Bolehkah Kita Merayakan
Natal?
oleh: Pdt. Budi Asali M.Div.
2) Kristus tidak dilahirkan
pada tanggal 25 Desember; tanggal kelahiranNya tidak diketahui.
Orang-orang yang anti Natal itu mengatakan bahwa karena Allah tidak memberitahu kita tanggal kelahiran Kristus, atau karena
Allah menyembunyikan tanggal
kelahiran Kristus, itu merupakan bukti
bahwa Ia
tidak menghendaki kita untuk merayakannya.
Disamping itu,
orang-orang yang anti Natal itu
beranggapan bahwa karena tanggal 25 Desember bukan tanggal kelahiran Kristus, maka kita
berdusta kalau kita merayakan hari kelahiran Kristus pada tanggal
25 Desember.
Internet:
- “Jika Allah memang menghendaki supaya orang-orang Kristen merayakan
hari kelahiran-Nya, Dia tentu sudah memberitahu umat-Nya KAPAN KRISTUS DILAHIRKAN! Inilah
suatu bukti bahwa jika ALLAH TELAH
MERENCANAKAN agar supaya kita
merayakan hari kelahiran Kristus, maka Ia tidak
akan menyembunyikan tanggal kelahiran-Nya secara sempurna!”.
- “Tahun demi tahun, para orang tua menghukum anak-anaknya jika mereka berbohong. Kemudian, pada saat Natal, mereka sendiri bercerita kepada anak-anaknya tentang kebohongan Sinterklas ini. Apakah mengherankan jika banyak dari mereka, setelah mereka tumbuh dewasa, mulai mempercayai Allah hanya sebagai sebuah dongeng? Apakah
KEKRISTENAN mengajarkan kebohongan
dan dongeng-dongeng kepada anak-anak kecil? Jika engkau sudah tidak mengajarkan kebohongan Sinterklas kepada anak-anakmu, lalu ingatlah, bahwa adalah SAMA
BOHONGNYA jika engkau mengatakan kepada anak-anakmu bahwa Yesus dilahirkan pada hari Natal!”.
Jawaban saya:
a) Kalau Allah tidak memberi tahu
kita kapan Kristus dilahirkan, apakah itu merupakan
suatu bukti bahwa Allah tidak menghendaki kita untuk merayakan / memperingatinya? Menurut saya: tidak!
Kita memang tidak tahu
kapan Yesus dilahirkan. Ada
penafsir yang mengatakan bahwa untuk setiap
bulan dalam sepanjang tahun, ada satu kelompok
kristen yang mempercayainya sebagai bulan kelahiran Yesus. Ini memang menunjukkan
bahwa tidak ada orang yang tahu tanggal dan
bulan kelahiran Kristus, dan mungkin
bahkan tahun kelahiranNya. Tetapi itu belum bisa
dijadikan suatu bukti bahwa Ia tidak menghendaki kita merayakan / memperingati kelahiran Kristus tersebut. Memang kadang-kadang Allah mengatur sesuatu supaya tidak diketahui oleh manusia, dan
Ia melakukan
ini karena Ia tidak menghendaki
manusia untuk berurusan dengan hal itu. Misalnya dalam
persoalan kubur dari Musa. Ini sengaja disembunyikan
(Ul 34:5-6), karena mungkin Allah tahu bahwa seandainya bangsa Israel
tahu tempat itu, mereka mungkin
akan melakukan
penyembahan terhadapnya. Tetapi tidak selalu seperti
itu. Dalam Perjanjian Lama Allah memperkenalkan
namaNya kepada Musa (Kel 3:14-15), dan ini jelas
menunjukkan bahwa pada saat itu
Allah menghendaki orang-orang
Israel
untuk menggunakan nama itu
asal tidak dengan sembarangan. Tetapi Allah mengatur sehingga jaman sekarang tidak ada orang yang tahu bagaimana mengucapkan nama
Allah tersebut. Akibatnya, jaman sekarang orang kristen
menyebutNya sebagai TUHAN,
LORD, YEHOVAH, YAHWEH, Yehuwa, dsb, yang merupakan sebutan-sebutan yang salah / belum tentu benar.
b) Sebetulnya, tanpa dijelaskanpun, ‘fakta sudah berbicara
sendiri’ kepada semua orang bahwa
orang Kristen tidak menganggap bahwa Natal terjadi
pada tanggal 25 Desember.
Fakta apa?
Fakta bahwa banyak orang sudah
merayakan Natal pada awal Desember, dan ada orang-orang
yang masih merayakan Natal pada bulan Januari dan bahkan Februari. Semua ini sudah
menunjukkan secara jelas kepada siapapun yang tidak membutakan
dirinya, bahwa orang Kristen memang
tidak menganggap bahwa Kristus dilahirkan
pada tanggal 25 Desember, dan bahwa kita memang tidak
mengetahui tanggal kelahiranNya.
Tetapi kalau
itu dirasa kurang cukup, maka
dalam merayakannya, kita bisa menjelaskan
hal itu kepada
jemaat dan khususnya anak-anak Sekolah
Minggu, bahwa tanggal 25 Desember itu sebetulnya bukan tanggal kelahiran
Yesus yang sebenarnya, dan dengan demikian kita bukan
mendustai orang.
c) Orang yang tidak
diketahui tanggal lahirnya sering diberi hari dimana HUTnya bisa dirayakan.
Kita mungkin sering mendengar tentang orang kuno yang tidak mengetahui tanggal kelahirannya sendiri, dan karena
itu keluarganya menciptakan tanggal kelahiran baginya, dan merayakannya setiap tahun pada
tanggal tersebut. Apakah ini
merupakan dusta? Mengapa keluarga tersebut tetap merayakan hari ulang tahun
dari orang itu padahal mereka
tidak mengetahui tanggal sebenarnya? Saya kira, karena kecintaan
mereka terhadap orang itu, sehingga
mereka ingin menunjukkan kasih yang khusus terhadap orang itu sedikitnya
satu kali setahun.
Hal ini tidak terlalu berbeda dengan Natal!
Yang penting bukan saat kelahiran Kristus, tetapi fakta bahwa Ia sudah lahir untuk kita.
Kita ingin membalas
kasihNya sedikitnya sekali setahun, dengan merayakan hari kelahiranNya, pada hari yang kita sendiri tentukan.
d) Perhatikan dusta / fitnahan dari orang-orang yang anti Natal ini
(perhatikan bagian yang saya garis bawahi
dari kutipan di atas).
·
Mereka mengatakan bahwa Natal
merupakan suatu kebohongan yang sama
dengan Sinterklaas. Ini omong kosong,
karena selama point b) di atas kita
lakukan, kita sudah bebas dari
tuduhan kebohongan. Dan jelas bahwa tidak semua orang
kristen / gereja menggabungkan Natal dengan Sinterklaas. Saya sendiri
jelas sangat menentang penggabungan seperti itu.
·
Penulis di internet yang anti Natal itu
mengatakan:
‘Apakah mengherankan jika banyak dari mereka,
setelah mereka tumbuh dewasa, mulai mempercayai Allah hanya sebagai sebuah
dongeng?’.
Saya pikir
tuduhan-tuduhan ini, khususnya yang kedua, merupakan pemikiran dari orang-orang yang tidak punya logika,
dan yang asal menuduh. Tuduhan itu
sama sekali
bukan merupakan suatu fakta / kebenaran,
dan jelas merupakan suatu exaggeration
(tindakan melebih-lebihkan),
dan karena itu merupakan suatu
dusta / fitnah. Saya ingin bertanya:
Siapa, yang karena dari kecil merayakan
Natal, akhirnya tumbuh sebagai orang yang mempercayai bahwa Allah itu hanya sekedar
dongeng? Dan seandainya
ada orang-orang seperti itu, bagaimana
para pemfitnah ini bisa membuktikan
bahwa orang-orang itu mempercayai Allah sebagai dongeng karena mereka pada waktu kecilnya
diajar merayakan Natal?
Orang-orang yang anti Natal
ini menuduh kita yang merayakan Natal sebagai
berdusta, sementara mereka sendiri melakukan fitnahan seperti ini. Mungkin
mereka sebaiknya memperhatikan kata-kata Yesus dalam Mat 7:1-5 - “(1) ‘Jangan kamu menghakimi,
supaya kamu tidak dihakimi. (2) Karena dengan penghakiman
yang kamu pakai untuk menghakimi, kamu akan
dihakimi dan ukuran yang kamu pakai untuk mengukur,
akan diukurkan kepadamu. (3) Mengapakah engkau melihat selumbar di mata
saudaramu, sedangkan balok di dalam
matamu tidak engkau ketahui? (4) Bagaimanakah engkau dapat berkata kepada
saudaramu: Biarlah aku mengeluarkan selumbar itu dari
matamu, padahal ada balok di
dalam matamu. (5) Hai orang munafik, keluarkanlah dahulu balok dari
matamu, maka engkau akan melihat
dengan jelas untuk mengeluarkan selumbar itu dari
mata saudaramu.’”.