DOKTRIN KRISTUS: Christology
oleh: Pdt. Budi Asali, M.Div.
THE
EXALTATION OF CHRIST
(PEMULIAAN
KRISTUS)
Ada 4 tahap pemuliaan
Kristus:
I) Kebangkitan.
A) Hal-hal yang terjadi pada saat kebangkitan.
1) Tubuh dan jiwa
Kristus bersatu kembali dan Kristus hidup kembali.
Tetapi
bukan hanya itu yang terjadi, karena kalau hanya itu yang terjadi, maka dalam
Kis 26:23 1Kor 15:20,23 Kol 1:18
Wah 1:5 Yesus tidak bisa dikatakan sebagai yang sulung / yang
pertama bangkit dari antara orang mati, karena ada banyak orang yang pernah
dibangkitkan sebelum kebangkitan Kristus, yaitu:
·
anak janda di Sarfat yang dibangkitkan oleh
Elia (1Raja 17:17-24).
·
anak perempuan Sunem yang dibangkitkan oleh
Elisa (2Raja 4:18-37).
·
mayat yang terkena tulang Elisa (2Raja
13:21).
·
anak Yairus yang dibangkitkan oleh Yesus
(Mark 5:21-43).
·
anak janda di Nain yang dibangkitkan oleh
Yesus (Luk 7:11-17).
·
Lazarus yang dibangkitkan oleh Yesus (Yoh
11:1-44).
·
mayat-mayat orang kudus yang bangkit pada
waktu Yesus mati (Mat 27:52-53).
2) Terjadi
perubahan pada tubuh Kristus dimana Ia diangkat ke suatu posisi yang lebih
tinggi. Dengan demikian ada perbedaan kwalitet antara tubuh Yesus sebelum dan
sesudah kebangkitan.
Perhatikan ayat-ayat
di bawah ini:
·
Luk 24:16
Yoh 20:14,15 Yoh 21:4 menunjukkan bahwa setelah kebangkitanNya Yesus sering tidak
dikenali.
·
Mark 16:12 mengatakan bahwa setelah kebangkitanNya,
Yesus menampakkan diri ‘dalam rupa yang lain’.
Catatan: perlu
diingat bahwa
Mark 16:9-20 termasuk bagian
Kitab Suci yang diperdebatkan keasliannya.
·
Luk 24:31,36 Yoh 20:19,26
menunjukkan bahwa setelah kebangkitanNya Yesus bisa muncul
dan lenyap dengan tiba-tiba.
·
1Kor 15:35-44 menunjukkan perbedaan kwalitet
antara tubuh sekarang dan tubuh kemuliaan.
·
Fil 3:21 menunjukkan bahwa Yesus
mempunyai ‘tubuh yang mulia’.
B) Arti kebangkitan Kristus.
1) Musuh (Iblis dan
maut) sudah dikalahkan (Kej 3:15
1Kor 15:57).
a) Baik Iblis
maupun maut sebetulnya sudah dikalahkan pada waktu Yesus bangkit dari antara
orang mati. Tetapi sekarang Iblis dan maut masih diberi kesempatan untuk menakut-nakuti
/ menggoda manusia. Pada kedatangan Kristus yang kedua, barulah maut
dihancurkan selama-lamanya (1Kor 15:53-55
Wah 21:4) dan Iblis dibuang ke dalam neraka (2Tes 2:8 Wah 20:10), sehingga tidak lagi bisa menggoda
kita. Ini adalah sesuatu yang sudah pasti akan terjadi, dan hal ini bahkan
diketahui dan diakui oleh setan sendiri (Mat 8:29).
b) Karena itu orang
kristen tidak boleh takut kepada setan maupun kepada kematian. Bagi orang
kristen kematian bukan lagi hukuman dosa, tapi merupakan pintu gerbang menuju
surga.
2) Hutang dosa
telah dibayar lunas dan pembayarannya telah diterima oleh Allah.
a) Yesus membayar hutang dosa kepada Allah, bukan
kepada setan!
Ini perlu
ditekankan karena adanya ajaran yang mengatakan bahwa pada waktu manusia jatuh
ke dalam dosa, manusia menjadi milik setan. Karena itu Yesus mati untuk
membayar kepada setan supaya bisa mendapatkan manusia kembali.
Ini
adalah ajaran yang salah / sesat, karena pada waktu manusia berbuat dosa,
manusia berbuat dosa kepada Allah, bukan kepada setan. Karena itu pembayaran
hutang dosa jelas harus ditujukan kepada Allah. Setan sama sekali tidak berhak
menerima pembayaran hutang dosa itu!
b) Kalau pembayaran
itu tidak diterima oleh Allah, atau kalau hutang dosa itu belum lunas, maka
Yesus harus tetap ada di dalam kematian yang merupakan upah dosa (Ro 6:23).
Bahwa Ia bisa bangkit, menunjukkan bahwa pembayaran hutang itu telah diterima
oleh Allah, dan hutang dosa manusia (elect
/ orang pilihan) sudah betul-betul lunas. Karena itu, fakta bahwa Yesus sudah
bangkit dari antara orang mati menjamin keselamatan kita!
3) Menunjukkan apa
yang akan dialami oleh orang-orang yang percaya kepada Kristus. Kebangkitan
Kristus merupakan pola yang akan diikuti oleh orang yang percaya kepadaNya
(Ro 6:4,5,8 1Kor 6:14 1Kor 15:20-23
2Kor 4:14 Fil 3:21 Kol 2:12
1Tes 4:14).
4) Menunjukkan
bahwa Yesus adalah Anak Allah (Ro 1:4).
C) Yang membangkitkan Kristus.
1) Allah Bapa (Gal
1:1).
2) Kristus sendiri
(Yoh 2:19-21 Yoh 10:18 Yoh 11:25).
3) Roh Kudus (Ro
8:11).
Kesimpulan:
kebangkitan Kristus adalah pekerjaan dari Allah Tritunggal.
D) Penyangkalan terhadap kebangkitan Yesus.
1) Yesus sebetulnya
tidak bangkit, tetapi mayatNya dicuri oleh murid-muridNya (Mat 28:11-15).
Pandangan
ini tidak masuk akal, sebab:
a) Adanya batu besar
yang menutup kubur, meterai, dan penjagaan yang ketat (Mat 27:62-66).
Perlu
diingat bahwa pada jaman itu penjaga yang lalai dalam tugasnya menghadapi
hukuman mati (bdk. Kis 12:19
Kis 16:27). Karena itu tidak mungkin para penjaga kubur Yesus itu
lalai dalam menjaga kubur sehingga mayat Yesus bisa dicuri.
b) Kain kapan tetap ada dalam kuburan
(Yoh 20:5-7).
Kalau
murid-murid mencuri mayat Tuhan Yesus, pasti mereka tidak akan berlama-lama di
dalam kubur. Mereka pasti tidak akan membuka kain kapan itu di dalam kuburan,
tetapi akan membawa mayat Yesus beserta kain kapannya.
c) Selama 40 hari, berulang-ulang Yesus
menampakkan diri.
d) Murid-murid mati syahid untuk Yesus.
Kalau
murid-murid mencuri mayat Yesus, mereka pasti tahu bahwa Yesus adalah seorang
pendusta, dan tidak mungkin mereka mau mati untuk seorang pendusta.
e) Kalau memang ada
pencuri yang mencuri mayat Yesus pada waktu penjaga-penjaga sedang tertidur,
dari mana para penjaga itu tahu bahwa yang mencuri adalah murid-murid Yesus?
Dan kalaupun dari penyelidikan mereka akhirnya bisa tahu hal itu, mengapa
mereka tidak berusaha menangkap murid-murid Yesus untuk mendapatkan mayat Yesus
kembali?
2) Yesus tidak
bangkit, tapi mayatNya dicuri oleh tentara Romawi / para pemimpin agama.
Pandangan ini juga tidak masuk akal, sebab:
a) Pada saat
murid-murid mengatakan bahwa Yesus sudah bangkit, pencuri mayat itu dengan
mudah bisa menunjukkan mayat Yesus, dan membuktikan bahwa Yesus tidak bangkit.
Tetapi ternyata hal ini tidak pernah mereka lakukan.
b) Selama 40 hari,
berulang-ulang Yesus menampakkan diri.
3) Yesus tidak
bangkit, tetapi sadar dari pingsanNya.
Pandangan ini juga tidak masuk akal, sebab:
a) Yesus mengalami
luka-luka berat, baik karena pencambukan, penyaliban, maupun penusukan tombak.
b) Yesus ada dalam
kubur seorang diri, tanpa makanan, minuman, obat-obatan, dan tak ada dokter
atau perawat yang menolongNya. Dalam
situasi seperti ini, bagaimana mungkin Yesus justru menjadi
‘sembuh’ setelah hari yang ke tiga?
4) Yesus tidak
bangkit, tetapi keluar dari persembunyianNya, sedangkan yang mati disalib
adalah orang lain.
Pandangan ini juga tidak masuk akal, sebab:
a) Orang-orang yang
membenci Yesus tidak mungkin keliru menyalibkan orang lain, karena orang yang
benci pada seseorang pasti mengingat wajah musuhnya.
b) Murid-murid yang
mencintai Yesus juga tidak mungkin keliru mengenali Guru mereka, sehingga mereka menjadi takut setelah Yesus mati.
c) Waktu Yesus
‘keluar dari persembunyianNya’, mayat Yesus palsu seharusnya tetap
ada di dalam kubur. Tetapi kenyataannya adalah: kubur itu kosong.
5) Yesus tidak
bangkit, murid-murid hanya mengalami halusinasi.
Pandangan ini juga tidak masuk akal, sebab:
a) Murid-murid
tidak pernah mengharapkan kebangkitan Yesus.
b) ‘Halusinasi’
itu bisa dilihat oleh banyak orang sekaligus.
c) Dalam
‘halusinasi’ itu Yesus bisa bercakap-cakap dan bisa dipegang, dan
juga bisa makan (Luk 24:36-43).
6) Yesus bangkit,
bukan secara jasmani, tetapi secara rohani.
Ini
adalah pandangan dari Saksi Yehovah.
Pandangan
ini juga tidak masuk akal, sebab:
a) Apa gerangan
yang dimaksud dengan kebangkitan rohani? Roh Yesus tidak pernah mati! Ia memang
pernah mengalami kematian rohani, yaitu pada waktu Ia ditinggal oleh Bapanya
(Mat 27:46). Tetapi dalam arti sebenarnya ‘roh’ tidak bisa
mati!
b) Kubur Yesus
kosong, dan ini menunjukkan bahwa Yesus pasti bangkit secara jasmani.
c) Setelah
kebangkitan, Yesus bisa makan (Luk 24:41-43), bisa dilihat / dipegang
(Mat 28:9 Luk 24:38-40 Yoh 20:27).
E) Pentingnya kepercayaan pada kebangkitan Yesus.
Kepercayaan
akan kebangkitan Yesus adalah sesuatu yang sangat penting, sebab:
1) Tidak percaya
pada kebangkitan Yesus berarti sama dengan tidak percaya pada Kitab Suci /
Firman Tuhan.
2) Orang yang tidak
percaya pada kebangkitan Yesus, tidak akan selamat (Ro 10:9). Karena itu,
Paulus dalam penginjilannya sangat mementingkan berita tentang kebangkitan
Yesus (1Kor 15:3-4).
F) Hubungan antara kematian dan kebangkitan
Kristus.
Salib,
kematian dan penguburan Kristus menunjukkan kelemahan dan kekalahan. Tetapi
kebangkitan Kristus betul-betul menunjukkan kemenanganNya, dan kebangkitanNya
ini menyebabkan kematianNya mempunyai kuasa dan manfaat dalam hidup kita
(1Kor 15:14,17).
Karena
itu, kematian dan kebangkitan Kristus tidak boleh dipisahkan. Kitab Suci dalam
banyak bagian menyebutkan kematian dan kebangkitan Kristus sekaligus
(Ro 4:25 Ro 6:4 2Kor 13:4
Fil 3:10).
Memang
ada bagian-bagian Kitab Suci yang hanya berbicara tentang kematian atau
kebangkitan saja. Pada saat kita melihat bagian yang hanya berbicara tentang
kematian Kristus, kita harus juga mengingat kebangkitanNya. Sebaliknya, pada
saat kita melihat bagian yang hanya berbicara tentang kebangkitan Kristus,
kita juga harus mengingat kematianNya.
Calvin: “So then, let us remember that whenever mention is made of
His death alone, we are to understand at the same time what belongs to His
resurrection. Also, the same synecdoche applies to the word
‘resurrection’: whenever it is mentioned separately from death, we
are to understand it as including what has to do especially with His
death” (= Jadi, marilah kita mengingat
bahwa kalau hanya disebutkan tentang kematianNya, kita harus mengartikan
pada saat yang sama, apa yang termasuk dalam kebangkitanNya. Juga ‘synecdoche’
yang sama berlaku terhadap kata ‘kebangkitan’: kalau kata itu
disebutkan terpisah dari kematian, kita harus menafsirkan
kata itu beserta apa yang termasuk dalam kematianNya) - ‘Institutes of
the Christian Religion’, Book II, Chapter XVI, No 13.
Contoh:
·
Ro 10:9 mengatakan bahwa orang yang
percaya bahwa Yesus sudah bangkit dari antara orang mati, akan diselamatkan.
Ini tentu tak boleh diartikan bahwa orang itu tidak perlu percaya tentang
kematian Kristus untuk menebus dosanya.
·
Ibr 2:14 mengatakan bahwa oleh
kematianNya Yesus memusnahkan Iblis. Ini rasanya tidak cocok, dan karenanya
kata ‘kematian’ di sini harus diartikan mencakup juga akan
‘kebangkitan’ Yesus.
II) Kenaikan ke surga.
A) Hal-hal yang terjadi pada waktu Kristus naik
ke surga.
1) Perpindahan
tempat.
Perlu
dicamkan bahwa surga bukanlah sekedar merupakan suatu kondisi, tetapi
betul-betul suatu tempat (baca Yoh 14:2-3 dan perhatikan bahwa kata
‘tempat’ muncul berulang-ulang).
Tentang ‘ascension’ /
‘kenaikan Kristus ke surga’, Charles Hodge berkata sebagai berikut:
“It was a local transfer of
his person from one place to another; from earth to heaven. Heaven is therefore
a place. ... If Christ has a true body, it must occupy a definite portion of
space. And where Christ is, there is the Christian’s heaven” (= Itu merupakan
perpindahan tempat dari pribadiNya dari satu tempat
ke tempat lain; dari bumi ke
surga. Karena itu, surga adalah
suatu tempat. ... Jika Kristus mempunyai tubuh yang sungguh-sungguh, tubuh itu harus
menempati suatu ruangan / tempat tertentu. Dan dimana Kristus ada, di situlah surga orang kristen)
- ‘Systematic Theology’,
Vol II, hal 630, 631.
Herman Hoeksema: “This ascension must be conceived as consisting definitely
in a change of place. In His human nature Christ departed from the earth and
went into heaven both in body and soul. After His ascension He is according to
His human nature no longer on earth, but in heaven only. This must be
emphasized especially over against the Lutherans, who teach what is called the
ubiquity of the human nature of Christ after His resurrection and ascension
into heaven” (= Kenaikan
ini harus dipahami sebagai perubahan tempat. Dalam hakekat manusiaNya, Kristus
meninggalkan bumi dan pergi ke surga baik tubuh dan jiwaNya. Setelah
kenaikanNya maka menurut hakekat manusiaNya Ia tidak lagi di bumi tetapi hanya
di surga. Ini harus ditekankan khususnya menghadapi golongan Lutheran, yang
mengajarkan apa yang disebut kemahaadaan dari hakekat manusia Kristus setelah
kebangkitan dan kenaikanNya ke surga) - ‘Reformed Dogmatics’, hal 420.
Herman Hoeksema: “Heaven is a definite place, and not merely a
condition” (= Surga adalah tempat yang tertentu, dan bukan
semata-mata merupakan suatu kondisi / keadaan) - ‘Reformed Dogmatics’, hal 422.
2) Perubahan /
pemuliaan lebih lanjut pada hakekat manusia Kristus.
Perubahan
/ pemuliaan itu dimulai pada saat kebangkitanNya dan disempurnakan pada waktu
kenaikanNya ke surga.
Untuk ini
perhatikan ayat-ayat di bawah ini:
·
Yoh 7:39 - kata
‘dimuliakan’ di sini jelas menunjuk pada kenaikan ke surga (bdk. Yoh 16:7).
·
Kis 9:3-5
Kis 22:6-8 Kis 26:12-15 Wah 1:12-16 menunjukkan bahwa pada waktu Paulus
dan Yohanes melihat Yesus (ini terjadi setelah
Yesus naik ke surga), Yesusnya
jauh lebih mulia dari pada
waktu Ia sudah bangkit tetapi
belum naik ke surga.
B) Fungsi kenaikan Kristus ke surga.
1) Untuk
menunjukkan bahwa misiNya untuk menebus dosa kita sudah selesai (Yoh 17:4-5).
Bapa, yang
mengutus Yesus untuk turun ke dunia dan membereskan dosa manusia, pasti tidak
akan mau menerima Yesus kembali di surga, kalau misi Yesus itu belum selesai.
Bahwa Bapa menerima Yesus kembali di surga, menunjukkan bahwa misi penebusan
dosa manusia itu memang sudah selesai.
Jadi,
sama seperti kebangkitan, maka kenaikan Yesus ke surga juga merupakan fakta /
faktor yang menjamin keselamatan orang percaya.
2) Untuk
mempersiapkan tempat di surga bagi kita yang percaya kepadaNya (Yoh 14:2).
3) Untuk menunjukkan
bahwa kita yang percaya kepadaNya juga akan naik ke surga (Yoh 14:2-3 Yoh 17:24
Ef 2:6).
Sama
seperti kebangkitanNya, demikian juga kenaikanNya ke surga merupakan pola yang
akan diikuti oleh semua orang yang percaya kepadaNya.
Herman Hoeksema
mengomentari Ef 2:4-6 dengan berkata sebagai berikut:
“We must remember that Christ
is our head, both in the juridical and in the organic sense of the word. ...
His ascension is of central significance. He is the head of the body, the
church. As such He represents all the elect. As the head of His own in the
forensic sense of the word, He entered into death, bore all our iniquities on
the accursed tree, blotted out all our sins, and obtained eternal
righteousness. His righteousness is our righteousness; His death is our death;
His resurrection is our resurrection. And so in that legal sense of the word
His ascension is our ascension. ... But He is also the head of the body in the
organic sense. We are members of His body; and we can never be separated from Him,
our head. That He went to heaven means that centrally we are in heaven. He will
not return to us, but He will draw us unto Himself, that we may also be where
He is. And so we look up toward heaven by faith in the consciousness of our
inseparable union with Christ our head, and confess that we have our flesh in
heaven as a sure pledge that He as the head will also take up to Himself us His
members” (= Kita harus
ingat bahwa Kristus adalah kepala kita, baik
dalam arti yuridis / hukum maupun dalam arti
organik. ... KenaikanNya mempunyai arti
yang pokok / utama / dasar. Ia adalah kepala dari
tubuh, yaitu gereja. Sebagai kepala Ia
mewakili semua orang pilihan. Sebagai kepala dari milikNya dalam
arti hukum, Ia mengalami
kematian, memikul semua kesalahan kita pada salib
yang terkutuk, menghapus semua dosa kita,
dan mendapatkan kebenaran kekal. KebenaranNya adalah kebenaran kita; kematianNya adalah kematian kita; kebangkitanNya adalah kebangkitan kita. Dan dengan demikian dalam arti hukum kenaikanNya adalah kenaikan kita. ... Tetapi Ia juga adalah kepala dari tubuh
dalam arti organik. Kita adalah anggota-anggota dari tubuhNya; dan kita tidak
pernah bisa dipisahkan dari Dia, kepala kita. Bahwa Ia pergi ke surga berarti
bahwa secara dasari kita ada di surga. Ia tidak akan kembali kepada kita,
tetapi Ia akan menarik kita kepada diriNya sendiri, supaya kita bisa berada
dimana Ia ada. Dan dengan demikian kita melihat ke atas ke surga dengan iman
dalam kesadaran akan kesatuan yang tak terpisahkan antara kita dengan Kristus,
kepala kita, dan mengaku bahwa kita mempunyai daging kita di surga sebagai
suatu jaminan yang pasti bahwa Ia sebagai kepala juga akan mengumpulkan kita
anggota-anggotaNya kepada diriNya sendiri) - ‘Reformed Dogmatics’, hal
425-426.
Calvin: “the Lord by his ascent to heaven opened the way into the
Catatan: Ef
2:6 (KJV): ‘And hath raised us up
together, and made us sit together in heavenly places in Christ Jesus’
(= Dan telah membangkitkan kita bersama-sama, dan mendudukkan kita bersama-sama di tempat-tempat surgawi dalam Kristus
Yesus).
Calvin: “Hence arises a wonderful consolation: that we perceive
judgment to be in the hands of him who already destined us to share with him
the honor of judging (cf. Matt. 19:28)! Far indeed is he from mounting his
judgment seat to condemn us! How could our most merciful Ruler destroy his
people? How could the Head scatter his own members? How could our Advocate
condemn his clients? For if the apostle dares exclaim that with Christ
interceding for us there is no one who can come forth to condemn us (Rom.
8:34,33), it is much more true, then, that Christ as Intercessor will not
condemn those whom he has received into his charge and protection. No mean
assurance, this - that we shall be brought before no other judgment seat than
that of our Redeemer, to whom we must look for our salvation!” [= Karenanya muncul
suatu penghiburan yang sangat indah: bahwa
kita memahami bahwa penghakiman ada di tanganNya
yang telah mentakdirkan kita untuk bersama
dengan Dia melakukan kehormatan penghakiman (bdk.
Mat 19:28)! Jauhlah dari
padaNya untuk naik ke kursi
penghakimanNya untuk menghukum kita! Bagaimana Pemerintah kita yang paling
berbelaskasihan itu bisa menghancurkan rakyatNya? Bagaimana Kepala bisa
menyebarkan / menyemburatkan anggota-anggotaNya sendiri? Bagaimana Pengacara
kita bisa menghukum kliennya? Karena jika sang rasul berani menyerukan bahwa
dengan Kristus membela kita maka tidak ada orang yang akan menggugat /
menghukum kita (Ro 8:34,33), maka lebih benar lagi, bahwa Kristus sebagai
Pembela tidak akan menghukum mereka yang telah Ia terima ke dalam tanggung
jawab dan perlindunganNya. Ini bukanlah keyakinan yang tak berarti bahwa kita
tidak akan dibawa ke depan kursi penghakiman dari siapapun selain kursi
penghakiman Penebus kita, kepada siapa kita harus memandang untuk keselamatan
kita] - ‘Institutes
of the Christian Religion’, Book II, chapter XVI, 18.
4) Supaya Roh Kudus turun (Yoh 16:7).
Jadi Kristus
tidak lagi menyertai orang percaya secara jasmani, tapi secara
rohani (Mat 26:11 Yoh 14:16,18,19).
Dengan
demikian Ia bisa menggenapi janjiNya dalam ayat-ayat seperti Mat 18:20 Mat 28:20b.
C) Mungkinkah
manusia Yesus yang sudah naik ke surga itu kembali ke dunia dan menampakkan
diri di dunia, sebelum kedatanganNya yang keduakalinya?
Dalam
tafsirannya tentang Ef 4:10, Calvin berkata:
“as
respects his body, the saying of Peter holds true, that ‘the heaven must
receive him until the times of restitution of all things, which God hath spoken
by the mouth of all his holy prophets since the world began.’ (Acts 3:21)” [= berkenaan dengan tubuhNya, kata-kata Petrus tetap benar
bahwa ‘surga harus menerimaNya sampai saat pemulihan
segala sesuatu, yang telah difirmankan Allah oleh mulut dari
semua nabi-nabi kudusNya sejak dunia ada’. (Kis
3:21)] - hal 276.
Kis 3:21 - “Kristus itu harus tinggal di
sorga sampai waktu pemulihan segala sesuatu, seperti yang difirmankan Allah dengan perantaraan nabi-nabiNya yang kudus
di zaman dahulu”.
Perlu diketahui
bahwa kata yang diterjemahkan ‘tinggal’ seharusnya
artinya adalah ‘receive’
(= menerima).
NASB: ‘whom
heaven must receive until the period of restoration of all things
...’ (= yang harus diterima
di surga sampai masa pemulihan segala sesuatu ...).
Dan di sini saya ingin memberi banyak komentar dari para
penafsir tentang Kis 3:21 ini.
F. F.
Bruce (NICNT): “Jesus, their Messiah, ... had been
received up into the divine presence, and would remain there until the
consummation of all that the prophets, from the earliest days, had
foretold” (= Yesus, Mesias mereka,
... telah diterima ke dalam hadirat
ilahi, dan akan tinggal di
sana sampai penyempurnaan dari semua yang sudah dinubuatkan oleh nabi-nabi sejak semula) - ‘The
Book of the Acts’, hal 91.
Adam Clarke: “he has ascended unto heaven, ... and there he shall continue till he comes again
to judge the quick and the dead” (= Ia telah
naik ke surga,
... dan Ia akan terus di
J. A. Alexander: “In the mean time, i.e. until God
shall send Christ and the times of refreshing from his presence, he is
committed to the heavens ... Till this great cycle has achieved its revolution,
and this great remedial process has accomplished its design, the glorified body
of the risen and ascended Christ not only may but must, as an appointed means
of that accomplishment, be resident in heaven, and not on earth” (= Sementara itu, yaitu sampai
Allah mengirim Kristus dan saat penyegaran
dari hadiratNya, Ia dibatasi di
surga ... Sampai siklus yang besar ini telah mencapai
siklus lengkap, dan proses penyembuhan
yang besar ini telah menyelesaikan tujuannya, tubuh yang dimuliakan dari Kristus yang telah bangkit dan naik
ke surga itu bukan hanya
bisa / boleh, tetapi harus, sebagai
suatu cara yang ditetapkan untuk penyelesaian itu, tinggal di surga,
dan bukan di bumi) - hal 116,118.
Matthew Poole: “‘Whom heaven must
receive;’ that is, contain after it hath received him, as a real place
doth a true body; for such Christ’s body was, which was received into
heaven: and heaven is the place and throne of this King of kings and Lord of
lords, where he shall reign until he hath put all his enemies under his feet,
1Cor. 15:25” (= ‘Yang surga harus menerima’; artinya, menahan setelah surga menerimaNya,
sebagai suatu tempat yang nyata menerima suatu tubuh yang sungguh-sungguh; karena begitulah tubuh Kristus itu,
yang diterima di dalam surga: dan
surga merupakan tempat dan takhta
dari Raja dari segala raja dan Tuhan dari segala
tuhan, dimana Ia akan memerintah
sampai Ia telah meletakkan semua musuhNya di bawah kakiNya,
1Kor 15:25) -
hal 393.
III) Duduk di sebelah kanan Allah.
A) Arti kalimat ini.
Kata-kata
ini tidak boleh diartikan secara hurufiah. Kata- kata ini berarti:
1) Kristus
menduduki / mendapat tempat terhormat / mulia di surga.
2) Kristus ikut
memerintah atas Gereja dan alam semesta.
Kata
‘duduk’ tidak boleh diartikan bahwa Kristus beristirahat /
bermalas-malasan di surga. Ini terlihat dari Kitab Suci yang tidak selalu
mengatakan bahwa Kristus duduk di sebelah kanan Allah.
·
Ro 8:34 (NIV): ‘is
at the right hand of God’ (= ada di sebelah kanan
Allah).
·
1Pet 3:22 (NIV): ‘is
at God's right hand’ (= ada di sebelah kanan
Allah).
·
Kis 7:56 - ‘berdiri di sebelah kanan
Allah’.
B) Pekerjaan yang dilakukan oleh Kristus di surga
ialah:
1) Memerintah
sebagai Raja.
2) Berfungsi
sebagai Imam / Pengantara (Ibr 4:14
Ibr 7:24,25 Ibr 8:1-6 1Yoh 2:1).
3) Berfungsi
sebagai Nabi melalui Roh Kudus dan hamba-hambaNya (Yoh 16:7-15 Yoh 14:26).
C) Penampakan
jasmani dari Kristus di dunia.
Ada yang
mempertanyakan apakah mungkin pada jaman ini, sebelum kedatanganNya yang
keduakalinya, Kristus menampakkan diri di dunia secara jasmani? Ada kemungkinan
bahwa ini harus dijawab dengan ‘tidak’, berdasarkan Kis 3:21 -
“Kristus itu harus tinggal di sorga sampai waktu pemulihan segala sesuatu, seperti yang difirmankan Allah dengan
perantaraan nabi-nabiNya yang kudus di zaman dahulu”.
F. F.
Bruce (NICNT): “Jesus, their Messiah, ... had been
received up into the divine presence, and would remain there until the
consummation of all that the prophets, from the earliest days, had foretold” (= Yesus, Mesias mereka, ... telah diterima ke dalam hadirat
ilahi, dan akan tinggal di
sana sampai penyempurnaan dari semua yang sudah dinubuatkan oleh nabi-nabi sejak semula) - ‘The
Book of the Acts’, hal 91.
Catatan:
·
penampakan Yesus kepada Saulus
(Kis 9), dan kepada rasul Yohanes
(Wah 1), mungkin merupakan penampakan ilahi atau sekedar suatu penglihatan
(bdk. Kis 26:19 Wah
1:19 Wah
9:17).
·
tidak semua orang
setuju dengan F. F. Bruce dalam penafsiran Kis 3:21 ini. Ini saya berikan hanya
sebagai pertimbangan, bukan sebagai suatu kepastian.
IV) Kedatangan Kristus yang keduakalinya.
A) Kedatangan Kristus yang keduakalinya adalah
suatu tahap pemuliaan.
Ada orang
yang berpendapat bahwa:
·
kedatanganNya yang keduakalinya bukanlah suatu
tahap pemuliaan.
·
duduknya Kristus di sebelah kanan Allah
adalah puncak / tahap terakhir pemuliaan Kristus.
Tetapi
ini salah. Titik tertinggi pemuliaan Kristus belum tercapai sampai Ia, yang
menderita oleh tangan manusia, kembali sebagai Hakim, dan menghakimi /
menghukum orang berdosa yang menolakNya.
Disamping
itu, ayat-ayat di bawah ini menunjukkan bahwa kedatangan Kristus yang
keduakalinya itu adalah suatu pemuliaan.
¨ Yoh 5:22-23
menunjukkan bahwa Penghakiman (ini terjadi pada kedatanganNya yang
keduakalinya) diberikan oleh Bapa kepada Anak supaya orang menghormati Anak,
sama seperti mereka menghormati Bapa.
¨ Fil 2:9-11
menunjukkan bahwa ada satu saat semua lutut akan bertelut dan semua lidah akan
mengaku bahwa Yesus Kristus adalah Tuhan. Ini akan terjadi pada kedatangan
Yesus yang keduakalinya dan ini jelas merupakan suatu pemuliaan.
¨ 2Tes 1:10
menyatakan secara explicit bahwa
Yesus datang pada hari itu untuk dimuliakan di antara orang-orang kudusNya dan
untuk dikagumi oleh semua orang percaya. Ini jelas menunjukkan suatu pemuliaan.
B) Istilah-istilah
Kitab Suci yang menunjuk pada kedatangan Kristus yang keduakalinya.
1) PAROUSIA yang berarti:
·
kehadiran (presence),
atau,
·
kedatangan yang mendahului
kehadiran (a
coming preceding a presence).
Kata ini
digunakan dalam
Mat 24:3,27,37,39
1Kor 15:23
1Tes 2:19 1Tes 3:13 1Tes 4:15 1Tes 5:23 2Tes 2:1
Yak 5:7-8 2Pet 3:4.
2) APOCALUPSIS yang
menekankan fakta bahwa kedatangan kedua itu akan menyatakan sesuatu yang
sebelumnya tersembunyi dalam diri Kristus.
Kata ini
digunakan dalam 2Tes 1:7 1Pet
1:7,13 1Pet 4:13.
3) EPIPHANEIA yaitu penampilan yang mulia dari Tuhan (the glorious appearing of the Lord).
Kata ini
digunakan dalam 2Tes 2:8 1Tim 6:14 2Tim 4:1,8 Tit 2:13.
C) Cara kedatangan kedua.
1) Secara jasmani.
2) Bisa dilihat.
Bdk. Mat
24:30 Kis 1:11 Wah 1:7.
D) Tujuan kedatangan kedua.
1) Menghakimi
dunia.
2) Menyempurnakan
keselamatan orang percaya.
Bdk. Mat
25:31-46.
E) Saat kedatangan kedua.
Dari
ayat-ayat seperti Mat 24:36,42-44
dan 2Pet 3:10, jelaslah bahwa kita tidak bisa mengetahui kapan hari
kedatangan kedua itu akan terjadi.
Karena
itu, kalau ada orang yang berani meramalkan tanggal atau bulan atau tahun
kedatangan Yesus yang keduakalinya, itu pasti adalah nabi palsu atau orang yang
sangat kacau pengertian Kitab Sucinya!
Dari
banyaknya tanda-tanda akhir jaman yang sudah terjadi, kita paling-paling bisa
berkata bahwa kedatangan Kristus yang kedua itu sudah dekat dan bisa terjadi
setiap saat.
Perlu
juga diingat bahwa bagi Tuhan satu hari sama dengan seribu tahun, dan seribu
tahun sama dengan satu hari (2Pet 3:8), sehingga, apa yang dekat bagi Tuhan
bisa saja masih lama bagi kita. Tetapi mengingat bahwa Yesus berkata bahwa Ia
akan datang pada saat yang tidak kita duga, maka kita semua harus mempersiapkan
diri setiap saat, sehingga kapanpun Ia datang, kita ada dalam keadaan siap
sedia (Mat 24:44)!
Catatan:
Tentang kedatangan Kristus yang keduakalinya ini hanya dibahas secara singkat,
karena sebetulnya ini termasuk dalam Eschatologi (= doktrin tentang akhir
jaman).