. Bileam berharap
bisa mempunyai pedang untuk membunuh keledainya.
Matthew Henry: “Balaam in his fury wished
he had a sword to kill his ass with, v. 29. See his impotency; can he think by
his curses to do mischief to Israel that has it not in his power to kill his
own ass?” (= Bileam dalam kemurkaannya berharap seandainya ia mempunyai sebuah pedang untuk membunuh keledainya, ay 29.
Lihatlah ketidak-mampuannya; bisakah ia berpikir /
mengira bahwa dengan kutukan-kutukannya ia bisa melakukan kerusakan kepada
Israel padahal ia tidak mempunyai kuasa untuk membunuh keledainya sendiri?).
c) Jawaban keledai
kepada Bileam.
Ay 30: “Tetapi keledai itu
berkata kepada Bileam: ‘Bukankah aku ini keledaimu yang kautunggangi selama
hidupmu sampai sekarang? Pernahkah aku berbuat demikian
kepadamu?’ Jawabnya: ‘Tidak.’”.
Tuhan bukan hanya
membuat keledai ini bisa bicara, tetapi juga bisa berargumentasi! Sebetulnya
dalam kata-kata keledai itu dalam ay 28 sudah terdapat argumentasi, tetapi
dalam ay 30 ini argumentasinya lebih kuat lagi! Karena
itu adalah aneh kalau banyak orang Kristen tidak bisa berargumentasi, tetapi
mengclaim dipenuhi Roh Kudus, dipakai oleh Tuhan, dan sebagainya.
Mereka kalah oleh seekor keledai!
6)
Tuhan menyingkapkan mata Bileam.
Ay 31: “Kemudian TUHAN
menyingkapkan mata Bileam; dilihatnyalah Malaikat TUHAN dengan pedang
terhunus di tanganNya berdiri di jalan, lalu berlututlah ia
dan sujud”.
Bdk.
2Raja 6:15-17 - “(15) Ketika pelayan abdi Allah bangun pagi-pagi dan pergi ke
luar, maka tampaklah suatu tentara dengan kuda dan kereta ada di sekeliling kota itu. Lalu berkatalah bujangnya itu kepadanya: ‘Celaka
tuanku! Apakah yang akan kita perbuat?’ (16) Jawabnya:
‘Jangan takut, sebab lebih banyak yang menyertai kita dari pada yang menyertai
mereka.’ (17) Lalu berdoalah Elisa: ‘Ya TUHAN: Bukalah kiranya matanya,
supaya ia melihat.’ Maka TUHAN membuka mata bujang
itu, sehingga ia melihat. Tampaklah
gunung itu penuh dengan kuda dan kereta berapi sekeliling Elisa”.
Calvin: “‘Then the Lord opened the
eyes of Balaam.’ This passage teaches us, that whatever be the acuteness of our
senses, it is not only implanted in us by God, but also either sustained or
extinguished by His secret inspiration. Balaam’s eyes are opened; consequently
there was a veil before them previously, which prevented him from seeing what was manifest. Thus God at His pleasure makes dull the
senses of those who seem to themselves to be very acute; since perception is
His special gift” (= ‘Kemudian TUHAN menyingkapkan mata Bileam’. Text ini mengajar kita, bahwa bagaimanapun tajamnya pikiran kita,
itu bukan hanya ditanamkan dalam diri kita oleh Allah, tetapi juga atau
ditopang atau dipadamkan oleh ilhamNya yang rahasia. Mata Bileam terbuka;
dan karena itu sebelum itu ada suatu tudung / selubung di depannya, yang
menghalangi dia untuk melihat apa yang nyata / jelas. Jadi, Allah sesuai perkenanNya membuat tumpul pikiran mereka yang
bagi diri mereka sendiri kelihatan tajam; karena pengertian merupakan
anugerahNya yang khusus).
7)
Percakapan Malaikat TUHAN dengan Bileam.
a) Malaikat TUHAN
berbicara kepada Bileam.
Ay 32-33: “(32) Berfirmanlah
Malaikat TUHAN kepadanya: ‘Apakah sebabnya engkau memukul keledaimu sampai tiga
kali? Lihat, Aku keluar sebagai lawanmu, sebab jalan ini pada pemandanganKu
menuju kepada kebinasaan. (33) Ketika keledai ini melihat
Aku, telah tiga kali ia menyimpang dari hadapanKu; jika ia tidak menyimpang
dari hadapanKu, tentulah engkau yang Kubunuh pada waktu itu juga dan dia
Kubiarkan hidup.’”.
Tadi
Bileam mengalami sesuatu yang menyebalkan. Keledainya
tahu-tahu ngadat, dan menyebabkan kakinya terhimpit tembok. Itu
menyebabkan ia marah, padahal sebetulnya hal itu
menyelamatkan nyawanya. Ini memberi pelajaran kepada kita untuk tidak marah,
mengomel, dsb, kalau ada hal-hal yang terjadi bertentangan dengan keinginan
kita, karena bisa saja hal-hal itu justru digunakan oleh Allah, atau diijinkan
terjadi oleh Allah, untuk menyelamatkan kita.
Tetapi
Matthew Henry juga mengatakan bahwa pada saat kita mengalami hal yang tidak
menyenangkan, kita harus memeriksa apakah kita ada di jalan yang benar atau
tidak.
b) Jawaban Bileam
kepada Malaikat TUHAN.
Ay 34: “Lalu berkatalah Bileam
kepada Malaikat TUHAN: ‘Aku telah berdosa, karena aku tidak mengetahui, bahwa
Engkau ini berdiri di jalan menentang aku. Maka sekarang, jika hal itu jahat di
mataMu, aku mau pulang.’”.
Jamieson, Fausset
& Brown: “‘I have sinned ... if it displease
thee.’ Notwithstanding this confession, he evinced no spirit of penitence, as
he speaks of desisting only from the outward act” (= ‘Aku telah berdosa ...
jika hal itu jahat di mataMu’. Sekalipun ada pengakuan ini, ia
tidak menunjukkan dengan jelas roh penyesalan, karena ia berbicara hanya
tentang penghentian tindakan lahirah).
The Bible
Exposition Commentary (Old Testament): “His words, ‘I have sinned,’ were not evidence of sincere
repentance. Pharaoh (Ex 9:27), King Saul (1 Sam 15:24,30;
26:21), and Judas Iscariot (Matt 27:4) all uttered these words but didn’t turn
to God for mercy. What good is it to say pious words if your heart goes right
on sinning? Listen to David (2 Sam 12:13; Ps 51:4; 2 Sam 24:10,17; 1 Chron 21:8,17) or the Prodigal Son if you want to hear
real confession” [= Kata-katanya ‘Aku telah berdosa’, bukan bukti dari
pertobatan yang sungguh-sungguh. Firaun (Kel 9:27), Raja Saul (1Sam 15:24,30; 26:21), dan Yudas Iskariot (Mat 27:4) semua mengucapkan
kata-kata ini tetapi tidak berbalik kepada Allah untuk belas kasihan. Apa baiknya untuk mengucapkan kata-kata saleh jika hatimu
terus berbuat dosa? Dengarlah Daud (2Sam 12:13; Maz 51:6; 2Sam 24:10,17; 1Taw 21:8,17) atau anak yang hilang jika engkau ingin
mendengar pengakuan yang sejati].
Kel 9:27 - “Lalu Firaun menyuruh
memanggil Musa dan Harun serta berkata kepada mereka: ‘Aku telah berdosa
sekali ini, TUHAN itu yang benar, tetapi aku dan rakyatkulah yang bersalah”.
1Sam 15:30 -
“Tetapi
kata Saul: ‘Aku telah berdosa; tetapi tunjukkanlah juga hormatmu kepadaku
sekarang di depan para tua-tua bangsaku dan di depan orang Israel. Kembalilah bersama-sama dengan aku, maka aku akan sujud menyembah
kepada TUHAN, Allahmu.’”.
1Sam 26:21 -
“Lalu
berkatalah Saul: ‘Aku telah berbuat dosa, pulanglah, anakku Daud, sebab
aku tidak akan berbuat jahat lagi kepadamu, karena nyawaku pada hari ini
berharga di matamu. Sesungguhnya, perbuatanku itu bodoh
dan aku sesat sama sekali.’”.
Mat 27:4 - “dan berkata: ‘Aku
telah berdosa karena menyerahkan darah orang yang tak bersalah.’ Tetapi
jawab mereka: ‘Apa urusan kami dengan itu? Itu urusanmu
sendiri!’”.
2Sam 12:13 -
“Lalu
berkatalah Daud kepada Natan: ‘Aku sudah berdosa kepada TUHAN.’ Dan
Natan berkata kepada Daud: ‘TUHAN telah menjauhkan dosamu itu: engkau tidak akan mati”.
Maz 51:6 - “Terhadap Engkau, terhadap
Engkau sajalah aku telah berdosa dan melakukan apa yang Kauanggap jahat,
supaya ternyata Engkau adil dalam putusanMu, bersih dalam penghukumanMu”.
2Sam 24:10,17 - “(10) Tetapi berdebar-debarlah hati Daud, setelah ia menghitung
rakyat, lalu berkatalah Daud kepada TUHAN: ‘Aku telah sangat berdosa karena
melakukan hal ini; maka sekarang, TUHAN, jauhkanlah kiranya kesalahan
hambaMu, sebab perbuatanku itu sangat bodoh.’ ... (17) Dan berkatalah
Daud kepada TUHAN, ketika dilihatnya malaikat yang tengah memusnahkan bangsa
itu, demikian: ‘Sesungguhnya, aku telah berdosa, dan aku telah membuat
kesalahan, tetapi domba-domba ini, apakah yang dilakukan mereka? Biarlah kiranya tanganMu menimpa aku dan kaum keluargaku.’”.
1Taw 21:8,17 - “(8) Lalu berkatalah Daud kepada Allah: ‘Aku telah sangat
berdosa karena melakukan hal ini; maka sekarang, jauhkanlah kiranya
kesalahan hambaMu, sebab perbuatanku itu sangat bodoh.’ ... (17) Dan
berkatalah Daud kepada Allah: ‘Bukankah aku ini yang menyuruh menghitung
rakyat dan aku sendirilah yang telah berdosa dan yang melakukan kejahatan,
tetapi domba-domba ini, apakah yang dilakukan mereka? Ya
TUHAN, Allahku, biarlah kiranya tanganMu menimpa aku dan kaum keluargaku,
tetapi janganlah tulah menimpa umatMu.’”.
Kalau
diperhatikan hanya kata-kata lahiriahnya, maka pengakuan dosa Daud tak berbeda
dengan ‘pengakuan dosa’ dari Saul, Firaun, dan Yudas Iskariot. Yang membedakan adalah ketulusan / kesungguhan, motivasinya, dan
pertobatannya.
The Biblical
Illustrator (Old Testament): “There is many a man who says, in his own room, very often, and
at church, ‘I have sinned’; but throughout the week, every day, and all the
day, he is grasping in his business, he is anxious in his home, he is occupied
in his thoughts about money. It is money, money everywhere. Money gives its
tone and colour to his whole life. That is Balaam to the very letter” (= Ada orang yang
berkata, di ruangannya, sangat sering, dan di gereja, ‘Aku telah berdosa’;
tetapi sepanjang minggu, setiap hari, dan sepanjang hari, ia tamak dalam bisnis
/ pekerjaannya, ia kuatir / sangat ingin di rumahnya, ia dipenuhi dalam
pikirannya tentang uang. Uang, uang dimana-mana. Uang memberinya nada dan warna pada seluruh kehidupannya. Itu secara hurufiah adalah Bileam).
Yang kita cintai
itu, atau yang memenuhi pikiran kita itu, bisa saja bukan uang, tetapi hal-hal
lain.
The Biblical
Illustrator (Old Testament): “That was Balaam - and that may be you! Or is it thus? You have
an object in life very dear. You know that the object is not after God’s will,
but still you pursue it. You recur to it again and again - after voices - after
providences - which have all told you that it is
wrong. But you will have your darling object at any cost - even though it forfeit peace of mind, and though you lose God’s favour.
This, again, is Balaam” (= Itulah Bileam - dan itu bisa adalah engkau! Atau apakah memang seperti itu? Engkau
mempunyai obyek dalam kehidupan yang sangat engkau cintai. Engkau tahu
bahwa obyek itu tidak sesuai kehendak Allah, tetapi engkau tetap mengejarnya. Engkau kembali kepadanya lagi dan lagi - setelah suara-suara -
setelah providensia-providensia - yang semuanya telah memberitahumu bahwa itu
adalah salah. Tetapi engkau tetap menghendaki obyek kecintaanmu tak
peduli berapa ongkosnya - sekalipun itu menghilangkan / mengorbankan damai dari
pikiran, dan sekalipun engkau kehilangan kebaikan / perkenan Allah. Ini lagi-lagi adalah Bileam).
c) Jawaban Malaikat
TUHAN kepada Bileam.
Ay 35: “Tetapi Malaikat TUHAN
berfirman kepada Bileam: ‘Pergilah bersama-sama dengan orang-orang itu, tetapi
hanyalah perkataan yang akan Kukatakan kepadamu harus kaukatakan.’ Sesudah itu pergilah Bileam bersama-sama dengan pemuka-pemuka Balak
itu”.
The
Bible Exposition Commentary: Old Testament: “In His permissive will,
God allowed Balaam to continue on his journey, but He cautioned him to speak
only the messages that God gave him. For the first time, Balaam realized that
there was more involved in this adventure than cursing a nation and making some
money. As the Lord used the donkey to rebuke her master, God would use Balaam
to reveal great truths about Israel and Israel’s promised Messiah” (= Dalam kehendakNya yang
mengijinkan, Allah mengijinkan Bileam untuk melanjutkan perjalanannya, tetapi
Ia memperingatkannya untuk mengatakan hanya pesan-pesan yang Allah berikan
kepadanya. Untuk pertama kalinya Bileam menyadari bahwa ada
lebih banyak yang terlibat dalam petualangannya ini dari pada sekedar mengutuki
suatu bangsa dan mencari uang. Sebagaimana Tuhan mengunakan keledai
untuk menegur tuannya, Allah akan menggunakan Bileam
untuk menyatakan kebenaran-kebenaran besar tentang Israel dan Mesias yang
dijanjikan kepada Israel).
-o0o-