Eksposisi Kitab Hakim-Hakim
oleh : Pdt. Budi Asali M.Div.
1) Semua orang
Ay 1: “Lalu majulah semua orang
KJV: ‘was gathered together as one man’ (= berkumpul bersama-sama sebagai
satu orang).
a) Kata
Ibrani yang diterjemahkan ‘one’ (= satu) adalah EKHAD, yaitu kata yang digunakan dalam Ul 6:4
untuk menyatakan bahwa Yahweh itu satu. Ini terulang lagi dalam ay 8 dan
ay 11.
·
Ay 8: “Kemudian
bangunlah seluruh bangsa itu dengan serentak, sambil berkata: ‘Seorangpun
dari pada kita takkan pergi ke kemahnya, seorangpun dari pada kita takkan
pulang ke rumahnya”.
KJV: ‘And all the people arose as one man’ (= Dan seluruh bangsa itu bangkit sebagai
satu orang).
·
Ay 11: “Demikianlah orang
KJV: ‘So all the men of
Ini menunjukkan bahwa kata EKHAD itu sering digunakan bukan
untuk menunjuk pada ‘satu
yang mutlak’ (‘an absolute one’), tetapi pada ‘satu gabungan’ (‘a compound one’). Dan ini menjadi salah
satu dasar dari doktrin Allah Tritunggal, atau menjadi salah satu pembelaan
terhadap serangan dari orang-orang yang anti Tritunggal, yang berdasarkan
Ul 6:4 ini menyatakan bahwa Allah itu tunggal secara mutlak.
b) Sekalipun
bangsa
2) Orang-orang
Israel minta orang Lewi itu menceritakan ceritanya.
Ay 3b-4:
“(3b) Berkatalah orang
a)
Di sisi lain, orang Kristen harus belajar untuk bisa
menceritakan sesuatu dengan benar, karena penceritaan yang salah bisa
menimbulkan kekacauan! Kalau saudara selalu menceritakan secara serampangan,
lebih baik berdiam diri dan jangan berkata apa-apa!
b) Dalam
bahasa Ibraninya ay 3 menunjukkan bahwa yang diminta untuk menceritakan
ada dalam bentuk jamak, jadi mungkin si orang Lewi dan pelayannya dan tuan
rumahnya. Mengapa? Karena hukum Taurat melarang menghukum mati seseorang,
apalagi banyak orang, atas laporan 1 orang saja (Ul 17:6 19:15).
Ul 17:6
- “Atas keterangan dua atau tiga orang
saksi haruslah mati dibunuh orang yang dihukum mati; atas keterangan satu orang
saksi saja janganlah ia dihukum mati”.
Ul 19:15 - “‘Satu orang saksi saja tidak dapat menggugat
seseorang mengenai perkara kesalahan apapun atau dosa apapun yang mungkin
dilakukannya; baru atas keterangan dua atau tiga orang saksi perkara itu tidak
disangsikan”.
3) Orang Lewi itu
menceritakan apa yang telah ia alami.
Ay 4b-7:
“(4b) ‘Aku sampai dengan gundikku di Gibea kepunyaan suku Benyamin
untuk bermalam di
a) Dalam
ay 5, orang Lewi itu mengatakan bahwa orang-orang Gibea bermaksud untuk
membunuhnya. Mungkin di sini ia merasa malu untuk menceritakan bahwa sebetulnya
mereka mau melakukan tindakan homosex terhadapnya.
b) Ini suatu
skandal tetapi dibahas secara terbuka di depan semua orang.
4) Keputusan dari
Israel.
Ay 8-11:
“(8) Kemudian bangunlah seluruh bangsa itu dengan serentak,
sambil berkata: ‘Seorangpun dari pada kita takkan pergi ke kemahnya, seorangpun
dari pada kita takkan pulang ke rumahnya. (9) Inilah yang akan kita lakukan
kepada Gibea; memeranginya, dengan membuang undi! (10) Kita akan memilih dari
seluruh suku Israel sepuluh orang dari tiap-tiap seratus, seratus orang dari
tiap-tiap seribu, seribu orang dari tiap-tiap sepuluh ribu, untuk mengambil
bekal bagi laskar ini, supaya sesudah mereka datang, dilakukan kepada
Gibea-Benyamin setimpal dengan segala perbuatan noda yang telah diperbuat
mereka di antara orang Israel.’ (11) Demikianlah orang Israel berkumpul melawan
kota itu, semuanya bersekutu dengan serentak”.
a) Mereka
memutuskan untuk menghukum orang-orang Gibea-Benyamin.
Sebetulnya di sini ada kesalahan, karena mereka belum
menanyai orang-orang Gibea-Benyamin itu, tetapi sudah menjatuhkan vonis.
Untungnya cerita yang mereka dengar itu betul. Tetapi dalam banyak kasus,
sangat tidak bijaksana melakukan hal seperti ini. Pada waktu ada 2 orang
gegeran, selalu versinya berbeda, dan kita harus mendengarkan keduanya, kalau
perlu mendengarkan saksi-saksi lain, baru menilai. Dengan cara itupun
kadang-kadang kita belum bisa menilai siapa yang benar.
b) Sesuatu
yang baik dalam diri orang-orang Israel ini adalah bahwa mereka masih peduli
pada bangsa, negara, dan agama mereka, sehingga pada waktu mereka tahu ada
sesuatu yang sangat salah, maka mereka berusaha memperbaiki.
Kalau ada sesuatu yang salah / kurang dalam gereja, dan
saudara tidak peduli, maka ada sesuatu yang sangat tidak beres dengan saudara.
Itu suatu pertanda, atau saudara memang bukan orang kristen yang sejati, atau
saudara adalah orang kristen yang sejati yang sedang sakit berat secara rohani.
Dan kalau saudara tidak peduli akan keadaan saudara yang seperti itu, dan
bahkan membenarkannya, itu lebih-lebih menunjukkan bahwa saudara sedang sekarat
secara rohani!
c) Salahkah
orang-orang Israel ini, kalau mereka mengorbankan perdamaian demi kebenaran?
Tidak, ini justru tindakan yang benar.
Bdk. Yak 3:17 - “Tetapi
hikmat yang dari atas adalah pertama-tama murni, selanjutnya pendamai,
peramah, penurut, penuh belas kasihan dan buah-buah yang baik, tidak memihak
dan tidak munafik”.
Perhatikan urut-urutannya. ‘Murni’ dulu, baru ‘pendamai’.
1. Murni.
Murni berarti tidak ada campuran / kotoran. Campuran /
kotoran itu bisa merupakan motivasi yang salah, atau ketidakbenaran.
2. Pendamai.
Ini menunjuk pada orang yang:
·
tak senang mencari gara-gara / permusuhan.
·
tak senang membalas kejahatan dengan
kejahatan.
·
tak senang mengadu domba, tetapi sebaliknya
senang mendamaikan.
Tetapi
perlu diingat bahwa ‘pendamai’ ini bukannya orang yang lebih
senang kompromi dari pada gegeran, pada saat dimana gegeran itu sebetulnya
dibutuhkan. Misalnya pada saat kita melihat ada korupsi atau pengajaran sesat
dalam gereja. Ingat bahwa yang dinomer-satukan adalah ‘murni’,
dan karena itu, dalam mempertahankan kemurnian itu bisa saja kita terpaksa
harus mengorbankan perdamaian!
Pada waktu Martin Luther melihat adanya begitu banyak
ajaran dan praktek yang salah dari gereja Roma Katolik pada saat itu, apakah ia
tetap memelihara perdamaian? Tidak, tetapi sebaliknya ia memakukan 95 thesisnya
di pintu gereja Wittenberg, dan ini akhirnya menimbulkan perpecahan dalam
gereja! Beranikah saudara menyalahkan Martin Luther dan menganggapnya sebagai
orang yang tidak cinta damai?
Thomas Manton: “If the chiefest care must
be for purity, then peace may be broken in truth’s quarrel. It is a zealous
speech of Luther that rather heaven and earth should be blended together in
confusion than one jot of truth perish” (= Jika perhatian yang
paling utama adalah untuk kemurnian, maka damai boleh dihancurkan dalam
pertengkaran kebenaran. Merupakan suatu ucapan yang bersemangat dari Luther
bahwa lebih baik langit dan bumi bercampur aduk menjadi satu dari pada satu
titik kebenaran binasa).
Calvin, dalam komentarnya tentang Ef 5:11, berkata:
“But rather than the truth
of God shall not remain unshaken, let a hundred worlds perish” (= dari pada kebenaran
Allah tergoncangkan, lebih baik seratus dunia binasa).
d) Mengapa
mereka lakukan apa yang ditulis dalam ay 10a?
Ay 10:
“Kita akan memilih dari seluruh suku Israel sepuluh orang dari
tiap-tiap seratus, seratus orang dari tiap-tiap seribu, seribu orang dari
tiap-tiap sepuluh ribu, untuk mengambil bekal bagi laskar ini, supaya sesudah
mereka datang, dilakukan kepada Gibea-Benyamin setimpal dengan segala perbuatan
noda yang telah diperbuat mereka di antara orang Israel.’”.
Karena mereka hanya membawa bekal sedikit, maka harus ada
penambahan bekal. Kalau semua pulang, akan sukar untuk berkumpul kembali. Jadi
hanya orang-orang tertentu ditugaskan untuk mengambil bekal, dan yang lain
tetap berkumpul.
Ini menunjukkan bahwa mereka tak menunda-nunda untuk
melaksanakan keputusan mereka.
Matthew Henry: “When there appears in
people a pious zeal for any good work it is best to strike while the iron is
hot, for such zeal is apt to cool quickly if the prosecution of the work be
delayed. Let it never be said that we left that good work to be done to-morrow which
we could as well have done to-day” (= Pada
waktu terlihat dalam orang-orang suatu semangat yang saleh untuk suatu
pekerjaan baik apapun, yang terbaik adalah memukul pada waktu besi itu panas,
karena semangat seperti itu condong untuk mendingin dengan cepat jika
pelaksanaan dari pekerjaan itu ditunda. Janganlah pernah dikatakan bahwa kita
meninggalkan pekerjaan baik untuk dilakukan besok kalau kita bisa
mengerjakannya pada hari ini).
Penerapan:
Kalau saudara digerakkan oleh Tuhan / Firman Tuhan untuk
melakukan sesuatu yang baik bagi Tuhan, apakah itu berdoa, melayani,
memberitakan Injil, memberi persembahan dsb, jangan menunda-nunda untuk
melakukannya.
1) Israel
berhadapan dengan Benyamin.
Ay 12-14:
“(12) Kemudian suku-suku Israel mengirim orang kepada seluruh
suku Benyamin dengan pesan: ‘Apa macam kejahatan yang terjadi di antara kamu
itu! (13) Maka sekarang, serahkanlah orang-orang itu, yakni orang-orang dursila
yang di Gibea itu, supaya kami menghukum mati mereka dan dengan demikian
menghapuskan yang jahat itu dari antara orang Israel.’ Tetapi bani Benyamin
tidak mau mendengarkan perkataan saudara-saudaranya, orang Israel itu. (14)
Sebaliknya, bani Benyamin dari kota-kota lain berkumpul di Gibea untuk maju
berperang melawan orang Israel”.
a) Seandainya
cerita / tuduhan yang didengar oleh bangsa Israel itu salah, orang-orang
Benyamin bisa meluruskannya. Tetapi mereka tidak melakukannya. Secara implicit,
ini berarti bahwa mereka mengakui kebenaran cerita tersebut.
b) Suku Benyamin
membela orang-orang Gibea yang terang-terangan bersalah.
Pulpit Commentary mengatakan (hal 200) bahwa adalah tidak
masuk akal bahwa seluruh suku Benyamin membela kejahatan seperti itu. Mereka,
setidaknya sebagian dari mereka, pasti merasa bahwa tindakan dari orang-orang
dursila itu memang salah, dan layak untuk mendapat hukuman mati. Lalu mengapa
mereka membela orang-orang itu? Pulpit Commentary mengatakan bahwa itu
disebabkan karena kesombongan / harga diri / gengsi. Mereka merasa harga diri mereka
diinjak-injak karena mereka harus tunduk kepada otoritas dari suku-suku yang
lain. Itu sebabnya mereka menolak, dan membela orang-orang jahat dari suku
mereka.
Seandainya Israel melakukan pendekatan dengan baik
terhadap mereka, mungkin mereka mau menyerahkan orang-orang brengsek dari Gibea
itu. Tetapi Israel datang kepada mereka dengan kata-kata ‘Apa macam kejahatan yang terjadi di antara kamu itu! Maka
sekarang, serahkanlah orang-orang itu, yakni orang-orang dursila yang di Gibea
itu, supaya kami menghukum mati mereka dan dengan demikian menghapuskan yang
jahat itu dari antara orang Israel.’ (ay
12b-13), dan ini menyebabkan harga diri mereka terpukul sehingga melakukan hal
seperti itu. Tetapi bagaimanapun, tindakan mereka sangat salah, dan menyebabkan
merekapun layak dihukum mati.
Pulpit Commentary:
“It is
impossible to suppose that the whole tribe of Benjamin really sympathised with
the foul deed of the men of Gibeah, or could have felt otherwise than that such
a deed deserved the severest punishment that could be inflicted. We must seek
the cause, therefore, of their desperate resistance to the just decree of the
nation in some other motive than that of consent to their brethren’s ‘lewdness
and folly.’ Nor is such motive far to seek. We find it in that unreasonable
movement of human pride and selfishness which we commonly call ‘temper;’ a
movement which sets up a man’s own dignity, self-importance, self-esteem, above
the laws of God, above righteousness, justice, truth, and the law of kindness,
and yet so blinds him, that in vindication of his own dignity he does the most
foolish and degrading actions, lowering himself where he sought to raise
himself, makin himself ridiculous where he thought to be an object of superior
respect. ... We see exactly the same results of temper on a smaller scale every
day around us. Men will not do the right thing, or the just thing, or the wise
thing, not because they are wicked and unjust and destitute of good sense under
ordinary circumstances, but because their tempers are up. Their false pride
blinds and enslaves them. They see a personal humiliation in the way of acting
rightly; their resentment against individuals for insult or wrong done to them
stiffens their necks and hardens their will. ... And as for their own
interests, and even their own good name, they are ready to sacrifice them at
the imperious bidding of temper. Much of human unhappiness is caused by temper,
which is as injurious to the peace of those who yield to its dictates as to
those who are exposed to its outbreaks. It ought not to exist, certainly not to
have dominion, in any Christian breast” (= ) - hal 200.
Bdk. Fil 2:1-11 - “(1) Jadi
karena dalam Kristus ada nasihat, ada penghiburan kasih, ada persekutuan Roh,
ada kasih mesra dan belas kasihan, (2) karena itu sempurnakanlah sukacitaku
dengan ini: hendaklah kamu sehati sepikir, dalam satu kasih, satu jiwa, satu
tujuan, (3) dengan tidak mencari kepentingan sendiri atau puji-pujian yang
sia-sia. Sebaliknya hendaklah dengan rendah hati yang seorang menganggap yang
lain lebih utama dari pada dirinya sendiri; (4) dan janganlah tiap-tiap orang
hanya memperhatikan kepentingannya sendiri, tetapi kepentingan orang lain juga.
(5) Hendaklah kamu dalam hidupmu bersama, menaruh pikiran dan perasaan yang
terdapat juga dalam Kristus Yesus, (6) yang walaupun dalam rupa Allah, tidak
menganggap kesetaraan dengan Allah itu sebagai milik yang harus dipertahankan,
(7) melainkan telah mengosongkan diriNya sendiri, dan mengambil rupa seorang
hamba, dan menjadi sama dengan manusia. (8) Dan dalam keadaan sebagai manusia,
Ia telah merendahkan diriNya dan taat sampai mati, bahkan sampai mati di kayu
salib. (9) Itulah sebabnya Allah sangat meninggikan Dia dan mengaruniakan
kepadaNya nama di atas segala nama, (10) supaya dalam nama Yesus bertekuk lutut
segala yang ada di langit dan yang ada di atas bumi dan yang ada di bawah bumi,
(11) dan segala lidah mengaku: ‘Yesus Kristus adalah Tuhan,’ bagi kemuliaan
Allah, Bapa!”.
Penerapan:
·
Dalam hubungan suami istri / persahabatan,
gengsi / harga diri sering menyebabkan pihak yang salah tak mau mengaku salah,
dan bahkan mempertahankan kesalahannya.
·
Pada waktu seseorang menerima teguran,
sekalipun ia sadar bahwa dirinya memang salah, tetapi ia bukannya bertobat, malah
menjadi marah.
·
Pada waktu kita seharusnya meminta maaf
karena telah berbuat suatu kesalahan kepada sesama kita, gengsi / kesombongan
seperti ini sering menyebabkan kita tak mau minta maaf.
2) Pengerahan
pasukan oleh suku Benyamin dan Israel.
Ay 15-17:
“(15) Pada hari itu dihitunglah jumlah bani Benyamin dari
kota-kota lain itu: dua puluh enam ribu orang yang bersenjatakan pedang, belum
termasuk penduduk Gibea, yang terhitung tujuh ratus orang pilihan banyaknya.
(16) Dari segala laskar ini ada tujuh ratus orang pilihan yang kidal, dan
setiap orang dari mereka dapat mengumban dengan tidak pernah meleset sampai
sehelai rambutpun. (17) Juga orang-orang Israel dihitung jumlahnya; dengan
tidak termasuk suku Benyamin ada empat ratus ribu orang yang bersenjatakan
pedang; semuanya itu prajurit”.
a) Adam
Clarke mengutip kata-kata orang yang mengatakan bahwa orang-orang ini bisa
mengumban dengan tepat dari jarak 600 kaki (180 meter)!
b) Matthew
Poole mengatakan (hal 501), bahwa dalam Kitab Suci diberikan jumlah dari suku
Benyamin maupun Israel, untuk menunjukkan:
·
kesungguhan Israel dalam menghukum Benyamin,
sehingga mengerahkan pasukan sebesar itu.
·
kebutaan suku Benyamin sehingga berani
menghadapi pasukan yang jauh lebih besar.
·
kemenangan dalam perang tergantung Tuhan,
bukan manusia.
3) Israel
minta petunjuk Tuhan sebelum berperang, tetapi mereka kalah pada pertempuran
yang pertama.
Ay 18-21:
“(18) Lalu orang Israel berangkat dan maju ke Betel. Di sana
mereka bertanya kepada Allah: ‘Siapakah dari kami yang lebih dahulu maju
berperang melawan bani Benyamin?’ Jawab TUHAN: ‘Suku Yehudalah lebih dahulu.’
(19) Lalu orang-orang Israel bangun pagi-pagi dan berkemah mengepung Gibea.
(20) Kemudian majulah orang-orang Israel berperang melawan suku Benyamin;
orang-orang Israel mengatur barisan perangnya melawan mereka dekat Gibea. (21)
Juga bani Benyamin maju menyerang dari Gibea dan menggugurkan ke bumi dua puluh
dua ribu orang dari antara orang Israel pada hari itu”.
a) Ay 18:
“Lalu orang Israel berangkat dan maju ke Betel. Di sana
mereka bertanya kepada Allah: ‘Siapakah dari kami yang lebih dahulu maju
berperang melawan bani Benyamin?’ Jawab TUHAN: ‘Suku Yehudalah lebih dahulu.’”.
KJV: ‘to the house of
God’ (= ke rumah Allah). Ini menunjuk pada Kemah Suci.
RSV/NIV/NASB: ‘to Bethel’ (= ke Betel).
Dalam bahasa Ibrani kata Betel berasal dari kata Ibrani
BAYIT EL [‘house of God’ (=
rumah Allah)].
Kalau yang dimaksud adalah kota Betel, maka Kitab Suci
menggunakan istilah BAYIT EL, sedangkan kalau yang dimaksud ‘house of God’ (= rumah Allah), maka
Kitab Suci menggunakan istilah BAYIT HAELOHIM (= house of the God). Di sini digunakan istilah BAYIT EL. Jadi, yang
dimaksud adalah kota Betel.
b) Minta petunjuk Tuhan seperti ini sangat banyak
dalam Kitab Suci, dan kitapun harus melakukan hal yang sama.
Ada hal-hal yang sudah ada dalam Kitab Suci sehingga tak
perlu lagi ditanyakan kepada Tuhan. Misalnya: bekerja pada hari Sabat, mau
punya istri kedua, mau pacaran / menikah dengan orang non kristen, dan
sebagainya.
Tetapi ada banyak hal-hal yang tak dinyatakan dalam Kitab
Suci, seperti harus melayani dalam pelayanan apa, di gereja mana? Harus kerja
dimana? Harus menikah dengan orang Kristen yang mana? Untuk hal-hal ini harus
minta petunjuk khusus dari Tuhan! Jadi, jangan mengabaikan petunjuk khusus dari
Tuhan, itu sama dengan mengabaikan Tuhannya sendiri!
c) Israel
tidak bertanya harus perang dengan Banyamin atau tidak, karena ini sudah jelas.
Jadi yang mereka tanyakan adalah: siapa yang harus maju dulu, menjadi pelopor /
pemimpin dalam perang ini.
d) Sesuatu
yang ironis bahwa sekalipun mereka ada di pihak yang benar, dan mereka
berperang dengan petunjuk Tuhan, tetapi dalam pertempuran ini mereka
dikalahkan. Ini menunjukkan bahwa ‘kalah tak harus berarti salah’.
e) Tindakan
Tuhan memang aneh dan rasanya tak masuk akal. Dengan mengijinkan Benyamin
menang, bukankah mereka menjadi lebih sombong, dan bahkan mengira bahwa mereka
yang benar dan karena itu diberkati oleh Tuhan? Tetapi kita tidak bisa menilai
tindakan Tuhan dengan logika kita. Mirip dengan itu, jaman sekarang juga banyak
gereja yang tidak karuan ‘menang’, sehingga mereka merasa benar / diberkati oleh Tuhan.
f) Apa
sebabnya Israel kalah?
1. Peta
geografis menguntungkan Benyamin.
Albert Barnes mengatakan bahwa letak Gibea ada di bukit,
sehingga menguntungkan orang-orang Benyamin yang mempertahankannya.
2. Mereka
terlalu PD (percaya diri) sehingga tidak meminta tolong / kekuatan dari Allah,
mempersembahkan korban bakaran, dan sebagainya.
Matthew Poole menanyakan: mengapa Allah membiarkan mereka
kalah padahal mereka ada di pihak yang benar, dan sudah meminta petunjuk Tuhan?
Ia menjawab: karena mereka tidak bergantung kepada Allah.
Matthew Poole: “Nor yet do they seek to
God for his help by prayer, and fasting, and sacrifice, as in all reason they
ought to have done; but were confident of success, because of their great numbers,
and righteous cause” (= Mereka tidak mencari
Allah untuk pertolonganNya dengan doa, dan berpuasa, dan memberi korban,
seperti yang dalam segala pertimbangan harus mereka lakukan; tetapi mereka
yakin tentang kesuksesan karena jumlah mereka yang besar, dan perkara mereka
yang benar) - hal 502.
Ini memang benar, karena kalau kita melihat pada
ay 18 tadi, maka mereka hanya bertanya siapa yang harus maju dulu. Mereka
bahkan tidak meminta berkat Tuhan, kekuatan dari Tuhan, supaya bisa menang
dalam perang melawan Benyamin.
Allah ingin menunjukkan kepada mereka bahwa mereka harus
bergantung kepada Allah dan bukan kepada kekuatan mereka sendiri. Allah benci
PD!
Karena itu, baik dalam pekerjaan saudara maupun pelayanan
saudara, sekalipun semua benar dan sesuai kehendak Tuhan, tetapi kalau saudara
bersandar pada kekuatan diri sendiri, kurang berdoa, dsb, maka jangan heran
kalau Tuhan membiarkan saudara kalah.
Kalau ditanyakan: lalu mengapa suku Benyamin yang jelas
salah besar, dan juga PD, kok tidak dihajar? Jawabnya:
¨
Anak yang makin dekat dengan Tuhan, dihajar
lebih dulu.
Bdk. 1Pet 4:17 - “Karena
sekarang telah tiba saatnya penghakiman dimulai, dan pada rumah Allah
sendiri yang harus pertama-tama dihakimi. Dan jika penghakiman itu
dimulai pada kita, bagaimanakah kesudahannya dengan mereka yang tidak
percaya pada Injil Allah?”.
Memang ayat ini membandingkan antara ‘anak Tuhan’ dan ‘bukan anak Tuhan’. Dalam hal ini maka ‘anak Tuhan’ dihajar /
dihakimi lebih dulu. Tetapi dalam kasus
antara ‘anak
Tuhan yang dekat dengan Tuhan’ dan ‘anak Tuhan
yang jauh dari Tuhan’,
maka ‘yang dekat’ dihajar dulu.
¨
Ada saatnya suku Benyamin dihajar, dengan
hajaran yang lebih hebat.
¨
Waktu untuk menghajar tergantung Tuhan, yang
adalah Allah yang berdaulat.
4) Pertempuran
yang kedua; Israel kalah lagi.
Ay 22-25:
“(22) Tetapi laskar orang Israel mengumpulkan segenap
kekuatannya, lalu mengatur pula barisan perangnya di tempat mereka mengatur
barisannya semula. (23) Kemudian pergilah orang-orang Israel, lalu menangis
di hadapan TUHAN sampai petang, sesudah itu mereka bertanya kepada TUHAN: ‘Akan
pergi pulakah kami berperang melawan bani Benyamin, saudara kami itu?’ Jawab
TUHAN: ‘Majulah melawan mereka.’ (24) Tetapi ketika orang-orang Israel pada
hari kedua sampai di dekat bani Benyamin, (25) maka pada hari kedua itu majulah
suku Benyamin dari Gibea menyerbu mereka, dan digugurkannya pula ke bumi
delapan belas ribu orang di antara orang-orang Israel; semuanya orang-orang
yang bersenjatakan pedang”.
a) Tak percaya
takhyul.
Ay 22:
“Tetapi laskar orang Israel mengumpulkan segenap kekuatannya,
lalu mengatur pula barisan perangnya di tempat mereka mengatur barisannya
semula”.
Jadi, mereka mengatur kembali barisan perangnya di
tempat yang semula. Matthew Poole mengatakan bahwa mereka tidak memindahkan
ke tempat lain dengan pemikiran yang bersifat takhyul, bahwa tempat itu sial / ‘mbo hokgi’ dan sebagainya. Bdk.
1Raja 20:23 - “Pegawai-pegawai raja Aram
berkata kepadanya: ‘Allah mereka ialah allah gunung; itulah sebabnya mereka
lebih kuat dari pada kita. Tetapi apabila kita berperang melawan mereka di
tanah rata, pastilah kita lebih kuat dari pada mereka”.
Bdk. 1Tim 4:7 - “Tetapi
jauhilah takhayul dan dongeng nenek-nenek tua. Latihlah dirimu beribadah”.
Penerapan:
Apakah saudara masih hidup berdasarkan takhyul, hong sui,
dsb?
b) Minta petunjuk
Tuhan lagi, tetapi kalah lagi.
Kalau tadi mereka tak menanyakan apakah harus perang atau
tidak, maka sekarang mereka menanyakan hal itu (ay 23). Ini jelas
menunjukkan bahwa kekalahan pertama tadi membuat mereka jadi ragu-ragu. Mereka jadi
berpikir / bertanya-tanya: ‘Apakah Tuhan memang menghendaki mereka berperang melawan Benyamin?’.
Sekarang Tuhan jelas menjawab bahwa mereka harus
berperang; dan mereka menuruti petunjuk Tuhan itu, tetapi mereka kalah lagi (ay
23b-25)!
Matthew Henry: “God’s judgments are a
great deep, and his way is in the sea. Clouds and darkness are often round about
him, but judgment and justice are always the habitation of his throne. We may
be sure of the righteousness, when we cannot see the reasons, of God’s proceedings” (= Penghakiman Allah sangat dalam, dan jalanNya ada di dalam
laut. Awan dan kegelapan sering mengelilingi Dia, tetapi penghakiman dan
keadilan selalu merupakan tempat tinggal dari takhtaNya. Kita bisa / boleh
yakin tentang kebenaran, pada waktu kita tidak bisa melihat alasan-alasan, dari
cara Allah bekerja).
Bandingkan dengan ayat-ayat di bawah
ini:
·
Nahum 1:3b - “Ia berjalan dalam puting beliung dan
badai, dan awan adalah debu kakiNya”.
KJV: ‘the LORD hath his way in the whirlwind and in the storm, and the clouds are the dust
of his feet’ (= TUHAN mempunyai jalanNya dalam
puting beliung dan badai, dan awan adalah debu kakiNya).
·
Yes 55:8-9 - “(8) Sebab rancanganKu bukanlah rancanganmu, dan jalanmu
bukanlah jalanKu, demikianlah firman TUHAN. (9) Seperti tingginya langit dari
bumi, demikianlah tingginya jalanKu dari jalanmu dan rancanganKu dari
rancanganmu”.
·
Ro 11:33 - “O, alangkah
dalamnya kekayaan, hikmat dan pengetahuan Allah! Sungguh tak terselidiki
keputusan-keputusanNya dan sungguh tak terselami jalan-jalanNya!”.
Mungkin Tuhan membiarkan Israel kalah lagi, supaya mereka
makin menyadari bahwa kemenangan tak tergantung kekuatan mereka, tetapi
tergantung Tuhan.
Matthew Henry mengatakan bahwa dengan ini Allah mengajar
supaya kita jangan merasa aneh kalau suatu perkara yang benar harus
mengalami kekalahan untuk sementara waktu, dan keadaan kelihatannya betul-betul
memburuk. Pada akhirnya kebenaran yang akan menang!
5) Pertempuran
ketiga; Israel menang.
a) Sebelum pertempuran.
Ay 26-28:
“(26) Kemudian pergilah semua orang Israel, yakni seluruh bangsa
itu, lalu sampai di Betel; di sana mereka tinggal menangis di hadapan TUHAN,
berpuasa sampai senja pada hari itu dan mempersembahkan korban bakaran dan
korban keselamatan di hadapan TUHAN. (27) Dan orang-orang Israel bertanya
kepada TUHAN - pada waktu itu ada di sana tabut perjanjian Allah, (28) dan
Pinehas bin Eleazar bin Harun menjadi imam Allah pada waktu itu - kata mereka: ‘Haruskah
kami maju sekali lagi untuk berperang melawan bani Benyamin, saudara kami itu,
atau haruskah kami hentikan itu?’ Jawab TUHAN: ‘Majulah, sebab besok Aku akan
menyerahkan mereka ke dalam tanganmu.’”.
1. Penyebutan
Pinehas sebagai imam Allah menunjukkan kira-kira saat terjadinya peristiwa ini.
Barnes mengatakan bahwa ini merupakan suatu petunjuk yang
penting, yang menunjukkan bahwa peristiwa ini terjadi kira-kira 20 tahun
setelah kematian Yosua. Baru ditinggal mati Yosua sekitar 20 tahun, Israel
sudah begitu kacau.
2. Kali
ini mereka bukan hanya menangis dan minta petunjuk Tuhan, tetapi juga berpuasa,
dan mempersembahkan korban bakaran dan korban keselamatan.
Adam Clarke: “This is the first place
where fasting is mentioned as a religious ceremony, or as a means of obtaining
help from God. And in this case, and many since, it has been powerfully
effectual. At present it is but little used; a strong proof that self-denial is
wearing out of fashion” (= Ini merupakan tempat
pertama dimana puasa disebutkan sebagai suatu upacara agamawi, atau sebagai
suatu cara / jalan untuk mendapatkan pertolongan dari Allah. Dan dalam kasus
ini, dan banyak kasus sejak saat ini, puasa merupakan sesuatu yang efektif dan
berkuasa. Pada saat ini puasa hanya digunakan sedikit sekali; suatu bukti yang
kuat bahwa penyangkalan diri kelihatannya ketinggalan jaman).
Catatan:
menurut saya, di sini hanya disebutkan bahwa mereka berpuasa, tidak dikatakan
bahwa itu merupakan cara / jalan untuk mendapatkan pertolongan dari Allah. Juga
tidak dikatakan bahwa doa mereka dikabulkan karena mereka berpuasa.
3. Dua
kali kalah menyebabkan mereka menjadi lebih rendah hati dan berdoa dengan lebih
sungguh-sungguh, dan kali ini Tuhan bukan hanya memberi petunjuk, tetapi juga
memberikan jaminan kemenangan kepada mereka (ay 28).
b) Jalannya
pertempuran dan terjadinya kemenangan Israel.
Ay 29-48:
“(29) Lalu orang Israel menempatkan penghadang-penghadang
sekeliling Gibea. (30) Pada hari ketiga majulah orang-orang Israel melawan bani
Benyamin dan mengatur barisannya melawan Gibea seperti yang sudah-sudah. (31)
Maka majulah bani Benyamin menyerbu laskar itu; mereka terpancing dari kota,
dan seperti yang sudah-sudah, mereka mulai menyerang laskar itu pada kedua
jalan raya - yang satu menuju ke Betel, dan yang lain ke Gibea melalui padang -
sehingga terbunuh beberapa orang, kira-kira tiga puluh orang di antara orang
Israel. (32) Maka kata bani Benyamin: ‘Orang-orang itu telah terpukul kalah
oleh kita seperti semula.’ Tetapi orang-orang Israel telah bermupakat lebih
dahulu: ‘Marilah kita lari dan memancing mereka dari kota ke jalan-jalan raya.’
(33) Jadi orang Israel bangun dari tempatnya dan mengatur barisannya di
Baal-Tamar, sedang orang Israel yang menghadang itu tiba-tiba keluar dari
tempatnya, yakni tempat terbuka dekat Geba, (34) dan sampai di depan Gibea,
sebanyak sepuluh ribu orang pilihan dari seluruh Israel. Pertempuran itu
dahsyat, tetapi bani Benyamin tidak tahu bahwa malapetaka datang menimpa
mereka. (35) TUHAN membuat suku Benyamin terpukul kalah oleh orang Israel, dan
pada hari itu orang-orang Israel memusnahkan dari antara suku Benyamin dua
puluh lima ribu seratus orang, semuanya orang-orang yang bersenjatakan pedang.
(36) Bani Benyamin melihat, bahwa mereka telah terpukul kalah. Sementara
orang-orang Israel agak mundur di depan suku Benyamin - sebab mereka
mempercayai penghadang-penghadang yang ditempatkan mereka untuk menyerang Gibea
- (37) maka segeralah penghadang-penghadang itu menyerbu Gibea. Mereka bergerak
maju dan memukul seluruh kota itu dengan mata pedang. (38) Tetapi orang-orang
Israel telah bermupakat dengan penghadang-penghadang itu untuk menaikkan
gumpalan asap tebal dari kota itu. (39) Ketika orang-orang Israel mundur dalam
pertempuran itu, maka suku Benyamin mulai menyerang orang Israel, sehingga
terbunuh kira-kira tiga puluh orang, karena pikir mereka: ‘Tentulah orang-orang
itu terpukul kalah sama sekali oleh kita seperti dalam pertempuran yang dahulu.’
(40) Tetapi pada waktu itu mulailah gumpalan asap naik dari kota itu seperti
tiang asap. Suku Benyamin menoleh ke belakang dan tampaklah kota itu seluruhnya
terbakar, apinya naik ke langit. (41) Lagipula orang-orang Israel maju lagi.
Maka gemetarlah orang-orang Benyamin itu, sebab mereka melihat, bahwa
malapetaka datang menimpa mereka. (42) Jadi larilah mereka dari depan
orang-orang Israel itu, ke arah padang gurun, tetapi pertempuran itu tidak
dapat dihindari mereka, lalu orang-orang dari kota-kota menghabisi mereka di
tengah-tengahnya. (43) Mereka mengepung suku Benyamin itu, mengejarnya dengan
tak henti-hentinya dan melandanya sampai di depan Gibea, di sebelah timur. (44)
Dari bani Benyamin ada tewas delapan belas ribu orang, semuanya orang-orang
gagah perkasa. (45) Yang lain berpaling lari ke padang gurun, ke bukit batu
Rimon. Tetapi di jalan-jalan raya masih diadakan penyabitan susulan di antara
mereka: lima ribu orang; mereka diburu sampai ke Gideom dan dipukul mati dua
ribu orang dari mereka. (46) Maka yang tewas dari suku Benyamin pada hari itu
seluruhnya berjumlah dua puluh lima ribu orang yang bersenjatakan pedang,
semuanya orang-orang gagah perkasa. (47) Tetapi enam ratus orang berpaling lari
ke padang gurun, ke bukit batu Rimon, dan tinggal empat bulan lamanya di bukit
batu itu. (48) Tetapi orang-orang Israel kembali kepada bani Benyamin dan
memukul mereka dengan mata pedang, baik manusia baik hewan dan segala sesuatu
yang terdapat di sana. Juga segala kota yang terdapat di sana mereka musnahkan
dengan api”.
1. Orang-orang
Israel menggunakan siasat dalam perang.
Dalam pertempuran ketiga ini orang Israel lalu
menggunakan siasat, yang tidak mereka gunakan dalam pertempuran pertama dan
kedua. Siasat yang diguanakan adalah siasat seperti yang digunakan Yosua dalam
mengalahkan kota Ai.
Pulpit Commentary:
“Made wiser
by misfortune, they now act cautiously” (= Menjadi
lebih bijaksana oleh kemalangan, sekarang mereka bertindak dengan hati-hati) - hal 203.
Matthew Henry: “The assurance God had given
them of success in this day’s action, instead of making them remiss and
presumptuous, set all heads and hands on work for the effecting of what God had
promised” [= Jaminan kesuksesan yang
Allah berikan kepada mereka pada hari mereka bertindak ini, bukannya membuat
mereka lalai / lengah dan sombong, tetapi menggunakan semua kepala (otak) dan
tangan untuk bekerja untuk menghasilkan / mencapai apa yang telah Allah janjikan].
Adam Clarke: “Though God had promised
them success, they knew they could expect it only in the use of the proper means” (= Sekalipun Allah telah menjanjikan kesuksesan kepada mereka,
mereka tahu bahwa mereka hanya dapat mengharapkan kesuksesan itu dengan
menggunakan cara / jalan yang benar).
Dua kutipan di atas ini merupakan sesuatu yang benar dan
penting. Adanya jaminan, sama sekali tak menyebabkan mereka bertindak
sembarangan, malas, dan sebagainya. Demikian juga kalau kita yang betul-betul
percaya kepada Kristus dijamin keselamatannya, itu sama sekali tidak seharusnya
menyebabkan kita hidup sembarangan, menjadi malas, dan sebagainya. Tetapi
orang-orang Arminian, yang tidak mempunyai / mempercayai jaminan keselamatan, menuduh
bahwa ajaran ini menyebabkan orang hidup sembarangan, menjadi malas dan
sebagainya.
2. Kemenangan
dalam 2 x pertempuran menyebabkan suku Benyamin menjadi sombong dan lengah, dan
itu menyebabkan kehancuran / kekalahan mereka.
Matthew Henry: “the Benjamites, in the
beginning of the battle, were confident that the day was their own: They are
smitten down before us, v. 32, 39. Sometimes God suffers wicked men to be
lifted up in successes and hopes, that their fall may be the sorer. See how
short their joy is, and their triumphing but for a moment. Let not him that
girdeth on the harness boast, except he has reason to boast in God” (= orang-orang Benyamin, pada permulaan dari pertempuran,
sangat yakin bahwa hari itu adalah milik mereka: ‘Orang-orang itu telah
terpukul kalah oleh kita seperti semula.’, ay 32,39. Kadang-kadang Allah
membiarkan orang-orang jahat untuk ditinggikan dalam kesuksesan dan
pengharapan, supaya kejatuhan mereka bisa lebih menyakitkan. Lihatlah
betapa singkat sukacita mereka, dan mereka menang hanya untuk seketika saja.
Jangan hendaknya mereka yang menyiapkan pakaian perang bermegah, kecuali ia
mempunyai alasan untuk bermegah dalam Allah).
3. Ay 34b:
‘Pertempuran itu dahsyat, tetapi bani Benyamin tidak tahu bahwa
malapetaka datang menimpa mereka’.
Pulpit Commentary:
“Our
misfortunes often overtake us unawares. There is no earthly security. The
sinner especially should not encourage himself in fancied immunity. The Son of
man cometh as a thief in the night, for judgment and for reward” (= Kemalangan kita sering menyusul / mendekati kita tanpa kita
sadari. Tidak ada keamanan duniawi. Orang berdosa khususnya, tidak boleh
membesarkan hatinya sendiri dalam kekebalan yang bersifat khayalan. Anak Manusia datang seperti pencuri pada waktu
malam, untuk penghakiman dan untuk pahala)
- hal 207.
4. Ay 35: “TUHAN membuat suku Benyamin terpukul
kalah oleh orang Israel, dan pada hari itu orang-orang Israel memusnahkan dari
antara suku Benyamin dua puluh lima ribu seratus orang, semuanya orang-orang
yang bersenjatakan pedang”.
Perhatikan bahwa sekalipun orang Israel berperang dengan
baik, tetapi kemenangan tetap diatas-namakan Tuhan. Ini juga berlaku pada saat
saudara sukses dalam study, pekerjaan, pelayanan, pembinaan keluarga, dan
sebagainya.
Amsal 21:31 - “Kuda
diperlengkapi untuk hari peperangan, tetapi kemenangan ada di tangan TUHAN”.
5. Ay 46
mengatakan bahwa yang gugur dari suku Benyamin adalah orang-orang yang
dikatakan gagah perkasa. Sungguh sayang bahwa kegagah-perkasaan mereka digunakan
untuk membela urusan yang salah. Dan lebih lagi harus disayangkan bahwa dalam
kalangan yang benar, banyak orang tidak mempunyai sikap gagah perkasa seperti
itu!
6. Pro
dan kontra tentang benar tidaknya tindakan orang-orang Israel yang memusnahkan
suku Benyamin seperti itu.
a. Ada yang
menganggap pemusnahan ini keterlaluan dan salah.
Adam Clarke menganggap bahwa pemusnahan Benyamin seperti
itu keterlaluan dan tidak dapat dibenarkan. Pulpit Commentary kelihatannya juga
berpandangan sama.
Pulpit Commentary:
“what in its
beginning is right is apt in its course to become wrong. ... In war, in
politics, in private quarrels, though we may begin by being in the right, yet
the original cause is often lost sight of in the progress of the strife, and
new jealousies, personal enmities, selfish resentments, and unwarrantable
violence of feeling, which spring up, as it were, by the way, are allowed to
get possession of us, and hurry us on to injustice and wrong” (= apa yang pada mulanya benar dalam jalannya condong untuk
menjadi salah. ... Dalam perang, politik, pertengkaran pribadi, sekalipun kita
mulai dengan benar, tetapi perkara yang orisinil seringkali tidak terlihat lagi
dalam kemajuan / jalan dari percekcokan itu, dan kecemburuan yang baru, permusuhan
/ kebencian pribadi, kemarahan yang egois, dan kekerasan perasaan yang tidak
bisa dibenarkan, yang seakan-akan muncul di tepi jalan, diijinkan untuk
menguasai kita, dan mendorong kita pada ketidak-adilan dan kesalahan) - hal 205,206.
Pulpit Commentary:
“We would say
to every Christian brother, Be very zealous for right against wrong. Be very
zealous for truth against falsehood. ... But be very careful to keep your zeal
pure. Let it be simple zeal for God’s honour and glory, and for his law and his
truth” (= Kami mau mengatakan
kepada setiap saudara Kristen, Bersemangatlah untuk kebenaran terhadap
kesalahan. Bersemangatlah untuk kebenaran terhadap kepalsuan. ... Tetapi sangat
berhati-hatilah untuk menjaga semangatmu murni. Hendaklah itu adalah semangat
yang sederhana untuk kehormatan dan kemuliaan Allah, dan untuk hukum dan
kebenaranNya) - hal 206.
b. Ada
yang berpendapat bahwa dalam hal ini Tuhan yang memakai Israel untuk menghukum
suku Benyamin.
Jamieson, Fausset & Brown: “This frightful vengeance, extending from
Gibeah to the whole territory of Benjamin, was executed under the impetuous
impulse of highly-excited passions. But doubtless the Israelites were only the
agents of inflicting the righteous retributions of God; and the memory of this
terrible crisis, which led almost to the extermination of a whole tribe, was
conducive to the future good of the whole nation” (= Pembalasan yang mengerikan ini, meluas
dari Gibea sampai ke seluruh daerah suku Benyamin, dilaksanakan di bawah dorongan
yang bergerak dengan kekuatan yang besar dari nafsu yang sangat dibangkitkan.
Tetapi tidak diragukan orang-orang Israel hanya merupakan agen-agen dari
pemberian pembalasan yang benar dari Allah; dan ingatan pada krisis yang
mengerikan ini, yang membawa hampir pada pemusnahan dari seluruh suku,
menghasilkan kebaikan di kemudian hari untuk seluruh bangsa).
Matthew Poole: “the Benjamites were the only authors of
the sin, but God was the chief author of the punishment, and the Israelites
were but his executioners” (=
orang-orang Benyamin adalah satu-satunya pembuat dosa itu, tetapi Allah adalah
sumber utama dari penghukuman, dan orang-orang Israel hanyalah
algojo-algojoNya).
Di
sini ada pelajaran dari kekalahan:
·
Kekalahan harus menimbulkan kerendahan hati
dan pertobatan.
·
Kekalahan harus membimbing kita untuk
mencari kehendak Allah.
·
Kekalahan harus membimbing kita pada usaha
yang diperbaharui dan diperbaiki.
-AMIN-
email
us at : gkri_exodus@lycos.com