Eksposisi Kitab Hakim-Hakim
oleh : Pdt. Budi Asali M.Div.
Hak 19:1-21:25 merupakan satu cerita, dan
ayat yang pertama dan terakhir dari cerita ini menyatakan bahwa tidak ada raja
di
Hak 19:1a
- “Terjadilah pada zaman itu, ketika tidak ada raja di
Hak 21:25 - “Pada zaman
itu tidak ada raja di antara orang
Dalam seluruh kitab Hakim-hakim, berulang kali
ditunjukkan adanya kekacauan / dosa, yang disebabkan karena tidak adanya
seorang raja.
1) Gundik atau
istri?
Matthew Henry: “He married a wife of
Bethlehem-Judah. She is called his concubine, because she was not endowed, for
perhaps he had nothing to endow her with, being himself a sojourner and not settled;
but it does not appear that he had any other wife, and the margin calls her a
wife, a concubine, v. 1” (= Ia mengawini seorang
istri dari Betlehem-Yehuda. Ia disebut seorang gundik, karena ia tidak diberi
emas kawin, karena mungkin orang Lewi itu tidak mempunyai apa-apa untuk
diberikan sebagai emas kawin, karena ia sendiri seorang pendatang dan tidak
menetap; tetapi tidak kelihatan bahwa ia mempunyai istri yang lain, dan catatan
tepi menyebutnya seorang istri, seorang gundik, ay 1).
Barnes’ Notes: “‘A concubine.’ ... The name
does not imply any moral reproach. A concubine was as much the man’s wife as
the woman so called, though she had not the same rights” (= ‘Seorang gundik’. ... Sebutan itu tidak menunjukkan celaan
moral apapun. Seorang gundik adalah sama seperti seorang istri sekalipun ia
tidak mempunyai hak yang sama).
Tetapi Adam Clarke kelihatannya menganggap bahwa orang
Lewi ini memang mempunyai gundik, istri kedua. Saya lebih setuju dengan
pandangan kedua ini. Bahwa tidak diceritakan adanya istri yang lain, bisa saja
karena istri orang Lewi itu sudah mati. Kalau pandangan ini memang benar, maka
mungkin ini merupakan salah satu kegilaan moral yang terjadi karena tidak
adanya raja. Tetapi tidak usah heran, karena jaman sekarang juga terjadi hal
seperti itu.
2) Gundik itu
berlaku serong terhadap si orang Lewi.
Ay 2:
“Tetapi gundiknya itu berlaku serong terhadap dia dan
pergi dari padanya ke rumah ayahnya di Betlehem-Yehuda, lalu tinggal di
KJV: ‘played the whore
against him’ (= melacur terhadap dia). NASB » KJV.
NIV: ‘But she was unfaithful to him’ (= Tetapi ia tidak setia kepadanya).
RSV: ‘And his concubine became angry with him’ (= Dan gundiknya menjadi marah
kepadanya).
Saya tidak mengerti dari mana RSV bisa menterjemahkan
seperti itu.
Adam Clarke menganggap bahwa gundik ini bukannya
berzinah, tetapi hanya gegeran dengan si orang Lewi, dan lalu minggat ke rumah
ayahnya. Barnes juga beranggapan bahwa gundik ini bukannya berzinah tetapi
hanya minggat dan kembali kepada orang tuanya.
Tetapi Keil & Delitzsch menganggap bahwa gundik ini
tidak setia kepada suaminya dan lalu minggat ke rumah ayahnya. Saya menerima
pandangan ini.
Matthew Henry: “This Levite’s concubine
played the whore and eloped from her husband, v. 2. The Chaldee reads it only
that she carried herself insolently to him, or despised him, and, he being
displeased at it, she went away from him, and (which was not fair) was received
and entertained at her father’s house. Had her husband turned her out of doors
unjustly, her father ought to have pitied her affliction; but, when she
treacherously departed from her husband to embrace the bosom of a stranger, her
father ought not to have countenanced her sin. Perhaps she would not have
violated her duty to her husband if she had not known too well where she should
be kindly received. Children’s ruin is often owing very much to parents’ indulgence” [= Gundik orang Lewi itu melacur dan lari dari suaminya, ay 2.
Orang Kasdim membacanya hanya bahwa ia berlaku kurang ajar kepadanya, dan
karena suaminya marah / tidak senang pada hal itu, ia lari dari dia, dan diterima dan dihibur di rumah ayahnya (yang
bukan merupakan sesuatu yang adil / wajar). Seandainya suaminya mengusirnya
secara tidak benar / adil, ayahnya harus mengasihani penderitaannya; tetapi,
pada waktu ia secara berkhianat pergi dari suaminya untuk memeluk dada orang
asing, ayahnya tidak boleh menyetujui dosanya. Mungkin ia tidak akan melanggar
kewajibannya kepada suaminya seandainya ia tidak tahu dengan sangat baik tempat
dimana ia akan diterima dengan baik. Kehancuran anak-anak seringkali terjadi
karena kebaikan yang berlebihan dari orang tua].
3) Orang Lewi itu
menyusul gundiknya.
Ay 3a:
“Berkemaslah suaminya itu, lalu pergi menyusul perempuan itu
untuk membujuk dia dan membawanya kembali; bersama-sama dia bujangnya dan
sepasang keledai”.
Rupanya ia sangat mencintai gundik brengsek ini, sehingga
mau menyusulnya, sekalipun gundiknya telah menyeleweng.
1) Bencana
itu bermula dari bermalamnya orang Lewi itu selama beberapa hari di rumah
mertuanya.
a) Ay 3b-4: “(3b) Ketika perempuan muda itu membawa dia masuk ke rumah ayahnya,
dan ketika ayah itu melihat dia, maka bersukacitalah ia mendapatkannya. (4)
Mertuanya, ayah perempuan muda itu, tidak membiarkan dia pergi, sehingga ia
tinggal tiga hari lamanya pada ayah itu; mereka makan, minum dan bermalam di
sana”.
Matthew Henry: “He entertains him kindly,
rejoices to see him (v. 3), treats him generously for three days, v. 4. ...
Every thing among them gave a hopeful prospect of their living comfortably
together for the future; but, could they have foreseen what befel them within
one day or two, how would all their mirth have been embittered and turned into
mourning! When the affairs of our families are in the best posture we ought to
rejoice with trembling, because we know not what troubles one day may bring
forth. We cannot foresee what evil is near us, but we ought to consider what may
be, that we may not be secure, as if tomorrow must needs be as this day and
much more abundant, Isa. 56:12” [= Ia
menjamunya dengan baik, bersukacita melihat dia (ay 3), memperlakukannya dengan
murah hati / royal untuk 3 hari, ay 4. ... Segala sesuatu di antara mereka
memberikan suatu prospek yang penuh pengharapan tentang kehidupan mereka
bersama secara nyaman di masa yang akan datang; tetapi seandainya mereka bisa
melihat apa yang menimpa mereka dalam satu atau dua hari, bagaimana semua
kegembiraan mereka menjadi pahit dan berbalik menjadi perkabungan! Pada waktu
urusan dalam keluarga kita ada dalam keadaan yang terbaik, kita harus
bersukacita dengan gemetar, karena kita tidak tahu kesukaran apa yang akan
ditimbulkan oleh satu hari. Kita tidak bisa melihat lebih dulu bencana apa yang
dekat dengan kita, tetapi kita harus mempertimbangkan apa yang mungkin ada /
terjadi, supaya kita tidak merasa aman, seakan-akan hari esok harus seperti
hari ini, dan makin berlimpah-limpah, Yes 56:12].
Bdk. Yes 56:12 - “‘Datanglah,’
kata mereka, ‘aku akan mengambil anggur, baiklah kita minum arak banyak-banyak;
besok akan sama seperti hari ini, dan lebih hebat lagi!’”.
Catatan:
kata-kata Matthew Henry ini ada benarnya. Kita tidak boleh mempunyai perasaan
aman yang bersifat daging, dan merasa bahwa setiap hari pasti akan
menyenangkan. Tetapi kalau kata-kata ini diextrimkan, lalu dimana tempat untuk
iman kepada Tuhan? Kita harus percaya bahwa tidak ada rambut kepala kita yang
akan rontok kalau bukan karena kehendak Tuhan, dan kalau Tuhan mengijinkan hal
yang buruk terjadi, Ia pasti mempunyai maksud yang baik bagi kita (asal kita
betul-betul adalah anak-anakNya).
b) Ay 5-10:
“(5) Tetapi
pada hari yang keempat, ketika mereka bangun pagi-pagi dan ketika orang Lewi
itu berkemas untuk pergi, berkatalah ayah perempuan muda itu kepada menantunya:
‘Segarkanlah dirimu dahulu dengan sekerat roti, kemudian bolehlah kamu pergi.’
(6) Jadi duduklah mereka, lalu makan dan minumlah keduanya bersama-sama. Kata
ayah perempuan muda itu kepada laki-laki itu: ‘Baiklah putuskan untuk tinggal
bermalam dan biarlah hatimu gembira.’ (7) Tetapi ketika orang itu bangun untuk
pergi juga, mertuanya itu mendesaknya, sehingga ia tinggal pula di
Kebaikan mertua ini akhirnya justru menjadi sesuatu yang
sangat buruk. Dan orang Lewi itu tidak bijaksana dengan tetap pergi sekalipun
sudah sore, dan ini nanti membawa bencana.
Penerapan:
Jangan melakukan tindakan yang membahayakan dengan dalih ‘Tuhan melindungi’ atau ‘Tuhan berserta aku karena aku adalah anakNya’. Misalnya sengaja pergi malam-malam ke tempat yang
saudara tahu merupakan tempat yang berbahaya. Atau seorang cewek yang pergi
berdua dengan cowok yang tidak dikenal. Ini bukan iman, tetapi mencobai Tuhan.
Bdk. Mat 4:5-7 - “(5) Kemudian
Iblis membawaNya ke Kota Suci dan menempatkan Dia di bubungan Bait Allah, (6)
lalu berkata kepadaNya: ‘Jika Engkau Anak Allah, jatuhkanlah diriMu ke bawah,
sebab ada tertulis: Mengenai Engkau Ia akan memerintahkan malaikat-malaikatNya
dan mereka akan menatang Engkau di atas tangannya, supaya kakiMu jangan
terantuk kepada batu.’ (7) Yesus berkata kepadanya: ‘Ada pula tertulis:
Janganlah engkau mencobai Tuhan, Allahmu!’”.
Tetapi orang Lewi itu ngotot pergi, mungkin karena ia tak
bisa meninggalkan pelayanannya terlalu lama.
Matthew Henry: “The Levite, though nobly
treated, was very urgent to be gone. ... It is a sign a man has either little
to do at home, or little heart to do what he has to do, when he can take
pleasure in being long abroad where he has nothing to do” (= Orang Lewi itu, sekalipun diperlakukan dengan sangat baik,
harus pergi dengan sangat mendesak. ... Merupakan suatu tanda bahwa seseorang
hanya mempunyai sedikit untuk dilakukan di rumah, atau hanya sedikit hati untuk
melakukan apa yang harus ia lakukan, pada waktu ia bisa bersenang-senang dengan
berada lama di luar rumah pada waktu ia tidak mempunyai apapun untuk dilakukan).
2) Yebus vs Gibea.
Ay 11-15:
“(11) Ketika mereka dekat ke Yebus dan ketika matahari telah
sangat rendah, berkatalah bujang itu kepada tuannya: ‘Marilah kita singgah di
kota orang Yebus ini dan bermalam di situ.’ (12) Tetapi tuannya menjawabnya: ‘Kita
tidak akan singgah di kota asing yang bukan kepunyaan orang Israel, tetapi kita
akan berjalan terus sampai ke Gibea.’ (13) Lagi katanya kepada bujangnya: ‘Marilah
kita berjalan sampai ke salah satu tempat yang di sana dan bermalam di Gibea
atau di Rama.’ (14) Lalu berjalanlah mereka melanjutkan perjalanannya, dan
matahari terbenam, ketika mereka dekat Gibea kepunyaan suku Benyamin. (15)
Sebab itu singgahlah mereka di Gibea, lalu masuk untuk bermalam di situ, dan
setelah sampai, duduklah mereka di tanah lapang kota. Tetapi tidak ada
seorangpun yang mengajak mereka ke rumah untuk bermalam”.
Kota orang Yebus ini adalah Yerusalem (ay 10: ‘Yebus - itulah Yerusalem’).
Adam Clarke: “This was Jerusalem, in which,
though after the death of Joshua it appears to have been partly conquered by
the tribe of Judah, yet the Jebusites kept the strong hold of Zion till the days
of David, by whom they were finally expelled” (= Ini adalah Yerusalem, dimana, sekalipun setelah kematian
Yosua kota itu kelihatannya telah dikalahkan sebagian oleh suku Yehuda, tetapi
orang-orang Yebus tetap mempertahankan Sion sampai jaman Daud, oleh siapa
mereka akhirnya dikeluarkan / diusir).
Bdk. Hak 1:8,21 - “(8) Sesudah
itu bani Yehuda berperang melawan Yerusalem, merebutnya lalu memukulnya dengan
mata pedang dan memusnahkan kota itu dengan api. ... (21) Tetapi orang Yebus,
penduduk kota Yerusalem, tidak dihalau oleh bani Benyamin, jadi orang Yebus itu
masih diam bersama-sama dengan bani Benyamin di Yerusalem sampai sekarang”.
Pulpit Commentary mengatakan (hal 193) bahwa mungkin
setelah bangsa Israel mengalahkan orang-orang Yebus, mereka lalu menarik diri
dari kota itu, sehingga orang-orang Yebus terus tinggal di sana sampai jaman
Daud, yang menghancurkan orang Yebus (1Taw 11:4-9).
Jadi, pada saat itu, orang-orang Yebus yang adalah bangsa
kafir ini masih menghuni kota tersebut. Itu sebabnya orang Lewi itu tidak mau
tinggal di sana.
Seandainya mereka bermalam di kota orang Yebus, yang adalah
kota asing itu, mereka mungkin akan mengalami nasib yang lebih baik. Tetapi
orang Lewi itu menganggap lebih baik bermalam di kota orang Israel, sehingga
akhirnya mereka bermalam di Gibea yang termasuk dalam wilayah suku Benyamin.
Sebetulnya apa yang dilakukan oleh orang Lewi ini baik, karena
ia merasa lebih aman di tengah-tengah ‘saudara-saudara seimannya’ dari pada di tengah-tengah orang kafir. Tetapi saudara seiman
yang hanya KTP itu terbukti lebih membahayakan dari pada orang kafir!
Perhatikan ay 15: tak ada yang mengajak mereka untuk
bermalam di rumahnya.
Pulpit Commentary mengatakan bahwa tidak adanya orang
yang mau mengundang orang Lewi ini ke rumahnya menunjukkan kemerosotan karakter
dari orang-orang Gibea.
Matthew Henry: “This traveller, though a
Levite (and to those of that tribe God had particularly commanded his people to
be kind upon all occasions), met with very cold entertainment at Gibeah: No man
took them into his house. ... There are those who will have this laid to their
charge at the great day, I was a stranger and you took me not in” [= Pelancong ini, sekalipun seorang Lewi (dan bagi mereka dari
suku itu Allah secara khusus telah memerintahkan umatNya untuk bersikap baik
pada segala keadaan), ditemui dengan penerimaan yang sangat dingin di Gibea:
Tidak ada orang yang membawa mereka ke rumahnya. ... Ada orang-orang yang akan
mendapatkan tuduhan ini pada hari yang besar itu, ‘Aku seorang asing, dan
engkau tidak menerima Aku’].
Ul 12:19
- “Hati-hatilah, supaya jangan engkau
melalaikan orang Lewi, selama engkau ada di tanahmu”.
Ul 14:27
- “Juga orang Lewi yang diam di dalam
tempatmu janganlah kauabaikan, sebab ia tidak mendapat bagian milik pusaka
bersama-sama engkau”.
Bdk. Mat 25:41-43 - “(41) Dan Ia
akan berkata juga kepada mereka yang di sebelah kiriNya: Enyahlah dari
hadapanKu, hai kamu orang-orang terkutuk, enyahlah ke dalam api yang kekal yang
telah sedia untuk Iblis dan malaikat-malaikatnya. (42) Sebab ketika Aku lapar,
kamu tidak memberi Aku makan; ketika Aku haus, kamu tidak memberi Aku minum;
(43) ketika Aku seorang asing, kamu tidak memberi Aku tumpangan; ketika
Aku telanjang, kamu tidak memberi Aku pakaian; ketika Aku sakit dan dalam
penjara, kamu tidak melawat Aku”.
Bandingkan juga dengan 2 ayat di bawah ini:
·
Ibr 13:2 - “Jangan kamu
lupa memberi tumpangan kepada orang, sebab dengan berbuat demikian beberapa
orang dengan tidak diketahuinya telah menjamu malaikat-malaikat”.
·
Ayub 31:32 - “malah orang asingpun tidak pernah bermalam di luar, pintuku
kubuka bagi musafir!”.
Catatan:
pada saat yang sama, pada jaman sekarang ini kita juga harus berhati-hati untuk
tidak sembarangan menjamu orang asing, yang mengaku sebagai Kristen. Ada banyak
penipu model seperti itu. Tetapi kalau kita bisa tahu dengan yakin bahwa orang
itu adalah orang kristen yang sejati maka kita harus mau menjamu saudara seiman
kita.
3) Mereka diundang
oleh seorang tua, pendatang dari Efraim.
Ay 16-21:
“(16) Tetapi datanglah pada malam itu seorang tua, yang pulang
dari pekerjaannya di ladang. Orang itu berasal dari pegunungan Efraim dan
tinggal di Gibea sebagai pendatang, tetapi penduduk tempat itu adalah orang
Benyamin. (17) Ketika ia mengangkat mukanya dan melihat orang yang dalam
perjalanan itu di tanah lapang kota, berkatalah orang tua itu: ‘Ke manakah
engkau pergi dan dari manakah engkau datang?’ (18) Jawabnya kepadanya: ‘Kami
sedang dalam perjalanan dari Betlehem-Yehuda ke balik pegunungan Efraim. Dari
sanalah aku berasal; aku tadinya pergi ke Betlehem-Yehuda dan sekarang sedang
berjalan pulang ke rumah. Tetapi tidak ada orang yang mengajak aku ke rumahnya,
(19) walaupun ada padaku jerami dan makanan untuk keledai kami, pula roti dan
anggur untuk aku sendiri, untuk hambamu perempuan ini dan untuk bujang yang
bersama-sama dengan hambamu ini; kami tidak kekurangan sesuatu.’ (20) Lalu
berkatalah orang tua itu: ‘Jangan kuatir! Segala yang engkau perlukan biarlah
aku yang menanggung, tetapi janganlah engkau bermalam di tanah lapang kota ini.’
(21) Sesudah itu dibawanyalah dia masuk ke rumahnya, lalu keledai-keledai
diberinya makan; maka merekapun membasuh kaki, makan dan minum”.
a) Orang
tua dari Efraim itu bertanya: ‘Ke manakah engkau pergi dan
dari manakah engkau datang?’ (ay 17b).
b) Jawaban orang Lewi itu.
Ay 18-19:
“Jawabnya kepadanya: ‘Kami sedang dalam perjalanan dari
Betlehem-Yehuda ke balik pegunungan Efraim. Dari sanalah aku berasal; aku
tadinya pergi ke Betlehem-Yehuda dan sekarang sedang berjalan pulang ke
rumah. Tetapi tidak ada orang yang mengajak aku ke rumahnya, (19) walaupun
ada padaku jerami dan makanan untuk keledai kami, pula roti dan anggur untuk
aku sendiri, untuk hambamu perempuan ini dan untuk bujang yang bersama-sama
dengan hambamu ini; kami tidak kekurangan sesuatu.’”.
1. Perhatikan
kata ‘rumah’ dalam ay 18.
RSV: ‘my home’ (=
rumahku).
NASB: ‘my house’ (=
rumahku).
KJV/NIV: ‘the house of the LORD’ (= rumah TUHAN).
Wycliffe mengatakan bahwa terjemahan ‘my house / home’ (= rumahku) diambil
dari LXX. Dalam bahasa Ibraninya memang ada kata YHWH.
2. Ay 19.
Jamieson, Fausset & Brown: “Oriental travelers always carry a stock
of provisions with them; and knowing that even the khans or lodging-houses they
may find on their way afford nothing beyond rest and shelter, they are careful
to lay in a supply of food both for themselves and their beasts” (= Pelancong Timur selalu membawa
persediaan / perbekalan bersama mereka; dan karena mengetahui bahwa bahkan
penginapan yang bisa mereka temukan pada jalan mereka tidak memberikan apa-apa
selain istirahat dan tempat berteduh, maka mereka berhati-hati menyimpan
persediaan makanan baik untuk mereka maupun binatang mereka).
c) Ay 20:
“Lalu berkatalah orang tua itu: ‘Jangan kuatir! Segala
yang engkau perlukan biarlah aku yang menanggung, tetapi janganlah engkau
bermalam di tanah lapang kota ini.’”.
Ini terjemahannya ngawur.
Terjemahan hurufiahnya adalah ‘Shalom bagimu’.
KJV: ‘Peace be with thee’ (= Damai kiranya beserta engkau).
NIV: ‘You are welcome at my house’ (= Selamat datang untukmu di
rumahku).
Jadi, akhirnya ada orang yang mengundang mereka, tetapi
orang ini bukan orang Gibea melainkan seorang pendatang dari Efraim.
d) Matthew
Henry mempertanyakan mengapa orang-orang jahat di kota itu tidak ada yang
berpura-pura mengundang mereka untuk tinggal di rumahnya, dan lalu melakukan
niat jahatnya. Ia lalu menjawab sendiri pertanyaannya.
Matthew Henry: “perhaps, none of them
separately thought of such a wickedness, till in the black and dark night they
got together to contrive what mischief they should do. Bad people in
confederacy make one another much worse than any of them would be by themselves” (= mungkin tak seorangpun di antara mereka yang secara terpisah
/ sendirian memikirkan kejahatan seperti itu, sampai pada malam yang hitam dan
gelap mereka berkumpul bersama untuk merencanakan kejahatan apa yang harus
mereka lakukan. Orang-orang jahat dalam perkumpulan / persekutuan saling
membuat satu sama lain lebih buruk dari pada kalau setiap mereka berada
sendirian).
Pulpit Commentary:
“As fire
burns most when drawn together, vice is most inflamed when men are companions
in wickedness. Each tempts the rest by his example. Guilt appears to be
lessened by being shared. Men excuse their conduct by comparing it with that of
their neighbours. ... In the excitement of a mob men will commit excesses from
which they would shrink in solitary action. Yet responsibility is still
individual, and each man must ultimately answer for his own sins” (= sebagaimana api menyala paling hebat pada waktu dipersatukan
/ dikumpulkan, kejahatan paling berkobar pada waktu orang-orang berteman dalam
kejahatan. Setiap orang mencobai sisanya oleh teladannya. Kesalahan kelihatan
lebih kecil dengan dibagikan. Manusia memaafkan tindakan mereka dengan
membandingkannya dengan tindakan sesama mereka. ... Dalam kegembiraan dari
suatu gerombolan, manusia akan melakukan perbuatan-perbuatan yang keterlaluan
dari mana mereka akan mengkerut pada waktu bertindak sendirian. Tetapi
tanggung jawab tetap bersifat pribadi, dan setiap orang pada akhirnya harus
bertanggung jawab untuk dosa-dosanya sendiri) - hal 197.
4) Tindakan bejat
dari orang-orang Gibea.
Ay 22-26:
“(22) Tetapi sementara mereka menggembirakan hatinya, datanglah
orang-orang kota itu, orang-orang dursila, mengepung rumah itu. Mereka
menggedor-gedor pintu sambil berkata kepada orang tua, pemilik rumah itu: ‘Bawalah
ke luar orang yang datang ke rumahmu itu, supaya kami pakai dia.’ (23) Lalu
keluarlah pemilik rumah itu menemui mereka dan berkata kepada mereka: ‘Tidak,
saudara-saudaraku, janganlah kiranya berbuat jahat; karena orang ini telah
masuk ke rumahku, janganlah kamu berbuat noda. (24) Tetapi ada anakku
perempuan, yang masih perawan, dan juga gundik orang itu, baiklah kubawa keduanya
ke luar; perkosalah mereka dan perbuatlah dengan mereka apa yang kamu pandang
baik, tetapi terhadap orang ini janganlah kamu berbuat noda.’ (25) Tetapi
orang-orang itu tidak mau mendengarkan perkataannya. Lalu orang Lewi itu
menangkap gundiknya dan membawanya kepada mereka ke luar, kemudian mereka
bersetubuh dengan perempuan itu dan semalam-malaman itu mereka
mempermainkannya, sampai pagi. Barulah pada waktu fajar menyingsing mereka
melepaskan perempuan itu. (26) Menjelang pagi perempuan itu datang kembali,
tetapi ia jatuh rebah di depan pintu rumah orang itu, tempat tuannya bermalam,
dan ia tergeletak di sana sampai fajar”.
a) Ay 22: ‘Tetapi sementara mereka menggembirakan hatinya’.
Matthew Henry: “it teaches us of what
uncertain continuance all our creature comforts and enjoyments are; when we are
ever so well pleased with our friends, we know not how near our enemies are;
nor, if it be well with us this hour, can we be sure it will be so the next.
... God can soon change the note of those that are making their hearts merry,
and turn their laughter into mourning and their joy into heaviness” (= Ini mengajar kita tentang ketidak-pastian dari kelanjutan
penghiburan / kesenangan dan penikmatan kita; pada waktu kita begitu senang
dengan teman-teman kita, kita tidak tahu betapa dekat musuh-musuh kita berada;
atau, jika keadaanya baik-baik saja dengan kita pada jam ini, bisakah kita
yakin bahwa itu juga akan demikian pada jam berikutnya. ... Allah bisa dengan
cepat mengubah nada dari mereka yang membuat hatinya bersenang-senang, dan
mengubah ketawa mereka menjadi perkabungan dan sukacita mereka menjadi sesuatu
yang berat).
Bandingkan
dengan 2 ayat di bawah ini:
· Rat 5:15 - “Lenyaplah kegirangan hati kami, tari-tarian kami
berubah menjadi perkabungan”.
· Amos 8:10 - “Aku akan mengubah perayaan-perayaanmu menjadi
perkabungan, dan segala nyanyianmu menjadi ratapan. Aku akan mengenakan kain
kabung pada setiap pinggang dan menjadikan gundul setiap kepala. Aku akan
membuatnya sebagai perkabungan karena kematian anak tunggal, sehingga akhirnya
menjadi seperti hari yang pahit pedih.’”.
Catatan:
mungkin kita juga bisa membalik kata-kata Matthew Henry ini. Kadang-kadang
Tuhan membalik kehidupan kita dari keadaan menderita menjadi senang! Karena
itu, dalam penderitaan yang hebat, tetaplah percaya dan setia kepada Dia, Ia
bisa membalikkan kehidupan saudara, dalam sekejap mata.
b) Ay 22: ‘orang-orang dursila’.
KJV/Lit: ‘sons of Belial’ (= anak-anak Belial / setan).
c) Ay 22:
orang-orang jahat di kota itu mau melakukan homosex.
Bdk. Im 18:22 - “Janganlah
engkau tidur dengan laki-laki secara orang bersetubuh dengan perempuan, karena
itu suatu kekejian”.
Matthew Henry: “This was the sin of Sodom,
and is thence called Sodomy. The Dead Sea, which was the standing monument of
God’s vengeance upon Sodom, for its filthiness, was one of the boundaries of
Canaan, and lay not many miles off from Gibeah. We may suppose the men of Gibeah
had seen it many a time, and yet would not take warning by it, but did worse
than Sodom (Ezek. 16:48), and sinned just after the similitude of their
transgression” [= Ini adalah dosa dari Sodom,
dan karena itu disebut ‘Sodomi’. Laut Mati, yang merupakan monumen tegak dari
pembalasan Allah terhadap Sodom, untuk kemesuman mereka, merupakan salah satu
dari batasan-batasan dari Kanaan, dan terletak hanya beberapa mil dari Gibea.
Kita bisa menganggap bahwa orang-orang Gibea telah sering melihatnya, tetapi
tidak menarik peringatan darinya, tetapi melakukan yang lebih buruk dari Sodom
(Yeh 16:48), dan berdosa persis seperti pelanggaran mereka].
Bandingkan dengan:
·
Kej 19:4-5 - “(4) Tetapi
sebelum mereka tidur, orang-orang lelaki dari kota Sodom itu, dari yang muda
sampai yang tua, bahkan seluruh kota, tidak ada yang terkecuali, datang
mengepung rumah itu. (5) Mereka berseru kepada Lot: ‘Di manakah orang-orang
yang datang kepadamu malam ini? Bawalah mereka keluar kepada kami, supaya kami
pakai mereka.’”.
·
Yeh 16:48 - “Demi Aku
yang hidup, demikianlah firman Tuhan ALLAH, sesungguh-sungguhnya Sodom, kakakmu
yang termuda beserta anak-anaknya perempuan tidak berbuat seperti engkau
lakukan beserta anak-anakmu perempuan”.
Homosex merupakan hukuman Tuhan karena dosa manusia (Ro
1:24-28).
Ro 1:24-28 - “(24) Karena
itu Allah menyerahkan mereka kepada keinginan hati mereka akan kecemaran,
sehingga mereka saling mencemarkan tubuh mereka. (25) Sebab mereka menggantikan
kebenaran Allah dengan dusta dan memuja dan menyembah makhluk dengan melupakan
Penciptanya yang harus dipuji selama-lamanya, amin. (26) Karena itu Allah
menyerahkan mereka kepada hawa nafsu yang memalukan, sebab isteri-isteri mereka
menggantikan persetubuhan yang wajar dengan yang tak wajar. (27) Demikian juga
suami-suami meninggalkan persetubuhan yang wajar dengan isteri mereka dan
menyala-nyala dalam berahi mereka seorang terhadap yang lain, sehingga mereka
melakukan kemesuman, laki-laki dengan laki-laki, dan karena itu mereka menerima
dalam diri mereka balasan yang setimpal untuk kesesatan mereka. (28) Dan karena
mereka tidak merasa perlu untuk mengakui Allah, maka Allah menyerahkan mereka
kepada pikiran-pikiran yang terkutuk, sehingga mereka melakukan apa yang tidak pantas”.
Bdk. 1Kor 6:9-10 - “(9) Atau
tidak tahukah kamu, bahwa orang-orang yang tidak adil tidak akan mendapat
bagian dalam Kerajaan Allah? Janganlah sesat! Orang cabul, penyembah berhala,
orang berzinah, banci, orang pemburit, (10) pencuri, orang kikir,
pemabuk, pemfitnah dan penipu tidak akan mendapat bagian dalam Kerajaan Allah”.
NIV: ‘homosexual offenders’ (= pelanggar homosexual).
d) Suku
Benyamin menjadi begitu jahat, padahal dalam Ul 33:12a dikatakan: “Tentang Benyamin ia berkata: ‘Kekasih TUHAN yang diam
padaNya dengan tenteram! TUHAN melindungi dia setiap waktu ...”.
KJV: ‘And of Benjamin he said, The beloved of the LORD shall dwell in safety by him; and
the LORD shall cover him all the day long, ...’ (= Dan
tentang Benyamin ia berkata, ‘Kekasih TUHAN akan tinggal dengan aman di dekatnya; dan TUHAN akan menudunginya
sepanjang hari, ...).
NIV: ‘About Benjamin he said: ‘Let
the beloved of the LORD rest secure in him, for he shields him all day long,
...’ (= Tentang Benyamin ia berkata: ‘Kiranya kekasih TUHAN beristirahat
dengan aman dalam dia, karena Ia melindunginya sepanjang hari, ...).
Sekarang, mereka bukan
hanya tidak mempunyai keramahan dalam menerima tamu, tetapi bahkan mereka
berani merusak keramahan dari orang tua itu yang menerima orang Lewi itu di
rumahnya, dengan tindakan brutal mereka.
Mengapa mereka bisa
menjadi jahat seperti ini? Pulpit Commentary mengatakan (hal 194) bahwa karena
mereka tidak menghancurkan penduduk Kanaan, maka mereka mengikuti dosa-dosa
orang-orang Kanaan itu. Yang membahayakan dari dosa adalah bahwa itu bisa
merusak kerohanian secara perlahan-lahan sehingga orang tersebut sampai pada
titik yang begitu buruk, sehingga bisa melakukan dosa terkutuk apapun.
Pulpit Commentary: “it is essential that sin should be known
to be what it is, and especially that it should be made clear by what gradual
descents a man may glide from one stage of wickedness to another, till, under
favoring circumstances, he reaches a depth of vileness which at one time would
have seemed impossible” (=
merupakan sesuatu yang penting untuk mengenal dosa sebagaimana adanya dosa itu,
dan khususnya harus menjadi jelas, dengan penurunan bertahap yang bagaimana
seseorang bisa merosot, dari satu tahap kejahatan kepada tahap kejahatan yang
lain, sampai, dalam kondisi yang mendukung, ia mencapai suatu kedalaman
kejahatan, yang pada satu saat kelihatan sebagai mustahil) - hal 194.
Pulpit Commentary: “Doubtless they had mingled with the
heathen and learnt their works. ... The Spirit of God was vexed within them.
The light of his word was quenched in the darkness of a gross materialism.
Utter callousness of conscience came on. They began to sneer at virtue, and to
scoff at the fear of God. When the fear of God was gone, the honour due to man
and due to themselves would soon go too. And thus it came to pass at the time
of this history that the whole community was sunk to the level of the vilest
heathenism. ... Without the fear of God man would soon become a devil, and
earth would become a hell” (=
Tidak diragukan mereka telah bercampur dengan orang-orang kafir dan mempelajari
perbuatan mereka. ... Roh Allah disakiti di dalam mereka. Terang dari firman
dipadamkan dalam kegelapan dari materialisme yang kotor. Hati nurani yang sama
sekali tak berperasaan muncul. Mereka mulai mencemooh pada kebaikan, dan
mengejek pada rasa takut kepada Allah. Pada waktu rasa takut kepada Allah
hilang, rasa hormat yang seharusnya kepada orang lain dan kepada diri mereka
sendiri juga hilang. Dan lalu terjadilah pada saat dari sejarah ini bahwa
seluruh masyarakat tenggelam sampai pada tingkat dari kekafiran yang paling
buruk / hina. ... Tanpa rasa takut kepada Allah manusia segera menjadi setan,
dan bumi menjadi neraka) - hal 194,195.
e) Tuhan
menangani dosa yang sama dengan cara yang berbeda-beda; tetapi pada akhirnya,
semua yang berdosa akan dihukum.
Orang-orang Sodom dibutakan, lalu diberi hujan api dan
belerang, tetapi orang-orang di sini mula-mula dibiarkan, dan lalu dibinasakan
dengan pedang. Karena itu kita tak bisa mengharapkan Tuhan selalu melakukan
tindakan yang sama.
Matthew Henry: “Why were not these sons of
Belial struck blind, as the Sodomites were? Why were not fire and brimstone
rained from heaven upon their city? It was because God would leave it to Israel
to punish them by the sword, and would reserve his own punishment of them for
the future state, in which those that go after strange flesh shall suffer the vengeance
of eternal fire, Jude 7” (= Mengapa anak-anak
Belial ini tidak dibutakan, seperti orang-orang Sodom? Mengapa api dan belerang
tidak dihujankan dari langit pada kota mereka? Karena Allah mau memberikannya
kepada Israel untuk menghukum mereka dengan pedang, dan menyimpan
penghukumanNya sendiri bagi mereka untuk keadaan di masa yang akan datang,
dalam mana mereka yang mengejar kepuasan yang tidak wajar akan mengalami
pembalasan api yang kekal, Yudas 7).
Yudas 7 - “sama seperti Sodom dan
Gomora dan kota-kota sekitarnya, yang dengan cara yang sama melakukan
percabulan dan mengejar kepuasan-kepuasan yang tak wajar, telah menanggung
siksaan api kekal sebagai peringatan kepada semua orang”.
f) Ay 23-24: “(23) Lalu keluarlah pemilik rumah itu menemui mereka dan
berkata kepada mereka: ‘Tidak, saudara-saudaraku, janganlah kiranya berbuat
jahat; karena orang ini telah masuk ke rumahku, janganlah kamu berbuat noda.
(24) Tetapi ada anakku perempuan, yang masih perawan, dan juga gundik orang
itu, baiklah kubawa keduanya ke luar; perkosalah mereka dan perbuatlah dengan
mereka apa yang kamu pandang baik, tetapi terhadap orang ini janganlah kamu
berbuat noda.’”.
Bdk. Kej 19:6-8 - “(6) Lalu
keluarlah Lot menemui mereka, ke depan pintu, tetapi pintu ditutupnya di
belakangnya, (7) dan ia berkata: ‘Saudara-saudaraku, janganlah kiranya berbuat
jahat. (8) Kamu tahu, aku mempunyai dua orang anak perempuan yang belum pernah
dijamah laki-laki, baiklah mereka kubawa ke luar kepadamu; perbuatlah kepada
mereka seperti yang kamu pandang baik; hanya jangan kamu apa-apakan orang-orang
ini, sebab mereka memang datang untuk berlindung di dalam rumahku.’”.
Adam Clarke: “Such a proposal was made
by Lot to the men of Sodom, Gen. 19, but nothing can excuse either. That the
rights of hospitality were sacred in the East, and most highly regarded, we know;
and that a man would defend, at the expense of his life the stranger whom he
had admitted under his roof, is true; but how a father could make such a
proposal relative to his virgin daughter, must remain among those things which are
incomprehensible” (= Usul seperti itu dibuat
oleh Lot kepada orang-orang Sodom, Kej 19, tetapi tidak ada yang bisa memaafkan
yang manapun dari tindakan ini. Bahwa hak untuk menjamu tamu merupakan sesuatu
yang keramat / kudus di Timur, dan sangat dihormati, kami tahu; dan bahwa
seseorang akan mempertahankan, dengan mengorbankan nyawanya, seorang asing yang
diijinkannya untuk tinggal di bawah atapnya, adalah benar; tetapi bagaimana
seorang ayah bisa membuat usul seperti itu berkenaan dengan anak gadisnya,
harus tetap tinggal di antara hal-hal yang tidak bisa dimengerti).
g) Ay 25-26:
“(25) Tetapi orang-orang itu tidak mau mendengarkan perkataannya.
Lalu orang Lewi itu menangkap gundiknya dan membawanya kepada mereka ke luar,
kemudian mereka bersetubuh dengan perempuan itu dan semalam-malaman itu mereka
mempermainkannya, sampai pagi. Barulah pada waktu fajar menyingsing mereka
melepaskan perempuan itu. (26) Menjelang pagi perempuan itu datang kembali,
tetapi ia jatuh rebah di depan pintu rumah orang itu, tempat tuannya bermalam,
dan ia tergeletak di sana sampai fajar”.
Akhirnya orang Lewi itu menyerahkan gundiknya kepada
mereka, dan mereka memperkosanya sampai mati.
5) Tindakan dari
orang Lewi itu.
Ay 27-30:
“(27) Pada waktu tuannya bangun pagi-pagi, dibukanya pintu rumah
dan pergi ke luar untuk melanjutkan perjalanannya, tetapi tampaklah perempuan
itu, gundiknya, tergeletak di depan pintu rumah dengan tangannya pada ambang
pintu. (28) Berkatalah ia kepada perempuan itu: ‘Bangunlah, marilah kita
pergi.’ Tetapi tidak ada jawabnya. Lalu diangkatnyalah mayat itu ke atas
keledai, berkemaslah ia, kemudian pergi ke tempat kediamannya. (29) Sesampai di
rumah, diambilnyalah pisau, dipegangnyalah mayat gundiknya, dipotong-potongnya
menurut tulang-tulangnya menjadi dua belas potongan, lalu dikirimnya ke seluruh
daerah orang Israel. (30) Dan setiap orang yang melihatnya, berkata: ‘Hal yang
demikian belum pernah terjadi dan belum pernah terlihat, sejak orang Israel
berangkat keluar dari tanah Mesir sampai sekarang. Perhatikanlah itu,
pertimbangkanlah, lalu berbicaralah!’”.
Matthew Henry menganggap bahwa Tuhan membiarkan ini
terjadi sebagai hukuman terhadap perzinahan yang dilakukan oleh perempuan itu.
Sekalipun suaminya mengampuninya, Tuhan tidak. Biasanya yang sering kita dengar
adalah: sekalipun manusia tak mau mengampuni, Tuhan mau. Tuhan selalu
digambarkan lebih kasih, dan lebih mau mengampuni, dari pada manusia. Tetapi di
sini kelihatannya terjadi kebalikkannya. Orang Lewi itu mau mengampuni
istrinya, tetapi Tuhan tidak (karena tak ada pertobatan)!
Matthew Henry: “Her punishment answered
her sin, ... Lust was her sin, and lust was her punishment. By the law of Moses
she was to have been put to death for her adultery. She escaped that punishment
from men, yet vengeance pursued her; for, if there was no king in Israel, yet there
was a God in Israel, a God that judgeth in the earth” (= Hukumannya sesuai dengan dosanya, ... Nafsu adalah dosanya,
dan nafsu adalah hukumannya. Oleh hukum Taurat Musa ia harus dihukum mati untuk
perzinahannya. Ia lolos dari hukuman manusia, tetapi pembalasan mengejarnya;
karena, jika di sana tidak ada raja di Israel, tetapi di sana ada Allah
di Israel, seorang Allah yang menghakimi di bumi).
Baik
orang-orang Benyamin yang brengsek, maupun gundik dari orang Lewi itu,
mula-mula kelihatannya lolos dari hukuman. Tetapi lambat atau cepat, hukuman
menyusul mereka. Kalau saudara berdosa, dan sampai saat ini tidak ada hukuman
dari Tuhan, jangan senang. Lambat atau cepat, hukuman akan datang. Jadi,
bertobatlah, sebelum terlambat.
-AMIN-
email
us at : gkri_exodus@lycos.com