Eksposisi Bileam
oleh: Pdt. Budi Asali, MDiv.
Bileam (7)
Bilangan 22:41-23:4
Bil 22:41-23:4
- “(22:41)
Keesokan harinya Balak mengambil Bileam dan membawa dia mendaki bukit Baal. Dari
situ dilihatnyalah bagian yang paling ujung dari bangsa Israel. (23:1)
Lalu berkatalah Bileam kepada Balak: ‘Dirikanlah bagiku di sini tujuh mezbah
dan siapkanlah bagiku di sini tujuh ekor lembu jantan dan tujuh ekor domba jantan.’
(23:2) Balak melakukan seperti yang dikatakan Bileam, maka
Balak dan Bileam mempersembahkan seekor lembu jantan dan seekor domba jantan di
atas setiap mezbah itu. (23:3) Sesudah itu berkatalah Bileam kepada
Balak: ‘Berdirilah di samping korban bakaranmu, tetapi aku ini hendak pergi;
mungkin TUHAN akan datang menemui aku, dan perkataan apapun yang dinyatakanNya
kepadaku, akan kuberitahukan kepadamu.’ Lalu pergilah ia
ke atas sebuah bukit yang gundul. (23:4) Maka Allah menemui Bileam, lalu Bileam
berkata kepadaNya: ‘Ketujuh mezbah itu telah kuatur, dan kupersembahkan seekor
lembu jantan dan seekor domba jantan di atas setiap mezbah.’”.
IX) Usaha pengutukan yang
pertama (22:41-23:4).
1)
Persiapan untuk pengutukan yang pertama.
a) Balak membawa
Bileam ke bukit-bukit Baal.
Bil
22:41 - “Keesokan
harinya Balak mengambil Bileam dan membawa dia mendaki bukit Baal. Dari
situ dilihatnyalah bagian yang paling ujung dari bangsa Israel”.
KJV: ‘that
thence he might see the utmost part of the people’ (= supaya dari sana ia bisa melihat bagian yang paling jauh dari bangsa
itu).
RSV: ‘and from
there he saw the nearest of the people’ (= dan dari sana ia melihat yang terdekat dari bangsa itu).
NIV: ‘and from
there he saw part of the people’ (= dan dari sana
ia melihat bagian dari bangsa itu).
NASB: ‘and he
saw from there a portion of the people’ (= dan ia
melijat dari sana sebagian dari bangsa itu).
Keil &
Delitzsch: “But Balak conducted the soothsayer to Bamoth-Baal, not because
it was consecrated to Baal, but because it was the first height on the way to
the steppes of Moab, from which they could see the camp of Israel, or at all
events, ‘the end of the people,’ i.e., the outermost portion of the camp. For
‘Balak started with the supposition, that Balaam must necessarily have the
Israelites in view if his curse was to take effect’ (Hengstenberg)” [= Tetapi Balak memimpin
petenung itu ke Bamoth-Baal / bukit-bukit Baal, bukan karena tempat itu
dipersembahkan kepada Baal, tetapi karena itu merupakan bukit pertama pada jalan
ke dataran-dataran Moab, dari mana mereka bisa melihat perkemahan Israel, atau
‘akhir / ujung dari bangsa itu’, yaitu bagian yang paling jauh dari perkemahan
itu. Karena ‘Balak memulai dengan anggapan bahwa Bileam harus
melihat Israel supaya kutukannya bisa berhasil’ (Hengstenberg)].
Catatan: kata BAMOTH
artinya adalah ‘high places’ (= tempat-tempat tinggi / bukit-bukit).
Adam Clarke: “As he thought Balaam must
have them all in his eye when he pronounced his curse, lest it might not extend
to those who were not in sight. On this account he took him up into the high
places of Baal” (= Karena ia berpikir Bileam harus
melihat mereka semua pada waktu mengucapkan kutuknya, atau kutuk itu tidak akan
mencapai mereka yang tidak terlihat olehnya. Karena itu ia
membawanya ke tempat tinggi dari Baal / bukit Baal).
Matthew Henry: “Balak takes Balaam in his
chariot to the high places of his kingdom, not only because their holiness
(such as it was), he thought, might give some advantage to his divinations, but
their height might give him a convenient prospect of the camp of Israel, which
was to be the butt or mark at which he must shoot his envenomed arrows” [= Balak membawa Bileam
dalam keretanya ke bukit-bukit dari kerajaannya, bukan hanya karena
kekudusannya (bagaimanapun juga), ia pikir / kira, bisa memberikan suatu
manfaat pada tenungannya, tetapi juga karena ketinggian mereka bisa memberinya
suatu prospek yang baik sekali tentang perkemahan Israel, yang merupakan obyek
atau sasaran pada mana ia harus menembakkan anak-anak panahnya yang berbisa].
Jamieson, Fausset
& Brown: “‘That thence he might see the utmost part of the people (qtseeh)’. Hengstenberg
interprets this, an end, a portion of them. But Gesenius, followed by Kurtz, renders
it, the uttermost - i.e., the whole people, even to the extremities” (= ‘Supaya dari sana ia bisa melihat bagian yang paling jauh dari bangsa
itu’. Hengstenberg menafsirkan ini, suatu ujung, sebagian dari mereka. Tetapi
Genesius, diikuti oleh Kurtz, menterjemahkan ini, yang paling jauh - yaitu,
seluruh bangsa, bahkan sampai ujung-ujung yang paling jauh).
Pulpit Commentary: “it was held necessary
that the subject of the curse should be in view. Balak desired to attain this
object with as little risk as possible, and therefore he took Balaam first of
all to these heights, whence a distant and partial view of Israel might be had” (= dianggap perlu bahwa
subyek dari kutuk itu harus bisa dilihat. Balak menginginkan untuk mencapai
tujuan ini dengan resiko sekecil mungkin, dan karena itu ia pertama-tama
membawa Bileam ke bukit-bukit ini, dimana suatu pandangan yang jauh dan
sebagian dari Israel bisa didapatkan).
Kalau
bagi Balak / Bileam, tempat itu sangat menentukan berhasil atau tidaknya
pengutukan yang dilakukan, maka di bawah ini kita melihat cerita yang sangat
kontras dengan hal itu.
Mat 8:5-13 -
“(5)
Ketika Yesus masuk ke Kapernaum, datanglah seorang perwira mendapatkan Dia dan
memohon kepadaNya: (6) ‘Tuan, hambaku terbaring di rumah karena sakit lumpuh
dan ia sangat menderita.’ (7) Yesus berkata kepadanya: ‘Aku akan datang
menyembuhkannya.’ (8) Tetapi jawab perwira itu kepadaNya: ‘Tuan, aku tidak
layak menerima Tuan di dalam rumahku, katakan saja sepatah kata, maka hambaku
itu akan sembuh. (9) Sebab aku sendiri seorang bawahan, dan di bawahku ada
pula prajurit. Jika aku berkata kepada salah seorang prajurit itu: Pergi!, maka ia pergi, dan kepada seorang lagi: Datang!, maka ia
datang, ataupun kepada hambaku: Kerjakanlah ini!, maka ia
mengerjakannya.’ (10) Setelah Yesus mendengar hal itu, heranlah Ia dan berkata kepada mereka yang mengikutiNya: ‘Aku berkata
kepadamu, sesungguhnya iman sebesar ini tidak pernah Aku jumpai pada
seorangpun di antara orang Israel. (11) Aku berkata kepadamu: Banyak orang akan datang dari Timur dan Barat dan duduk makan
bersama-sama dengan Abraham, Ishak dan Yakub di dalam Kerajaan Sorga, (12)
sedangkan anak-anak Kerajaan itu akan dicampakkan ke dalam kegelapan yang
paling gelap, di sanalah akan terdapat ratap dan kertak gigi.’ (13) Lalu Yesus
berkata kepada perwira itu: ‘Pulanglah dan jadilah kepadamu seperti yang engkau
percaya.’ Maka pada saat itu juga sembuhlah hambanya”.
Yesus
mau datang ke rumah perwira itu, tetapi perwira itu tidak menganggap perlu
Yesus datang ke rumahnya dan bertemu dengan hambanya yang sakit / hampir mati
itu. Ia yakin / beriman bahwa tanpa bertemu
/ melihat hambanya, Yesus bisa mengabulkan permohonan / doanya dan menyembuhkan
hambanya itu. Dan Yesus memuji imannya sebagai iman yang besar yang tidak pernah
Ia jumpai di antara orang-orang Yahudi / Israel.
Penerapan:
Kalau saudara
berdoa, tempat tidak mempengaruhi jawaban doa. Tidak
ada ‘tempat suci’, apakah itu bukit doa, atau bahkan
tanah Kanaan / Israel, atau gereja, dimana doa yang dinaikkan di sana bisa
lebih manjur dari pada di tempat lain! Yang penting bukan tempat dimana saudara
berdoa, tetapi suasananya (ketenangannya), dan tujuan / motivasi / cara saudara berdoa, dan apa yang saudara doakan.
Di Israel ada ‘tembok
ratapan’, yang konon kabarnya merupakan bagian tembok Bait Allah yang sengaja
disisakan / tidak dihancurkan oleh Roma pada penghancuran Yerusalem tahun 70 M.
Mula-mula orang-orang Yahudi sering berdoa di sana untuk mendoakan pemulihan
Bait Allah, tetapi lalu orang-orang non Yahudi / orang-orang Kristen mengikuti
tradisi itu untuk juga berdoa di sana. Dan bahkan kalau orang-orang Kristen ke sana, ada orang-orang yang titip doa, yang dituliskan di
secarik kertas dan lalu disisipkan di lubang-lubang yang ada di tembok
tersebut. Kegilaan yang bersifat takhyul ini sama
sekali salah!
a) Pemberian korban.
Bil 23:1-2 -
“(1) Lalu
berkatalah Bileam kepada Balak: ‘Dirikanlah bagiku di sini tujuh mezbah dan
siapkanlah bagiku di sini tujuh ekor lembu jantan dan tujuh ekor domba jantan.’
(2) Balak melakukan seperti yang dikatakan Bileam, maka Balak
dan Bileam mempersembahkan seekor lembu jantan dan seekor domba jantan di atas
setiap mezbah itu”.
1. Ketaatan Balak
terhadap Bileam menunjukkan kepercayaannya terhadap Bileam.
Pulpit Commentary: “Balak put his trust in
Balaam because he was a prophet of the Lord, and might be expected to use his
influence to change the purposes of the Lord; perhaps even to counterwork those
purposes. How often do people seek the aid of religion against God! How often
do they seek for religious support and solace in doing what they must know is
contrary to the moral law of God!” (= Balak meletakkan kepercayaannya pada
Bileam karena ia adalah seorang nabi Tuhan, dan bisa
diharapkan untuk menggunakan pengaruhnya untuk mengubah rencana Tuhan; mungkin
bahkan untuk bekerja menentang rencana itu. Betapa sering orang-orang mencari
bantuan dari agama untuk menentang Allah! Betapa sering mereka mencari dukungan
dan penghiburan agamawi dalam melakukan apa yang
mereka pasti tahu merupakan sesuatu yang bertentangan dengan hukum moral
Allah!).
Penerapan:
Betul-betul
merupakan sesuatu yang aneh dan menyedihkan bahwa sering sekali orang-orang
kafir lebih percaya dan taat kepada nabi-nabi palsu mereka, dibandingkan dengan
orang-orang Kristen kepada nabi-nabi asli mereka!
2. Takhyul dalam
persoalan bilangan.
Tentang bilangan
7 yang diminta oleh Bileam sebagai jumlah dari mezbah, lembu dan domba, Calvin
mengomentari dengan berkata bahwa Allah memang menggunakan banyak bilangan 7
dalam Alkitab, seperti Sabat adalah hari ke 7, jumlah lampu dalam kemah suci
adalah 7 (Kel 25:37), dan sebagainya. Tetapi ini lalu
menyebabkan banyak orang mempunyai kepercayaan yang bersifat takhyul terhadap
bilangan 7 ini.
Calvin: “afterwards, many strange
superstitions were invented, and under this pretense Satan cunningly deluded
wretched men, by persuading them that secret virtues were contained in this
number seven. ... It is plain that Balaam was infected by this fanciful notion,
when he endeavours to draw down God by seven altars, and twice seven
sacrifices. Let us, however, learn from Balak’s prompt compliance, that the
superstitious neither spare expense, nor refuse anything which is demanded by
the masters of their errors” (= belakangan, banyak takhyul-takhyul yang
aneh ditemukan, dan dibawah kepura-puraan ini, Iblis dengan licik menipu
orang-orang yang menyedihkan, dengan membujuk / meyakinkan mereka bahwa ada
kebaikan-kebaikan rahasia dalam bilangan 7 ini. ... Adalah jelas bahwa Bileam
dipengaruhi oleh pikiran / gagasan yang bersifat khayalan ini, pada waktu ia
berusaha untuk menarik Allah turun oleh 7 mezbah, dan 2 x 7 korban. Tetapi
hendaklah kita belajar dari ketundukan yang cepat dari Balak, bahwa takhyul
tidak menghemat pengeluaran, ataupun menolak apapun yang diminta oleh tuan-tuan
dari kesalahan-kesalahan).
Penerapan:
a. Jangan
mempercayai bilangan apapun sebagai bagus atau buruk.
Contoh:
·
banyak orang yang menganggap 13 sebagai angka sial, sampai-sampai
bangunan-bangunan / hotel-hotel yang tinggi tidak mempunyai tingkat ke 13.
Demikian juga bilangan 4, atau yang mengandung angka 4 (seperti 14, 24 dsb),
dianggap sial oleh banyak orang Tionghoa, karena angka 4 dalam bahasa Tionghoa
(Hokkian) adalah SI, yang juga berarti ‘mati’. Puncak Marina, misalnya, tidak
mempunyai lantai ke 4, 13, 14! Nomer flexi saya, yang sebetulnya tergolong
cantik, yaitu 71433334, dianggap buruk oleh teman saya, karena mengandung angka
4. Jelas mereka tidak tahu dan tidak mempercayai kata-kata Paulus ‘mati adalah keuntungan’ (Fil 1:21).
·
banyak orang kristen, yang kalau kematian keluarga, lalu mengadakan
bidston pada hari ke 3, ke 7, ke 40 dan sebagainya. Ini lagi-lagi jelas
merupakan tradisi yang berbau takhyul.
·
ada nomer-nomer HP yang bisa berharga puluhan juta rupiah, karena
dianggap merupakan nomer yang membawa hokgi / keberuntungan.
b. Memang orang
kafir mau membayar berapapun demi takhyul yang mereka percayai, seperti membeli
rumah kertas yang harganya sangat mahal untuk keluarga yang mati, ataupun
membayar biaya yang mahal untuk suhu / paranormal yang memberi tahu mereka
tentang hong sui / feng sui rumah mereka / tempat
kerja mereka.
3. Pendirian mezbah
maupun pemberian korban yang mereka lakukan tidak mempunyai dasar Alkitab, dan
bahkan bertentangan dengan Alkitab.
Bible Knowledge
Commentary: “Balaam asked Balak to build... seven altars there where seven
bulls and seven rams could be sacrificed, a bull and a ram for each altar (cf.
23:14,29-30). There is no biblical instruction or
precedent for what Balaam did, so presumably the sacrifices were part of a
pagan ritual” [= Bileam meminta Balak untuk membangun ... 7 mezbah di sana
dimana 7 lembu jantan dan 7 domba jantan bisa dikorbankan, seekor lembu jantan
dan seekor domba jantan untuk setiap mezbah (bdk. 23:14,29-30). Tidak ada
instruksi atau teladan Alkitab untuk apa yang Bileam
lakukan, jadi rupanya korban-korban itu merupakan bagian dari upacara kafir].
Juga mereka
mempersembahkan persembahan dengan cara semaunya sendiri,
yang sama sekali tidak mengikuti cara-cara Tuhan (harus imam yang
mempersembahkan, dsb).
Jamieson, Fausset
& Brown: “‘Build me here seven altars.’ ... It is evident from (Num.
23:4) that they were prepared for the worship of the true God, although in
choosing the high places of Baal as their site, and rearing a number of altars
(2 Kin. 18:22; Isa. 17:8; Jer. 11:13; Hos. 8:11; 10:1), instead of one only, as
God had appointed, Balaam blended his own superstitions with the divine
worship. The pagan, both in ancient and modern times, attached a mysterious
virtue to the number seven; and Balaam, in ordering the preparation of so many
altars, designed to mystify and delude the king” [= ‘Dirikanlah bagiku di
sini tujuh mezbah’. ... Adalah jelas dari Bil 23:4 bahwa mezbah itu
dipersiapkan untuk penyembahan terhadap Allah yang benar, sekalipun dalam
memilih tempat tinggi / bukit Baal sebagai tempat mereka, dan mendirikan
sejumlah mezbah (2Raja 18:22; Yes 17:8; Yer. 11:13; Hos. 8:11; 10:1), dan
bukannya hanya satu mezbah seperti yang telah ditetapkan oleh Allah, Bileam
mencampur takhyulnya sendiri dengan ibadah / penyembahan ilahi. Orang-orang kafir, baik pada jaman kuno maupun modern, melekatkan
suatu kebaikan yang misterius pada bilangan 7; dan Bileam, dalam memerintahkan
persiapan begitu banyak mezbah, merancang untuk menakjubkan dan menipu raja
itu].
2Raja 18:22
- “Dan
apabila kamu berkata kepadaku: Kami berharap kepada TUHAN, Allah kami, -
bukankah Dia itu yang bukit-bukit pengorbananNya dan mezbah-mezbahNya telah
dijauhkan oleh Hizkia sambil berkata kepada Yehuda dan Yerusalem: Di depan
mezbah yang di Yerusalem inilah kamu harus sujud menyembah!”.
Yes 17:8 - “ia tidak akan memandang kepada
mezbah-mezbah buatan tangannya sendiri, dan tidak akan melihat kepada yang
dikerjakan oleh tangannya, yakni tiang-tiang berhala dan pedupaan-pedupaan”.
Yer 11:13
- “Sebab
seperti banyaknya kotamu demikian banyaknya para allahmu, hai Yehuda, dan seperti
banyaknya jalan di Yerusalem demikian banyaknya mezbah yang kamu dirikan untuk
membakar korban kepada Baal”.
Hos
8:11 - “Sungguh,
Efraim telah memperbanyak mezbah; mezbah-mezbah itu menjadikan mereka berdosa”.
Hos
10:1 - “Israel
adalah pohon anggur yang riap tumbuhnya, yang menghasilkan buah. Makin
banyak buahnya, makin banyak dibuatnya mezbah-mezbah. Makin
baik tanahnya, makin baik dibuatnya tugu-tugu berhala”.
4. Tujuan / motivasi
dari persembahan korban itu.
Tujuan / motivasi
dari pemberian banyak korban itu bisa terlihat secara implicit dari kata-kata
Bileam kepada Tuhan pada waktu ia bertemu dengan Tuhan
dalam Bil 23:4.
Bil 23:4 - “Maka Allah menemui
Bileam, lalu Bileam berkata kepadaNya: ‘Ketujuh mezbah itu telah kuatur, dan
kupersembahkan seekor lembu jantan dan seekor domba jantan di atas setiap
mezbah.’”.
Apa maksud dari
kata-kata Bileam itu?
a. Ia membanggakan apa
yang sudah ia persembahkan kepada Tuhan.
Banyak orang
kafir bangga atas upacara yang mereka adakan / lakukan bagi Tuhan, atas apa yang telah mereka lakukan / persembahkan bagi Tuhan.
Padahal
sebetulnya Bileam tidak mengeluarkan apa-apa, karena Balaklah yang mengeluarkan
semua biaya. Banyak orang Kristen seperti Bileam, yang senang kalau
‘melakukan sesuatu untuk Tuhan’, tanpa mengeluarkan biaya / pengorbanan, bahkan
kalau bisa, dengan mendapatkan suatu keuntungan! Ini
merupakan salah satu ciri dari nabi-nabi palsu.
Bandingkan dengan
ayat-ayat di bawah ini:
·
Yer 8:10 - “Sebab itu Aku akan memberikan isteri-isteri mereka kepada orang
lain, ladang-ladang mereka kepada penjajah. Sesungguhnya, dari yang kecil
sampai yang besar, semuanya mengejar untung; baik nabi maupun imam, semuanya
melakukan tipu”.
·
Yeh 34:2-4 - “(2) ‘Hai anak manusia, bernubuatlah melawan gembala-gembala
Israel, bernubuatlah dan katakanlah kepada mereka, kepada gembala-gembala itu:
Beginilah firman Tuhan ALLAH: Celakalah gembala-gembala Israel, yang menggembalakan
dirinya sendiri! Bukankah domba-domba yang seharusnya digembalakan oleh
gembala-gembala itu? (3) Kamu menikmati susunya, dari bulunya kamu buat
pakaian, yang gemuk kamu sembelih, tetapi domba-domba itu sendiri tidak
kamu gembalakan. (4) Yang lemah tidak kamu kuatkan, yang sakit tidak kamu
obati, yang luka tidak kamu balut, yang tersesat tidak kamu bawa pulang, yang
hilang tidak kamu cari, melainkan kamu injak-injak mereka dengan kekerasan dan
kekejaman”.
·
Mikha 3:5 - “Beginilah firman TUHAN terhadap para nabi, yang menyesatkan
bangsaku, yang apabila mereka mendapat sesuatu untuk dikunyah, maka mereka
menyerukan damai, tetapi terhadap orang yang tidak memberi sesuatu ke dalam
mulut mereka, maka mereka menyatakan perang”.
·
Mikha 3:11 - “Para kepalanya memutuskan hukum karena suap, dan para
imamnya memberi pengajaran karena bayaran, para nabinya menenung karena uang,
padahal mereka bersandar kepada TUHAN dengan berkata: ‘Bukankah TUHAN ada di
tengah-tengah kita! Tidak akan datang malapetaka menimpa kita!’”.
·
Ro 16:17-18 - “(17) Tetapi aku menasihatkan kamu, saudara-saudara, supaya kamu
waspada terhadap mereka, yang bertentangan dengan pengajaran yang telah kamu
terima, menimbulkan perpecahan dan godaan. Sebab itu hindarilah mereka! (18)
Sebab orang-orang demikian tidak melayani Kristus, Tuhan kita, tetapi melayani
perut mereka sendiri. Dan dengan kata-kata mereka yang muluk-muluk dan
bahasa mereka yang manis mereka menipu orang-orang
yang tulus hatinya”.
·
Tit 1:11 - “Orang-orang semacam itu harus ditutup mulutnya, karena mereka
mengacau banyak keluarga dengan mengajarkan yang tidak-tidak untuk mendapat
untung yang memalukan”.
·
2Pet 2:3 - “Dan karena serakahnya guru-guru palsu itu akan berusaha
mencari untung dari kamu dengan ceritera-ceritera isapan jempol mereka.
Tetapi untuk perbuatan mereka itu hukuman telah lama tersedia dan kebinasaan
tidak akan tertunda”.
·
Yudas 11-12 - “(11) Celakalah mereka, karena mereka mengikuti jalan yang
ditempuh Kain dan karena mereka, oleh sebab upah, menceburkan diri ke dalam
kesesatan Bileam, dan mereka binasa karena kedurhakaan seperti Korah. (12)
Mereka inilah noda dalam perjamuan kasihmu, di mana mereka tidak malu-malu
melahap dan hanya mementingkan dirinya sendiri; mereka bagaikan awan yang
tak berair, yang berlalu ditiup angin; mereka bagaikan pohon-pohon yang dalam
musim gugur tidak menghasilkan buah, pohon-pohon yang terbantun dengan
akar-akarnya dan yang mati sama sekali”.
Bandingkan
kontrasnya dengan sikap Daud pada waktu mendirikan mezbah dan memberikan korban
dalam text di bawah ini.
2Sam 24:18-25
- “(18)
Pada hari itu datanglah Gad kepada Daud dan berkata kepadanya: ‘Pergilah,
dirikanlah mezbah bagi TUHAN di tempat pengirikan Arauna, orang Yebus itu.’
(19) Lalu pergilah Daud, sesuai dengan perkataan Gad, seperti yang
diperintahkan TUHAN. (20) Ketika Arauna menjenguk dan melihat
raja dengan pegawai-pegawainya mendapatkannya, pergilah Arauna ke luar, lalu
sujud kepada raja dengan mukanya ke tanah. (21) Bertanyalah Arauna:
‘Mengapa tuanku raja datang kepada hambanya ini?’ Jawab Daud: ‘Untuk membeli
tempat pengirikan ini dari padamu dengan maksud mendirikan mezbah bagi TUHAN,
supaya tulah ini berhenti menimpa rakyat.’ (22) Lalu berkatalah Arauna kepada
Daud: ‘Baiklah tuanku raja mengambilnya dan mempersembahkan apa yang
dipandangnya baik; lihatlah, itu ada lembu-lembu untuk korban bakaran, dan
eretan-eretan pengirik dan alat perkakas lembu untuk kayu bakar. (23) Semuanya ini, ya raja, diberikan Arauna kepada raja.’
Arauna berkata pula kepada raja: ‘Kiranya TUHAN, Allahmu, berkenan kepadamu.’
(24) Tetapi berkatalah raja kepada Arauna: ‘Bukan begitu, melainkan aku mau
membelinya dari padamu dengan membayar harganya, sebab aku tidak mau
mempersembahkan kepada TUHAN, Allahku, korban bakaran dengan tidak membayar
apa-apa.’ Sesudah itu Daud membeli tempat pengirikan dan lembu-lembu
itu dengan harga lima puluh syikal perak. (25) Lalu
Daud mendirikan di sana mezbah bagi TUHAN dan
mempersembahkan korban bakaran dan korban keselamatan. Maka TUHAN mengabulkan doa untuk negeri itu, dan tulah itu berhenti menimpa orang
Israel”.
Penerapan:
Renungkan! Saudara seperti yang mana?
b. Ia menganggap Tuhan
berhutang kepadanya sehingga harus memenuhi permintaannya.
Calvin: “he boasts of his seven
altars, as if he had duly propitiated God. Thus do hypocrites arrogantly trust that
they deserve well of God, when they do but provoke His anger” (= ia
membanggakan tujuh mezbahnya, seakan-akan ia telah menyenangkan / berdamai
dengan Allah dengan seharusnya. Demikianlah orang-orang
munafik dengan sombong percaya bahwa mereka patut menerima Allah dengan baik,
pada waktu mereka hanya melakukan hal-hal yang membangkitkan kemarahanNya).
Bdk. Mat 7:21-23
- “(21)
Bukan setiap orang yang berseru kepadaKu: Tuhan, Tuhan! akan
masuk ke dalam Kerajaan Sorga, melainkan dia yang melakukan kehendak BapaKu
yang di sorga. (22) Pada hari terakhir banyak orang akan
berseru kepadaKu: Tuhan, Tuhan, bukankah kami bernubuat demi namaMu, dan
mengusir setan demi namaMu, dan mengadakan banyak mujizat demi namaMu juga?
(23) Pada waktu itulah Aku akan berterus terang kepada
mereka dan berkata: Aku tidak pernah mengenal kamu! Enyahlah dari padaKu, kamu
sekalian pembuat kejahatan!’”.
The Bible
Illustrator (OT): “The sacrifice was offered under the impression that the
offering was meritorious on the part of the offerers, and placed God under an
obligation to them” (= Korban itu dipersembahkan di bawah kesan bahwa persembahan
itu mempunyai jasa di pihak pemberi persembahan, dan menempatkan Allah di bawah
kewajiban kepada mereka).
Pulpit Commentary: “BALAAM CLEARLY HINTED TO
THE ALMIGHTY THAT, AS HE HAD PROCURED MUCH HONOUR FOR HIM FROM BALAK, HE WAS
EXPECTED TO DO WHAT WAS POSSIBLE IN THE MATTER FOR HIM. Even so do men who are
in truth irreligious, although often seeming very much the reverse, give the
Almighty to understand (indirectly and unavowedly, but unmistakably) that they
have done much, laid out much, given up much for his honour and glory, and that
they naturally look for some equivalent. To serve God for nought (Job 1:9) does
not enter into the thoughts of selfish people; to them godliness is a source of
gain (1 Tim 6:5), if not here, then hereafter” [= Bileam dengan jelas
memberi isyarat kepada Yang Maha Kuasa bahwa, seperti Ia telah mendapatkan
banyak kehormatan bagiNya dari Balak, Ia diharapkan untuk melakukan apa yang
dimungkinkan dalam persoalan ini baginya. Demikian juga dilakukan oleh
orang-orang yang sebenarnya tidak religius, sekalipun sering kelihatan
sebaliknya, mengusahakan Yang Maha Kuasa untuk mengerti (secara tak langsung,
dan dengan tanpa dinyatakan, tetapi secara tak bisa salah) bahwa mereka telah
melakukan banyak, mengeluarkan banyak, mengorbankan banyak, untuk kehormatan
dan kemuliaanNya, dan bahwa mereka secara alamiah mencari sesuatu yang setara.
Melayani / beribadah kepada Allah tidak untuk mendapatkan apa-apa (Ayub 1:9)
tidak terlintas dalam pikiran dari orang-orang yang egois; bagi mereka
kesalehan adalah sumber keuntungan (1Tim 6:5), jika tidak di sini / dalam hidup
ini, maka dalam kehidupan yang akan datang].
Ayub 1:9 - “Lalu jawab Iblis kepada
TUHAN: ‘Apakah dengan tidak mendapat apa-apa Ayub takut akan
Allah?”.
1Tim
6:5 - “percekcokan
antara orang-orang yang tidak lagi berpikiran sehat dan yang kehilangan
kebenaran, yang mengira ibadah itu adalah suatu sumber keuntungan”.
Catatan: kata ‘ibadah’
diterjemahkan ‘godliness’ (= kesalehan) oleh KJV/RSV/NIV/NASB.
Pulpit Commentary: “Balak and Balaam, however
different their thoughts in other respects, were agreed as to the necessity of
the sacrifices, if the desired curse were to be put in the prophet’s mouth. And
so there was abundance of sacrificing. Balak first makes spontaneous offerings,
and then such as were specified by Balaam. They felt that God was not to be
approached in an irregular way or with empty hands. As Balak thought of
Balaam, so he thought of God. The prophet was to be bought with riches and
honours, and God was to be bought with sacrifices of slain beasts” [= Balak dan Bileam,
betapapun berbedanya pikiran mereka dalam hal-hal lain, setuju berkenaan dengan
perlunya korban-korban, jika kutukan yang diinginkan akan
diletakkan dalam mulut sang nabi. Dan dengan demikian ada
sangat banyak pengorbanan. Balak mula-mula membuat
persembahan secara spontan, dan lalu persembahan-persembahan yang ditetapkan
oleh Bileam. Mereka merasa bahwa Allah tidak boleh didekati dengan cara yang tidak biasa atau dengan tangan kosong. Sebagaimana
Balak berpikir tentang Bileam, demikianlah ia berpikir
tentang Allah. Sang nabi harus dibeli dengan kekayaan dan
kehormatan, dan Allah harus dibeli dengan korban-korban dari binatang-binatang
yang disembelih].
Ini
betul-betul merupakan suatu ketololan. Mereka anggap
Allah bisa disogok / dibeli, sehingga mengubah sikap dari pro Israel menjadi
anti Israel, atau setidaknya bersikap netral. Padahal
dalam diri Balak maupun Bileam tidak ada iman maupun ketaatan.
Penerapan:
Hati-hati
dengan pemikiran seperti ini. Kalau saudara sudah memberi persembahan, atau melakukan hal-hal
yang baik, jangan menganggap diri berjasa, ataupun
menganggap bahwa Allah berhutang budi kepada saudara, sehingga harus
mengabulkan keinginan saudara! Apapun yang saudara lakukan bagi Allah atau
berikan kepada Allah, sama sekali tidak ada artinya
kalau dibandingkan dengan apa Allah telah lakukan bagi saudara atau berikan
kepada saudara, yaitu mengorbankan AnakNya yang Tunggal untuk mati di salib
bagi dosa-dosa saudara!
Yesus memberikan
suatu perumpamaan tentang bagaimana seseorang harus bersikap kalau ia sudah melakukan sesuatu untuk Tuhan.
Luk 17:7-10
- “(7)
‘Siapa di antara kamu yang mempunyai seorang hamba yang membajak atau
menggembalakan ternak baginya, akan berkata kepada
hamba itu, setelah ia pulang dari ladang: Mari segera makan! (8) Bukankah
sebaliknya ia akan berkata kepada hamba itu:
Sediakanlah makananku. Ikatlah pinggangmu dan layanilah aku
sampai selesai aku makan dan minum. Dan sesudah itu
engkau boleh makan dan minum. (9) Adakah ia
berterima kasih kepada hamba itu, karena hamba itu telah melakukan apa yang
ditugaskan kepadanya? (10) Demikian jugalah kamu. Apabila kamu telah melakukan
segala sesuatu yang ditugaskan kepadamu, hendaklah kamu berkata: Kami adalah
hamba-hamba yang tidak berguna; kami hanya melakukan apa
yang kami harus lakukan.’”.
Kalau saudara membaca
Mat 25:31-46 (perumpamaan tentang domba-domba yang dipisahkan dari
kambing-kambing pada penghakiman akhir jaman), maka saudara akan
melihat bahwa kambing tidak sadar kalau ia berbuat dosa, dan sebaliknya, domba
tidak sadar kalau ia berbuat baik.
Dan kalau ada
orang yang menganggap bahwa ‘seadanya’ korban / persembahan bisa menyenangkan /
memperkenan hati Allah, maka ia perlu membaca dan merenungkan ayat-ayat di
bawah ini.
·
Amsal 21:27 - “Korban orang fasik adalah kekejian, lebih-lebih kalau dipersembahkan
dengan maksud jahat”.
·
Mikha 6:6-8 - “(6) ‘Dengan apakah aku akan pergi menghadap TUHAN dan tunduk
menyembah kepada Allah yang di tempat tinggi? Akan pergikah aku menghadap
Dia dengan korban bakaran, dengan anak lembu berumur setahun? (7) Berkenankah
TUHAN kepada ribuan domba jantan, kepada puluhan ribu curahan minyak? Akan
kupersembahkankah anak sulungku karena pelanggaranku dan buah kandunganku
karena dosaku sendiri?’ (8) ‘Hai manusia, telah diberitahukan kepadamu apa yang
baik. Dan apakah yang dituntut TUHAN dari padamu: selain berlaku adil,
mencintai kesetiaan, dan hidup dengan rendah hati di hadapan Allahmu?’”.
·
Yes 1:10-13 - “(10) Dengarlah firman TUHAN, hai pemimpin-pemimpin, manusia
Sodom! Perhatikanlah pengajaran Allah kita, hai rakyat, manusia Gomora! (11)
‘Untuk apa itu korbanmu yang banyak-banyak?’ firman TUHAN; ‘Aku sudah jemu akan korban-korban bakaran berupa domba jantan dan akan
lemak dari anak lembu gemukan; darah lembu jantan dan domba-domba dan kambing
jantan tidak Kusukai. (12) Apabila kamu datang untuk menghadap di hadiratKu,
siapakah yang menuntut itu dari padamu, bahwa kamu menginjak-injak pelataran
Bait SuciKu? (13) Jangan lagi membawa persembahanmu yang tidak sungguh, sebab
baunya adalah kejijikan bagiKu. Kalau kamu merayakan bulan baru dan sabat atau
mengadakan pertemuan-pertemuan, Aku tidak tahan melihatnya, karena perayaanmu
itu penuh kejahatan”.
b) Harapan Bileam
untuk bertemu Tuhan terkabul; Tuhan datang menemui Bileam.
Bil 23:3-4 -
“(3)
Sesudah itu berkatalah Bileam kepada Balak: ‘Berdirilah di samping korban
bakaranmu, tetapi aku ini hendak pergi; mungkin TUHAN akan
datang menemui aku, dan perkataan apapun yang dinyatakanNya kepadaku, akan
kuberitahukan kepadamu.’ Lalu pergilah ia ke atas
sebuah bukit yang gundul. (4) Maka Allah menemui Bileam, lalu Bileam
berkata kepadaNya: ‘Ketujuh mezbah itu telah kuatur, dan kupersembahkan seekor
lembu jantan dan seekor domba jantan di atas setiap mezbah.’”.
Apakah ini
menunjukkan bahwa Allah berkenan dengan apa yang
Bileam lakukan? Sama sekali tidak! Perhatikan kata-kata
Calvin di bawah ini.
Calvin: “And God met Balaam. ... however hateful to God the impiety of Balaam was, this did
not prevent Him from making use of him in this particular act. This meeting
him, then, was by no means a proof of His favor, as if he approved of the seven
altars, and sanctioned these superstitions; but as He well knows how to apply
corrupt instruments to His use, so by the mouth of this false prophet, He
promulgated the covenant, which He had made with Abraham, to foreign and
heathen nations” (= Dan Allah menemui Bileam. ... bagaimanapun kejahatan Bileam
membangkitkan kebencian Allah, ini tidak menghalangiNya untuk menggunakan dia
dalam tindakan khusus ini. Jadi, tindakanNya menemuinya sama sekali bukan
merupakan bukti dari kesenanganNya, seakan-akan Ia merestui tujuh mezbah itu,
dan menyetujui takhyul-takhyul ini; tetapi karena Ia tahu dengan baik bagaimana
menerapkan alat-alat yang jahat untuk penggunaanNya, demikianlah oleh mulut
dari nabi palsu ini, Ia mengajarkan perjanjianNya, yang telah Ia buat dengan
Abraham, kepada bangsa-bangsa asing dan kafir).
Dari semua ini
bisa disimpulkan bahwa suatu tindakan yang secara lahiriah kelihatannya baik
(seperti pendirian mezbah dan pemberian korban di sini), bukannya menyenangkan
Tuhan, tetapi justru membangkitkan kemarahan Tuhan, kalau caranya, tujuannya /
motivasinya salah!
Dalam
tahun yang baru ini, mari kita melakukan sebanyak
mungkin hal-hal yang baik bagi Tuhan, tetapi bukan hanya hal-hal yang baik
secara lahiriah, tetapi yang juga baik dalam caranya, tujuannya / motivasinya. Kiranya Tuhan memberkati saudara sekalian.
-o0o-