DOKTRIN KRISTUS: Christology
oleh: Pdt. Budi Asali, M.Div.
CREDO YANG BENAR &
AJARAN-AJARAN SESAT TENTANG DIRI KRISTUS
I) Credo yang
benar tentang diri Kristus.
Pada
tahun 325 Masehi ada sidang gereja di kota Nicea yang melahirkan Nicene Creed (= Pengakuan Iman Nicea),
yang meneguhkan doktrin tentang Allah Tritunggal. Pengakuan iman ini direvisi
dalam Sidang Gereja di Constantinople pada tahun 381 Masehi, dan lalu disebut
dengan nama Pengakuan Iman Nicea-Constantinople, yang bunyinya adalah sebagai
berikut:
“Aku percaya kepada satu Allah Bapa
yang mahakuasa, Pencipta langit dan bumi, dan segala yang kelihatan dan yang
tidak kelihatan.
Dan kepada satu Tuhan Yesus Kristus,
satu-satunya Anak Allah yang diperanakkan, diperanakkan dari Bapa sebelum alam
semesta, Allah dari Allah, terang dari terang, Allah yang sejati dari Allah
yang sejati, diperanakkan, bukan dicipta, sehakekat dengan Sang Bapa, oleh
siapa segala sesuatu dicipta;
Yang untuk kita manusia dan untuk
keselamatan kita telah turun dari sorga, dan diinkarnasikan oleh Roh Kudus dari
anak dara Maria, dan dijadikan manusia; Ia telah disalibkan, juga bagi kita, di
bawah pemerintahan Pontius Pilatus. Ia menderita dan dikuburkan; dan pada hari
ketiga Ia bangkit kembali, sesuai dengan Kitab Suci, dan naik ke sorga; dan
duduk di sebelah kanan Bapa. dan Ia akan datang kembali dengan kemuliaan untuk
menghakimi orang yang hidup dan yang mati; yang kerajaanNya takkan berakhir.
Dan aku percaya kepada Roh Kudus, Tuhan dan
Pemberi kehidupan, yang keluar dari Bapa dan Anak, yang bersama-sama dengan
Bapa dan Bnak disembah dan dimuliakan, yang telah berfirman dengan perantaraan
para nabi.
Dan aku percaya satu gereja yang am dan
rasuli, aku mengakui satu baptisan untuk pengampunan dosa, dan aku menantikan
kebangkitan orang mati, dan kehidupan di dunia yang akan datang.
Amin”.
Sekalipun
dalam Pengakuan Iman ini juga ditegaskan akan keilahian Kristus, dan bahwa Ia
telah menjadi manusia, tetapi Pengakuan Iman ini tidak menyatakan apa-apa
tentang hubungan antara keilahian dan kemanusiaan Kristus, sehingga
akhirnya muncul banyak ajaran sesat dalam Kristologi.
Credo (=
pengakuan iman) yang paling penting dalam Kristologi, khususnya dalam persoalan
hubungan antara keilahian dan kemanusiaan Yesus, adalah Chalcedonian Creed (= Pengakuan Iman Chalcedon), yang diciptakan
dalam sidang gereja di kota Chalcedon pada tahun 451 Masehi.
Chalcedonian Creed / Pengakuan
Iman
“We all with one accord teach
men to acknowledge one and the same Son, our Lord Jesus Christ, at once
complete in Godhead and complete in manhood, truly God and truly man ... one
and the same Christ, Son, Lord, only begotten, recognized in two natures,
without confusion, without change, without division, without separation ... the
characteristics of each nature being preserved and coming together to form one
person ...” (= Kami semua, dengan suara
bulat, mengajar manusia untuk mengakui
Anak yang satu dan yang sama, Tuhan kita Yesus
Kristus, pada saat yang sama sempurna / lengkap dalam keilahian dan sempurna / lengkap dalam kemanusiaan,
sungguh-sungguh Allah dan sungguh-sungguh manusia ... Kristus, Anak, Tuhan yang satu dan yang sama, satu-satunya yang diperanakkan, dikenali dalam 2 hakekat, tanpa kekacauan / percampuran, tanpa perubahan, tanpa perpecahan, tanpa perpisahan ... sifat-sifat setiap hakekat dipertahankan dan bersatu membentuk
1 pribadi ...).
Ada 2 hal yang perlu disoroti dari Pengakuan Iman
Chalcedon ini:
1) Without
confusion / without change (= tanpa kekacauan / percampuran / tanpa perubahan).
Ini menunjukkan
bahwa:
·
human
nature (= hakekat manusia) dan divine nature (= hakekat ilahi) tetap berbeda, dan mempunyai
sifat-sifatnya sendiri-sendiri.
·
human
nature (hakekat manusia) tidak menjadi divine (= ilahi), dan sebaliknya divine nature (= hakekat ilahi) tidak menjadi human (= manusia).
·
human nature (= hakekat manusia)
dan divine
nature (= hakekat ilahi)
tidak bercampur dan membentuk nature (= hakekat)
yang ke 3.
2) Without
division / without separation (= tanpa perpecahan / tanpa perpisahan).
Ini menunjukkan
bahwa LOGOS tidak pernah terpisah dari human nature
(= hakekat manusia).
Catatan:
kata ‘nature’ oleh banyak
orang diterjemahkan ‘sifat’. Tetapi ini jelas merupakan terjemahan
yang salah! Menurut ‘Webster’s
“The essential character of a
thing; quality or qualities
that make something what it is; essence” (= Sifat-sifat yang hakiki dari suatu
benda; kwalitas yang membuat sesuatu itu dirinya; hakekat).
Dalam Kristologi, istilah ‘nature’ itu harus
diterjemahkan ‘hakekat’, bukan ‘sifat’!
William
G. T. Shedd, seorang ahli Theologia Reformed pada abad 19, mengatakan:
“When
we speak of a human nature, a real
substance having physical, rational, moral and spiritual properties is
meant” (=
Pada waktu kita berbicara tentang human
nature, maka yang dimaksud adalah suatu zat yang nyata yang memiliki
sifat-sifat fisik, rasio, moral dan rohani) - ‘Shedd’s Dogmatic
Theology’, vol II, hal 289.
Charles
Hodge mengatakan hal yang serupa, yang terlihat dari beberapa kutipan di bawah
ini:
·
“By ‘nature’, in this connection is meant substance.
In Greek the correspond-ing words are PHUSIS and OUSIA;
in Latin, NATURA and SUBSTANTIA” (= yang dimaksud dengan ‘nature’ dalam
persoalan ini adalah zat / bahan / hakekat. Dalam bahasa Yunani
kata yang cocok / sama ialah
PHUSIS dan OUSIA; dalam
Latin NATURA dan SUBSTANTIA) - ‘Systematic Theology’, vol II,
hal 387.
·
“... we are taught that the elements combined in the
constitution of his person, namely, humanity and divinity, are two distinct natures,
or substances” (= ... kita
diajar bahwa elemen-elemen yang disatukan / digabungkan dalam pembentukan pribadiNya, yaitu kemanusiaan dan keilahian, adalah dua natures atau zat / bahan / hakekat
yang berbeda) - ‘Systematic
Theology’, vol II, hal
388.
·
“... the elements united or combined in his person are two
distinct substances, humanity and divinity; that He has in his
constitution the same essence or substance which constitutes us men,
and the same substance which makes God infinite, eternal, and immutable
in all his perfections” (= elemen-elemen yang disatukan atau digabungkan dalam pribadiNya adalah dua zat
/ bahan / hakekat yang berbeda, kemanusiaan dan keilahian; sehingga dalam pembentukanNya Ia mempunyai hakekat atau zat / bahan
yang sama yang membentuk kita menjadi manusia,
dan zat / bahan yang sama yang membuat Allah itu tidak terbatas, kekal, dan tetap
/ tidak berubah dalam semua kesempurnaanNya) - ‘Systematic Theology’, vol
II, hal 389.
·
“That in his person two natures, the divine and the human,
are inseparably united; and the word nature in this connection means substance” (= Bahwa dalam
pribadiNya dua natures, ilahi
dan manusiawi, dipersatukan secara tak terpisahkan; dan dalam hal
ini kata nature berarti
zat / bahan / hakekat) - ‘Systematic
Theology’, vol II, hal
391.
1) Adoptionism.
Dalam buku-buku
sejarah maupun Theologia, biasanya Adoptionism ini tidak dimasukkan dalam
perdebatan Kristologi / ajaran-ajaran sesat tentang diri Kristus, mungkin
karena ajaran ini ada pada abad 3 Masehi, yaitu sebelum ‘musim’
perdebatan / kesesatan tentang Kristologi itu muncul (abad 4-7 Masehi).
Tetapi
kalau dilihat ajarannya, maka ini jelas juga termasuk ajaran sesat dalam
Kristologi.
Tokohnya
yang paling terkenal bernama Paul of Samosata, yang adalah seorang bishop (= uskup) dari Antiokhia.
Ajaran
ini mengatakan bahwa Kristus adalah manusia biasa, yang pada saat baptisan
(Catatan: ada yang mengatakan bukan pada saat baptisan, tetapi setelah
kebangkitan Kristus) menerima kuasa ilahi dan diangkat ke suatu posisi ilahi.
Jadi, ada perkembangan dalam diri Kristus, dari manusia biasa menjadi semacam
Allah (bukan betul-betul Allah, tetapi lebih rendah dari Allah).
2) Apollinarianism.
Ajaran
ini mendapatkan namanya dari tokohnya yang bernama Apollinarius / Apollinaris, yang
adalah seorang bishop (= uskup) di
kota Laodicea, Syria.
Apollinarius
ini mempunyai kepercayaan yang disebut Psychological
Trichotomy yang mempercayai bahwa manusia itu terdiri dari tubuh (Yunani:
SOMA), jiwa (Yunani: PSUCHE), dan rational
spirit / mind (= roh yang rasionil / pikiran; Yunani: PNEUMA atau NOUS).
Dan
tentang diri Yesus Kristus, ia berpendapat bahwa Yesus mempunyai tubuh (SOMA)
dan jiwa (PSUCHE), tetapi tidak punya rational
spirit / roh yang rasionil atau mind
/ pikiran (PNEUMA atau NOUS), karena pikiranNya adalah dari Logos dan bersifat
ilahi. Jadi, Kristus bukan manusia sepenuhnya, karena Ia tidak mempunyai
pikiran manusia.
Ajaran
ini terlalu menekankan keilahian Kristus sehingga mengorbankan kemanusiaanNya.
Dasar
Kitab Suci yang ia pakai adalah Yoh 1:14 yang secara hurufiah berbunyi ‘And the Word became flesh’ (=
Dan Firman itu telah menjadi daging). Catatan: anehnya, kalau ia memang
menekankan kata ‘daging’ dalam Yoh 1:14 ini, mengapa ia tidak
berpendapat bahwa Kristus hanya mempunyai tubuh manusia saja? Mengapa ada
jiwa?
Ajaran
ini ditentang oleh Gregory Nazianzus yang mengatakan bahwa Kristus harus
mempunyai semua elemen manusia, karena kalau tidak, Ia tidak bisa menebus
elemen tersebut dalam diri kita. Ia juga mengatakan bahwa ‘daging’
dalam Yoh 1:14 itu merupakan suatu synecdoche
(= gaya bahasa dimana yang sebagian mewakili seluruhnya) dan menunjuk pada
seluruh hakekat manusia (termasuk jiwa / rohnya).
Pada
tahun 362 Masehi Sidang gereja di kota Alexandria sudah menentang ajaran ini
(tanpa menyatakan siapa pengajarnya) dan menyatakan bahwa Kristus mempunyai reasonable soul (= jiwa yang bisa
berpikir).
Apolinarius
tidak melepaskan diri dari gereja, dan ia membentuk sebuah sekte, sampai tahun
375 Masehi.
Pada
tahun 381 Masehi sidang gereja di Constantinople kembali mengecam ajaran ini
beserta pengajarnya.
3) Nestorianism.
Ajaran
ini mendapatkan namanya dari nama tokohnya yaitu Nestorius, yang pada tahun 428
Masehi menjadi bishop di kota Constantinople.
Ajaran
ini mengatakan bahwa Kristus terdiri dari 2 pribadi (yaitu pribadi Allah dan
pribadi manusia), tetapi LOGOS menguasai manusia Yesus sepenuhnya sehingga
Yesus menginginkan, menghendaki dan berbicara seperti Allah. Kristus
disembah bukan karena Dia adalah Allah, tetapi karena Allah ada di dalam Dia.
Nestorius
menentang istilah THEOTOKOS (= Bunda Allah), dan mengusulkan istilah
CHRISTOTOKOS (= Bunda Kristus) untuk Maria, karena ia berpendapat bahwa Maria
tidak melahirkan Allah, tetapi hanya melahirkan ‘tempat’ dimana Allah
diam / tinggal.
Ajaran
ini dikecam oleh Sidang gereja di kota Efesus pada tahun 431 Masehi, yang
sekaligus mempertahankan istilah ‘Bunda Allah’ untuk Maria.
Catatan:
Perlu ditekankan bahwa istilah ‘bunda Allah’ itu dipertahankan oleh
sidang gereja di Efesus itu, bukan untuk meninggikan / memuliakan Maria, tetapi
untuk menunjukkan persatuan yang tidak terpisahkan antara hakekat ilahi dan
hakekat manusia dalam diri Kristus. Jadi kalau setelah itu gereja Roma Katolik
menggunakan istilah ‘bunda Allah’ itu untuk meninggikan /
memuliakan Maria, maka itu adalah sesuatu yang salah, yang sama sekali tidak
dimaksudkan oleh sidang gereja di Efesus itu.
4) Eutychianism.
Ajaran
ini mendapat namanya dari tokohnya yang bernama Eutyches [artinya adalah the Fortunate (= si untung / mujur).
Para penentangnya mengatakan bahwa ia seharusnya dinamakan Atyches yang berarti
the Unfortunate (= si sial)].
Ajaran
ini mengatakan bahwa pada saat inkarnasi, divine
nature / hakekat ilahi menghisap / menyerap (absorb) human nature /
hakekat manusia, sehingga Kristus hanya mempunyai 1 nature / hakekat saja, yaitu divine
nature / hakekat ilahi.
Eutyches
ini mempunyai teman-teman yang berkuasa sehingga akhirnya dalam Sidang gereja
di kota Efesus pada tahun 449 Masehi ada ancaman dan siksaan terhadap para
penentangnya, sehingga para penentangnya tidak berani berkata apa-apa. Akhirnya
Sidang gereja ini justru membela ajaran sesat ini, dan sidang ini dikenal
dengan nama The Council of Robbers (=
Sidang gereja perampok).
Baru pada
tahun 451 Masehi Sidang gereja di kota Chalcedon mengecam ajaran ini, dan
sekaligus menciptakan Chalcedonian Creed
(= Pengakuan Iman Chalcedon).
5) Monophysitism.
Istilah
Monophysitism berasal dari kata bahasa Yunani MONO, yang ber-arti ‘alone’ (= sendiri) atau ‘one’ (= satu), dan PHUSIS
yang berarti ‘nature /
essence’ (= hakekat).
Mereka
beranggapan bahwa ajaran tentang adanya 2 natures
/ hakekat (seperti yang dinyatakan oleh Chalcedonian
Creed) dalam diri Kristus tidak bisa tidak akan menyebabkan adanya 2
pribadi dalam diri Kristus, seperti yang diajarkan Nestorianism. Karena itu
maka mereka mengajar bahwa Kristus hanya mempunyai 1 nature / hakekat saja, yang bukan divine / ilahi maupun human
/ manusia, tetapi kedua-duanya (both
divine and human).
Ajaran
ini dikecam oleh Sidang gereja di Constantinople pada tahun 553 Masehi.
6) Monothelitism.
Ajaran
ini mengatakan bahwa Kristus mempunyai 2 natures
/ hakekat, yaitu divine / ilahi dan human / manusia, tetapi hanya 1 kehendak
(Yunani: THELEMA) yang adalah divine -
human / ilahi - manusia (campuran).
Ajaran
ini dikecam oleh Sidang gereja di kota Constantinople pada tahun 680 / 681
Masehi.
Bahwa dalam Kristologi ada begitu banyak ajaran
sesat yang muncul, menunjukkan betapa pentingnya pengertian tentang Kristologi
ini. Kalau ini bukan sesuatu yang penting untuk iman kita, setan tidak akan
menyerangnya dengan menggunakan begitu banyak ajaran sesat.
Kalau kita melihat dalam scope / ruang lingkup yang lebih luas,
maka kita bisa melihat bahwa dalam dunia ini agama yang mempunyai paling banyak
aliran (baik yang termasuk aliran yang benar maupun yang sesat), adalah agama
kristen. Semua agama yang lain hanya mempunyai sedikit / beberapa aliran saja,
tetapi kristen mempunyai puluhan atau mungkin ratusan aliran. Orang sering
meninjau hal ini secara negatif dengan menganggap ini sebagai hal yang jelek.
Tetapi sebetulnya hal ini bisa ditinjau secara positif, yaitu dengan menyadari
bahwa setan tentu paling senang untuk menyerang ajaran yang benar / membawa
keselamatan. Kalau suatu ajaran / agama adalah salah / tidak membawa
keselamatan, untuk apa setan menyerangnya lagi?
Karena itu, adanya banyak aliran dan
penyesatan dalam kekristenan seharusnya justru membuat kita makin sungguh-sungguh
dalam mengikut Kristus, dan adanya banyak ajaran sesat dalam Kristologi
seharusnya membuat kita makin sungguh-sungguh dalam belajar Kristologi!