Eksposisi Kitab Hakim-Hakim
oleh : Pdt. Budi Asali M.Div.
1) Kelihatannya,
sebelum perang dimulai bangsa
Ay 1,7,18: “(1)
a) Ini
menunjukkan bahwa mereka memperlakukan orang-orang Gibea / Benyamin seperti
mereka memperlakukan orang-orang Kanaan.
Bdk. Ul 7:1-5 - “(1) ‘Apabila
TUHAN, Allahmu, telah membawa engkau ke dalam negeri, ke mana engkau masuk
untuk mendudukinya, dan Ia telah menghalau banyak bangsa dari depanmu, yakni
orang Het, orang Girgasi, orang Amori, orang Kanaan, orang Feris, orang Hewi
dan orang Yebus, tujuh bangsa, yang lebih banyak dan lebih kuat dari padamu,
(2) dan TUHAN, Allahmu, telah menyerahkan mereka kepadamu, sehingga engkau
memukul mereka kalah, maka haruslah kamu menumpas mereka sama sekali. Janganlah engkau mengadakan perjanjian dengan mereka dan janganlah
engkau mengasihani mereka. (3) Janganlah juga engkau kawin-mengawin
dengan mereka: anakmu perempuan janganlah kauberikan kepada anak laki-laki
mereka, ataupun anak perempuan mereka jangan kauambil bagi anakmu laki-laki;
(4) sebab mereka akan membuat anakmu laki-laki
menyimpang dari padaKu, sehingga mereka beribadah kepada allah lain. Maka murka
TUHAN akan bangkit terhadap kamu dan Ia akan
memunahkan engkau dengan segera. (5) Tetapi beginilah kamu lakukan terhadap mereka:
mezbah-mezbah mereka haruslah kamu robohkan, tugu-tugu berhala mereka kamu
remukkan, tiang-tiang berhala mereka kamu hancurkan dan patung-patung mereka
kamu bakar habis”.
b) Sebetulnya
sumpah di sini juga tak terlalu ngawur, karena orang tua nggenah yang mana yang
mau memberikan anak gadisnya kepada orang-orang yang membela kebejatan seperti
yang dilakukan orang-orang Gibea.
Pulpit Commentary:
“Moral
soundness ought therefore to be a sine qua non in all aspirants to the hand of
a Christian man’s daughter. What security can there be for a wife of a
licentious man, even if he be as wealthy as Croesus? Righteousness of life and
a Christian character should be the first and indispensable qualifications of a
son-in-law” (= Karena itu kesehatan
moral seharusnya menjadi syarat mutlak dalam semua calon-calon bagi pernikahan
dari seorang anak perempuan dari seorang Kristen. Keamanan apa
yang bisa ada di sana bagi seorang istri dari seorang yang tak bermoral,
bahkan jika ia sekaya Croesus? Kebenaran dari kehidupan dan karakter Kristen
harus menjadi persyaratan pertama dan sangat diperlukan dari seorang menantu
laki-laki) - hal 211.
Pulpit Commentary:
“If parents
would exclude from their homes, their drawing-rooms, and the society of their
children persons known to be licentious, it would exert great influence” (= Jika orang tua membuang dari rumah mereka, ruang tamu
mereka, dan masyarakat / perkumpulan dari anak-anak mereka, orang-orang yang
dikenal sebagai tidak bermoral, itu akan mempunyai pengaruh yang besar) - hal 211.
Contoh: orang-orang yang suka berzinah, berjudi,
mabuk-mabukan, merokok, dan pakai narkoba.
c) Tetapi
sebetulnya dalam sumpah itu harus diberi perkecualian, yaitu kalau ada orang
Benyamin yang nggenah, atau kalau yang brengsek bertobat, maka sumpah itu tak
berlaku. Dengan mengucapkan sumpah itu tanpa perkecualian,
maka mereka melakukan sumpah secara gegabah, yang akhirnya mereka sesali.
2) Bangsa
Israel menyesali / menangisi kehancuran dari suku Benyamin.
Ay
2-3: “(2) Ketika bangsa itu datang ke Betel dan tinggal di situ di
hadapan Allah sampai petang, maka merekapun menyaringkan suaranya menangis
dengan sangat keras, (3) katanya: ‘Mengapa, ya TUHAN, Allah Israel, terjadi
hal yang begini di antara orang Israel, yakni bahwa hari ini satu suku dari
antara orang Israel hilang?’”.
a) Mereka
sedih dan kasihan melihat keadaan suku Benyamin, dan mereka ingin menolong
mereka.
Merupakan sesuatu yang sangat bagus
bahwa sekalipun dalam perang itu jumlah bangsa
Bdk. 1Kor 12:26a - “Karena itu
jika satu anggota menderita, semua anggota turut menderita”.
Mereka bukan hanya sedih dan kasihan,
tetapi mereka juga berusaha mencari jalan untuk menolong suku Benyamin.
Bdk. ay 6-7: “(6)
Sikap seperti ini menunjukkan bahwa
mereka menghukum dengan kasih. Ini harus ada pada saat kita mendisiplin anak / jemaat (siasat
gerejani).
b) Juga
merupakan sesuatu yang bagus bahwa mereka membawa kesedihan dan beban itu ke
hadapan Allah! Memang kita tak perlu pergi ke gereja untuk hal seperti itu,
tetapi kita bisa datang kepada Dia dalam doa.
Matthew Henry: “Every thing that grieves us
should bring us to God” (= Segala sesuatu yang
menyedihkan kita harus membawa kita kepada Allah).
c) Mereka
bukan menyesali / menangisi semangat dan keputusan mereka untuk memerangi /
menghukum / menghancurkan suku Benyamin, tetapi mereka menangisi:
1. Konsekwensi
yang menyedihkan dari seluruh peristiwa itu.
2. Mungkin
juga karena mereka merasa melakukannya kelewat batas.
Mereka seharusnya tak perlu membunuh
wanita dan anak-anak, tetapi hanya tentara dari suku Benyamin saja.
Adam Clarke: “‘Why is this come to pass.’
This was a very impertinent question. They knew well enough how it came to
pass. It was right that the men of Gibeah should be punished, and it was right
that they who vindicated them should share in that punishment; but they
carried their revenge too far, they endeavoured to exterminate both man and
beast, Judg. 20:48” (= ‘Mengapa ... terjadi hal
yang begini’. Ini merupakan pertanyaan yang kurang ajar /
tidak sopan / tidak cocok. Mereka tahu dengan cukup
benar bagaimana hal itu terjadi. Merupakan sesuatu yang benar bahwa
orang-orang Gibea harus dihukum, dan adalah benar bahwa mereka yang membela
mereka harus ikut mengalami hukuman itu; tetapi mereka melakukan pembalasan
mereka terlalu jauh, mereka berusaha untuk memusnahkan baik manusia maupun
binatang, Hak 20:48).
Matthew Henry: “strong passions make work
for repentance. What we say and do in a heat our calmer thoughts commonly wish
undone again” (= nafsu yang kuat membuat
pekerjaan untuk pertobatan. Apa yang kita katakan dan lakukan dalam suasana
panas, biasanya ingin dibatalkan oleh pikiran yang lebih tenang).
Keil & Delitzsch mengatakan bahwa sekalipun
perang itu disetujui oleh Allah tetapi dalam pelaksanaannya mereka melakukannya
secara kelewat batas, lebih-lebih karena adanya 2 x kekalahan yang mereka alami
dari suku Benyamin.
Matthew Henry: “There may be over-doing
in well-doing. Great care must be taken in the government of our zeal, ... Many a war is ill ended which was well begun” (= Bisa ada tindakan yang berlebihan dalam tindakan yang
benar. Kita harus sangat memperhatikan pemerintahan dari semangat kita, ...
Banyak perang yang dimulai dengan baik, berakhir dengan buruk).
Matthew Henry: “even necessary justice is
to be done with compassion. God does not punish with delight, nor should men” (= bahkan keadilan yang diperlukan harus dilakukan dengan belas
kasihan. Allah tidak menghukum dengan senang hati, demikian juga manusia tidak
boleh berbuat demikian).
Misalnya: memarahi
/ menghukum anak yang salah, kalau kelewat batas, itu salah. Juga
pada waktu menegur jemaat yang salah, dan melakukan siasat gerejani terhadap
mereka, ada batas-batas yang harus diperhatikan, supaya itu tidak dilakukan
secara berlebihan.
Bdk. 2Kor 2:5-11 - “(5) Tetapi
jika ada orang yang menyebabkan kesedihan, maka bukan hatiku yang
disedihkannya, melainkan hati kamu sekalian, atau sekurang-kurangnya - supaya
jangan aku melebih-lebihkan -, hati beberapa orang di antara kamu. (6) Bagi
orang yang demikian sudahlah cukup tegoran dari sebagian besar dari kamu, (7)
sehingga kamu sebaliknya harus mengampuni dan menghibur dia, supaya ia jangan binasa oleh kesedihan yang terlampau berat. (8)
Sebab itu aku menasihatkan kamu, supaya kamu sungguh-sungguh mengasihi dia. (9)
Sebab justru itulah maksudnya aku menulis
3) Mereka
mendirikan mezbah dan mempersembahkan korban.
Ay 4:
“Keesokan harinya pagi-pagi maka bangsa itu mendirikan mezbah di
situ, lalu mempersembahkan korban bakaran dan korban keselamatan”.
Adam Clarke: “‘Built there an altar.’
This affords some evidence that this was not a regular place of worship, else
an altar would have been found in the place; and their act was not according to
the law, as may be seen in several places of the Pentateuch. But there was
neither king nor law among them, and they did whatever appeared right in their
own eyes” (= ‘Mendirikan mezbah di situ’.
Ini memberikan bukti bahwa ini bukanlah tempat ibadah yang biasa, karena kalau
tidak, maka sebuah mezbah akan ditemukan di tempat itu; dan tindakan mereka
tidak sesuai dengan hukum Taurat, seperti bisa terlihat dalam beberapa tempat
dari 5 kitab Musa. Tetapi di sana tidak ada raja
ataupun hukum di antara mereka, dan mereka melakukan apapun yang kelihatan baik
dalam mata mereka sendiri).
Catatan:
saya tidak tahu dimana dalam 5 kitab Musa ada larangan seperti ini.
1) Mereka
membasmi orang-orang Yabesh-Gilead dan menyisakan para gadisnya sebagai istri
untuk orang-orang Benyamin.
Ay 7-14:
“(7) Apakah yang dapat kita lakukan kepada orang-orang yang
tinggal itu dalam hal mencarikan isteri, karena kitalah yang bersumpah demi
TUHAN untuk tidak memberikan seorangpun dari anak-anak perempuan kita kepada
mereka menjadi isterinya?’ (8) Sebab itu berkatalah mereka: ‘Dari suku-suku
a) Di
sini terlihat bahwa rupanya ada sumpah yang kedua yaitu bahwa mereka akan
menghukum mati orang-orang dari kalangan mereka yang tidak ikut berperang
melawan Benyamin (ay 5,8-11).
b) Penghukuman
terhadap Yabesy-Gilead ini sebetulnya benar, karena pada saat perang mereka
tidak ikut perang.
Perhatikan bahwa ‘tidak ikut perang’ dianggap sebagai kejahatan! Ini juga berlaku dalam
dunia rohani. Bandingkan dengan:
Hak 5:23 - “‘Kutukilah
Yer 48:10 - “Terkutuklah
orang yang melaksanakan pekerjaan TUHAN dengan lalai, dan terkutuklah orang
yang menghambat pedangNya dari penumpahan darah!”.
Mat 12:30 - “Siapa tidak
bersama Aku, ia melawan Aku dan siapa tidak
mengumpulkan bersama Aku, ia mencerai-beraikan”.
Pulpit Commentary:
“Desertion is
a great crime. In war-time, even among civilised nations, desertion is punished
with death. 1. Negative wickedness may be as bad as positive sin. If we know
that an equally injurious result will follow inaction, this is equally guilty
with an active offence. Thus the refusal of a ship’s master to save a drowning
man is morally equal to the guilt of murdering him. 2. We
must not measure the value of our actions by their individual effects, but by
the effects of the principles they express. One act of desertion may have no
perceptible effect. But if one is justifiable, many are, and thus the principle
of freedom to desert allows of a total desertion resulting in total ruin.
Desertion from the cause of Christ is a great sin. To refrain from obeying his
call to action is as guilty as to actively disobey him” (= Desersi / pembelotan merupakan suatu kejahatan besar. Pada
masa perang, bahkan di antara bangsa-bangsa yang beradab, pembelotan dihukum
dengan kematian. 1. Kejahatan yang negatif bisa sama
buruknya dengan dosa yang positif. Jika kita tahu bahwa suatu hasil yang sama merugikannya akan mengikuti suatu ketidak-aktifan /
kepasifan, ini sama salahnya dengan suatu pelanggaran aktif. Karena itu
penolakan dari nakhoda kapal untuk menyelamatkan seseorang yang sedang
tenggelam secara moral sama kesalahannya dengan
membunuh orang itu. 2. Kita tidak boleh mengukur nilai dari tindakan kita
dengan akibat individual mereka, tetapi dengan akibat dari prinsip-prinsip yang
mereka nyatakan. Satu tindakan pembelotan mungkin tidak
mempunyai akibat yang jelas. Tetapi jika satu tindakan pembelotan bisa
dibenarkan, maka banyak tindakan pembelotan juga bisa dibenarkan, dan lalu
prinsip dari kebebasan untuk membelot mengijinkan suatu pembelotan total, yang
menghasilkan suatu kehancuran total. Pembelotan dari perkarab
Kristus merupakan suatu dosa yang besar. Menahan diri untuk mentaati
panggilanNya pada suatu tindakan, adalah sama
bersalahnya dengan secara aktif tidak mentaatiNya) - hal 212.
c) Mungkin
orang-orang Yabesh-Gilead merasa kasihan terhadap suku Benyamin, sehingga tak
mau ikut perang dalam membasmi suku tersebut.
Pulpit Commentary:
“That was a
terrible work to which the tribes were summoned - the slaughter of the
Benjamites. Yet if they felt it to be a necessary act
of justice sanctioned by God, as they evidently did feel it to be, they had no
right to shrink from it out of feelings of kindliness. It is terrible to be
called to such a duty; but it is brave and noble to accept the odium when the
necessity is felt, and weak and selfish to avoid it. Charity is not honoured by
the sacrifice of justice. It is more charitable to punish wickedness than to
let it work its evil unchecked. Charity to the criminal often means cruelty
to the victim. There is a danger lest we should become so mild that we
should virtually punish the innocent in order to spare the guilty” (= Merupakan pekerjaan yang buruk / mengerikan pada mana
suku-suku itu dipanggil - pembantaian suku Benyamin. Tetapi jika mereka merasa
bahwa itu merupakan suatu tindakan keadilan yang disetujui / didukung oleh
Allah, seperti yang jelas mereka rasakan, mereka tidak mempunyai hak untuk
mundur darinya karena perasaan kebaikan hati. Merupakan sesuatu yang buruk /
mengerikan untuk dipanggil pada kewajiban seperti itu; tetapi adalah berani dan
mulia untuk menerima hal yang dibenci itu pada waktu dirasakan keharusan untuk
hal itu, dan adalah lemah dan egois untuk menghindarinya. Kasih
/ kemurahan hati tidak dihormati dengan pengorbanan keadilan. Adalah lebih kasih / murah hati untuk menghukum kejahatan dari pada
membiarkannya mengerjakan kejahatannya tanpa dikendalikan. Kasih / kemurahan hati kepada orang-orang kriminil sering
berarti kekejaman terhadap korban.
d) Kalau
saudara adalah orang lembut yang bagaimanapun merasa bahwa baik pembasmian suku
Benyamin maupun orang-orang Yabesh-Gilead adalah salah, maka perhatikan
ayat-ayat di bawah ini, yang menggunakan kata-kata ‘merasa sayang / belas kasihan’ berkenaan dengan penghukuman:
1. Tuhan
melarang kita untuk merasa sayang / berbelas-kasihan dalam menjalankan hukuman
yang memang seharusnya diberikan:
· Ul 7:16 - “Engkau harus melenyapkan segala bangsa yang
diserahkan kepadamu oleh TUHAN, Allahmu; janganlah engkau merasa sayang
kepada mereka dan janganlah beribadah kepada allah
mereka, sebab hal itu akan menjadi jerat bagimu”.
· Ul 13:8 - “maka janganlah engkau mengalah kepadanya dan
janganlah mendengarkan dia. Janganlah engkau merasa sayang kepadanya,
janganlah mengasihani dia dan janganlah menutupi salahnya”.
· Ul 19:13 - “Janganlah engkau merasa sayang kepadanya. Demikianlah harus kauhapuskan darah orang yang
tidak bersalah dari antara orang Israel, supaya baik keadaanmu.’”.
· Ul 19:21 - “Janganlah engkau merasa sayang kepadanya,
sebab berlaku: nyawa ganti nyawa, mata ganti mata, gigi ganti gigi, tangan
ganti tangan, kaki ganti kaki.’”.
· Ul 25:12 - “maka haruslah kaupotong tangan perempuan itu; janganlah
engkau merasa sayang kepadanya.’”.
· 1Sam 15:3 - “Jadi pergilah sekarang, kalahkanlah orang Amalek,
tumpaslah segala yang ada padanya, dan janganlah ada belas kasihan kepadanya. Bunuhlah semuanya, laki-laki maupun perempuan,
kanak-kanak maupun anak-anak yang menyusu, lembu maupun domba, unta maupun
keledai.’”.
· Yer 51:3 - “Hendaklah si pemanah membidikkan panahnya kepada
orang yang membidik dan kepada orang yang berbaju zirah! Janganlah merasa
sayang akan teruna-terunanya, tumpaslah segala tentaranya!”.
· Yeh 9:5 - “Dan kepada yang lain-lain aku mendengar Dia
berfirman: ‘Ikutilah dia dari belakang melalui
2. Tuhan
sendiri memberikan teladan dalam menghukum tanpa merasa sayang / tanpa belas
kasihan:
· Yer 13:14 - “Aku akan membantingkan
seorang kepada yang lain sampai mereka hancur, bapa-bapa dengan anak-anaknya, demikianlah
firman TUHAN. Aku akan membinasakan mereka tanpa
belas kasihan, tanpa merasa sayang dan tanpa ampun.’”.
· Yer 16:13 - “Maka Aku akan melemparkan
kamu dari negeri ini ke negeri yang tidak dikenal oleh kamu ataupun oleh nenek
moyangmu. Di sana kamu akan beribadah kepada allah
lain siang malam, sebab Aku tidak akan menaruh kasihan lagi kepadamu”.
· Yer 20:16 - “Terjadilah kepada hari itu seperti kepada kota-kota
yang ditunggangbalikkan TUHAN tanpa belas kasihan! Didengarnyalah kiranya
teriakan pada waktu pagi dan hiruk-pikuk pada waktu tengah hari!”.
· Yeh 5:11 - “Sebab itu, demi Aku yang hidup, demikianlah firman
Tuhan ALLAH, sesungguhnya, oleh karena engkau menajiskan tempat kudusKu dengan
segala dewamu yang menjijikkan dan dengan segala perbuatanmu yang keji, Aku
sendiri akan meruntuhkan engkau; Aku tidak akan
merasa sayang dan tidak akan kenal belas kasihan”.
· Yeh 7:4 - “Aku tidak akan merasa
sayang kepadamu dan tidak akan kenal belas kasihan, tetapi Aku akan
membalaskan kepadamu selaras dengan tingkah lakumu dan perbuatan-perbuatanmu
yang keji akan tertimpa atasmu. Maka kamu akan
mengetahui, bahwa Akulah TUHAN”.
· Yeh 7:9 - “Aku tidak akan merasa
sayang dan tidak akan kenal belas kasihan; selaras dengan tingkah lakumu
akan Kubalaskan kepadamu dan perbuatan-perbuatanmu yang keji akan tertimpa
atasmu. Maka kamu akan mengetahui, bahwa Aku,
Tuhanlah, yang memusnahkan”.
· Yeh 8:18 - “Oleh karena itu Aku akan
membalas di dalam kemurkaanKu. Aku tidak akan
merasa sayang dan tidak akan kenal belas kasihan. Dan kalaupun mereka
berseru-seru kepadaKu dengan suara yang nyaring, Aku tidak akan
mendengarkan mereka.’”.
· Yeh 9:10 - “Karena itu Aku juga tidak akan
merasa sayang dan tidak akan kenal belas kasihan; kelakuan mereka akan
Kutimpakan atas kepala mereka.’”.
· Yeh 24:14 - “Aku, TUHAN, yang mengatakannya. Hal itu akan datang, dan
Aku yang akan membuatnya. Aku tidak melalaikannya dan tidak merasa sayang,
juga tidak menyesal. Aku akan menghakimi engkau
menurut perbuatanmu, demikianlah firman Tuhan ALLAH.’”.
3.
Yeh 20:17
- “Tetapi Aku merasa sayang melihat
mereka, sehingga Aku tidak membinasakannya dan tidak menghabisinya di
Maz 103:8-14 - “(8) TUHAN
adalah penyayang dan pengasih, panjang sabar dan berlimpah kasih setia. (9)
Tidak selalu Ia menuntut, dan tidak untuk selama-lamanya
Ia mendendam. (10) Tidak dilakukanNya kepada kita setimpal dengan dosa kita,
dan tidak dibalasNya kepada kita setimpal dengan kesalahan kita, (11)
tetapi setinggi langit di atas bumi, demikian besarnya kasih setiaNya atas
orang-orang yang takut akan Dia; (12) sejauh timur
dari barat, demikian dijauhkanNya dari pada kita pelanggaran kita. (13) Seperti
bapa sayang kepada anak-anaknya, demikian TUHAN sayang kepada orang-orang yang
takut akan Dia. (14) Sebab Dia sendiri tahu apa kita, Dia ingat, bahwa kita ini
debu”.
Dalam hal ini maka itu
terjadi karena kasih karuniaNya, dan jelas bahwa dalam melakukan ini, Ia melihat pada penebusan yang akan dilakukan oleh Kristus.
e) Tetapi,
sekalipun penghukuman terhadap Yabesh-Gilead ini ada benarnya, tetapi:
1. Motivasinya
salah.
Motivasi mereka bukan untuk
mendisiplin, tetapi untuk memberi istri kepada orang-orang Benyamin.
2. Mereka
mau membasmi saudara sebangsa mereka sendiri yang berbuat salah, tetapi mereka
tidak membasmi orang-orang Kanaan yang masih tersisa di antara mereka seperti
orang-orang Yebus (Hak 19:10-12), dll.
2) Mereka
memaklumkan damai dengan orang-orang suku Benyamin yang tersisa.
Ay 13:
“Sesudah itu segenap umat itu menyuruh orang membawa pesan kepada
bani Benyamin yang ada di bukit batu Rimon, lalu memaklumkan damai
kepada mereka”.
Bdk. Hak 20:47 - “Tetapi enam
ratus orang berpaling lari ke
Kelihatannya hanya ini yang tersisa
dari suku Benyamin.
3) Mereka
memberikan para gadis Yabesh-Gilead kepada suku Benyamin.
Ay 14:
“Pada waktu itu kembalilah suku Benyamin, dan kepada mereka
diberikan perempuan-perempuan yang telah dibiarkan hidup dari antara perempuan
Yabesh-Gilead; tetapi belum cukup juga jumlahnya bagi mereka”.
4) Mereka
menganjurkan penculikan gadis-gadis di Silo.
Ay 15-25:
“(15) Maka bangsa itu merasa kasihan kepada suku Benyamin, karena
TUHAN telah membuat keretakan di antara suku-suku
a) Tari-tarian.
Ay 21,23 menunjukkan orang
Kristen tidak perlu anti terhadap dansa / tari-tarian. Memang ini tergantung
dari tari-tarian macam apa yang dipersoalkan. Kalau tarian telanjang, atau yang sangat menonjolkan sex, maka
tentu saja berbeda. Tetapi secara umum, Kristen tidak
anti terhadap seadanya tari-tarian.
Tetapi pada saat yang sama perlu
dicamkan bahwa ini juga tak boleh dijadikan dasar adanya tarian dalam ibadah /
kebaktian. Apa yang terjadi dalam text ini bukan
kebaktian, tetapi pesta / perayaan!
b) Apa yang dilakukan di sini jelas merupakan suatu kegilaan,
karena:
1.
2. Pernikahan
dengan masa pacaran yang terlalu singkat, yang menyebabkan kedua orang tersebut
belum saling mengenal dengan baik, bisa membawa kehancuran. Apalagi
yang terjadi dalam kasus ini, dimana gadis-gadis itu dipaksa kawin, dan tanpa
ada perkenalan.
c) Mereka
melakukan hal yang brengsek untuk menutupi akibat negatif dari sumpah
sembarangan mereka.
Pulpit Commentary:
“Note again
the evil of rash vows, and how often chicanery is necessary in order to evade
their evil consequences” (= Perhatikan lagi
kejahatan / bencana dari nazar yang sembarangan, dan betapa sering penipuan /
ketidak-jujuran harus dilakukan untuk menghindarkan akibat jahat itu) - hal 209.
Dalam Kitab Suci ada beberapa contoh dari sumpah yang
gegabah / sembarangan, padahal Kitab Suci jelas menyalahkan hal itu.
Contoh:
·
sumpah Yefta (Hak 11:29-dst).
· sumpah raja Saul (1Sam 14:24-dst).
· sumpah orang-orang yang mau membunuh Paulus (Kis 23:12-dst).
Karena itu jangan sembarangan dalam bersumpah, bernazar
dan sebagainya.
Pkh 5:3-4
- “(3) Kalau engkau bernazar kepada Allah, janganlah menunda-nunda
menepatinya, karena Ia tidak senang kepada orang-orang bodoh. Tepatilah nazarmu. (4) Lebih baik engkau tidak bernazar dari
pada bernazar tetapi tidak menepatinya”.
-AMIN-
email us at : gkri_exodus@lycos.com